BAB I PENDAHULUAN. pencatatan sipil sebagai sub-sub sistem pilar administrasi kependudukan harus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sumber informasi yang diperlukan oleh suatu instansi, organisasi, atau

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

I. PENDAHULUAN. suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan

UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pesawaran

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

WALIKOTA TASIKMALAYA

UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 16 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 29

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

I. PENDAHULUAN. pesat. Jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Menurut

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK

BUPATI BUTON PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 4 TAHUN 2012 T E N T A N G

BUPATI SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KTP DAN AKTA CATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang No 23 Tahun 2006 administrasi kependudukan. untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA PENCATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 16

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PELAYANAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KTP DAN AKTA CATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS 2011 SEMUA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO TERCATAT KELAHIRANNYA

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 8 TAHUN 2012 T E N T A N G

BAB II PENCATATAN KELAHIRAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN A. Pengertian Pencatatan Kelahiran Menurut Undang-Undang No.

2 alamat, pindah datang untuk menetap, tinggal terbatas, serta perubahan status orang asing tinggal terbatas menjadi tinggal tetap. Sedangkan Peristiw

LAPORAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) TAHUN 2014 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia. mengamanatkan bahwa dengan upaya memajukan kesejahteraan umum dan

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA PENCATATAN SIPIL

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA METRO Tahun 2011 Nomor 06

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

TENTANG BUPATI MUSI RAWAS,

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peristiwa tersebut seorang individu akan menghasilkan arsip, arsip-arsip yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah saja, tetapi juga dari sektor privat. Dalam Undang-Undang No

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN YAPEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PALANGKA RAYA dan WALI KOTA PALANGKA RAYA MEMUTUSKAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 7 TAHUN 2008 SERI C.1

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Re

BAB I PENDAHULUAN. sehinga dapat memberikan kualitas pelayanan prima terutama dalam rangka

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN JEPARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 6 TAHUN 2012

STANDAR PELAYANAN Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Banda Aceh

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 56

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2015

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA KTP DAN AKTE CATATAN SIPIL

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum sebagai wujud dari tugas umum pemerintahan untuk. mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C =============================================================

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 16 TAHUN 2011 RENCANA STRATEGIS 2011 SEMUA ANAK KABUPATEN TANGERANG TERCATAT KELAHIRANNYA

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA (RENJA) 2015 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN TAHUN BERJALAN 2015

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS TAHUN 2011 SEMUA ANAK DI KOTA TEGAL TERCATAT KELAHIRANNYA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK, KARTU KELUARGA DAN AKTA CATATAN SIPIL

BUPATI BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

WALIKOTA LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG

Pemerintahan Daerah, (Lembaran Negara Republik

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR : 03 TAHUN 2006 TENTANG

Transkripsi:

I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya administrasi kependudukan merupakan sub sistem dari administrasi negara, yang mempunyai peranan penting dalam pemerintahan dan pembangunan penyelenggaraan administrasi kependudukan. Sejalan dengan arah penyelanggaraan administrasi kependudukan, maka pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil sebagai sub-sub sistem pilar administrasi kependudukan harus ditata dengan baik agar memberikan manfaat dalam perbaikan pemerintahan dan pembangunan. Berlakunya otonomi daerah yang tertuang dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dimana otonomi daerah didefinisikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, pemerintah daerah dalam hal ini adalah pemerintah daerah kabupaten/kota mempunyai hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri. Kependudukan dan catatan sipil merupakan salah satu urusan wajib pemerintahan daerah yang harus dilaksanakan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pelayanan administrasi kependudukan yang terdiri dari pendaftaran penduduk dan pelayanan pencatatan sipil merupakan sub bagian dari pelayanan publik yang harus dilaksanakan dengan baik kepada masyarakat. Berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi xiii

Kependudukan dijelaskan bahwa instansi pelaksana administrasi kependudukan untuk wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang berwenang memberikan pelayanan yang sama dan profesional kepada setiap penduduk atas pelaporan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting. Dalam menjalankan penyelenggaraan administrai kependudukan, maka peristiwa penting kependudukan yang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak dan lain-lain yang harus di catat ke dalam pencatatan sipil harus ditata dengan sebaik-baiknya dalam bentuk pelayanan publik kepada masyarakat. Kelahiran dan kematian merupakan peristiwa penting kependudukan yang harus di lakukan pendataan dan menjadi bagian penting dalam administrasi demi terselenggaranya administrasi kependudukan yang baik. Pendaftaran kelahiran dalam pendaftaran penduduk di buktikan dengan adanya akta kelahiran. Akta kelahiran adalah akta catatan sipil hasil pencatatan terhadap peristiwa kelahiran seseorang. Jika seorang anak belum punya akta kelahiran maka secara de jure keberadaannya dianggap tidak ada oleh negara. Hal ini mengakibatkan anak yang lahir tersebut tidak tercatat namanya, silsilah dan kewarganegaraannya serta tidak terlindungi keberadaanya. Menurut Hatmadji dalam buku Lembaga Demografi FEUI (2007: 56), masalah pendaftaran kelahiran di negara berkembang seperti Indonesia adalah masalah kelengkapan (completeness) registrasi. Hal ini disebabkan karena penduduk (baik yang mempunyai anak maupun petugas registrasi) tidak menyadari pentingnya registrasi kelahiran dan penduduk tidak mengerti xiv

bagaimana menjawab pertanyaan seperi tanggal kelahiran anaknya, umur ibunya, dan sebagainya. Berikut adalah kutipan artikel mengenai masalah administrasi kependudukan dalam pendaftaran kelahiran di Indonesia: Enam dari sepuluh anak di bawah usia lima tahun di Indonesia tidak diakui keberadaannya secara sah oleh Pemerintah Indonesia. Anakanak ini tidak memiliki identitas secara sah yang dituangkan dalam akta kelahiran. Padahal, akta kelahiran memiliki arti penting bagi eksistensi anak sebagai warga negara di muka hukum. Ironisnya, menurut data SUSENAS 2007, hanya 42 persen anak di bawah usia lima tahun (0-4 tahun) yang memiliki akta, sisanya 58 persen belum memiliki akta kelahiran. Dari 219 juta jumlah penduduk Indonesia (Supas 2005), 77,8 juta diantaranya adalah anak-anak (0-18 tahun). (Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Anak RI: 2009) Berdasarkan kutipan artikel di atas dapat kita lihat bahwa peristiwa kelahiran masih belum terdaftar secara baik dan seharusnya menjadi masalah penting yang harus diatasi demi terselenggaranya administrasi kependudukan yang lebih baik. Selain itu, hasil SUPAS 2005 (Data Statistik Indonesia: 2010) untuk penduduk yang berusia 0-4 tahun yang memiliki akta kelahiran di wilayah Sumatera Utara sebagai berikut, Kota Medan 31.47%, berarti ada sekitar 68.53% anak yang belum memiliki akta kelahiran. Kabupaten Deli Serdang 20.37%, berarti ada sekitar 70.63% anak berusia 0-4 tahun belum mempunyai akta kelahiran. Tidak adanya akta kelahiran berarti menunjukkan bahwa anak-anak tersebut belum terdaftar kedalam administrasi kependudukan dalam bentuk pencatatan sipil. Pendaftaran peristiwa kematian penduduk di buktikan dengan pengurusan akta kematian. Kesadaran warga urus akta kematian masih rendah. Hal ini terkait xv

dengan minimnya pemahaman masyarakat mengenai fungsi akta kematian itu. Padahal akta tersebut berhubungan erat dengan status hukum seseorang, baik hukum privat maupun publik. Bahkan, beberapa tahun ke depan akta kematian akan menjadi salah satu prasyarat penting bagi kepengurusan dokumen lain. Manfaat dari akta kematian bagi ahli waris diantaranya untuk mengurus penetapan ahli waris, pensiunan, klaim asuransi, maupun persyaratan perkawinan bagi duda atau janda. Pentingnya membuat akte kematian sebagai database perencanaan pembangunan dan untuk melindungi hak-hak sipil warga. (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Banjar: 2010) Berdasarkan Publikasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui Direktur Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) dan Ombudsman RI dengan kesimpulan Indeks Pelayanan Publik di Sumatera Utara (Sumut), terus mengalami penurunan sejak dua tahun terakhir. Saat ini (2011) indeks yang mencerminkan integritas layanan publik di Kota Medan hanya 3,66. Posisi ini bahkan lebih rendah jika dibandingkan dengan Kota Bandar Lampung dan Jayapura dengan masing-masing indeks lima dan empat. Paparan KPK menunjukkan temuan terbanyak masalah pelayanan publik tersebut ada di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ( Analisa. 2011). Nomor urut Kota Medan di bawah kelas Kota Bandar Lampung dan Jayapura tentu cukup memalukan atau bahkan memilukan. Konteks reformasi birokrasi Medan sebagai Kota Metropolitan urutan itu jelas tamparan keras. Medan harus segera berbenah dan tak tidak perlu membuat beragam apologi. xvi

Upaya meningkatkan pelayanan publik, seperti membangun ruang tunggu yang bagus dan memasang kamera pengintai (CCTV) cuma alat bantu belaka. Memang pengadaan sarana prasarana yang memadai dapat mengurangi potensi penyelewengan pelayanan publik, seperti pungutan liar dan pencaloan. Tetapi itu saja tidak cukup. Karena lebih jauh dari itu adalah soal reformasi mental penyelenggara pelayanan. Berdasarkan masalah-masalah yang telah dikemukakan mulai dari masalahakta kelahiran, dan kematian serta masalah pelayanan publik di Kota Medan maka Penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Peranan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Dalam Pelayanan Administrasi Kependudukan Pada Pengurusan Akta Kelahiran dan Akta Kematian Di Kota Medan. I.2 Fokus Masalah Fokus masalah dalam penelitian ini adalah mengenai pelayanan pengurusan akta kelahiran dan akta kematian yang dilaksanakan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan. I.3 Perumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana peranan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam pelayanan pengurusan akta kelahiran dan akta kematian di Kota Medan? xvii

2. Apa saja yang mempengaruhi peranan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam pelayanan pengurusan akta kelahiran dan akta kematian di Kota Medan? I.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana peranan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam pelayanan pengurusan akta kelahiran dan akta kematian di Kota Medan. 2. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi peranan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam pelayanan pengurusan akta kelahiran dan akta kematian di Kota Medan. I.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang administrasi kependudukan mengenai xviii

peran Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam pengurusan akta kelahiran dan akta kematian penduduk. 2. Manfaat Praktis Manfaat bagi institusi, yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang sangat berharga bagi institusi yang terkait dalam pelayanan administrasi kependudukan pada pengurusan akta kelahiran dan akta kematian penduduk. Manfaat bagi masyarakat, yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan dan masukan dalam memperoleh pelayanan administrasi kependudukan pada pengurusan akta kelahiran dan akta kematian penduduk. I.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, fokus masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : Studi Kepustakaan Bab ini berisi teori-teori dan referensi lain yang dipakai selama penelitian. Teori-teori di sini tidak berfungsi untuk membangun kerangka berfikir, tetapi lebih berfungsi sebagai bekal peneliti untuk memahami fenomena yang ada di lapangan. xix

BAB III : Metode Penelitian Bab ini berisikan tentang bentuk penelitian, instrument penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, dan lokasi penelitian. BAB IV : Deskripsi Lokasi Penelitian Bab ini berisikan gambaran lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, serta struktur organisasi. BAB V : Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini berisikan hasil penelitian dan pembahasannya. BAB VI : Kesimpulan dan Saran Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian. xx