- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
- 5 - BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERIZINAN PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS TARIF RETRIBUSI DAERAH

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN USAHA RESTORAN

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 99 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamb

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 73 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN2006 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 98 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENCABUTAN 4 (EMPAT) PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gubernur Jawa Barat;

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2018

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 96 TAHUN 2016

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2011

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR,

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 635/MPP/Kep/10/2004 TENTANG TANDA TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG KELOMPOK KERJA SEKRETARIS GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR, PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pembentukan, Unit Pelaksana Teknis, Metrologi, Dinas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN J A K A R T A : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA SURABAYA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

2 Mengingat : 1. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamba

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI JASA PELAYANAN KEMETROLOG IAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DI WILAYAH PROVINSI JAWA TENGAH

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 358TAHUN TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 633/MPP/Kep/10/2002 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN LABORATORIUM METROLOGI LEGAL

PEMERINTAH PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWATIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LABORATORIUM KEMETROLOGIAN

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2017 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB II PEMBENTUKAN BAB III SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA BADAN KOORDINASI KEHUMASAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEMASANGAN ALAT UKUR AIR DAN PENETAPAN VOLUME PENGAMBILAN DAN/ATAU PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa untuk terselenggaranya tertib pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan, sesuai ketentuan Pasal 3 ayat (1) huruf b Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2007 tentang Perizinan Pengambilan dan/atau Pemanfaatan Air Permukaan di Jawa Timur pemohon izin pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan harus memasang alat ukur air sebagai alat pengontrol volume pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan; b. bahwa Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 54 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Kegiatan Pemasangan Meter Air Dan Atau Alat Pengukur Debit Air di Jawa Timur sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman dan tuntutan kebutuhan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pemasangan Alat Ukur Air dan Penetapan Volume Pengambilan dan/atau Pemanfaatan Air Permukaan. Mengingat : 1. Undang-UndangNomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa Timur (Himpunan Peraturan- Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan Dalam Undang-UndangNomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan PeraturanNegara Tahun 1950); 2. Undang UndangNomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3193); 3. Undang-Undang

- 2-3. Undang-UndangNomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangpemerintahandaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4858); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta I (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4858); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5230); 10. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M- DAG/Per/3/2010 tentang Alat Alat Ukur, Timbang, dan Perlengkapannya yang wajib di Teradan di Tera Ulang; 11. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 69/M.DAG/Per/10/2012 tentang Tanda Tera; 12. Peraturan

- 3-12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 13. Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri NomorPDN/KEP/3/2010 tentang Syarat Teknis Meter Air Dingin; 14. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2007 tentang Perizinan Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2007 Nomor 6 Seri E); 15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 Nomor 2 Seri D); 16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 Nomor 5 Seri D, Tambahan Lembahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5); 17. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 22 Tahun 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2007 tentang Perizinan Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNURTENTANGPEMASANGAN ALAT UKUR AIR DAN PENETAPAN VOLUME PENGAMBILAN DAN/ATAU PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Dinas adalah Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa Timur. 2. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa Timur. 3. Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur. 4. Instansi Terkait adalah instansiyang secara teknisterkait dengan pelaksanaan pemasangan meter air atau alat pengukur debit air permukaan, yaitu Perum Jasa Tirta I dan/atau Balai Besar Wilayah Sungai. 5. Air

- 4-5. Air Permukaan adalah semua air yang terdapat di atas permukaan tanah. 6. Izin adalah izin pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. 7. Pemberi izin adalah instansi yang berwenang memberikan izin pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. 8. Alat Ukur Air adalah alat untuk mengukur volume pengambilan dan/atau pemanfaatan air yang berupa meter air atau alat pengukur debit air. 9. Meter Air adalah alat ukur untuk menentukan banyaknya aliran air yang melalui suatu saluran tertutup (pipa) atau saluran terbuka yang dilengkapi dengan alat penunjuk untuk menyatakan volumenya. 10. Alat Pengukur Debit Airadalah bangunan ukur untuk menentukan banyaknya aliran air yang melalui saluran terbuka yang dilengkapi dengan alat penunjuk untuk menyatakan volumenya. 11. Tera adalah hal menandai dengan tanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku atau memberi keteranganketerangan tertulis yang bertanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku, dilakukan oleh pegawai-pegawaiyang berhak melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan atas alat alatukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang belum dipakai. 12. Tera Ulang adalah hal menandai berkala dengan tandatandatera sah atau tera batal yang berlaku atau memberikan keterangan-keterangantertulis yang bertanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku, dilakukan oleh pegawai pegawaiyang berhak melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan atas ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang telah ditera. 13. Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukan alat ukur kemetrologian dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional dan/atau standar internasional untuk satuan ukuran 14. Kalibrasi ulang adalah hal menandai berkala untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukan alat ukur kemetrologian dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional dan/atau standar internasionaluntuk satuan ukuran BAB II

- 5 - BAB II KEWAJIBAN MEMASANG ALAT UKUR AIR Pasal 2 (1) Setiap pemegang izin wajib memasang alat ukur airyang berfungsi sebagai alat pengontrol atas volume pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. (2) Volume pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan satuan meter kubik (m 3 ). (3) Jumlah volume air yang terukur pada alat ukur air sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan sebagai dasar penetapan pajak dan/atau biaya jasa pengelolaan sumber daya air. Pasal 3 (1) Alat ukur air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 berupa meter air atau alat pengukur debit air. (2) Dalam hal pemegang izin tidak mampu memasang meter air atau hanya melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air lebih kecil atau sama dengan 10 liter/detik dapat memasang alat pengukur debit air untuk penetapan volume pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. (3) Pemegang izin yang tidak mampu memasang meter air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib membuat surat pernyataan tidak mampu memasang meter air disertai alasannya yang disampaikan kepada Dinas atau Instansi terkait sesuai kewenangannya. BAB III PELAKSANAAN PEMASANGAN Pasal 4 (1) Pengadaan alat ukur air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilaksanakan oleh pemegang izin. (2) Penggunaan jenis dan type alat ukur air disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan harus mendapat persetujuan/rekomendasi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan. (3) Kapasitas alat ukur airyang dipasang disesuaikan dengan debit air yang tercantum dalam surat izin. Pasal 5

- 6 - Pasal 5 (1) Sebelum dilakukan pemasangan,alat ukur air harus di tera atau di kalibrasi terlebih dahulu oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan dilakukan tera ulang atau kalibrasi ulang paling lama 3 (tiga) tahun sekali atausetelah dilakukan perbaikan apabila terjadi kerusakan. (2) Biaya pelaksanaan tera, tera ulang, kalibrasi dan/atau kalibrasi ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditanggung oleh pemegang izin. Pasal6 (1) Alat ukur air dipasang pada titik pengambilan dan/atau sebelum bak penampung air baku atas persetujuan Dinas dan/atau Instansi terkait. (2) Alat ukur air harus sudah selesai terpasang pada bangunan pengambilan dan berfungsi dengan baik paling lambat 3 (tiga) bulan setelah izin diterbitkan. (3) Apabila dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah izin diterbitkan, alatukur air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum terpasang dan/atau belum berfungsi maka dilakukan pencabutan terhadap izin disertai pembongkaran dan/atau penyegelan bangunan pengambilan dan/atau pemanfaatan air. Pasal 7 (1) Terhadap ala tukur air yang telah terpasang dilakukan penguncian oleh Dinas dan/atau Instansi terkait agar standar pengambilan dan/atau pemanfaatan air tidak dapat diubah. (2) Pelaksanaan penguncian alat ukur air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara dan diserahkan kepada pemegang izin. Pasal 8 (1) Pelaksanaan pemasangan alat ukur air dapat dilakukan oleh tenaga terampil perorangan atau badan usaha atas biaya pemegang izin. (2) Perorangan

- 7 - (2) Perorangan atau badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjuk oleh pemegang izin setelah mendapatkan saran dari Dinas dan/atau Instansi terkait untuk pemasangan alat pengukur debit air dan saran dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk pemasangan meter air. BAB IV PENETAPAN VOLUME Pasal 9 (1) Dalam hal surat izin sudah diterbitkan dan pemegang izin belum memasang alat ukur air tetapi telah melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan, maka volume ditetapkan sesuai dengan volume yang tercantum dalam surat izin. (2) Pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan sebelum memasang alat ukur air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya boleh dilakukan dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah diterbitkannya surat izin. Pasal10 (1) Volume pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan ditetapkan sebesar selisih pencatatan alat ukur air pada 2 (dua) bulan berurutan. (2) Dalam hal volume pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin, berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Volume pengambilan dan/atau pemanfaatan air yang dapat dilakukan oleh pemegang izin paling banyak 120 % (seratus dua puluh persen) dari volume yang tercantum dalam surat izin; b. apabila volume pengambilan dan/atau pemanfaatan air yang tercatat pada alat ukur air terjadi kelebihan atau kekurangan sampai dengan 20% (dua puluh persen) dari yang tercantum dalam surat izin, maka volume ditetapkan sesuai dengan volume dalam alat ukur air; c. apabila volume pengambilan dan/atau pemanfaatan air lebih kecil dari 80% (delapan puluh persen) daripada yang tercantum dalam surat izin, perhitungan volume ditetapkan 80% (delapan puluh persen) dari volume yang tercantum dalam surat izin, dan pemegang izin dapat mengajukan perubahan surat izin; d. apabila

- 8 - d. apabila volume pengambilan dan/atau pemanfaatan air lebih besar dari 120 % (seratus dua puluh persen) daripada yang tertuang dalam surat izin, maka perhitungan volume untuk setiap kelebihannya dikalikan 1,5 (satu setengah) dari volume pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. Pasal 11 (1) Dalam hal volume pengambilan dan/atau pemanfaatan air lebih besar dari 120% (seratus dua puluh persen) dari volume yang tercantum dalam surat izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf d terjadi selama 3 bulan berturut-turut, maka pemegang izin harus mengajukan perubahan surat izin. (2) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dilaksanakan, maka dilakukan pencabutan terhadap izin disertai pembongkaran dan/atau penyegelan bangunan pengambilan dan/atau pemanfaatan air. Pasal 12 (1) Dalam hal terjadi kerusakan pada alat ukur air dibuat Berita Acara Kerusakan. (2) Terhadap kerusakan alat ukur air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilakukan perbaikan dan ditera ulang atau dikalibrasi ulang selambat lambatnya 3 (tiga) bulan sejak dinyatakan rusak dengan Berita Acara Kerusakan. (3) Dalam hal alat ukur air rusak atau tidak berfungsi dengan benar dan/atau sedang dilakukan perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan pemegang izin tetap melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air, maka penetapan volumenya ditentukan sebagai berikut: a. Dalam batas waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah terjadi kerusakan dan/atau selama masa perbaikan, volume ditetapkan sebesar rata-rata 3 (tiga) bulan terakhir sebelum alat ukur air rusak; dan b. Apabila catatan alat ukur air yang ada kurang dari 3 (tiga) bulan, maka volume ditetapkan sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin. (4) Apabila

- 9 - (4) Apabila dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah terjadi kerusakan pemegang izin belum melakukan perbaikan atau alat ukur tetap dalam kondisi rusak, maka dilakukan pencabutan terhadap izin disertai pembongkaran dan/atau penyegelan bangunan pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. Pasal13 Apabila pengambilan dan/atau pemanfaatan air tetap dilakukan pada saat proses pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) dan Pasal 12 ayat (4), maka volume ditetapkan sesuai yang tercantum dalam surat izin ditambah 20 % (dua puluh) persen. BABV PENGAWASAN Pasal14 (1) Dinas bersama sama dengan Instansi Terkaitmelaksanakan pengawasan, monitoring dan evaluasi terhadappemasangan dan pengoperasianalat ukur air untukpengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. (2) Pelaksanaan pengawasan, monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara langsung pada saat kejadian dan/atau secara berkala sesuai dengan situasi dan kondisi. BAB VI TATA CARA PENGENAAN SANKSI Pasal 15 (1) Pengenaan sanksi pencabutan izin disertai pembongkaran dan/atau penyegelan bangunan pengambilan dan/atau pemanfaatan airsebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3), Pasal 11 ayat (2) dan Pasal 12 ayat (4) didahului dengan pemberian peringatan tertulis kepada pemegang izin dengan tembusan kepada instansi pemberi izin. (2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling banyak 3 (tiga) kali dengan ketentuan sebagai berikut: a. peringatan

- 10 - a. peringatan tertulis pertama diberikan apabila pemegang izin tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), Pasal 11 ayat (1) dan Pasal 12 ayat (2); b. apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah peringatan pertama, pemegang izin tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka diterbitkan peringatan kedua; c. apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah peringatan kedua pemegang izin tetap tidak melakukan ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka diterbitkan peringatan ketiga; dan d. apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah peringatan ketiga pemegang izin tetap tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka dilakukan pencabutan izin diikuti penutupan/penyegelan bangunan pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. (3) Instansi pemberi izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum untuk pemberian izin pada Wilayah Sungai Brantas dan Bengawan Solo serta Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Perizinan Terpadu (UPT P2T) Badan Penanaman Modal Provinsi Jawa Timur untuk pemberian izin di luar Wilayah Sungai Brantas dan Bengawan Solo. Pasal 16 Dalam hal surat peringatan ketiga sudah diterbitkan tidak dilaksanakan oleh pemegang izin, maka pemberi izin mengeluarkan Keputusan tentang Pencabutan Izin dan ditindaklanjuti dengan penutupan/penyegelan bangunan oleh Dinas bersama-sama dengan instansi terkait sesuai kewenangannya. BABVII PENUTUP Pasal 17 Pada saat berlakunya Peraturan Gubernur ini, Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 54 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Kegiatan Pemasangan Meter Air dan atau Alat Pengukur Debit di Jawa Timur dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 18

- 11 - Pasal 18 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Timur. Ditetapkan di Surabaya pada tanggal 2 September 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR ttd Dr. H. SOEKARWO

- 12 - Diundangkan di Surabaya pada tanggal 2 September 2014 KEPALA BIRO HUKUM SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR ttd Dr. HIMAWAN ESTU BAGIJO, S.H.,M.H. Pembina Tingkat I NIP. 19640319 198903 1 001 BERITA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 NOMOR 59 SERI E.