APLIKASI BAMBU PILINAN SEBAGAI TULANGAN BALOK BETON

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

PENINGKATAN KAPASITAS PENAMPANG BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG TANPA PILINAN

Analisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana

Kapasitas Lentur Balok Beton Tulangan Bambu Ori Takikan Jarak 20 dan 30 mm

KAPASITAS LENTUR KOLOM BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG POLOS

KUAT LENTUR BALOK TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 15 CM

ANALISIS KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAMBU PETUNG TAKIKAN TIPE U JARAK 15 CM, PADA LEBAR TAKIKAN 2 CM TERHADAP TULANGAN BAJA

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK TAKIKAN 4 CM DAN 5 CM

MODEL BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU SEBAGAI PENGGANTI TULANGAN BAJA (207S)

KAJIAN KAPASITAS LENTUR PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG POLOS (ALTERNATIF PENGGANTI TULANGAN BAJA PADA PLAT LANTAI)

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM DENGAN POSISI KULIT DISISI DALAM

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

KAPASITAS LENTUR PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG DENGAN TAKIKAN TIDAK SEJAJAR (ALTERNATIF PENGGANTI TULANGAN BAJA PADA PLAT LANTAI RUMAH)

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU ORI TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK 4 CM DAN 5 CM

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

ANALISIS KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAMBU WULUNG TAKIKAN TIPE U JARAK 15 CM,PADA LEBAR TAKIKAN 1CM DAN 2 CM TERHADAP TULANGAN BAJA

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

KUAT LEKAT TULANGAN POLOS BAMBU (ORI, PETUNG, WULUNG)

ANALISIS KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIPE U JARAK 5 CM TERHADAP TULANGAN BAJA

Jln. Ir. Sutami 36 A, Surakarta 57126; Telp

KAPASITAS LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG DENGAN TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 CM DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 5 CM

KAJIAN KUAT LENTUR DAN KUAT LEKAT BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG POLOS

JURNAL REKAYASA SIPIL DAN LINGKUNGAN Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Ketekniksipilan dan Lingkungan

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM DENGAN POSISI KULIT DI SISI DALAM

PENELITIAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA PEMAKAIAN SIKAFIBRE

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG DENGAN TAKIKAN TIDAK SEJAJAR

Studi Eksperimental Kuat Geser Pelat Beton Bertulang Bambu Lapis Styrofoam

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK TAKIKAN 6 CM DAN 7 CM

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 5 CM

Pengaruh Panjang Penyaluran Sambungan Terhadap Kekuatan Balok Beton Pracetak Tulangan Bambu

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG POSISI VERTIKAL TAKIKAN SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 10 CM

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK 6 DAN 7 CM

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG DENGAN TAKIKAN TIDAK SEJAJAR

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU ORI TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK 2 CM DAN 3 CM

PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI TUGAS AKHIR

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 CM DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 5 CM

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG DENGAN TAKIKAN SEJAJAR

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL

Desain Elemen Lentur Sesuai SNI

TINJAUAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU DENGAN BETON

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK 2 CM DAN 3 CM

PERILAKU BALOK KOMPOSIT KAYU PANGGOH BETON DENGAN DIISI KAYU PANGGOH DI DALAM BALOK BETON

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU ORI TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK 6 CM DAN 7 CM

INFRASTRUKTUR KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR TEMPURUNG KELAPA

Pengajar Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret 3)

APLIKASI AGREGAT RINGAN UNTUK MERIDUKSI BERAT BETON KOMPOSIT. Arif Wahono 7

ANALISIS KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAMBU PETUNG TAKIKAN TIPE U JARAK 10 CM, PADA LEBAR TAKIKAN 2 CM TERHADAP TULANGAN BAJA

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

ANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM

Jalan Ir.Sutami No.36A Surakarta Telp

KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAMBU ORI TAKIKAN TIPE U JARAK 5 CM. Shendy Nurcahyo Putro1), Agus Setiya Budi2), Endang Rismunarsi3)

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAMBU PETUNG TAKIKAN TIPE U JARAK 5 CM

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

ABSTRAK. Kata kunci: Tulangan Bambu Pilin, Tulangan Baja, Peningkatan Rasio Tulangan, Kuat Lentur, Pola Retak. ABSTRACT

Pilinan Bambu sebagai Alternatif Pengganti Tulangan Tarik pada Balok Beton ABSTRAK

PERILAKU LENTUR KOLOM BETON PIPIH DENGAN TULANGAN BAMBU

ANALISIS LENDUTAN SEKETIKA dan LENDUTAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR BALOK. William Trisina NRP : Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir.,M.Sc.

TINJAUAN MOMEN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG PADA TULANGAN GESER. Naskah Publikasi

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI

PERBANDINGAN KEKUATAN SAMBUNGAN BAMBU MENGGUNAKAN PENGISI MORTAR DENGAN ISIAN UJUNG DAN ISIAN SAMPING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

UJI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DRAINASE TIPE U-DITCH PRACETAK

ANALISA DAN KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BENDRAT (SERAT KAWAT) PADA DAERAH TARIK BALOK BETON BERTULANG

Kajian Eksperimental Perilaku Lentur dan Geser Balok Sandwich Beton

BERAT VOLUME DAN KEKAKUAN PLAT SATU ARAH PADA PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN LAPIS STYROFOAM

STRUKTUR JEMBATAN BAJA KOMPOSIT

PERBANDINGAN KEKUATAN SAMBUNGAN BAMBU MENGGUNAKAN PENGISI MORTAR DENGAN ISIAN UJUNG DAN ISIAN SAMPING. Ida Nugroho Saputro

PENGARUH PANJANG SAMBUNGAN LEWATAN LEBIH DARI SYARAT SNI TERHADAP KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG TULANGAN BAJA ULIR

KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL

KAPASITAS LENTUR KOLOM BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG POLOS

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT GESER BALOK TERLENTUR DENGAN TULANGAN BAMBU GOMBONG


BAB III LANDASAN TEORI

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan

KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU ORI BERTAKIKAN TIPE U JARAK 10 CM

BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.

KAPASITAS LENTUR PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG DENGAN TAKIKAN SEJAJAR

KOMPOSIT BETON-PROFIL LIP CHANNEL UNTUK MENCEGAH TEKUK LATERAL-TORSIONAL

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.

KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU PETUNG BERTAKIKAN TIPE U JARAK 15 CM

KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU WULUNG BERTAKIKAN TIPE U JARAK TAKIKAN 5 CM

EVALUASI CEPAT DESAIN ELEMEN BALOK BETON BERTULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN RASIO TULANGAN BALANCED

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK TAKIKAN 2 CM DAN 3 CM

PEMANFAATAN SERAT SABUT KELAPA DAN SERAT BENDRAT UNTUK DINDING BETON RINGAN PRACETAK TULANGAN ANYAMAN BAMBU DENGAN AGREGAT LIMBAH BATU APUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BAJA RINGAN PROFIL U DI DAERAH TARIK ANDREANUS MOOY TAMBUNAN

KAPASITAS LENTUR PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG DENGAN TAKIKAN TIDAK SEJAJAR

Transkripsi:

Civil Engineering Dimension, Vol. 5, No. 1, 39 44, March 2003 ISSN 1410-9530 APLIKASI BAMBU PILINAN SEBAGAI TULANGAN BALOK BETON Pathurahman, Jauhar Fajrin Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram, NTB. Dwi Anggraini Kusuma Alumnus Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram, NTB ABSTRAK Baja tulangan adalah produk hasil tambang yang keberadaannya suatu saat akan habis. Untuk mengatasi problem tersebut, sebagai alternatif dicoba pemakaian tulangan bambu yang murah dan berkekuatan tinggi. Pada penelitian ini bambu digunakan sebagai tulangan balok beton, balok direncanakan bertulangan liat (underreinforced) dan tidak bertulangan tekan, semua balok diberi tulangan bambu pilinan dari bamu galah dengan diameter 12 mm dan diberi lapisan kedap air. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode four point load, sehingga pada bagian balok diharapkan akan terjadi lentur murni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata perbandingan antara momen retak awal (eksperimen) dengan momen perhitungan (teoritis) sebesar 115.26 %, hal ini menunjukkan adanya kecocokan antara teori dan ekperimen. Simpangan standar yang cukup besar yaitu 35.31 % dapat diartikan bahwa kualitas tulangan kurang seragam. Disimpulkan bahwa bambu memiliki peluang untuk digunakan sebagai tulangan, khususnya untuk struktur beton sederhana. Kata kunci: Balok beton, tulangan bambu, kuat lentur. ABSTRACT Reinforcing steel is a nonrenewable mining product. In order to solve this problem, bamboo, which is cheap and has a fairly high tensile strength, could be used as an alternative. In this study, bamboo is used to reinforce concrete beam. The beams are designed under reinforced with no compression reinforcement. All beams are reinforced with 12 mm bamboo Galah protected with water resistant layer. A four-point load test set up is used to ensure pure bending. The test results show that the average value of first crack moment is 15.26 % bigger compared with the calculated moment. This indicates that there is a reasonable agreement between experimental and theoretical results. The standard deviation (35,31 %) indicates that the quality of bamboo used in this study is not uniform. It could be concluded that, there is a possibility to use bamboo to replace steel as reinforcement, particularly for simple concrete structures. Keywords: Concrete beam, bamboo reinforcement, bending strength. PENDAHULUAN Beton mempunyai kekuatan tekan yang cukup besar, namun sangat lemah terhadap tarik. Karena itu penggunaan beton selalu dipadukan dengan bahan yang mempunyai kuat tarik tinggi yaitu baja. Beton dengan tulangan baja adalah perpaduan yang sangat kuat, sehingga beton bertulang banyak digunakan sebagai bahan bangunan. Catatan: Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1 Juni 2003. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada Dimensi Teknik Sipil Volume 5 Nomor 2 September 2003. Fenomena diatas ternyata menimbulkan permasalahan baru yaitu baja yang selama ini dijadikan sebagai tulangan merupakan bahan tambang yang tidak dapat diperbaharui, sehingga keberadaannya suatu saat akan habis. Dalam upaya pencarian alternatif, dilakukan penelitian-penelitian, antara lain terhadap material pengganti berupa hasil alam yaitu bambu. Bambu merupakan hasil alam yang dapat diperoleh dengan mudah dan mempunyai kekuatan tarik yang sangat tinggi. Hasil penyelidikan yang dilaporkan dalam referensi [1, 2, 3, 4, 5, 6], menyatakan bahwa bambu dapat digunakan sebagai tulangan beton Civil Engineering Dimension ISSN 1410-9530 print 2007 Thomson Gale TM http://puslit.petra.ac.id/journals/civil 39

pengganti baja dan mempunyai kekuatan tarik yang tinggi mendekati kekuatan baja struktur (Gambar 1). Ec = 0.043 * Wc 1.5 * fc ' (MPa) (1) dimana : Wc = berat volume beton (kg/m 3 ) fc = kuat tekan beton (MPa) Rumus empiris tersebut hanya berlaku untuk beton dengan berat volume berkisar antara 1500 dan 2500 kg/m 3. Untuk beton kepadatan normal dengan berat volumne ± 23 KN/m 3 dapat digunakan nilai Ec = 4700 * fc ' (2) Gambar 1. Diagram Tegangan-regangan Bambu dan Baja [6] Tetapi masih banyak keraguan untuk pemakaian bambu sebagai tulangan beton. Keraguan pertama timbul karena lekatan antara bambu dan semen kurang baik, selain itu bambu sangat higroskopis, sedang kandungan air pada bambu sangat mempengaruhi kembang susut, yang lebih lanjut akan mempengaruhi lekatan antara bambu dan beton. Referensi [7] menyatakan bahwa pemakaian bambu tanpa perlakuan khusus sebagai tulangan beton sangat tidak dianjurkan. Para peneliti mengusulkan cara untuk mengatasi kelemahan di atas dengan: menggunakan bambu yang sudah tua usianya sehingga daya serap dan kelembabannya kecil, melapisi batang bambu dengan bahan kedap air seperti vernis, cat dan cairan aspal [2, 8], tetapi harus dihindari licinnya permukaan bambu akibat pemakaian bahan-bahan tersebut, karena hal itu akan mengurangi daya lekat. Untuk memperbaiki lekatan antara bambu dan beton Lopez [9] menggunakan bambu pilinan. Cara ini telah diaplikasikan pada perumahan prafabrikasi dikota Guayaquil. Dalam waktu 10 tahun bangunan tersebut tidak memperlihatkan keretakan. LANDASAN TEORI Analisis dan perencanaan balok menggunakan rumus-rumus dalam analisis beton bertulang [10] dengan ketentuan sebagai berikut : Modulus Elastisitas Beton Digunakan rumus nilai modulus elastisitas beton sebagai berukut [10]: Anggapan-anggapan Pendekatan dan pengembangan metode perencanaan kekuatan didasarkan atas anggapananggapan [11] sebagai berikut (Gambar 2): 1. Prinsip Navier-Bernoulli tetap berlaku. 2. Tengangan beton dapat disederhanakan menjadi tegangan kotak 3. Kuat tarik beton diabaikan (tidak diperhitungkan) dan seluruh gaya tarik dilimpahkan kepada tulangan bambu. Gambar 2. Distribusi tegangan dan regangan pada penampang beton Dalam Gambar 2, a = β1 x c (3) c = jarak serat tekan ke garis terluar ke garis netral β1 = konstanta yang merupakan fungsi dari kelas kuat beton Standar [10] menetapkan nilai β1 sebagai berikut: fc 30 MPa β1 = 0.85 30 < fc < 50 MPa β1 = 0.85 (fc 30) fc 50 MPa β1 = 0.65 Pembatasan Penulangan Tarik Pada perhitungan beton bertulang [10] ditetapkan bahwa jumlah tulangan baja tarik, As, tidak boleh melebihi 0.75 dari tulangan balans, Abs, yaitu jumlah tulangan tarik bila beton dan baja kedua-duanya mencapai regangan hancur, As 0.75 * Asb (4) 40

Dalam penelitian ini tulangan bambu ditetapkan tidak lebih dari 60 persen dari tulangan balans, As 0.60 * Asb (5) Sedangkan modulus elastisitas dan tegangan leleh bambu ditetapkan sebagai berikut: Es = Modulus elastisitas bambu = 180.000 kg/m 2 (6) fy = tegangan leleh bambu = 223.33 MPa Analisis balok Gambar 3. Distribusi tegangan dan regangan pada penampang beton Kondisi regangan seimbang (balance) terjadi jika : fy εc = 0.003 dan εs = εy = Es dimana : fy = tegangan leleh bambu = 223.33 MPa Es = Modulus elastisitas bambu = 180.000 kg/m 2 Pada kondisi balans didapat: 0.003 Cb = (7) 0.003 + fy Es ab = β * Cb (8) Cc = 0.85 fc *b*ab (9) T = Asb * fy (10) Karena H = 0, maka T = Cc Asb * fy = 0.85 * fc * b * ab 0.85 * fc'* b * ab Asb = (11) fy T a = (12) 0.85 *fc' * b Mn = T (d - a/2) (13) Mr = 0.80 Mn Dari hasil analisa balok dapat diketahui besarnya beban, P, yang dapat bekerja pada balok, dari hasil percobaan juga akan diperoleh nilai P yang berguna untuk menghitung besarnya momen ultimit yang dapat dilayani, kedua nilai momen hasil dari analisis dan hasil pengujian akan dibandingkan. METODOLOGI PENELITIAN Pembuatan Tulangan Bambu Pilinan Sebagai tulangan digunakan bambu galah, bambu diambil bagian kulit dengan ketebalan 30 % dari tebal total. Pengambilan bagian kulit ini dengan pertimbangan bahwa bagian ini relatip cukup padat sehingga sifat higroskopisnya rendah dan kurang memerlukan lapisan kedap air. Dengan pertimbangan kembang susut bambu dapat berpengaruh terhadap kuat lekat antara bambu dengan beton, maka untuk mengantisipasi hal tersebut, meskipun bagian kulit bambu yang dipakai hampir tidak menyerap air dan kembang susutnya sangat kecil, dalam penelitian ini tetap digunakan lapisan kedap air. Bagian kulit juga bagian yang terkuat. Hasil penelitian menunjukkan kuat tarik bambu bagian luar kurang lebih tiga kali kuat tarik bagian dalam. Tulangan bambu dibentuk seperti kabel yang terdiri dari tiga bilah. Agar pemuntiran tulangan bambu lebih mudah maka dipilih bambu yang umurnya baru 9 bulan. Mengingat bahwa buku bambu adalah bagian yang terlemah terhadap tarikan maka dalam pembuatan kabel bambu, buku-buku bilah bambu perlu diusahakan agar tidak berkumpul disatu titik. Dalam penelitian ini digunakan bilah-bilah bambu sebanyak tiga buah dengan lebar 5 mm, tebal 5 mm dan panjang 2,5 meter disatukan dan diikat dengan kawat bindraat lalu dijepit pada alat penjepit, kemudian dipuntir. Pemuntiran kabel dilakukan secara hati-hati, sehingga bagian kulit dari bambu jangan sampai terputus, karena akan mengakibatkan kuat tarik tulangan berkurang. Adapun cara pemuntiran kabel bambu dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Pemuntiran kabel bambu [9] 41

Pembuatan Benda Uji. Benda uji balok dibuat sebanyak lima (5) buah dengan ukuran 15x20x200 cm. Balok direncanakan bertulangan liat (Underreinforced) dan tidak betulangan tekan. Semua balok diberi dua buah tulangan bambu pilinan dengan diameter 12 mm dengan kuat tarik, fy = 223.33 Mpa, serta modulus elastisitas, Es = 180.000 kg/m 2. Pada bagian tengah balok (100 cm) diharapkan akan terjadi lentur murni, tulangan bambu hanya diberikan pada sisi bawah saja. Hal ini dimaksudkan agar pada bagian tersebut tulangan yang berpengaruh hanya tulangan tarik saja, dan menjadi bagian yang terlemah dari balok uji. Pada bagian lain dipasang tulangan rangkap dengan tulangan begel diameter 10 mm. Maksud pemasangan penulangan tersebut agar kemungkinan patah benar-benar pada daerah lentur murni, sehingga tidak terjadi kegagalan percobaan karena patah pada bagian lain. Penulangan dan pembebanan balok dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Penulangan dan Pembebanan Balok Karakteristik penulangan balok ditunjukkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Karaktristik sifat lentur balok Kode Bentang F c fy b d ρw ρd ρw/ρd Balok (cm) (Mpa) (Mpa) (cm) (cm) (%) (%) (%) B1 180 20,95 223,33 15 17,5 2.311-2.773 4.939 46.79-56.41 B2 180 20,95 223,33 15 17,5 2.311-2.773 4.939 46.79-56.14 B3 180 21,51 223,33 15 17,5 2.311-2.773 5.071 45.57-54.68 B4 180 20,38 223,33 15 17,5 2.311-2.773 4.805 48.10-57.70 B5 180 21,51 223,33 15 17,5 2.311-2.773 5.071 45.57-54.68 Pengujian Pola pembebanan pada pengujian balok beton ditunjukkan dalam Gambar 6. Kedua tumpuan balok uji dibuat sedemikian rupa, sehingga mempunyai perilaku yang sama dengan perletakan sendi dan rol. Dengan demikian kondisi struktur pengujian merupakan struktur statis tertentu. Gambar 6. Pengujian balok beton HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sifat-sifat Umum Hasil Pengujian Kelima benda uji secara umum menunjukkan bahwa keruntuhan balok diawali dengan retak lentur yang terjadi di daerah tangan bentang sepanjang 100 cm (Gambar 7 sampai 11). Keruntuhan tidak terjadi pada daerah dengan tulangan geser. Pola retak dan pola runtuh yang terjadi pada benda uji menunjukkan ciri yang mendekati sama. Runtuh lentur ditandai oleh retak-retak tegak lurus dan meningkat jumlahnya di daerah tulangan tarik pada tengah bentang. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa pada saat terjadi keruntuhan ada sebagian tulangan bambu yang telah putus. Proses Retak Penambahan retak untuk setiap peningkatan beban tidak selalu merupakan kelanjutan dari retak sebelumnya. Retak lentur pada umumnya terjadi setelah dibebani di atas 90% dari beban teoritis (Tabel 2) atau sekitar 78% dari beban runtuh. Secara umum dapat dilihat bahwa peningkatan panjang retak berkurang dengan bertambahnya beban yang diberikan, sedangkan lebar retak akan bertambah seiring dengan bertambahnya beban. Retak yang terjadi pada umumnya merupakan retak lentur. Pada saat beban mendekati beban runtuh retak lentur semakin melebar pada retak awal dan terdapat pula retak-retak baru. Tabel 2. Perbandingan beban antara teori dan ekperimen Kode Bentang Beban Beban Beban P ex./pt. P ex./pr Balok (cm) teoritis, Pt retak awal, runtuh, (%) (%) (cm) (Kg) P ex. (Kg) Pr (Kg) 1 2 3 4 5 6 7 B1 180 3345.130 1884.940 4001.50 56.35 47.11 B2 180 3345.130 3493.925 4001.50 104.45 87.31 B3 180 3350.102 3116.940 4001.50 93.04 77.89 B4 180 3339.782 3242.600 3800.44 97.09 85.32 B5 180 3350.102 3619.590 3900.97 108.04 92.79 42

Retak Lentur Awal Pada awal pembebanan hingga beban yang diperkirakan terjadi retak, balok bebas dari retak. Tetapi pada beberapa benda uji terdapat retak rambut pada sepertiga pembebanan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh penempatan benda uji pada kedua tumpuan yang tidak simetris. Retak pertama yang terjadi merupakan retak lentur yang pada umumnya ditemukan pada daerah mendekati tumpuan rol atau terletak di antara koordinat (146, 0) sampai dengan koordinat (150, 0). Lebar retak lentur awal yang teramati sekitar 0.01 sampai 0.05 mm. Pada beberapa balok selain retak yang terjadi pada daerah mendekati tumpuan rol, juga terjadi retak awal pada titik beban mendekati tumpuan sendi atau di sekitar koordinat (50,0). Hal ini sangat mungkin terjadi karena pada daerah sendi terjadi pengekangan. Retak-retak awal yang terjadi di sekitar daerah sendi juga merupakan retak lentur. Retak ini ditandai oleh arah retak yang tegak lurus sumbu balok. Nilai rata-rata dari perbandingan antara momen retak awal perhitungan teoritis dan eksperimen sebesar 115.26%, menunjukkan adanya kecocokan antara perhitungan teoritis dengan ekperimen. Simpangan standar sebesar 35.31% menunjukkan bahwa kualitas tulangan kurang seragam. Perbandingan antara momen retak awal teoritis dan eksperimen dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perbandingan antara teori dan eksperimen Kode Balok (cm) Bentang (cm) Momen Perhit. Mr Momen retak awal, M exp. Mr/M exp. (%) (KN.m) (KN.m) 1 2 3 4 5 B1 180 669.025 376.988 1.775 B2 180 669.025 698.785 0.957 B3 180 670.020 623.388 1.075 B4 180 667.957 648.520 1.030 B5 180 670.020 723.918 0.026 Rata-rata 115.26 % Simpangan standar 35.31% kecil. Retak yang terjadi pada daerah tekan masih merupakan retak lentur. Secara umum retak awal terjadi di bawah titik beban. Setelah beban mencapai diatas 90 % dari beban teoritis atau sekitar 78 % dari beban runtuh retak mulai terjadi ditengah bentang, ini dapat dilihat dari nomor urut retak yang terdapat pada Gambar 7 sampai dengan Gambar 11. Dari keseluruhan retak yang terjadi pada benda uji tidak ada retak di daerah tulangan geser. Hal ini sesuai dengan perencanaan balok yang direncanakan kuat terhadap geser. Gambar 7. Pola Retak Balok Beton B1 Gambar 8. Pola Retak Balok Beton B2 Gambar 9. Pola Retak Balok Beton B3 Penyebaran Pola Retak Pola retak yang terjadi pada badan balok dapat dibagi menjadi dua daerah. Daerah beton yang mengalami tekan dan daerah beton yag mengalami tarik. Sesuai dengan perencanaan pada penelitian ini yaitu balok direncanakan bertulangan liat (underreinforced), maka daerah tarik mengalami keruntuhan terlebih dahulu. Retak lentur awal yang terjadi memang selalu berada pada daerah tarik selanjutnya retak menyebar sedikit demi sedikit kedaerah tekan. Retak yang terjadi di daerah tekan tersebut tidak terlalu banyak dan lebar retaknya sangat Gambar 10. Pola Retak Balok Beton B4 Gambar 11. Pola Retak Balok Beton B5 43

KESIMPULAN 1. Keruntuhan yang terjadi pada benda uji balok beton pada penelitian ini diawali dengan retaknya beton. Retak yang selalu terjadi pada awal proses keruntuhan adalah retak lentur ditandai dengan pola retak yang tegak lurus. Secara umum retak tersebut terjadi pada saat beban mencapai di atas 90% dari beban teoritis atau sekitar 78% dari beban runtuh. Retak awal biasanya terjadi pada daerah pembebanan di sekitar tumpuan rol, kemudian retak terjadi di daerah tengah bentang selanjutnya di daerah sekitar sendi, atau sebaliknya. 2. Dari hasil perbandingan antara teori dengan eksperimen menunjukkan bahwa bambu memiliki peluang untuk digunakan sebagai tulangan balok beton, khususnya untuk struktur sederhana. DAFTAR PUSTAKA 7. Anonim, Precast Concrete Element with Bamboo Reinforcement, Technical Report No. 6.646, May 1964, U.S. Army Engineer Waterways Experiment Station, Missisipi 1964. 8. Krisnamurthy, D., Building with Bamboo A Solution for Housing Rural Poor: 258-269. In Rao, I.V.R., Gnanaharan, R. & Shastry, C.B., Bamboos Current Research, The Kerala Forest Research Institute-India, and IDRC Canada 1990. 9. Lopez, O.H., Manual de Construccion Con Bambu, Universidad Nacional de Colombia, Bogota, Colombia 1996. 10. Anonim, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SK SNI T- 15-1991-03), Yayasan LPMB, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung 1991. 11. Istimawan, D., Struktur Beton Bertulang, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1994. 1. Anonim, Penyelidikan Bambu Untuk Tulangan Beton, Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung 1984 2. Surjokusumo, S. dan Nugroho, N., Studi Penggunaan bambu Sebagai Bahan Tulangan Beton, Laporan Penelitian, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor 1993. 3. Janssen, J.J.A., The Mechanical Properties of Bamboo: 250-256. In Rao, A.N., Dhanarajan, and Sastry, C.B., Recent Research on Bamboos, The Chinese Academy of Forest, People s Republic of China, and IDRC, Canada 1987. 4. Prawirohatmodjo, S., Comparative Strength of Green and Air-dry Bamboo: 218-222. In Rao I.V.R., Gnanaharan, R. & Shastry, C.B., Bamboos Current Research, The Kerala Forest Research Institute-India, and IDRC Canada 1990. 5. Ghavani, K., Aplication of Bamboo as a lowcost Construction Material: 270-279. In Rao, I.V.R., Gnanaharan, R. & Shastry, C.B., Bamboos Current Research, The Kerala Forest Research Institute-India, and IDRC Canada 1990. 6. Morisco, Rekaya Bambu, Nafiri, Yogyakarta 1999. 44