SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING

dokumen-dokumen yang mirip
Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

Budi Setiyana 1), Rusnaldy 2), Nuryanto 3)

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sebenarnya sudah ada sejak zaman panjajahan Belanda ke

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

PENGARUH KEDALAMAN POTONG, KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP GAYA PEMOTONGAN PADA MESIN BUBUT

PENGARUH PEMAKANAN (FEED) TERHADAP GEOMETRI DAN KEKERASAN GERAM PADA HIGH SPEED MACHINING PROCESSES

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Mesin bubut (Turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

PENGARUH VARIASI CUTTING FLUID DAN VARIASI FEEDING PADA PROSES PEMOTONGAN ORTHOGONAL POROS BAJA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN. Febi Rahmadianto 1)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PENGARUH FEEDING DAN SUDUT POTONG UTAMA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM HASIL PEMBUBUTAN RATA PADA MATERIAL BAJA ST 37

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

ANALISIS PENGARUH CUTTING SPEED DAN FEEDING RATE MESIN BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA DENGAN METODE ANALISIS VARIANS

Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pengaruh Perubahan Parameter Pemesinan Terhadap Surface Roughness Produk Pada Proses Pemesinan dengan Single Cutting Tool

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

PENGARUH BEBERAPA PARAMETER PROSES TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN HASIL PEMESINAN GERINDA RATA PADA BAJA AISI 1070 DAN HSS

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Turbin blade [Gandjar et. al, 2008]

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Mesin Milling CNC 8.1. Proses Pemotongan pada Mesin Milling

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut

Proses Frais. Metal Cutting Process. Sutopo Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

TEORY PENGERJAAN LOGAM MILLING SEMESTER GENAP ATMI SOLO

ANALISIS PENGARUH CUTTING SPEED, FEED RATE, DAN DEPTH OF CUT TERHADAP GAYA POTONG PADA PROSES BUBUT DENGAN SIMULASI METODE ELEMEN HINGGA

STUDY PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP GEOMETRI GERAM PADA PEMESINAN LAJU TINGGI, KERAS DAN KERING

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Spesimen dan Peralatan. Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2

PENGARUH PUTARAN SPINDEL UTAMA MESIN BOR TERHADAP KEAUSAN PAHAT BOR DAN PARAMETER PENGEBORAN PADA PROSES PENGEBORAN DENGAN BAHAN BAJA

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT, PENGARUH RAKE ANGLE DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP TENAGA YANG DIPERLUKAN UNTUK PEMOTONGAN

VOLUME BAHAN TERBUANG SEBAGAI PARAMETER ALTERNATIF UMUR PAHAT

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG PAHAT HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN ORTHOGONAL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

PENGARUH KEDALAMAN POTONG TERHADAP KEBULATAN PADA PEMBUBUTAN MATERIAL BAJA JISS S45C

Analisa Pengaruh Gerak Makan Dan Putaran Spindel Terhadap Keausan Pahat Pada Proses Bubut Konvensional

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY

PENGARUH PEMOTONGAN DENGAN DAN TANPA CAIRAN PENDINGIN TERHADAP DAYA POTONG PADA PROSES TURNING

Studi Pengaruh Sudut Potong Pahat Hss Pada Proses Bubut Dengan Tipe Pemotongan Orthogonal Terhadap Kekasaran Permukaan

BAB I. PENDAHULUAN. keseluruhan juga akan berkurang, sehingga akan menghemat pemakaian bahan

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

PENGARUH LAJU PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PAHAT CARBIDE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA BUBUT S45C KONDISI NORMAL DAN DIKERASKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan. mesin dari logam. Proses berlangsung karena adanya gerak

PENGARUH PERBEDAAN KEDALAMAN POTONG PADA PROSES BUBUT DAN PERLAKUAN PANAS NORMALIZING TERHADAP PERUBAHAN SIFAT MEKANIK BAJA KARBON MENENGAH (HQ 760)

BAB III METODE PELAKSANAAN. Metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan tahapan

Gambar I. 1 Mesin Bubut

PENGUJIAN KEBULATAN HASIL PEMBUBUTAN POROS ALUMINIUM PADA LATHE MACHINE TYPE LZ 350 MENGGUNAKAN ALAT UKUR ROUNDNESS TESTER MACHINE

DESAIN DAN PABRIKASI GERINDA TOOLPOST PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL

PENGARUH VARIASI PARAMETER PROSES PEMESINAN TERHADAP GAYA POTONG PADA MESIN BUBUT KNUTH DM-1000A

OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI Jl. Jend. Sudirman Km 3 Cilegon,

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan

Bab IV Data Pengujian

UNIVERSITAS DIPONEGORO

PENGARUH KECEPATAN POTONG TERHADAP TEMPERATUR PEMOTONGAN PADA PROSES PEMBUBUTAN

OPTIMASI PARAMETER PROSES BUBUT PADA BERBAGAI JENIS BAJA DENGAN MEDIA PENDINGIN COOLED AIR JET COOLING

DISTRIBUSI TEMPERATUR AREA PEMOTONGAN PADA PROSES DRAY MACHINING BAJA AISI 1045

JURNAL KONSENTRASI TEKNIK PRODUKSI

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2

EFFECT OF CUTING SPEED USING MATERIAL HSS TOOL AND CARBIDE TOOL FOR LATHE PRICESS OF MATERIAL AISI 1010 FOR QUALITY LATHE TOOL WEAR

PENGARUH SUDUT POTONG PAHAT TERHADAP GAYA PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT BEBERAPA MATERIAL DENGAN PAHAT HSS

SAT. Pengaruh Kemiringan Spindel Dan Kecepatan Pemakanan Terhadap Getaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2. Romiyadi, Emon Azriadi. 1.

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK

Studi Pengaruh Kedalaman Pemakanan terhadap Getaran dengan Menggunakan Mesin Bubut Chien Yeh CY 800 Gf

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN UMUR PAHAT PADA PEMBUBUTAN KERING DAN KERAS BAJA AISI 4340 MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA PVD BERLAPIS

MATERI PEMBEKALAN/DRILLING LKS SMK SE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

Jumlah Halaman : 20 Kode Training Nama Modul` Simulation FRAIS VERTIKAL

Materi Kuliah PROSES GERINDA. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY

Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

SURAT KETERANGAN No : 339C /UN /TU.00.00/2015

STUDI KEMAMPUAN DAN KEANDALAN MESIN FREIS C2TY MELALUI PENGUJIAN KARAKTERISTIK STATIK MENURUT STANDAR ISO Julian Alfijar 1 ), Purnomo 2 )

UNIVERSITAS DIPONEGORO PROSES PERMESINAN BUBUT PADA KACA TUGAS AKHIR DIKA FAJAR PRATAMA SETIADI L2E FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal

TUGAS SARJANA PENGUKURAN GAYA PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT DENGAN MENGGUNAKAN DYNAMOMETER

PENGARUH RAKE ANGLE TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN PADA PROSES EXTERNAL TURNING

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013 UNJUK KERJA VORTEX TUBE COOLER PADA PEMESINAN BAJA ST41

PERBANDINGAN TINGKAT KEKASARAN DAN GETARAN PAHAT PADA PEMOTONGAN ORTHOGONAL DAN OBLIQUE AKIBAT SUDUT POTONG PAHAT

Transkripsi:

Simulasi untuk Memprediksi Pengaruh... Muhammad Yusuf, M. Sayuti SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING Muhammad Yusuf 1) dan M. Sayuti 2) 1) Jurusan Teknik Mesin Universitas Malikussaleh Lhokseumawe 2) Jurusan Teknik Industri Universitas Malikussaleh Lhokseumawe Abstrak: Pada proses logam dengan perkakas, besarnya daya yang diperlukan dipengaruhi oleh beberapa parameter. Beberapa parameter diantaranya adalah: gerak makan (feed), kedalaman potong (depth of cut), kecepatan potong (cutting speed) dan kecepatan geram (metal removal rate). Chip thickness adalah tebal geram (chip) sebelum terpotong, terletak di titik/ daerah pada mata potong. Chip thickness diyakini sebagai faktor yang sangat berpengaruh pada besar/kecilnya daya. Dengan demikian besarnya daya bisa diprediksi berdasarkan faktor ini. Dalam makalah ini akan dibahas dan dilakukan penelitian untuk memprediksi besarnya daya berdasarkan chip thickness. Kata Kunci: gerak makan, kedalaman potong, kecepatan potong, tebal geram sebelum terpotong, daya 1. Pendahuluan Proses bubut selindris merupakan proses logam yang sering dilakukan dengan menggunakan bubut (lathe machine). Proses pembubutan poros yaitu proses memperkecil diameter bahan poros sesuai dengan dimensi yang dikehendaki, merupakan salah satu contoh dari proses bubut selindris (cylindrical turning), pada saat pemakanan berlangsung pahat potong bergerak sejajar sumbu benda kerja [degarmo, 1979]. Proses bubut selindris yang dimaksud ditampilkan pada gambar 1. (deep of cut), κ r adalah sudut potong utama (depth of cutting edge angle), d o adalah diameter mula benda kerja dan d m adalah diameter akhir benda kerja setelah terjadi proses oleh pahat. 2. Tebal Geram Sebelum Terpotong (Chip Thickness) Sampai sejauh ini, tebal geram sebelum terpotong dianggap sebagai parameter yang sangat berpengaruh terhadap besarnya daya. Sebenarnya ketebalan geram sebelum terpotong dipengaruhi oleh beberapa parameter lainnya. Gambar 2 akan dipakai sebagai acuan untuk menguraikan lebih lanjut tentang ketebalan geram sebelum terpotong ini. Gambar 1. Proses bubut silindris (cylindrical turning) Arah C merupakan arah gerakan utama (primary motion). Pada proses dengan bubut, gerakan utama merupakan gerakan melingkar yang dilakukankan oleh benda kerja yang dicekam pada spindle bubut. Arah Z merupakan arah gerakan pemakanan pahat terhadap benda kerja (continuous feed motion). a adalah kedalaman Gambar 2. Penentuan tebal geram sebelum terpotong (chip thickness) 47

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 2 April 2006 Berdasarkan gambar 2 di atas, yang dimaksud dengan tebal geram sebelum terpotong (chip thickness) adalah h. Berdasarkan gambar tersebut, ketebalan geram sebelum terpotong dipengaruhi oleh gerak makan (feed) yang dinyatakan sebagai f dan sudut potong utama (major cutting edge angle), yang dinyatakan sebagai κ r. Kedua parameter tersebut yang akan menentukan dimensi/ketebalan geram sebelum terpotong [Maslov, 1990]. 3. Model Matematis Untuk Meprediksi Pemotongan Untuk memungkinkan proses simulasi dengan komputer, berbagai hal yang terkait dengan proses yang berpengaruh terhadap besarnya daya harus ada model matematisnya. Model matematis ini diperlukan untuk membuat program yang diperlukan untuk simulasi dengan komputer. Berbagai parameter yang diperlukan untuk simulasi akan diuraikan dalam bagian ini. Parameter pertama yang akan dibahas adalah ketebalan geram sebelum terpotong (chip thickness). Sebagaimana disebut sebelumnya (lihat gambar 2), ketebalan geram sebelum terpotong dipengaruhi oleh pemakanan (feed, f) serta sudut potong utama (major edge cutting eagle, κ r ). Berdasar geometri yang bisa dilihat pada gambar 2, ketebalan geram sebelum terpotong dinyatakan dengan rumus berikut: h = f sin κ r (1) h: tebal geram sebelum terpotong (mm) f: gerak makan (aran) κ r: sudut potong utama (derajad) Parameter kedua adalah kecepatan potong (cutting speed). Pada dengan bubut (bubut selindris), kecepatan dinyatakan dalam rumus berikut: π.d.n v = 60 do +dm ; d = 2 v : kecepatan potong (mm/det) d : Diameter mula d m : diameter mula benda kerja (mm) d o : diameter akhir benda kerja (mm) n : putaran benda kerja (rpm) (2) Parameter yang ketiga adalah laju geram (metal removal rate). geram pada perinsipnya dihitung berdasarkan luas penampang geram dikalikan dengan kecepatan potong. Luas penampang geram dihitung berdasarkan besarnya pemakanan (feed) dikalikan kedalaman (deep of cut). Dengan demikian, laju geram dirumuskan sebagai berikut: z = A.v = f.a.v z : laju geram (mm 3 /det) a : kedalaman potong (mm) A: luas penampang geram (mm 2 ) f : gerak makan (aran) (3) Parameter keempat adalah daya yang diperlukan untuk. Gaya ini hitung berdasarkan gaya potong spesifik (spesific cutting energy) dikalikan dengan laju geram. Gaya potong spesifik diperoleh berdasarkan percobaan. Taufiq Rochim [1993], melakukan penelitian untuk mendapatkan gaya potong spesifik untuk material pada pahat tertentu. Data tentang gaya potong spesifik diambil dari kurva lampiran 1). yang diperlukan untuk dirumuskan sebagai berikut: P m = p s. z (4) P m : daya yang dibutuhkan untuk (watt) p s : gaya potong spesifik (J/mm 3 ) z : laju geram (mm 3 /det) Parameter berikutnya adalah daya yang dibutuhkan oleh perkakas. ini dihitung berdasarkan daya yang diperlukan untuk dibagi dengan effisiensi overall dari mekanisme. Yang dimaksud dengan efisiensi overall dalam hal ini adalah effisiensi total/ keseluruhan dari sistem transmisi daya yang dipakai (motor, sabuk-puli, roda gigi) pada perkakas. Boothroyd [1983], menginformasikan bahwa harga efisiensi overall untuk bubut berkisar 70 %. Harga efesiensi overall tersebut akan dipakai dalam simulasi ini. yang dibutuhkan oleh 48

Simulasi untuk Memprediksi Pengaruh... Muhammad Yusuf, M. Sayuti perkakas ini dinyatakan dalam rumus sebagai berikut: Pe = P m/ η overall (5) P e : daya yang dibutuhkan perkakas (watt) κ r : sudut potong utama (derajad) η overall : efisiensi total dari sistem transmisi daya pada perkakas 4. Metodologi Simulasi yang akan dilakukan berdasarkan pada model matematis yang dibahas sebelumnya. Simulasi ini akan dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel. Data yang diperlukan untuk simulasi seperti putaran benda kerja, pemakanan (feed) dimabil dari salah satu bubut yang ada dilaboratorium Teknik Produksi Jurusan Teknik Mesin Universitas Malikussaleh Lhokseumawe. Spesifikasi bubut yang dimaksud adalah sebagai berikut: Jenis Mesin ML, model LG-460, daya motor 3.75 Kw, variasi putaran: 70, 120, 210, 320 rpm (low speed) dan 390, 700, 1200, 1200 (high speed), gerak makan (feed): 0.046 0.645. Data untuk gaya potong spesifik (spesific cutting energy) diambil dari Gambar lampiran 1. Untuk material yang dipakai adalah baja karbon (carbon steels). Data sudut potong utama (major cutting edge angle) yang mempunyai pengaruh terhadap tebal geram sebelum terpotong (chip tickness), diambil berdasarkan sudut potong utama pahat yang banyak dipakai dalam operasi pean. Dalam simulasi ini diambil tiga data sudut potong utama pahat, yaitu 30º, 60º dan 90º. Tabulasi data yang dipakai dalam simulasi maupun hasil yang akan didapatkan melalui simulasi ditabelkan pada Tabel 1. Tabel 1 adalah tabel untuk sudut potong utama pahat sebesar 30º. Untuk sudut potong utama pahat yang lain (60º dan 90º), data untuk kedalaman potong (a), diameter benda kerja (d o ), gerak makan (f) dan putaran (n) adalah sama dengan data sebagaimana tercantum dalam tabel 1. Tanda (***) dalam Tabel 1 adalah hasil yang akan didapatkan setelah simulasi dijalankan. Data putaran (70, 120, 210, 320 dan 700 rpm) diambil sesuai dengan kisar putaran yang disediakan pada bubut yang ada di laboratorium Teknik Produksi Jurusan Teknik Mesin Universitas Malikussaleh Lhokseumawe. Tabel 1. Data untuk simulasi dan hasil yang akan didapatkan (***) κ r a d o f h n P m P e 70 *** *** 0,05 *** 120 *** *** 210 *** *** 320 *** *** 30 1,5 40 700 *** *** 70 *** *** 120 *** *** 0,1 *** 210 *** *** 320 *** *** 700 *** *** 5. Hasil dan Pembahasan Hasil simulasi untuk memprediksi pengaruh parameter tebal geram sebelum terpotong (chip thickness) terhadap daya dapat dilihat pada lampiran 2-4. Lampiran 2 adalah hasil simulasi untuk sudut potong utama 30º dengan gerak makan 0,05 dan 0,1. Lampiran 3 adalah hasil simulasi untuk sudut potong utama 60º dengan gerak makan 0,05 dan 0,1. Lampiran 4 adalah hasil simulasi untuk sudut potong utama 90º dengan gerak makan 0,05 dan 0,1. 5.1 Putaran dan daya Untuk ketiga sudut potong utama pahat yang disimulasi (30º,60º dan 90º) dengan harga gerak makan yang sama (0,05 maupun 0,1 ), daya meningkat seiring dengan meningkatnya putaran. Sebagaimana ditunjukkan dalam rumus (3), peningkatan putaran akan meningkatkan laju geram (metal removal rate). Karena daya berbanding langsung dengan laju geram, maka peningkatan laju geram akan meningkatkan daya. Salah satu hasil simulasi untuk sudut potong utama 30º dan gerak makan 0,05 adalah: pada putaran 70 rpm, daya 99 watt, sedangkan pada putaran 700 rpm, daya 989 watt. 5.2 dan sudut pahat Untuk kondisi operasi yang sama (putaran, gerak makan, kedalaman ), semakin kecil harga sudut potong utama pahat, harga daya pahat semakin besar. Grafik 49

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 2 April 2006 hasil simulasi berkaitan dengan daya dan sudut potong utama pahat untuk kondisi operasi yang sama ditampilkan pada Gambar 3. (watt) 1500 1250 1000 750 500 250 0 30 60 90 Sudut potong utama (derajad) gerak makan 0.05 gerak makan 0.1 Gambar 3. Grafik hasil simulasi daya dan sudut potong utama pada putaran 700 rpm Pada grafik di atas menunjukkan bahwa semakin kecil sudut potong utama pahat, maka luas bidang geser semakin besar (lihat gambar 2). Karena bidang geser semakin besar maka gaya geser yang dibutuhkan untuk menghasilkan geram juga semakin besar. Peningkatan gaya geser akan meningkatkan gaya, dengan demikian daya juga akan meningkat. Hasil simulasi sebagaimana grafik pada gambar 3 tersebut, berlaku untuk semua kondisi operasi yang disimulasikan. 5.3 Simulasi dan implementasi Simulasi dengan komputer sebagaimana dilakukan dalam penelitian ini akan sangat membantu untuk memprediksi besarnya daya. Dari hasil simulasi dengan berbagai kondisi operasi yang diambil sesuai dengan spesifikasi bubut yang ada di laboratorium, daya terbesar adalah 1319 watt (daya yang diperlukan 1884 watt), yaitu pada kondisi operasi sudut potong utama 30º, gerak makan 0.1, putaran 700 rpm dan kedalaman potong 1.5 mm. Berbagai kondisi operasi yang lain dapat dipilih dan disimulasikan untuk memperkirakan apakah daya yang diperlukan masih dapat dipenuhi oleh yang ada. Dengan bantuan program simulasi seperti ini, maka hasilnya dapat diperoleh dengan cepat. Implementasi hasil simulasi ke dalam kondisi rill harus dilakukan dengan hati-hati, karena bagaimanapun juga hasil simulasi adalah hasil perkiraan. Akurasi/ketepatan hasil simulasi dipengaruhi beberapa faktor seperti asumsiasumsi yang diambil pada saat menentukan/memilih kondisi operasi. Selain itu ada beberapa kondisi rill yang pengaruhnya tidak bisa dimodelkan dalam simulasi ini, seperti misalnya pengaruh pemakaian cairan pendingin dan keausan pahat. 6. Kesimpulan Pada simulasi ini dapat dilihat bahwa tebal geram sebelum terpotong (chip thickness) dapat dipakai untuk memprediksi besarnya daya yang diperlukan untuk berbagai kondisi operasi. Melalui simulasi ini daya dapat diprediksikan, maka berbagai kodisi rill yang direncanakan akan dipakai pada proses, bisa disimulasi terlebih dahulu untuk mengetahui apakah kondisi yang direncanakan tersebut memerlukan daya yang lebih besar dari pada daya yang dimiliki oleh perkakas, tentu saja kondisi operasi tersebut tidak mungkin dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Boothroyd, G., 1983, Fundamental of Metal Machining and Machine Tools., International Book Company, 7th printing, McGraw-Hill. DeGarmo, P., 1979, Materials and Processes in Manufacturing, Collier Macmillan International Edition, New York. Maslov, D., 1990. Engineering Manufacturing Processes, Peace Publisher, Moscow Rochim, T., 1993, Teori dan Teknologi Proses Pean, Higher Education Devolepment Support Projec, Jakarta. 50

Simulasi untuk Memprediksi Pengaruh... Muhammad Yusuf, M. Sayuti Lampiran 1. Kurva untuk memperkirakan harga gaya potong spesifik (spesific cutting energy), Boothroyd [1983]. penghasila n pemotonga n Putara n Kec. potong (mm/det geram (rpm) ) (mm 3 /det) (watt) (watt) 70 147 22 132 188 120 251 38 226 323 210 440 66 396 565 320 670 100 603 861 700 1465 220 1319 1884 Lampiran 3. Hasil simulasi untuk sudut potong utama pahat 60º, gerak makan 0.05 dan 0.1 Gerak makan 0.05 Sudut potong utama 60 derajad Tebal geram sblm terpotong 0.04 mm Gaya Potong spesifik 7.00 J/mm 3 Lampiran 2. Hasil simulasi untuk sudut potong utama pahat 30º, gerak makan 0.05 dan 0.1 Gerak makan 0.05 Sudut potong utama 30 derajad Tebal geram sblm terpotong 0.02 mm Gaya Potong spesifik 9.00 J/mm 3 Kec. Putaran potong (rpm) (mm/det) geram (mm 3 /det) (watt) (watt) 70 147 11 99 141 120 251 19 170 242 210 440 33 297 424 320 670 50 452 646 700 1465 110 989 1413 Kec. Putaran potong geram (mm 3 /det) (watt) (watt) (rpm) (mm/det) 70 147 11 77 110 120 251 19 132 188 210 440 33 231 330 320 670 50 352 502 700 1465 110 769 1099 Gerak makan 0.10 Sudut potong utama 60 derajad Tebal geram sblm terpotong 0.09 mm Gaya Potong spesifik 4.20 J/mm 3 Kec. Putaran potong geram (mm 3 /det) (watt) (watt) (rpm) (mm/det) 70 147 22 92 132 120 251 38 158 226 210 440 66 277 396 320 670 100 422 603 700 1465 220 923 1319 Gerak makan 0.10 Sudut potong utama 30 derajad Tebal geram sblm terpotong 0.05 mm Gaya Potong spesifik 6.00 J/mm 3 51

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 2 April 2006 Lampiran 4. Hasil simulasi untuk sudut potong utama pahat 90º, gerak makan 0.05 dan 0.1 Gerak makan 0.05 Sudut potong utama 90 derajad Tebal geram sblm terpotong 0.05 mm Gaya Potong spesifik 6.00 J/mm 3 Putaran Kec. potong (rpm) (mm/det) geram (watt) (watt) (mm 3 /det) 70 147 11 66 94 120 251 19 113 161 210 440 33 198 283 320 670 50 301 431 700 1465 110 659 942 Gerak makan 0.10 Sudut potong utama 90 derajad Tebal geram sblm terpotong 0.10 mm Gaya Potong spesifik 4.00 J/mm 3 Putaran Kec. potong (rpm) (mm/det) geram (watt) (watt) (mm 3 /det) 70 147 22 88 126 120 251 38 151 215 210 440 66 264 377 320 670 100 402 574 700 1465 220 879 1256 52