SANKSI PIDANA DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ANAK DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
HAK ANAK DALAM KETENAGAKERJAAN

SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (HUMAN TRAFFICKING) DI INDONESIA

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG. A. Pengaturan Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut KUHP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG EKPLOISTASI PEKERJA ANAK. A. Pengaturan Eksploitasi Pekerja Anak dalam Peraturan Perundangundangan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGATURAN-PENGATURAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA. Oleh: Nurul Hidayati, SH. 1.

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (traficking) terutama terhadap perempuan merupakan pengingkaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. (2010 hingga 2014) sebanyak kasus anak terjadi di 34 provinsi dan

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

PEKERJA ANAK. Dibahas dalam UU NO 13 Tahun 2003 Bab X Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejaterahan Bagian 1 Paragraf 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu lembaga atau

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia

UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI [LN 2008/181, TLN 4928]

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Perlindungan Anak

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PROSTITUSI MELALUI MEDIA ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. lama. Hanya saja masyarakat belum menyadari sepenuhnya akan kejahatan

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK (TRAFFICKING) DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (trafficking) merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB I PENDAHULUAN. Usia Pekerja Jumlah Pekerja Tahun Survei Tahun Tahun ±

SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PEMBANTU KEJAHATAN TERHADAP NYAWA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235]

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BALITA SEBAGAI KORBAN PERDAGANGAN ORANG DI TINJAU DARI ASPEK VIKTIMOLOGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG

TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA. Oleh : Ahmad Sofian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBERANTASAN MAKSIAT

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial, sejak dalam kandungan sampai dilahirkan anak. mempunyai hak atas hidup dan merdeka serta mendapat perlindungan baik

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK BAGI ANAK

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA [LN 1997/67, TLN 3698]

Dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, sanksi bagi pelaku kejahatan narkoba adalah sebagai berikut :

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

URGENSI BANTUAN HUKUM TERHADAP MASYARAKAT YANG TIDAK MAMPU UNTUK MENCEGAH PERDAGANGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir

Wawancara bersama penyidik Unit Pelayanan Perempuan Dan Anak

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan. Meskipun pengaturan tentang kejahatan di Indonesia sudah sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan manusia atau istilah Human Trafficking merupakan sebuah

STUDI KOMPARASI TINDAK PIDANA PERDAGANGAN MANUSIA DALAM KUHP DAN UU RI NO 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mencari nafkah. Hal ini yang mendorong munculnya paktek perdagangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

situasi bencana memberikan pendampingan hukum dan pelayanan (UUPA Pasal 3; Perda Kab. Sleman No.18 Tahun 2013, Pasal 3)

BAB III TINDAK PIDANA PORNOGRAFI DALAM UNDANG UNDANG NO. 44 TAHUN A. Pengertian Pornografi Menurut Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Institute for Criminal Justice Reform

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat dan agama. Contoh nyata dari penerapan aturan dan /atau

PERLINDUNGAN HUKUM terhadap PEKERJA ANAK dan PEREMPUAN. Sarwirini Fakultas Hukum Universitas Airlangga

BAB II. Pengaturan Tentang Tindak Pidana Eksploitasi Anak Dalam. Hukum Positif di Indonesia

BAB II PERATURAN HUKUM HAK RESTITUSI DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN [LN 1995/64, TLN 3612]

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERDAPAT PASAL 310 KUHP)

BAB II ATURAN HUKUM TERKAIT LARANGAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG. E. Perkembangan Aturan Hukum Tindak Pidana Perdagangan Orang

MEKANISME PERLINDUNGAN DAN PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK. Grasia Kurniati, S.H, M.H, Wulansari, S.H, M.H. Tim Abdimas Pusat Studi Gender

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

Pasal 5: Setiap orang dilarang

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengatur tetntang pengertian anak berdasarkan umur. Batasan umur seseorang

RechtsVinding Online

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

Kebijakan Hukum Pidana Dalam Pemberantasan Kejahatan Perdagangan Orang (Trafficing) Sidqi Ferin Diana *

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235), sebagaimana telah beberapa kali diubah, tera

BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA ANAK DI KOTA DENPASAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK KANDUNG

4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on The Elimination of all Forms of

Transkripsi:

SANKSI PIDANA DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ANAK DI INDONESIA Oleh I.G.A Parwata Tri Bwana R.A Retno Murni Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT: Child trafficking is a form of crime which violates the basic human rights. Fragile law enforcement especially within the perspective of human rights in Indonesia is mainly driven by incomprehensive law enforcement. Due to that, legal certainty and warranty shall never be put into reality and weakens the supremacy of law itself. In current condition, violence had reflected a miserable human rights promotion, respect, and fulfillment. Keywords : Child Trafficking, Human Rights Violation, Penal Sanction ABSTRAK: Perdagangan anak adalah suatu kejahatan yang melanggar Hak Asasi Manusia (HAM), lemahnya penegakan hukum dan HAM di Indonesia disebabkan belum dilaksanakannya pembangunan hukum yang komperehensif. Akibatnya kepastian keadilan dan jaminan hukum tidak tercipta dan akhirnya melemahkan penegakan supremasi hukum. Dalam kondisi seperti ini HAM masih sangat memprihatinkan seperti tercermin dalam bentuk berbagai pelanggaran HAM dalam bentuk kekerasan. Kata Kunci : Perdagangan Anak, Pelanggaran HAM, Sanksi Pidana. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelanggaran HAM pada saat ini sangatlah mencemaskan bagi semua orang di Indonesia, pelanggaran HAM tersbut dalam pelanggarannya tidak main-main dan tidak semata-mata hanya menimpa orang dewasa saja, tetapi juga menimpa anak yang masih dibawah umur. Akhir-akhir ini pelanggaran yang sering terjadi menimpa anak-anak yaitu dalam bentuk kekerasan, Bentuk kekerasan yang menonjol dalam dekade lima tahun terakhir ini adalah perdagangan perempuan (Trafficking) dan anak laki-laki maupun perempuan (dibawah umur 18 tahun) 1 Selain itu khusus dalam perdagangan perempuan dan anak Internasional Labour Organisatation (ILO) mengemukakan bahwa perempuan dan anak-anak dibawah umur 1 Joko Susanto,1999, Perdagangan Perempuan dan Anak Laki-Laki, Kompas Tahun V, Oktober 1999, h. 5 1

ini dibuatkan paspor palsu dan perubahan identitas dan umur. Mereka yang dijual oleh agen atau perantara kepada yang membutuhkan untuk dijadikan pengemis, pekerja seks (pelacur) dan pornografi, penjual narkoba dan eksploitasi lainnya seperti eksploitasi seksual kaum pedophilia. 2 Masalah bentuk-bentuk kekerasan lainnya terhadap anakanak yang diperdagangkan yang dikaji dari solidaritas perempuan adalah perekrutan anak untuk tujuan mengemis dijalan seperti yang terdapat di kota-kota di Indonesia. Anak-anak diambil dari desa mereka dengan tipuan dan paksaan. Khusus pada masyarakat Bali ada kepercayaan bahwa tradisi merantau merupakan bagian dari praktek keagamaan untuk menempa kesederhanaan dan rendah hati. Namun, pada beberapa kasus tampak kepentingan ekonomi telah mengalahkan tradisi ini. 3 Permasalahan yang diangkat dalam kasus ini, bagaimanakah penerapan sanksi pidananya dalam KUHP dan luar KUHP apakah sesuai dengan perbuatan yang dilakukan oleh pelaku, selain itu juga mengenai sanksi yang diatur dalam Undang- Undang Hak Asasi Manusia. 1.2 Tujuan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah hukuman yang di jatuhkan kepada si pelaku kejahatan yang diatur dalam KUHP dan Undangundang yang mengatur tentang perdagangan anak di Indonesia, di samping itu juga memberikan pengetahuan umum kepada masyarakat mengenai peraturan perundangundangan yang mengatur tentang kejahatan perdagangan anak di Indonesia. II. ISI MAKALAH 2.1 METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum normative dimana ditemukan kekaburan norma, agar penelitian memenuhi kriteria ilmiah, adanya objektifitas bahan hukum sangat diperlukan. Untuk memenuhi maksud 83-85 2 Irwanto,2001, Perdagangan Anak di Indonesia Suatu Deskrepsi Awal Organisasi Internasional, Jakarta, hal 3 Ibid 2

tersebut, maka diperlukan metode-metode tertentu yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian memiliki tujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. Penelitian hukum berbeda dengan penelitian ilmu sosial karena hukum termasuk kategori ilmu sosial, hukum merupakan ilmu jenis tersendiri 4 2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2..2.1 Sanksi Pidana Perdagangan Anak Dalam KUHP dan Luar KUHP 1. Dalam KUHP. Di Indonesia penerapan sanksi dalam hukum pidana terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Sanksi pidana perdagangan anak dalam KUHP dapat dinyatakan sebagai berikut : Dalam sistematika KUHP, mengenai tindak pidana perdagangan anak dinyatakan dalam buku II Pasal 297 KUHP sebagai berikut : Perdagangan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang belum cukup umur, di pidana dengan pidana penjara selama-lamanya enam tahun. Dari rumusan Pasal 297 ini perdagangan anak dikualifikasikan sebagai tindak pidana kejahatan. 2. Di Luar KUHP Diluar KUHP terdapat beberapa undang-undang yang mengatur tentang penerapan sanksi pidana perdagangan anak yaitu : a. Undang-Undang No. 24 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 83 yang berbunyi Setiap orang yang memperdagangkan, menjual atau menculik anak untuk diri sendiri atau untuk dijual, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan paling singkat 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp. 60.000.000 (enam puluh juta rupiah). b. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 74 dan Pasal 183 yang berbunyi : Pasal 183 yang berbunyi : (1) Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 74, dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 2 tahun dan 4 Roy Hanitjipto Soemitro, 1994, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, h 2 3

paling lama 5 tahun dan/atau denda paling sedikit Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah). Pasal 74 yang berbunyi : (1) Siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang terburuk (2) Pekerjaan-Pekerjaan yang terburuk pada ayat (1) meliputi : a. Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya b. Segala pekerjaan yang memanfaatkan menyediakan atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi, pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian c. Segala pekaan yang memanfaatkan, menyediakan atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan yang adiktif lainnya dan atau d. Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan atau moral anak. 2.2.2 Sanksi Pidana Perdagangan Anak Dalam Undang-Undang Hak Asasi Manusia Konsep HAM lahir sebagai perjuangan rakyat terhadap pemerintahan yang absolut. Pemerintah melalui kekuasaannya yang tidak terbatas menindas rakyatnya sendiri, membelenggu bahkan merampas harkat dan martabat memerlukan karakter sebagai suatu serang militer, kemudian keharusan adanya pengetahuan disini harus diartikan sebagai kesengajaan khusus. 5 Dalam Pasal 9 Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 dapat dinyatakan bahwa apabila kejahatan terjadi pada kemanusiaan yang dilakukan tidak memenuhi ketiga unsur tersebut, ketiga unsur tersebut adalah 1. Perbuatan tersebut dilakukan sebagai bagian dan serangan yang meluas atau sistemati, 2. Diketahui bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung kepada penduduk sipil, 3. Serangan itu berupa kelanjutan kebijakan penguasa atau yang berhubungan dengan organisasi, maka perbuatan itu digolongkan sebagai tindak pidana biasa yang diatur dalam KUHP dan diperiksa serta diputus oleh pengadilan pidana. Dan sebagai pelaku adalah penguasa atau organisasi yang mempunyai jaringan kerja yang luas sampai organisasi yang sah (korporasi). 5 Joko Setyono: 2005, Kebijakan Legislatif Indonesia Tentang Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Sebagai Salah Satu Bentuk Pelanggaran HAM yang berat, PT. Redika Mitama, Bandung h. 133 4

III. KESIMPULAN Bertitik tolak dari pembahasan permasalahan yang dapat diambil simpulan sebagai berikut : 1. Perumusan sanksi pidana pada tindak pidana perdagangan anak dalam Hukum.Pidana positip di Indonesia diatur dan dirumuskan dalam 3 (tiga) Undang-Undang yaitu : dalam KUHP, dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2003 dan dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan. 2. Dalam perumusan sanksi pidana pada tindak pidana perdagangan anak menurut undang-undang Hak Asasi Manusia diatur dalam pasal 9 Undang-Undang No.26 Tahun 2000, dimana menyatakan apabila kejahatan terjadi pada kemanusiaan yang dilakukan tidak memenuhi ketiga unsur tersebut, ketiga unsur tersebut adalah 1. Perbuatan tersebut dilakukan sebagai bagian dan serangan yang meluas atau sistemati, 2. Diketahui bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung kepada penduduk sipil, 3. Serangan itu berupa kelanjutan kebijakan penguasa atau yang berhubungan dengan organisasi, maka perbuatan itu digolongkan sebagai tindak pidana biasa yang diatur dalam KUHP dan diperiksa serta diputus oleh pengadilan pidana. IV. DAFTAR PUSTAKA Irwanto, 2001, Perdagangan Anak di Indonesia Suatu Deskrepsi Awal Organisasi Internasional, Jakarta. Joko Susanto, 1999, Perdagangan Perempuan dan Anak Laki-Laki, Kompas Tahun V, Oktober 1999. Joko Setyono: 2005, Kebijakan Legislatif Indonesia Tentang Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Sebagai Salah Satu Bentuk Pelanggaran HAM yang berat, PT. Redika Mitama, Bandung. Roy Hanitjipto Soemitro, 1994, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta. 5