PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH MULTI GUNA ( KPR-MG ) UNTUK PEGAWAI NEGERI SIPIL (STUDI KASUS PADA BANK NAGARI CABANG UTAMA PADANG)

dokumen-dokumen yang mirip
PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN

II. Tinjauan Pustaka. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi Indonesia tidak bisa lepas dari dasar falsafah

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa upaya

SKRIPSI PELAKSANAAN DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN (DPLK) BUMIPUTERA CABANG PADANG

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya manusia

BAB III PENUTUP. Jayapura, apabila perjanjian kredit macet dan debitur wanprestasi yaitu: (reconditioning), dan penataan kembali (restructuring).

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KHATULISTIWA LUBUKSIKAPING DENGAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 DALAM ASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. 1 Bidang perumahan

BAB III PENUTUP. penulis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Bentuk penyelesaian yang dilakukan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi,

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

DAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir, Muhammad, Hukum Perikatan. Bandung: Alumni. Ali, Moch. Chidir, Achmad Samsudin, Mashudi, Pengertian-Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. penduduk menjadikan Indonesia harus dapat meningkatkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB III PENUTUP. tangan terkait objek jaminan pada perjanjian kredit usaha mikro adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

kredit dari dana-dana yang di peroleh melalui perjanjian kredit. dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu alat bukti, maka tulisan tersebut dinamakan akta (acte) 1.

PELAKSANAAN PEMBERIAN BANK GARANSI DALAM PEMBORONGAN PROYEK JALAN LINGKAR DUKU-SICINCIN OLEH PT.BANK NAGARI CABANG UTAMA PADANG

BAB III PENUTUP. piutang macet dilakukan dengan dua cara, yaitu: surat-surat/dokumen penting.

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi sebagai salah satu bagian yang terpenting dari

PELAKSANAAN JAMINAN FIDUSIA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK NAGARI SYARIAH PADANG. SKRIPSI No. Reg : 234/PKII/X/2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia perbankan saat ini menyebabkan banyak bank bank mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kebutuhan masyarakat akan pembiayaan sekarang ini semakin tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. warga perseorangan lainnya, kenyataannya para ahli hukum mendefinisikan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dalam masyarakat semakin lama semakin berkembang dari

PERLAKUAN BANK MUAMALAT INDONESIA TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM MUSNAHNYA BARANG JAMINAN DEBITUR OLEH PIHAK ASURANSI Sigit Somadiyono, SH.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang. menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan hidup sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau didalam perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya pembangunan aspek ekonomi tentunya tidak

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut : Memberikan Kredit Dengan Jaminan Fidusia. tahun 1999 tentang jaminan fidusia.

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT. pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan perkembangan-perkembangan yang terjadi di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

RAKA PRAMUDYA BEKTI

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh partisipasi dan kerjasama

II. TINJAUAN PUSTAKA. kebahasaan tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan unsur-unsur, yaitu : 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat.

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi. persyaratan guna memperoleh gelar. Sarjana Hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis hukum terhadap perjanjian kredit yang dibakukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB I PENDAHULUAN. jaminan demi keamanan pemberian kredit tersebut. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abbas Salim, Asuransi Dan Manajemen, Raja Grafindo, Jakarta, 2003, Hal. 01

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara berkembang yang sekarang ini sedang. Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 (empat) yaitu, melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

PELAKSANAAN AKAD TABUNGAN HAJI PADA BANK RIAU KEPRI SYARI AH CABANG PEKANBARU. Diajukan Oleh : DEKKY ADITYA K. PUTRA

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam ketentuan umum Pasal 1 ayat (1) Undang undang Nomor 2 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan. dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengeluarkan produk pemberian kredit untuk keperluan konsumtif.

DAFTAR PUSTAKA. Amirudin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka Pembangunan Nasional Indoinesia yang pada. hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu unsur pokok dalam kesejahteraan rakyat adalah. terpenuhinya kebutuhan masyarakat dalam bidang papan atau perumahan.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

BAB III PENUTUP. perjanjian konsinyasi dalam penjualan anjing ras di Pet Gallery Sagan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang.

Transkripsi:

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH MULTI GUNA ( KPR-MG ) UNTUK PEGAWAI NEGERI SIPIL (STUDI KASUS PADA BANK NAGARI CABANG UTAMA PADANG) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh : JULIE NADA PRATIWI BP. 07. 940. 014 Program Kekhususan HUKUM PERDATA EKONOMI FAKULTAS HUKUM REGULER MANDIRI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2011 No.Reg. 232/PK II/X/2011

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH MULTI GUNA (KPR-MG) UNTUK PEGAWAI NEGERI SIPIL (STUDI KASUS PADA BANK NAGARI CABANG UTAMA PADANG) Julie Nada Pratiwi, 07.940.014, Fakultas Hukum Universitas Andalas,Tahun 2011 Jumlah Halaman 72 ABSTRAK Bank Nagari Cabang Utama Padang adalah salah satu bank yang memberikan jasa dibidang pemberian Kredit Pemilikan Rumah di Sumatera Barat,khususnya kota Padang. Sasaran dari Kredit Pemilikan Rumah adalah semua anggota masyarakat termasuk Pegawai Negeri Sipil. Maka dari itu penulis menjabarkan bagaimana pelaksanaan perjanjian Kredit Pemilikan Rumah untuk Pegawai Negeri Sipil dan apa saja kendala dalam pelaksanaan Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah unutuk Pegawai negeri. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan yuridis sosiologis yaitu suatu metode yang mengkaji atau melihat aspek-aspek yuridis tentang Pelaksanaan Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah bagi Pegawai Negeri Sipil dalam prakteknya, dan kendala-kendala yang ditemui dalam pelaksanaannya. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan perjanjian Kredit Pemilikan Rumah untuk Pegawai Negeri Sipil terdiri dari enam tahap,yaitu permohonan kredit, analisis kelayakan kredit, pemeringkatan kredit, wewenang dan keputusan kredit, perjanjian kredit, dan realisasi kredit. Sedangkan kendala dalam perjanjian Kredit Pemilikan Rumah untuk Pegawai Negeri adalah wanprestasi,dimana sebab terjadinya wanprestasi tersebut adalah Pegewai Negeri Sipil yang bersangkutan pindah ke daerah lain, Pegawai Negeri Sipil tidak ikut asuransi jiwa dan sebagian besar Pegawai Negeri Sipil tidak mau memperpanjang asuransi kebakaran rumahnya yang dijadikan agunan pada tahun kedua dan seterusnya, terjadinya perubahan penghasilan Pegawai Negeri Sipil akibat perubahan jabatan, pemberhentian sementara dari jabatan Pegawai Negeri, Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan berhenti jadi pegawai negeri sipil. Saran yang dapat diberikan adalah agar pihak Bank Nagari menambahkan syarat-syarat pelengkap seperti Surat Kuasa Pemotongan Gaji ditempat tugas Pegawai Negeri Sipil yang baru jika Pegawai negeri tersebut pindah tugas ke daerah lain, juga sebaiknya pihak Bank Nagari juga memuat ketentuan jaminan agar Pegawai Negeri Sipil tersebut lebih termotifasi untuk mematuhi perjanjian kredit tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abraham H. Maslow sebagaimana dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo mengklasifikasikan kebutuhan manusia dalam tingkatan kebutuhan, yang selanjutnya disebut hierarti kebutuhan. Kebutuhan manusia dikategorikan kedalam lima jenjang hierarki mulai dari kebutuhan fisiologis, jaminan keamanan, kebutuhan sosial, pengakuan dan penghargaan, terakhir adalah kesempatan mengembangkan diri. 1 Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar bagi manusia (basic needs), oleh karena itu kebutuhan ini masih bersifat kebutuhan fisik/kebendaan. Kebutuhan fisik/ kebendaan meliputi kebutuhan akan pangan (makan), sandang (pakaian) dan papan (perumahan) adalah manifestasi dari kebutuhan pokok fisiologis dari setiap manusia. Ketiga kebutuhan fisiologis pokok tersebut pada kenyataannya harus dipenuhi secara bersama-sama, tidak berarti bahwa pangan lebih penting dari sandang dan sandang lebih penting dari perumahan. Sehingga ketiga macam pokok kebutuhan fisiologis ini adalah merupakan kebutuhan yang seharusnya terpenuhi secara minimum. 2 Kebutuhan terhadap perumahan adalah menjadi yang dicita-citakan dan menjadi masalah yang cukup memberatkan bagi setiap orang, termasuk Pegawai Negeri Sipil dengan penghasilannya yang sangat terbatas, yang hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan akan sandang dan pangan semata. 1 Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, Hal. 5 2 ibid

Perumahan sebagaimana yang telah disebutkan di atas merupakan salah satu bentuk kebutuhan primer masyarakat. Dimana dalam hal penyediaan dan pembangunan perumahan, tidak dapat dipungkiri lagi merupakan sektor pelayanan umum masyarakat ( public service ) yang sangat vital sifatnya. Berbicara mengenai perumahan berarti juga berbicara mengenai pembiayaan yang merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam pemilikan rumah. Meningkatnya pembiayaan pembangunan yang diakibatkan semakin melonjaknya harga tanah, biaya konstruksi, serta biaya prasarana dan fasilitas lingkungan mempengaruhi meningkatnya harga kepemilikan rumah. Dalam kenyataannya, Pegawai Negeri Sipil pada umumnya berpenghasilan rendah dan semakin kurangnya kemampuan untuk memiliki rumah seperti yang diharapkan. Menyikapi kondisi ini, maka Pemerintah mengambil kebijakan agar masyarakat terutama golongan berpenghasilan menengah kebawah yang termasuk didalamnya Pegawai Negeri Sipil, dapat memiliki rumah yang layak, terjangkau dengan daya beli mereka melalui pemberian fasilitas kredit Pemilikan Rumah (KPR). Pemberian Kredit Kepemilikan Rumah ini kepada Pegawai Negeri Sipil dapat dilaksanakan dengan baik apabila dapat diterapkan sesuai dengan prosedur yang ditentukan oleh pemerintah, yang mana dalam Pelaksanaan Kredit Pemilikan Rumah oleh Bank Nagari sesuai dengan standar yang berlaku. Dalam pemberian kredit tersebut harus benar-benar memperhatikan kepentingan Pegawai Negeri Sipil, bukan sematamata berorientasi pada keuntungan pihak bank saja, namun dilihat bagaimana penerapannya ditengah-tengah masyarakat apa sudah melalui prosedur yang ditentukan. Pemberian fasilitas kredit pemilihan rumah (KPR) terakhir ditetapkan dengan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 20/KPTS/M/2004

tanggal 8 Januari 2004 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman dengan dukungan subsidi perumahan. Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dilakukan oleh Bank Umum yang mana Bank Nagari Sumatera Barat merupakan salah satu Bank umum yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk berperan dalam penyediaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Dalam menyalurkan kredit tersebut terdapat prosedur dan ketentuan ketentuan yang harus dipenuhi dan ditaati oleh debitur yang tertuang dalam perjanjian kredit, yang mana diantaranya debitur berkewajiban melaksanakan pembayaran cicilan setiap bulannya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Menurut pasal 1338 ayat ( 1 ) KUHPerdata bahwa setiap persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi yang membuatnya. Ini berarti bahwa perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, baik oleh PT. Bank Nagari (Persero) Sumatera Barat sebagai kreditur, maupun oleh penerima kredit sebagai debitur secara sah berlaku sebagai Undang-undang, dan mengikat para pihak untuk melaksanakan serta memenuhi isi perjanjian yang telah disepakati Memperhatikan kedudukan dan penggajian Pegawai Negeri Sipil yang dikaitkan dengan pasal 1338 ayat ( 1 ) KUHPerdata tersebut, pengembalian kredit oleh Pegawai Negeri Sipil berjalan lancar, tidak akan terjadi pengembalian kredit yang tidak lancar, karena Pegawai Negeri Sipil mempunyai penghasilan tetap setiap bulannya yang terus meningkat secara berkala. Hal inilah yang membedakan pemberian kredit kepada Pegawai Negeri Sipil dengan pihak / pelaku swasta. Pelaku swasta belum tentu mempunyai penghasilan tetap setiap bulannya seperti Pegawai Negeri Sipil yang

gajinya telah dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan telah dialokasikan melalui Dana Alokasi Umum. Walaupun Pegawai Negeri Sipil telah mempunyai penghasilan tetap setiap bulannya dan terus meningkat secara berkala yang dijamin oleh Negara, serta perjanjian Kredit Pemilikan Rumah yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, baik oleh PT. Bank Nagari (Persero) Sumatera Barat sebagai kreditur, maupun oleh Pegawai Negeri Sipil sebagai penerima kredit / debitur yang mengikat para pihak untuk melaksanakan serta memenuhi isi perjanjian yang telah disepakati, namun masih dimungkinkan isi perjanjian yang telah disepakati berupa pengembalian cicilan kredit oleh penerima kredit (debitur) kepada kreditur setiap bulannya tidak ditaati oleh debitur. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik mengetahui tentang Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah antara Bank Nagari dengan Pegawai Negeri Sipil sebagai nasabahnya dan tertarik untuk membahas masalah nya lebih lanjut dalam bentuk skripsi yang berjudul PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH MULTI GUNA(KPR-MG) UNTUK PEGAWAI NEGERI SIPIL (STUDI KASUS PADA BANK NAGARI CABANG UTAMA PADANG) B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian Kredit Pemilikan Rumah Multi Guna (KPR- MG) untuk Pegawai Negeri Sipil pada Bank Nagari Cabang Utama Padang?

2. Apa saja kendala dalam pelaksanaan perjanjian Kredit Pemilikan Rumah Multi Guna (KPR-MG) untuk Pegawai Negeri Sipil di Bank Nagari Cabang Utama Padang? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian Kredit Pemilikan Rumah Multi Guna (KPR-MG) pada Bank Nagari Cabang Utama Padang. 2. Untuk mengetahui apa saja kendala yang terjadi dalam perjanjian pelaksanaan Kredit Pemilikan Rumah Multi Guna(KPR-MG) untuk Pegawai Negeri Sipil di Bank Nagari Cabang Utama Padang.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan dari Pelaksanaan Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah untuk Pegawai Negeri Sipil Pada Bank Nagari yaitu: 1. Dalam proses Pelaksanaan Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah untuk Pegawai Negeri Sipil pada Bank Nagari terdapat enam tahap kegiatan yang harus dilalui, yaitu: a. Permohonan b. Analisis Kelayakan Kredit c. Pemeringkatan Kredit d. Wewenang dan Keputusan Kredit e. Perjanjian Kredit f. Realisasi Kredit 2. Kendala utama dalam Pelaksanaan Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah untuk Pegawai Negeri Sipil adalah tunggakan pembayaran kredit. Hal-hal yang menjadi sebab terjadinya wanprestasi tersebut adalah: a. Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan mutasi pindah ke daerah lain b. Debitur tidak ikut asuransi jiwa dan sebagian besar debitur tidak mau memperpanjang asuransi kebakaran rumah nya yang dijadikan agunan pada tahun kedua dan seterusnya c. Terjadinya perubahan penghasilan Pegawai Negeri Sipil akibat perubahan jabatan. d. Pemberhentian sementara dari jabatan pegawai negeri

e. Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan berhenti sebagai PNS B. Saran 1. Pihak Bank Nagari sebaiknya mewajibkan memintakan Surat Kuasa Pemotongan Gaji di tempat tugas Pegawai Negeri Sipil yang baru jika Pegawai Negeri Sipil tersebut pindah tugas ke daerah lain. 2. Sebaiknya dalam perjanjian kredit juga memuat bantuan dari pihak kreditur berupa cicilan pembayaran premi secara bulanan bersamaan dengan pembayaran angsuran kredit agar debitur tetap memakai serta memperpanjang asuransi jiwa dan asuransi kebakaran. 3. Sebaiknya dalam perjanjian kredit juga memuat ketentuan jaminan. Sehingga dengan adanya klausula ini dalam perjanjian kredit,maka debitur akan lebih termotifasi untuk mematuhi perjanjian kredit tersebut.

DAFTAR PUSTAKA I. BUKU Abdul Kadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani,2007, Jaminan Fidusia, Raja Grafindo, Jakarta Handri Raharjo,2009, Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta Harlien Budiono, 2009, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung Hoetomo, 2005, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Mitra Pelajar, Surabaya Kasmir,SE,MM, 2010, Dasar-dasar Perbankan, Rajawali Pers, Jakarta. M. Bahsan, 2007, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta R. Setiawan, 1987, Pokok-Pokok Perikatan, Bina Cipta, Bandung. R. Subekti, 2005, Hukum Perjanjian, PT Internusa, Jakarta. R.Subekti dan Tjitrosoedibio, 1996, Kamus Hukum, Jakarta, Pradnya Paramita. Sentosa Sembiring, 2002, Hukum Perbankan, Bandar Maju. Soekidjo Notoatmodjo,2003, Pengembangan Sumber Daya Manusia. PT. Rineka Cipta, Jakarta Thomas Suyatno, et.al.,2007, Dasar-Dasar Perkreditan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta II. UNDANG-UNDANG Kitab Undang - Undang Hukum Perdata. UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas UU Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian. UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan Peraturan Pemerintahan Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Peraturan Pemerintahan Nomor 65 Tahun 2008 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian/ Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri Sipil Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Keputusan Menteri Negara Perumahan dan Permukiman No.20/KPTS/M/2004 tanggal 8 Januari 2004 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/147/KEP/DIR tanggal 12 Nopember 1998 Surat Keputusan Direksi No. SK/069/DIR/02-2009 tanggal 12 Februari 2009 tentang Peratutan Pelaksanaan Kredit Pemilikan Rumah Multi Guna (KPR-MG)