SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU ILLEGAL LOGGING

dokumen-dokumen yang mirip
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOBA YANG DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengendali ekosistem, pengaturan tata air dan berfungsi sebagai paru-paru

PIDANA KERJA SOSIAL DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN PEMIDANAAN DI INDONESIA

RELEVANSI PIDANA KERJA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati di dunia. Indonesia dijuluki sebagai Megadiversity Country,

SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (HUMAN TRAFFICKING) DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

PIDANA PENGAWASAN DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA. Oleh : I Made Ardian Prima Putra Marwanto

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MUTILASI

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai bangsa yang percaya dan meyakini kemahakuasaan Tuhan

I. PENDAHULUAN. ekonomi tinggi, serta hutan ikutan seperti getah, rotan, madu, buah-buahan. Selain

SANKSI PIDANA SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN HUMAN TRAFFICKING DI DUNIA MAYA

UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana. Moeljatno menyatakan bahwa orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan

1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA KEHUTANAN. Oleh: Esti Aryani 1 Tri Wahyu Widiastuti 2. Abstrak

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERDAPAT PASAL 310 KUHP)

PENGATURAN POLISI TIDUR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN UMUM

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

Oleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan di dalam masyarakat berkembang seiring dengan. tidak akan dapat hilang dengan sendirinya, sebaliknya kasus pidana semakin

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 4

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

PENERAPAN SANKSI YANG BERKEADILAN TERHADAP ANAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. melanggar hukum, termasuk anak bisa melakukan tindakan yang melawan

Lex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017

AKTIFITAS ILLEGAL DI DALAM KAWASAN HUTAN. Penebangan Liar Pencurian Kayu Perambahan Hutan Perladangan Liar Pengembalaan Liar

PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI DALAM KUHP SEBAGAI UPAYA KESELARASAN SISTEM PEMIDANAAN ATURAN HUKUM DENGAN UNDANG UNDANG KHUSUS DI LUAR KUHP

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA. Nisa Yulianingsih 1, R.B. Sularto 2. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

PENGATURAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN DALAM UNDANG-UNDANG KEPABEANAN

KEBIJAKAN DALAM PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PELACURAN SESUAI DENGAN PERDA KOTA DENPASAR NO. 2 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. maupun ilegal dan melebihi batas imbang ekologis serta masalah pembakaran

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP KELALAIAN PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYEBABKAN KEMATIAN DALAM KECELAKAAN DI JALAN RAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVENTOR PICK UP GITAR ELEKTRIK DAN SANKSI TERHADAP PENDUPLIKASIAN INVENSINYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta

TINDAK PIDANA ASUSILA TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan

BAB V PENUTUP. 1. Penegakan hukum terhadap Illegal Logging di Kabupaten Bone Bolango

ANALISA YURIDIS PEMIDANAAN PADA TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR (STUDI KASUS PUTUSAN NO.85/PID.SUS/2014/PN.DPS.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA TINDAK PIDANA NARKOTIKA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

OLEH : Ni Ketut Arie Setiawati. A.A Gde Oka Parwata. Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB II PENGATURAN TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM PECANDU NARKOTIKA. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

ANALISIS HUKUM PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANANYA

I. PENDAHULUAN. juga diikuti dengan berkembangnya permasalahan yang muncul di masyarakat. Perkembangan

Lex et Societatis, Vol. II/No. 2/Februari/2014

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list

SANTUNAN OLEH PELAKU TINDAK PIDANA TERHADAP KORBAN KEJAHATAN DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PEMBANTU KEJAHATAN TERHADAP NYAWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

KEABSAHAN PENETAPAN STATUS TERSANGKA DALAM PROSES PENYELIDIKAN (STUDI KASUS PENISTAAN AGAMA Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA)

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan atas

BAB III PENUTUP. dapat Penulis ambil kesimpulan sebagai berikut :

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM MENANGGULANGI PENYALAHGUNAAN BBM SUSBSIDI DI NUSA TENGGARA TIMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-

FAKTOR PENYEBAB DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TENTANG EKSPLOITASI SEKSUAL SESUAI DENGAN UNDANG- UNDANG PERLINDUNGAN ANAK

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

PENGATURAN DAN MEKANISME PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI DAN REHABILITASI DALAM TINDAK PIDANA TERORISME

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA

UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN [LN 1999/167, TLN 3888]

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan

ANALISIS MENGENAI SINGKRONISASI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SEBAGAI PENGGANTI PIDANA PENJARA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PRIVASI KONSUMEN DALAM BERTRANSAKSI ONLINE

SANKSI PIDANA BAGI KORPORASI ATAS PEMALSUAN UANG RUPIAH 1 Oleh : Putri Sofiani Danial 2

BAB I PENDAHULUAN. Pidana yang berupa pembayaran sejumlah uang dinamakan pidana denda. Kedua

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGATUR LALU LINTAS UDARA DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN PESAWAT UDARA

I. PENDAHULUAN. terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) Undang -Undang Dasar 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA PEMERINTAH MELESTARIKAN KEBERADAAN SATWA LANGKA YANG DILINDUNGI DARI KEPUNAHAN DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengganggu ketenangan pemilik barang. Perbuatan merusak barang milik. sebagai orang yang dirugikan dalam tindak pidana tersebut.

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

Kajian yuridis terhadap putusan hakim dalam tindak pidana pencurian tanaman jenis anthurium (studi kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA GAS ELPIJI

TINDAK PIDANA MUTILASI DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PEMIDANAAN ANAK DI BAWAH UMUR

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik pembangunan ekonomi, politik, maupun pengembangan

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PUTUSAN PENGADILAN MENGENAI BESARNYA UANG PENGGANTI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI SUPRIYADI / D

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

KONTROVERSI LANDASAN PENGHAPUSAN PIDANA MATI DALAM RUU KUHP NASIONAL. oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

Transkripsi:

SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU ILLEGAL LOGGING Oleh : Wayan Satria Pramana Putra Gde Made Swardhana A.A. Ngr. Yusa Darmadi Program Kekhususan Hukum Pidana Universitas Udayana Abstrak: This paper entitled Criminal Sanctions Against Illegal Logging Actors. This paper uses normative analysis method. Refers to the rate ofdeforestation ratein Indonesiais gettingworse,illegallogging is acriminaloffensewith global implications. Many ways toanticipatethe widespreadcrime.thatone way tomake therulesthat govern itand providemaximumpunishmentto theperpetrators. Penal systemisthe most appropriate waytopreventand solvecrimeof illegallogging. Key words: Illegal Logging, rules,maximum punishment, Penal system Makalah ini berjudul "Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Illegal Logging". Makalah ini menggunakan metode analisis normatif. Mengacu pada tingkat laju pengerusakan hutan di Indonesia yang semakin memburuk,illegal logging merupakan kejahatan yang memiliki pengaruh global. Banyak cara untuk mengantisipasi agar kejahatan tidak semakin meluas. Salah satu caranya adalah dengan membentuk peraturan yang mengatur hal itu dan memberikan hukuman maksimal kepada pelaku. Sistem Pidana adalah cara yang paling tepat untuk mencegah dan mengatasi kejahatan Illegal logging. Kata kunci : Illegal Logging, Pengaturan, Hukuman maksimal, Sistem pidana I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Hutan merupakan salah satu bagian dari alam, dan alam sendiri terdiri dari lingkungan yang tidak hidup dan yang hidup. Hutan merupakan kata yang memiliki makna yang sama dengan suatu kata dalam bahasa inggris, yaitu forrest yang berarti suatu daerah tertentu yang tanahnya ditumbuhi pepohonan, tempat hidup binatang buas dan burung-burung hutan. 1 Sumber data yang beragam serta perbedaan metode dan klasifikasi, akan menyulitkan penghitungan laju perubahan tutupan hutan setiap tahunnya. Sebagai contoh, analisis FAO (Food and Agricultural Organisation) mengatakan tutupan hutan 1 Salim,H.S., 2004,Dasar-Dasar Hukum Kehutanan (Edisi Revisi), Sinar Grafik, Jakarta, h. 41. 1

Indonesia pada tahun 2005 hanya sekitar 88,5 juta hektar atau sekitar 48,8% dari total luas lahan dan 46,5% dari total luas wilayah. 2 Selain oleh karena alam, kerusakan hutan juga dapat terjadi karena penyerobotan kawasan, penebangan liar, pencurian hasil hutan dan pembakaran hutan. 3 Illegal logging merupakan penyumbang terbesar laju kerusakan hutan.sejauh ini hingga tahun 2012 belum ada sama sekali peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Illegal Logging secara khusus. Selama ini pengaturan mengenai Illegal Logging tersebar dalam beberapa peraturan yang hanya sekedarnya saja dan tanpa adanya penjelasan lebih terperinci bahwa memang hutan harus dilindungi agar tidak terjadinya bencana. Peraturan dengan sanksi yang berat seperti pidana sebagai satu-satunya upaya terakhir yang dapat dijadikan pencegah terjadinya Illegal Logging. Salah satu sanksi pidana bisa berupa pidana penjara. Keadaaninilah yang menjadi latar belakang dari penulisan penelitian ini. Dengan melihat efek dari Illegal Logging yang begitu dahsyat dan juga melihat kepada peraturan atau hukum sebagai salah satu cara untuk menanggulangi Illegal Logging. B. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaturan hukum mengenai Illegal Logging dan juga sanksi pidananya serta untuk mencegah terjadinya Illegal Logging. selain itu juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dan juga wacana bagi para pihak yang terkait untuk membentuk suatu peraturan yang khhusus mengatur mengenai Illegal Logging dan mempergunakan hukum dalam penyelesaian suatu perkara. II. ISI MAKALAH A. Metode Penulisan ini mempergunakan jenis penelitian normatif dan mempergunakan pendekatan terhadap undang-undang dan juga pendekatan historis. Yaitu pendekatan yang mengkaji terhadap peraturan-peraturan yang terkait serta mengumpulkan bahanbahan hukum dari waktu kewaktu yang berupa buku-buku hukum. 2 Laporan Tahunan FAO, 2010, URL: http://www.fao.org/docrep/013/i1757e.pdf, (Cited 2012 Mei. 12) 3 Alam Setia Zain, 1997,Hukum Lingkungan Konservasi Hutan Dan Segi-Segi Pidana, PT Rineka Cipta, Jakarta, h. 41-64 2

B. Hasil dan Pembahasan a. Keberadaan Pengaturan Illegal Logging Membahas permasalahanillegal Loggingsebenarnya merupakan sebuah permasalahan yang sangat berdampak besar sehingga bila ditelusuri permasalahan mengenai Illegal Logging seharusnyamasuk pada kejahatan luar biasa seperti halnya pada kejahatan korupsi, narkotika dan juga terorisme. Kenyataannya banyak yang menganggap bahwa kasus lingkungan merupakan hal yang sepele karena tidak terasa langsung akibat yang ditimbulkan melainkan akan terasa beberapa waktu kemudian. Persoalan mengenai lingkungan tidak hanya menjadi permasalahan dalam negeri saja melainkan menjadi persoalan yang mendunia oleh karena sebab dan akibat yang di ciptakan tidak bisa dikaitkan dengan lingkungan yang ada disekitarnya saja. Pengaturan mengenai pelanggaran Illegal Logging di Indonesia akan kita temukan pada Undang-Undang kehutanan yakni Undang-Undang No. 41 tahun 1999 Tentang Kehutanan pasal 50 ayat (1), ayat (2), ayat (3) huruf (e).pada undang-undang terkait yang lainnya tidak ada yang mencantumkan mengenai pengaturan Illegal Loggingsehingga akan sangat susah dan akan menyebabkan semakin banyaknya kejahatan yang akan terjadi terkait dengan kayu.dengan demikian sangat sulit untuk menemukan tatanan pengaturan hukum terkait dengan illegal logging sehingga nantinya hakim yang menangani tindak kejahatan ini harus menemukan hukumnya melalui konstruksi hukum. Konstruksi hukum adalah suatu perbuatan yang bersifat mencari asas hukum yang menjadi dasar peraturan hukum yang bersangkutan. 4 Pentingnya suatu aturan hukum yang khusus ini diperuntukkan bagi pencegahan serta penanggulangan terjadinya kejahatan illegal logging di Indonesia. Apabila suatu saat ada pelaku tindak kejahatan illegal logging bebas oleh karena tidak adanya aturan yang mengatur maka akan sangat berdampak negatif bagi kehidupan di alam semesta dan juga keseimbangan keadaan suatu negara. Perlu kiranya ada suatu kebijakan pemerintah dalam hal ini membentuk suatu Undang-Undang yang mengatur tentang illegal loggingserta perlunya memberikan pemahaman dan penyamaan persepsi bahwa memang benar kasus illegal loggingakan menjadi suatu ancaman besar bagi kehidupan. 4 R.Soeroso, 2007, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h.111. 3

b. Ketepatan Sanksi Pidana Bagi Pelaku Illegal Logging Melihat pada KUHP ada beberapa unsur-unsur yang erat kaitannya dengan kejahatan Illegal Logging. KUHP terlebih dahulu dipergunakan sebelum adanya Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.Secara umum kaitannya dengan unsur-unsur tindak pidana umum yang terdapat didalam KUHP yang dapat nantinya dikelompokkan kedalam bentuk kejahatan secara umum seperti pencurian, penggelapan, pemalsuan, pengerusakan, penadahan, penyelundupan. Berlakunya Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan terhadap perbuatan tersebut dikenakan pidana seperti yang tercantum dalam Pasal 50 jo. Pasal 78 Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 yang sekarang dilihat bahwa ancaman pidananya lebih berat dibandingkan dengan menggunakan KUHP.Sanksi pidana yang tepat di berikan kepada pelaku tindak kejahatan illegal logging seharusnya tidaklah dirumuskan dengan menggunakan penggabungan yang kaku, namun sebaiknya dengan menggunakan pilihan sehingga nantinya akan memberikan kelonggaran pada tahap pengaplikasian dengan lebih mendalami permasalahan tersebut sebelum di terapkan. Dengan adanya perumusan sanksi pidana yang secara pilihan akan dapat lebih memberikan pilihan untuk menjatuhkan pidana pokok yang berupa pidana denda ataupun penjara sesuai dengan kejahatan yang dilakukannya dan juga yang menjadi tujuannya melakukan kejahatan sehingga nantinya hakim akan lebih mudah melihat dan menjatuhkan vonis sanksi pidana yang tepat kepada pelaku illegal logging. Selain itu juga perlu diperhatikan rasa keadilan yang hendaknya harus terpenuhi melalui sanksi pidana yang akan dijatuhkan. Apabila dilakukan oleh pejabat maka sanksi pidana yang harus lebih berat. Mengacu kepada uaraian tentang undang-undang kehutanan maupun juga undang-undnag yang lain dan juga KUHP serta dampak-dampak yang ditimbulkan akibat kejahatan tersebut yang tidak hanya berdampak pada ekonomi semata namun termasuk di dalamnya sosial, budaya dan ekologi, maka pidana yang dijatuhkan harus yang seberat-beratnya selain itu juga kerugian negara yang ditanggung juga harus diperhitungkan didalamnya sehingga harus dikembalikan kedalam keadaan semula dengan waktu yang tidak boleh terlalu lama. 4

III. Kesimpulan A. Simpulan 1. Tatanan pengaturan hukum positif terhadap illegal logging terdapat pada Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan pada pasal 50 ayat (1), ayat (2), ayat (3) huruf (c) dan (e), selain daripada itu pengaturan menganai illegal logging tidak ada. 2. Telah terjadi kekosongan norma mengenai illegal logging. Adapun sanksi pidana yang tepat dapat diberikan kepada para pelaku illegal logging yakni hukuman yang seberat-beratnya disertai dengan ganti kerugian untuk melakukan pemulihan pada hutan yang dirusak akibat perbuatannya melakukan illegal logging. Tindak pidana illegal logging yang dilakukan oleh pegawai negeri ataupun pejabat yang berwenang maka sanksi pidana yang diberikan harus lebih berat lagi. B. Saran 1. Perlu adanya suatu aturan yang lebih mengkhusus lagi untuk mengatur mengenai illegal logging kedalam suatu peraturan perundang-undangan. 2. Selain itu sanksi yang diberikan harus merupakan sanksi pidana dengan sedikit innovasi yaitu pemberian sanksi yang seberat-beratnnya dan disertai dengan ganti kerugian untuk biaya pemulihan terhadap hutan yang dirusak. Pidana harus mampu mencegah terjadinya illegal logging dengan memperhatikan subjeknya jadi tidak hanya pelaku yang berhubungan langsung dengan kayu tersebut melainkan harus ditelusuri yang menjadi otak dibalik serangkaian kejahatan illegal logging. DAFTAR PUSTAKA Salim,H.S., 2004, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan (Edisi Revisi), Sinar Grafik, Jakarta, Soeroso, R., 2007, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, Zain, Alam Setia, 1997, Hukum Lingkungan Konservasi Hutan Dan Segi-Segi Pidana, PT Rineka Cipta, Jakarta, Laporan Tahunan FAO, 2010, URL: http://www.fao.org/docrep/013/i1757e.pdf, (Cited 2012 Mei. 12) 5