INFO TEKNIK Volume 8 No. 2, JULI 2007 (87-92)

dokumen-dokumen yang mirip
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe

Jl. Banyumas Wonosobo

BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

Analisa Defleksi Struktur Tower Transmisi Menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN...1

EVALUASI STRUKTUR ATAS JEMBATAN GANTUNG PEJALAN KAKI DI DESA AEK LIBUNG, KECAMATAN SAYUR MATINGGI, KABUPATEN TAPANULI SELATAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

ANALISA LENDUTAN DAN DISTRIBUSI GAYA LATERAL AKIBAT GAYA LATERAL MONOTONIK PADA PONDASI TIANG KELOMPOK

KAJI NUMERIK DAN EKSPERIMENTAL LENDUTAN BALOK BAJA KARBON ST 60 DENGAN TUMPUAN ENGSEL - ROL

Bab II STUDI PUSTAKA

Studi Defleksi Balok Beton Bertulang Pada Sistem Rangka Dengan Bantuan Perangkat Lunak Berbasis Metode Elemen Hingga

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam dunia konstruksi, tugas dari seorang civil structure engineer adalah

V. PENDIMENSIAN BATANG

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

ANALISIS PENGHUBUNG GESER (SHEAR CONNECTOR) PADA BALOK BAJA DAN PELAT BETON

STUDI KOMPARASI STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN PROFIL WF TERHADAP PROFIL HSS PADA KOLOM STRUKTUR

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMBANDINGAN DISAIN JEMBATAN RANGKA BAJA MENGGUNAKAN PERATURAN AASHTO DAN RSNI

1. Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI ) 3. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1983)

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

Latar Belakang 1) Struktur baja untuk gedung membutuhkan truss dengan bentang 6-8 m, sedangkan untuk bentang lebih besar dari 10 m, struktur baja menj

OPTIMASI BERAT STRUKTUR RANGKA BATANG PADA JEMBATAN BAJA TERHADAP VARIASI BENTANG. Heavy Optimation Of Truss At Steel Bridge To Length Variation

Susunan Lengkap Laporan Perancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Beban maksimum yang mampu diterima oleh rangka atap truss sudut 20 0

JURNAL TEKNIK SIPIL USU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN DENGAN STRUKTUR BAJA 4 LANTAI PADA DAERAH GEMPA RESIKO TINGGI DENGAN METODE LRFD (LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN)

Studi Alternatif Bentuk Rangka Jembatan Canai Dingin Untuk Pejalan Kaki Bentang Kecil Terhadap Rasio Berat dan Lendutan

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

PENGARUH BEBAN ANGIN TERHADAP STRUKTUR ROOF TOP TOWER TELEPON SELULER

ANALISA STRUKTUR GEDUNG DAN KAPASITAS KOLOM AKIBAT BEBAN STATIK EQUIVALEN BERDASARKAN PERATURAN GEMPA 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Pertemuan 4 DEFINE, ASSIGN & ANALYZE

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

BAB I PENDAHULUAN. pesat, terutama terjadi di daerah perkotaan. Seiring dengan hal tersebut,

EVALUASI GAYA DALAM DAN BIAYA KONSTRUKSI PADA RAFTER BAJA BERBENTUK PELANA DAN LENGKUNG PADA BANGUNAN GUDANG DI BANYUWANGI

II. KONSEP DESAIN. A. Pembebanan Beban pada struktur dapat berupa gaya atau deformasi sebagai pengaruh temperatur atau penurunan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

APLIKASI SPACE FRAME PADA BANGUNAN COAL YARD (224S) Johannes Tarigan 1, Adi Yesaya Sukatendel 2

BAB IV ANALISA STRUKTUR

Analisis Kuat Tarik Kayu Menggunakan PKKNI 1961 dan SNI 7973:2013

PENGARUH PASANGAN DINDING BATA PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG AKIBAT BEBAN GEMPA

Ir. H. Achmad Bakri Muhiddin, MSc, Ph.D Dr. Eng. A. Arwin Amiruddin, ST, MT Pembimbing 1 Pembimbing 2. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. secara nyata baik dalam tegangan maupun dalam kompresi sebelum terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

Modul SAP2000 Ver.7.42

ANALISIS PENGARUH BEBAN GEMPA DAN BEBAN ANGIN PADA BANGUNAN DENGAN VARIASI GEOMETRIS BANGUNAN YANG TIDAK BERATURAN

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

ANALISIS KEKUATAN GIRDER AKIBAT KEMIRINGAN MEMANJANG JEMBATAN. Suyadi 1)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kajian Perilaku Jembatan Cable Stayed terhadap Variasi Kemiringan Lantai Jembatan Studi Kasus: Jembatan Satu, Barelang

ANALISIS METODE ELEMEN HINGGA DAN EKSPERIMENTAL PERHITUNGAN KURVA BEBAN-LENDUTAN BALOK BAJA ABSTRAK

DAMPAK PEMBATASAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL PADA BANGUNAN GEDUNG TINGKAT RENDAH

METODOLOGI PENELITIAN

PRINSIP DASAR MEKANIKA STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. terbuat dari beton, baja atau keduanya tidak lepas dari elemenelemen. pelat, kolom maupun balok kolom. Masing-masing elemen

Desain Dermaga Curah Cair Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu

STUDI PERILAKU ELEMEN STRUKTUR DENGAN SAMBUNGAN KAKU PADA BALOK DAN KOLOM BANGUNAN BAJA TAHAN GEMPA

LENDUTAN PELAT LANTAI GEDUNG REKTORAT UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI FLOOR PLATES DEFLECTION OF A RECTORATE BUILDING AT ISLAMIC UNIVERSITY "45" BEKASI

Jurnal Teknika Atw 1

Judul: Masca Indra Triana

STUDI KOMPARASI SIMPANGAN BANGUNAN BAJA BERTINGKAT BANYAK YANG MENGGUNAKAN BRACING-X DAN BRACING-K AKIBAT BEBAN GEMPA

KEKAKUAN KOLOM BAJA TERSUSUN EMPAT PROFIL SIKU DENGAN VARIASI PELAT KOPEL

Modul SAP2000 Ver.7.42

BAB I PENDAHULUAN. system jaringan jalan. Jembatan digunakan sebagai akses untuk melintasi sungai,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN STRUKTUR MENARA LISTRIK TEGANGAN TINGGI

TINJAUAN KEKUATAN DAN BIAYA STRUKTUR ATAP BAJA RINGAN DAN BAJA KONVENSIONAL GEDUNG DIKLAT RSUP DR. KARIADI SEMARANG

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK

STUDI PERBANDINGAN DISTRIBUSI GAYA GESER PADA STRUKTUR DINDING GESER AKIBAT GAYA GEMPA DENGAN BERBAGAI METODE ANALISIS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

KINERJA DINDING BATA TANPA TULANGAN TERHADAP BEBAN GEMPA

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

PERBANDINGAN KEHILANGAN GAYA PRATEKAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR BALOK DI GEDUNG*

PENGARUH BENTUK, KEDALAMAN, DAN RASIO KELANGSINGAN TERHADAP KAPASITAS DUKUNG LATERAL DAN DEFLEKSI PADA TIANG PANCANG BAJA ABSTRAK

Pertemuan 5 INTERPRETASI REAKSI PELETAKAN DAN GAYA DALAM

Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu konstruksi tersusun atas bagian-bagian tunggal yang digabung membentuk

Concentrically Braced Frame adalah pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISA WAKTU KERUSAKAN BALOK BETON BERTULANG AKIBAT KOROSI PADA BANGUNAN STRUKTUR DI DAERAH PANTAI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis dan perancangan pada struktur gedung Apartemen

Baja merupakan alternatif bangunan tahan gempa yang sangat baik karena sifat daktilitas dari baja itu sendiri.

EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR YANG SUDAH BERDIRI DENGAN UJI ANALISIS DAN UJI BEBAN (STUDI KASUS GEDUNG SETDA KABUPATEN BREBES)

ANALISIS PENGARUH BEBAN GEMPA STATIK EKIVALEN DAN ANGIN PADA STRUKTUR GEDUNG DENGAN VARIASI RASIO KELANGSINGAN BANGUNAN

ANALISIS PENURUNAN PONDASI GEDUNG DENGAN PEMODELAN ELASTIK-PLASTIK (Studi Kasus: Penurunan Gedung KPP-Samarinda) TESIS MAGISTER

Prosiding SENTIA 2016 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN:

Menghitung Jembatan Baja dengan SAP 2000 V.14

TUGAS BESAR STRUKTUR BAJA (S-1)

BAB I. Perencanaan Atap

Transkripsi:

INFO TEKNIK Volume 8 No. 2, JULI 2007 (87-92) Simulasi Pembebanan Gaya Angin pada Baliho Berdasarkan Kode Pembebanan Peraturan Muatan Indonesia dan British Standard BS6399 Arie Febry Fardheny 1 Abstrak Umur peraturan muatan Indonesia saat ini telah lebih dari 30 tahun, salah satu pasal yang dirasa perlu untuk dilakukan perubahan adalah pada gaya angin. Tulisan ini akan memberikan masukan tentang perlunya revisi pada gaya angin pada peraturan dan alasan mengapa kota Banjarmasin merubah tipe Baliho ke tipe Bando. Penelitian ini berdasarkan simulasi pada struktur Baliho di Kota Banjarmasin yang diuji dengan perangkat lunak berbasis elemen hingga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan kondisi angin saat ini kode peraturan muatan cenderung mengambil kekuatan angin yang rendah daripada kode peraturan pembanding. Lendutan besar yang terjadi akibat pembebanan berulang gaya angin menjadi alasan perubahan tipe baliho menjadi tipe bando. Kata kunci : Simulasi Gaya Angin Baliho Abstract This simulation show 2 major problems, first about wind force in Indonesia loading code, 1970 which is older and no revision. Second, about signboard design for wind force in Indonesia loading code and British loading code, which is British code using envirotment, location and elevation for wind force. Model Simulation are one leg signboard (baliho type) and two leg signboard. This simulation using finite element software. Result show a lower wind force than British code, which might to consider a revision for Indonesia wind force code. Another result show that deflection in one leg signboard is large if there always a maximum than code. This is a reason why two leg is now use in Banjarmasin. Keyword : Simulation Wind Load - SignBoard PENDAHULUAN Baliho di Banjarmasin kerap mengalami kerusakan pada struktur yang ditandai oleh adanya defleksi yang melebihi batas sehingga struktur baliho tidak dapat kembali ke bentuk semula akibat beban yang terjadi. Kerusakan yang lain adalah baliho tersebut roboh akibat tekanan angin (Radar Banjarmasin, 22 Mei 2007). Ada dua kemungkinan penyebab terjadinya kondisi ini yaitu akibat kesalahan desain struktur atau dapat juga akibat beban angin yang di luar rencana. Pengujian keandalan struktur dapat dilakukan dengan mengambil model struktur baliho kemudian dilakukan simulasi beban angin sehingga dapat diketahui kekuatan maksimal yang dapat ditahan oleh struktur dengan mengacu pada peraturan yang berlaku. Pengujian lainnya adalah dengan melihat prakiraan kekuatan angin pada daerah daratan / kota dengan beberapa metode yang diterapkan di metode internasional. Gaya angin adalah gaya yang memiliki sifat perubahan yang tidak tetap walaupun telah ditetapkan kekuatan tekanannya yaitu untuk daratan 25 Kg/m 2 dan pantai 40 kg /m 2 (PBI, 1973). Untuk struktur yang bersifat Open Sign diperlukan analisa lebih mendalam dengan memperhatikan faktor luasan area, ketinggian dan sudut luasan tersebut. Pengujian kali ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk desain baliho yang tepat agar dapat terhindar dari kerusakan yang berbahaya bagi pengguna jalan. Model Baliho yang diambil sebagai titik uji Model 1: Jln Lambung Mangkurat Banjarmasin Lebar Baliho : 8 meter Tinggi Baliho : 6 meter Tinggi Kolom : 8 meter Model 2: Jln A.Yani Banjarmasin Lebar Baliho : 14 meter Tinggi Baliho : 8 meter Tinggi Kolom : 8 meter 1 Staf pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin 87

88 INFO TEKNIK, Volume 8 No.2, JULI 2007 Metode Perhitungan Beban Angin untu Baliho Metode Perhitungan Beban Angin 1. Metode SNI PPUG 1970 2. Metode Desain Pohon (Eurocode 1. Part 2-4) 3. Metode British Standard BS6399 Loading for buildings Part 2, Code of practice for wind loads, 1997 Metode SNI PPUG 1970 Menetapkan kekuatan angin adalah sebagai berikut : Daratan : 25 kg/m 2 Pantai : 40 Kg/ m 2 dengan faktor koefisien terhadap bentuk struktur yang ada dihadapannya. elemahan code ini adalah Dengan mengambil asumsi sebagai berikut untuk kota Banjarmasin Ketinggian Permukaan: 0 m dari muka air Posisi dari daerah pantai: jauh > 1000 m Lokasi : kota tanpa gedung tinggi Ketinggian : disesuaikan Luas Daerah terpa : disesuaikan Sudut terpa : 0-330 derajat Gaya Angin dengan Metode British Model 1 menghasilkan persamaan angin sebagai berikut : y = -0.3222x4 + 10.77x3-121.12x2 + 583.24x + 1E-09 Sehingga beban angin yang terjadi pada struktur Tabel 1. Kekuatan angin di Banjarmasin berdasarkan metode British L A W Ca W Pakai W tiap L W tiap L m m2 Pa Pa Pa Kg/m2 0 1 0 0 0 0 0 1 1 472.5678 47.25678 2 1 763 1 763 763.0048 76.30048 3 1 924.3318 92.43318 4 1 1001.837 100.18368 5 1 1033 1 1033 1033.075 103.3075 6 1 1047.869 104.78688 7 1 1068.308 106.83078 8 1 1108.749 110.87488 9 48 1175.816 117.58158 10 48 1213.2 0.957 1267.712 1268.4 126.84 11 48 1377.66 137.76598 12 48 1487.021 148.70208 13 48 1572.176 157.21758 14 48 1601.085 160.10848 tidak menjelaskan koefisien peningkatan tekanan angin untuk berbagai ketinggian yang ada pada struktur serta kondisi lingkuangan disekitarnya. Metode British Standard BS6399 Loading for buildings Part 2, Code of practice for wind loads, 1997 Kode peraturan ini lebih lengkap dalam menentukan gaya angin yang bekerja yaitu dengan memperhatikan : 1. Model Daratan yang meliputi dari ketinggian dari permukaan, posisi dari daerah pantai, lokasi di gedung bertingkat tinggi (high building). 2. Area angin yang mengenai ketinggian area, luas daerah terpa, sudut terpa. adalah sebagai berikut: Pengujian akan dilakukan dengan melihat pada 1. Defleksi ijin diambil 0.3 m = 30 cm akibat tekanan angin 2. Uji berdasarkan Tegangan dengan LSRFD 1993 3. Asumsi Pondasi Model 2 menghasilkan persamaan angin sebagai berikut : y = -0.4377x4 + 13.369x3-134.81x2 + 601.15x + 1E-09 Prakiraan Kekuatan Angin di Banjarmasin

Arie Febry Fardheny, Simulasi Pembebanan Gaya Angin... 89 Tabel 2. Gaya Angin Pada Model 2 Berdasarkan persamaan British L A W Ca W Pakai W tiap L W tiap L m m2 Pa Pa Pa Kg/m2 0 1 0 0 0 0 0 1 1 479.2713 47.92713 2 1 763 1 763 763.0088 76.30088 3 1 915.6693 91.56693 4 1 991.2048 99.12048 5 1 1033 1 1033 1033.063 103.30625 6 1 1074.185 107.41848 7 1 1137.009 113.70093 8 1 1233.469 123.34688 9 112 1364.991 136.49913 10 112 1213.2 0.797 1522.208 1522.5 152.25 11 112 1686.413 168.64133 12 112 1826.645 182.66448 13 112 1902.603 190.26033 14 112 1863.193 186.31928 15 112 1312.1 0.797 1646.299 1646.813 164.68125 16 112 1181.357 118.13568 Pengujian akan dilakukan dengan melihat pada 1. Defleksi 2. Uji berdasarkan Tegangan dengan LSRFD 1993 3. Asumsi Pondasi Jepit dan Kuat 4. Permodelan dilakukan dengan Software Sap2000 V10.1 HASIL DAN ANALISA Model 1 Akibat Angin Maksimun yang terjadi Sumbu X : 0.002 m = Aman : 1.03 m = tidak Aman : 0.02 m = Aman : 0.43 m = Tidak Aman : 0.02 m = Aman : 0. 3 m = Aman : 0. m = Aman Gambar. Deformasi Pada Baliho saat gaya angin puncak

90 INFO TEKNIK, Volume 8 No.2, JULI 2007 : 0.7 m = Tidak Aman : 0.0 m = Aman Berdasarkan pada metode in terlihat bahwa akan ada beberapa bagian rangka yang mengalami kerusakan saat menerima beban angin terbesar ini Model 2 : 0.4 m = Tidak Aman : 0. m = Aman Analisa Kekuatan Baja Akibat Angin Maksimun yang terjadi Sumbu X : 0.00 m = Aman : 1. 9 m = tidak Aman : 0. 0 m = Aman Dari Gambar Terlihat bahwa struktur ini akan mengalami kerusakan Rangka Baja saat menerima beban angin maksimal ini Uji menggunakan Peraturan SNI PPUG 1970 Diambil Model 1 sebagai acuan menggunakan peraturan SNI Angin Daratan : 25 Kg/ m 2

Arie Febry Fardheny, Simulasi Pembebanan Gaya Angin... 91 Tinggi Bangunan : 14 meter Rumus gaya Angin terhadap Ketinggian = 42.5+0.6. ht Sehingga Gaya Angin Maksimal = 50.9 Kg/m 2 Beban Angin yang bekerja akan dihitung per 2 meter L Q Q faktor A Node P m Kg/m2 Kg/m2 M2 Bh Kg 0 25 25 2 25 25 4 25 25 6 25 25 8 25 25 10 25 48.5 16 5 155.2 12 25 49.7 16 5 159.04 14 24 50.9 16 5 162.88 Struktur Bando Sebagai Pembanding Model yang diambil : Tipe 1 Digunakan : 2 kaki Kolom Gaya : Seperti tipe 1 Gambar struktur adalah sebagai berikut Akibat Angin Peraturan SNI yang terjadi Sumbu X : 0.00 m = Aman : 0. 3 m = Aman : 0. 2 m = Aman : 0.2 m = Aman : 0.2 m = Aman : 0.1 m = Aman : 0. m = Aman Analisa Kekuatan Baja Adapun hasil analisa jika menggunakan 2 kaki (bando) adalah sebagai berikut: Sumbu X : 0.00 m = Aman : 0. 0 m = Aman : 0. 0 m = Aman : 0.0 m = Aman : 0.0 m = Aman : 0.0 m = Aman : 0. m = Aman Tabel perbandingan lendutan yang terjadi pada Model Satu Baliho - Bando Lendutan Posisi / sumbu British (m) SNI (m) Bando (m)

92 INFO TEKNIK, Volume 8 No.2, JULI 2007 Atas (Bawah) 0.002 0 0 Atas (Belakang) 1.03 0.3 0 Atas (Samping) 0.02 0.2 0 Bawah (Bawah) 0 0 0 Bawah (Belakang) 0.43 0.2 0 Bawah (Samping) 0.02 0.2 0 Kolom (Bawah) 0 0 0 Kolom (belakang) 0.3 0.1 0 Kolom (Samping) 0 0 0 Berdasarkan pada tabel perbandingan lendutan terlihat bahwa baliho dengan bando memiliki perbedaan yang besar dalam hal lendutan ke belakang saat menerima gaya angin Middle to High Wind Load. Jika lendutan adalah penyebab kerusakan maka struktur Bando memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menahan lendutan. Bando terlihat mampu menahan gaya dorong ke belakang yang diakibatkan oleh Gaya angin maksimal. DAFTAR PUSTAKA British Standard BS6399 Loading for buildings Part 2, Code of practice for wind loads, 1997 Radar Banjarmasin, Kerusakan Baliho, 22 Mei 2007 Standar Nasional Indonesia, Peraturan Pembebanan Untuk Gedung (PPUG) 1970 disadur dari Sunggono, Buku Teknik Sipil, Nova, 1995, Jakarta Sap2000, Linier and Non Linier Analysis Introduction, Berkeley, 2005 Sap2000, LRFD 1993 for Steel Analysis, Berkeley, 2005 KESIMPULAN 1. Berdasarkan pada lendutan dapat ditarik kesimpulan bahwa struktur baliho di kota Banjarmasin yang didesain dengan Peraturan SNI yang terlihat masih menghasilkan deformasi yang lebih rendah, sehingga saat angin maksimal terjadi kemungkinan kerusakan akibat melendutnya batang batang truss untuk baliho 2. Kecenderungan rusaknya rangka struktur baja juga terlihat pada beberapa struktur dengan saat beban angin maksimal dengan analisa LRFD 1993. 3. Berdasarkan pada Acuan Peraturan Metode British Standard BS6399 Loading for buildings Part 2, Code of practice for wind loads, 1997 terlihat bahwa struktur akan melakukan lendutan yang besar hingga rata-rata 1 meter, jika angin ini terjadi dan kolom merupakan kolom sambungan maka kecenderungan untuk patah menjadi sangat besar. 4. Berdasarkan pada tabel perbandingan lendutan terlihat bahwa baliho dengan bando memiliki perbedaan yang besar dalam hal lendutan ke belakang saat menerima gaya angin. Berdasarkan konsep lendutan sebagai penyebab kerusakan maka struktur Bando memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menahan lendutan.