SKRIPSI. Oleh : Sekar Dhatu Indri Hapsari E1A007343



dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan mengandung sifat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

BAB III TINJAUAN UMUM. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan berbagai macam

BUKU SEDERHANA MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP PERLINDUNGAN KONSUMEN

HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

TANGGUNG JAWAB HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN Oleh : Sri Murtini Dosen Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta.

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI KOTA

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA

BAB III KERANGKA TEORITIS. orang yang memiliki hubungan langsung antara pelaku usaha dan konsumen.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB III TINJAUAN TEORITIS. A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen

UU PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

5 Mei (Muhammad, 2010) Ini merujuk pada ketentuan yang diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata yang berbunyi: Pembelajaran

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA DALAM KONTEKS PERLINDUNGAN KONSUMEN. iklan, dan pemakai jasa (pelanggan dsb).

PERLINDUNGAN KONSUMEN ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN [LN 1999/42, TLN 3821]

A. Pengertian konsumen dan perlindungan konsumen. Istilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen

PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perlindungan Konsumen, Konsumen, dan Pelaku Usaha

ANALISIS HUKUM TENTANG UNDANG-UNDANG RAHASIA DAGANG DAN KETENTUAN KETERBUKAAN INFORMASI DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan perlindungan

BAB II. A. Hubungan Hukum antara Pelaku Usaha dan Konsumen. kemungkinan penerapan product liability dalam doktrin perbuatan melawan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN (PELAKU USAHA) DALAM UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI. konsumen. Kebanyakan dari kasus-kasus yang ada saat ini, konsumen merupakan

Menimbang : Mengingat :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Tentang Konsumen Dan Pelaku Usaha Menurut Undang undang

STIE DEWANTARA Perlindungan Konsumen Bisnis

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB PRODUK TERHADAP UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB III. A. Jual Beli Fashion Hijab Secara Online di Instagram #tashaproject Jual beli telah dipraktekkan oleh masyarakat primitif ketika uang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang melindungi kepentingan konsumen 1. Adapun hukum konsumen diartikan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AKIBAT WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK

The First Food Technology Undergraduate Program Outside of North America Approved by the Institute of Food Technologists (IFT)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau

BAB I PENDAHULUAN. Banyak makanan import yang telah masuk ke Indonesia tanpa disertai

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN. A. Sejarah Singkat Perlindungan Konsumen Di Indonesia

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA TERHADAP MIRAS TIDAK BERLABEL DI LIHAT DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

Makan Kamang Jaya. : KESIMPULAN DAN SARAN. permasalahan tersebut. BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

BAB II PENGERTIAN PELAKU USAHA, KONSUMEN, DAN PENGOPLOSAN. Konsumen menentukan bahwa pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau

UU PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

BAB I PENDAHULUAN Meski belum terlalu populer, pada tahun 1996 mulai bermunculan

HAK-HAK KONSUMEN DALAM PEREDARAN PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN KONSUMEN

Hukum Perlindungan Konsumen yang Berfungsi sebagai Penyeimbang Kedudukan Konsumen dan Pelaku Usaha dalam Melindungi Kepentingan Bersama

BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. baru dari rokok yang disebut rokok elektrik atau nama lainnya adalah vapor yang

BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN KONSUMEN. A. Latar Belakang Hukum Perlindungan Konsumen

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUBUNGAN PELAKU USAHA DENGAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN KONSUMEN. Business Law Semester Gasal 2014 Universitas Pembangunan Jaya

UU PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Kompas 18 Maret 2004, Perlindungan terhadap konsumen di Indonesia ternyata masih

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN, PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

Tanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DI INDONESIA TERKAIT BAHAYA KONSUMSI ROKOK ELEKTRIK

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah. Mayoritas konsumen Indonesia sendiri adalah konsumen makanan, jadi

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP MAKANAN KEMASAN TANPA TANGGAL KADALUARSA

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. mengenal batas Negara membuat timbul berbagai permasalahan, antara lain

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PELABELAN PRODUK PANGAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. modern di satu pihak membawa dampak positif, di antaranya tersedianya

BAB III TINJAUAN TEORI PERLINDUNGAN KONSUMEN. defenisi yuridis formal ditemukan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 11 PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan pertumbuhan dan perekonomian dunia usaha

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TELEKOMUNIKASI

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN YANG MENGALAMI KERUGIAN AKIBAT PRODUK MAKANAN KADALUARSA

BAB III TINJAUAN UMUM. A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen. antar anggota masyarakat yang satu dengan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanggung jawab dalam bahasa Inggris diterjemahkan dari kata responsibility

BAB 2 TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERILAKU KONSUMEN. Maya Dewi Savitri, MSi.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PERLINDUNGAN KONSUMEN MELALUI KONTEN LABEL PRODUK ROKOK MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NO. 109 TAHUN 2012

HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE

BAB II BEBERAPA ASPEK HUKUM TERKAIT DENGAN UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. 1. Pengertian Dasar Dalam Hukum Perlindungan Konsumen

Oleh : I Gusti Ayu Indra Dewi Dyah Pradnya Paramita Desak Putu Dewi Kasih. Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRACT

BAB III TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARAAN JASA MULTIMEDIA TERHADAP KONSUMEN. A. Tinjauan Umum Penyelenggaraan Jasa Multimedia

BAB II PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS PEMAKAIAN JASA DARI PELAKU USAHA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Artinya, perlindungan menurut hukum dan undang-undang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK, PERLINDUNGAN KONSUMEN, DAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN BARANG ELEKTRONIK REKONDISI

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN KESEHATAN DALAM HAL TERJADI MALPRAKTEK. Oleh: Elyani Staf Pengajar Fakultas Hukum UNPAB Medan ABSTRAK

Lex Privatum, Vol. IV/No. 5/Juni/2016

Majelis Perlindungan Hukum (MPH) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) BAB I KETENTUAN UMUM

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP PENJUALAN KOSMETIK YANG TIDAK DISERTAI DENGAN KEJELASAN LABEL PRODUK DI DENPASAR

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN YANG MENGALAMI KERUGIAN AKIBAT TIDAK DICANTUMKANNYA INFORMASI MENGENAI KOMPOSISI PRODUK SECARA LENGKAP

Transkripsi:

1 UANG KEMBALIAN DARI PELAKU USAHA YANG TIDAK SESUAI DENGAN HAK KONSUMEN DI SPBU OVIS PURWOKERTO (Tinjauan Yuridis Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen) SKRIPSI Oleh : Sekar Dhatu Indri Hapsari E1A007343 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2013

2 UANG KEMBALIAN DARI PELAKU USAHA YANG TIDAK SESUAI DENGAN HAK KONSUMEN DI SPBU OVIS PURWOKERTO (Tinjauan Yuridis Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Oleh : Sekar Dhatu Indri Hapsari E1A007343 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2013

iii LEMBAR PENGESAHAN UANG KEMBALIAN DARI PELAKU USAHA YANG TIDAK SESUAI DENGAN HAK KONSUMEN DI SPBU OVIS PURWOKERTO (Tinjauan Yuridis Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen) Oleh : SEKAR DHATU INDRI HAPSARI NIM. E1A007343 Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Pembimbing I Isi dan Format telah Diterima dan disetujui Pada tanggal Februari 2013 Pembimbing II Penguji Hj. Rochani Urip Salami, S.H.,M.S. NIP. 19520603 198003 2 001 I Ketut Karmi Nurjaya, S.H.,M.Hum. NIP. 19610520 198703 1 002 Suyadi, S.H.,M.H. NIP. 19611010 198703 1 001 Mengetahui, Dekaan Fakultas Hukum, UNSOED Dr. Angkasa, S.H., M.Hum. NIP. 19640923 198901 1 001

iv PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama NIM : Sekar Dhatu Indri Hapsari : E1A007343 Menyatakan bahwa Skripsi yang brjudul : UANG KEMBALIAN DARI PELAKU USAHA YANG TIDAK SESUAI DENGAN HAK KONSUMEN DI SPBU OVIS PURWOKERTO (Tinjauan Yuridis Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen) Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri, tidak menjiplak hasil karya orang lain, maupun dibuatkan orang lain. Bila pernyatan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh. Purwokerto, Februari 2013 SEKAR DHATU INDRI HAPSARI NIM. E1A007343

v PRAKATA Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, setelah melalui proses yang cukup panjang, akhirnya skripsi dengan judul: UANG KEMBALIAN DARI PELAKU USAHA YANG TIDAK SESUAI DENGAN HAK KONSUMEN DI SPBU OVIS PURWOKERTO (Tinjauan Yuridis Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen) telah terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) di Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Sebagai manusia yang masih harus banyak belajar, penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan, baik secara moril maupun materiil, dari berbagai pihak. Oleh karenanya, dengan segala hormat, penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: Bapak Dr. Angkasa, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman; Bapak Rahadi Wasi Bintoro, S.H.,M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan masukan dan motivasi untuk tetap berproses dalam perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini; Bapak Edi Waluyo, S.H.,M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Keperdataan atas segala kosultasi dan masukan yang baik mengenai judul skripsi yang diambil; Ibu Hj. Rochani Urip Salami, S.H., M.S. selaku Pembimbing I Skripsi atas segala wawasan, saran, nasihat, dan perhatian yang telah diberikan kepada

vi penulis, sehingga penulis dapat selalu terpacu untuk bangkit dan berpikir lebih baik; Bapak I Ketut Karmi Nurjaya, S.H.,M.Hum. selaku Pembimbing II Skripsi atas konsultasi, saran, masukan, dan nasihatnya yang telah diberikan kepada penulis selama ini, sehingga dapat menyelesaikan skripi ini; Bapak Suyadi, S.H.,M.Hum. selaku penguji skripsi atas segala diskusi dan masukannya untuk skripsi ini; Seluruh dosen, staf dan karyawan Civitas Akademika Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto; Kedua orang tua, bapak Agus Sularno dan ibu Ellia Nuryati yang tidak pernah henti-hentinya mendoakan kelancaran dan kesuksesan penulis selama ini; Bapak Andiyanto Setyoadi selaku Pimpinan Pelaksana PT. Satria Tirtamasgasindo beserta staf yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian dan atas informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini; Pihak- pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca maupun pihak lain yang membutuhkan, Amien. Purwokerto, Februari 2013 Penulis

vii ABSTRAK Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen telah memberikan kekuatan hukum bahwa konsumen mempunyai kedudukan yang sama dengan pelaku usaha, serta untuk menumbuhkan kesadaran konsumen akan haknya terhadap pelaku usaha yang bertindak sewenang-wenang dan juga menumbuhkan kesadaran akan kewajiban pelaku usaha. Permasalahan yang diajukan dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen yang uang kembaliannya tidak sesuai dengan hak konsumen berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Berkaitan dengan hak konsumen untuk menerima uang kembalian, manakala uangnya lebih dari yang semestinya digunakan untuk membayar di SPBU Ovis, adakalanya terjadi peristiwa yang tidak semestinya, dimana para petugas yang melayani pernah tidak mengembalikan sisa uang yang semestinya diterima oleh pihak konsumen. Tindakan ini tentu saja dapat dikategorikan sebagai tindakan yang membuat konsumen merasa tidak nyaman. Adapun metode penelitian yaitu yuridis normatif yaitu dengan pengambilan data dan pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari informasi berdasarkan dokumen-dokumen maupun literatur yang berkaitan dengan penelitian, dimana hal ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap konsumen yang uang kembaliannya tidak sesuai dengan hak konsumen berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Kesimpulan dari penelitian ini adalah SPBU Ovis Purwokerto bertanggung jawab dalam memberikan uang kembalian yang tidak diberikan oleh operator dan melakukan tindakan tegas berupa pemecatan terhadap operator yang bersangkutan. Kata Kunci : Uang Kembalian, Hak Konsumen, SPBU

viii ABSTRACT Law no. 8 of 1999 on Consumer Protection has given the force of law that the consumer has an equal footing with businesses, as well as to raise consumer awareness of their rights against businesses that acted arbitrarily and also raise awareness of liability businesses. The problems posed in the writing of this paper is how consumer protection laws against the change does not comply with consumer rights Act No. 8 of 1999 on Consumer Protection. With regard to the right of consumers to accept the change, when the money more than necessary is used to pay at the pump Ovis, sometimes events happen that should not, in which the officers who serve've not return the remaining money should be received by the consumer. This course can be categorized as an action that makes consumers feel uncomfortable. The research method is that the normative data retrieval and data collection is done by searching for information based on the documents and literature related to the research, which it aims to determine the legal protection of consumers that the change does not comply with consumer rights Act Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection. The conclusion of this study is the pump Ovis Navan responsible for providing his change is not given by the operator and vigorous action in the form of dismissal of the operators concerned. Keywords: Cash back, Consumer Rights, the pump

ix DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... iii SURAT PERNYATAAN... iv PRAKATA... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 7 C. Tujuan Penelitian... 7 D. Kegunaan Penelitian... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9 A. Perlindungan Konsumen... 9 1. Pengertian Perlindungan Konsumen... 9 2. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen... 14 3. Hak dan Kewajiban Konsumen... 17 B. Pelaku Usaha... 19 1. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha... 19 2. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Pelaku Usaha... 22 3. Tanggung Jawab Pelaku Usaha... 25

x C. Perjanjian... 34 1. Pengertian Perjanjian... 34 2. Asas-Asas Perjanjian... 38 3. Jenis-Jenis Perjanjian... 40 4. Perjanjian Jual Beli... 46 BAB III METODE PENELITIAN... 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 52 BAB V PENUTUP... 74 Simpulan... 74 Daftar Pustaka

xi Daftar Lampiran 1. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari PT. Satria Tirtamasgasindo Purwokerto

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Uang adalah alat tukar yang sah untuk melakukan transaksi baik barang maupun jasa, dalam peradaban masyarakat modern saat ini. Dalam Agama Islam, jual-beli atau muamalah mensyaratkan adanya akad sebagai salah satu syarat sah-nya jual beli. Si penjual ikhlas melepas barang dagangannya dengan harga tertentu, sedang pembeli pun ikhlas menebus barang yang dibutuhkannya dengan harga tersebut. Misalnya sebuah sandal jepit dijual dengan harga Rp. 10.000,- dan pembeli setuju membelinya dengan harga itu, maka sah-lah jual beli itu. Bahkan seandainya barang yang sama dijual dengan harga Rp. 15.000,- sepanjang pembeli setuju, maka tak jadi masalah. Dalam sistem hukum barat (sebagaimana diatur dalam KUHPerdata), dalam hubungannya dengan jual-beli dikonotasikan sebagai suatu perjajian, dimana pihak yang satu mengikatkan diri untuk menyerahkan barang/jasa yang diinginkan oleh pembeli (yang dalam hal ini bertindak sebagai konsumen) dan pihak lain menyanggupi untuk membayarnya, namun dengan syarat adanya kesepakatan antara kedua belah pihak dengan dasar asas itikad baik. Ketentuan tentang itikad baik ini diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) BW. Bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

2 Pembeli dalam kaitannya dengan perlindungan konsumen, sebagaimana diatur dalam Undang-undang nomor 8 tahun 1999 adalah bertindak sebagai konsumen. Konsumen memiliki hak-hak yang harus dilindungi sebagaimana diatur dalam Undang-undang tersebut. Mengingat betapa pentingnya hak-hak konsumen, sehingga melahirkan persepsi bahwa hak-hak konsumen merupakan Generasi Keempat Hak Asasi Manusia yang merupakan kata kunci dalam konsepsi hak asasi dalam perkembangan umat manusia di masa yang akan datang. Dimana persoalan hak asasi manusia tidak cukup hanya dipahami dalam konteks hubungan kekuasan yang bersifat vertikal, tetapi mencakup pula hubunganhubungan kekuasaan yang bersifat horisontal, antar kelompok masyarakat, antara golongan rakyat atau masyarakat, dan bahkan antar satu kelompok masyarakat di suatu negara dengan kelompok masyarakat di negara lain. Menurut Sulistyowati : Hak konsumen dalam artian yang luas ini dapat disebut sebagai dimensi baru hak asasi manusia yang tumbuh dan harus dilindungi dari kemungkinan penyalahgunaan atau tindakan sewenang-wenang dalam hubungan kekuasaan yang bersifat horizontal antara pihak produsen dengan konsumennnya. 1 Akan tetapi kondisi itu juga dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang dan konsumen dalam posisi yang lemah. Kelemahan konsumen yang telah kita kenali yaitu lemah dari segi pendidikan. Konsumen berada pada posisi yang tidak mempunyai kekuatan dibandingkan pelaku usaha, maka dari itu hak-hak konsumen harus dilindungi dari tindakan pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab, maka dalam hal ini diperlukan 1 Sulistyowati; 1992, Akses Kepada Perlindungan Konsumen Sebagai Salah Satu Aspek Kesejahteraan Sosial, Universitas Indonesia, Jakarta, hal 22

3 adanya norma-norma hukum yang diharapkan dapat memberikan perlindungan hukum secara khusus bagi konsumen. Istilah perlindungan konsumen berkaitan dengan perlindungan hukum. Maka dari itu di dalam perlindungan konsumen juga terdapat aspek-aspek hukum. Adapun hal-hal yang dilindungi tidak hanya berkaitan dengan fisik saja, tetapi lebih kepada hak-haknya yang bersifat abstrak. Selain memperoleh hak, sebagai Balance, konsumen juga memiliki kewajiban yang tercantum dalam Pasal 5 UUPK, disebutkan bahwa kewajiban konsumen adalah sebagai berikut : a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan atau jasa, demi keamanan dan keselamatan; b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan atau jasa; c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut; Pasal 1 angka 1 sampai dengan Pasal 1 angka 3 Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menentukan bahwa : 1. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

4 2. konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. 3. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Berdasarkan pengertian konsumen yang terdapat dalam Pasal 1 angka 1 maka jelaslah maksud dari perlindungan konsumen adalah untuk melindungi konsumen dari tindakan sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan perlindungan konsumen. Sebagai wujud perlindungan konsumen, maka jika sampai terjadi pelanggaran terhadap hak-hak konsumen oleh pelaku usaha, maka pihak konsumen dapat mengadukannya kepada lembaga yang berwenang, hal ini sebagaimana tercantum dalam Undang UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 45 ayat (1) : Setiap konsumen yang dirugikan bisa menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada dilingkungan peradilan umum. Sebagai salah satu indikator pembangunan dan perkembangan perekonomian nasional pada era globalisasi saat ini, maka berdirilah SPBU

5 (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) di berbagai daerah. Bagi masyarakat atau konsumen, kondisi yang demikian mempunyai manfaat karena kebutuhan konsumen akan bahan bakar dapat dipenuhi secara mudah. Ira Oemar dalam tulisannya mengungkapkan bahwa : kini, dalam peradaban masyarakat modern, dimana pembayaran tidak hanya dilakukan dengan uang tunai, tetapi bisa menggunakan kartu debit dan kartu kredit, seringkali harga barang yang ditawarkan tidak bisa dikonversi dengan nilai nominal mata uang yang tersedia. Sebut saja harga yang berakhiran Rp. 999,- Umumnya supermarket besar atau hypermarket bersaing dengan mengklaim mereka menjual barang dengan harga termurah. Bahkan berani menggaransi jika ditemukan barang yang sama di toko lain dengan harga lebih murah, mereka bersedia mengganti 2x lipat dari harga yang ditawarkan. Akibatnya, harga yang ditetapkan pun berakhiran Rp. 99,-, Rp 10,-, Rp. 5,- dll, yang penting bisa dianggap lebih murah. 2 Pemilik SPBU dikategorikan sebagai pelaku usaha, dan pembeli sebagai konsumen. Dalam interaksi jual beli antara SPBU dengan konsumen, dapat dikatakan sebagai salah satu perjanjian jual beli, sekalipun perjanjian jual beli secara tidak tertulis, yang mana pelaku usaha atau penjual mengikatkan diri dengan pihak pembeli. Masing-masing diantaranya mempunyai hak dan kewajiban. Hak dari pelaku usaha adalah menerima uang atau pembayaran seharga bahan bakar (bensin) yang telah dijual, kewajibannya adalah memberikan bensin yang dibeli oleh pembeli dan memberikan semua yang menjadi haknya pembeli. Sedangkan hak dari konsumen adalah mendapatkan bensin yang diinginkan, dan kewajibannya adalah membayar sesuai dengan nominal yang tertera di layar monitor. 2 Ira Oemar dalam tulisannya yang berjudul "Trend Pembayaran Modern dan Penetapan Harga oleh Produsen" Redaksi Kompas, 4 Juni 2012

6 Berkaitan dengan hak konsumen untuk menerima uang kembalian, manakala uangnya lebih dari yang semestinya digunakan untuk membayar di SPBU Ovis, adakalanya terjadi peristiwa yang tidak semestinya, dimana para petugas yang melayani pernah tidak mengembalikan sisa uang yang semestinya diterima oleh pihak konsumen, dan ini dialami oleh beberapa konsumen. Jumlahnya memang tidak besar, namun tindakan ini tentu saja dapat dikatagorikan sebagai tindakan yang membuat konsumen merasa tidak nyaman. Langkah yang diambil oleh pihak SPBU adalah dengan memberi sanksi tegas kepada petugas yang bersangkutan. Sehubungan dengan masalah uang kembalian, Sulistyowati mengungkapkan bahwa : uang kembalian dengan akhiran Rp 50,- dianggap tidak perlu dibayarkan. Sedangkan kembalian Rp. 100,- dan kelipatannya diganti dengan permen. Permen yang diberikan pun bukan atas pilihan konsumen. Jadi, pada dasarnya dalam kasus kembalian diganti permen, mengabaikan prinsip "kesepakatan" antara pembeli dan penjual. Pertama : pembeli tak pernah berniat membeli permen, kedua : belum tentu permen yang dijadikan sebagai "alat tukar" adalah permen yang disukai pembeli. Selain itu, benarkah harga nominal permen itu memang mewakili uang Rp. 100,- yang jelas, permen-permen itu untuk selanjutnya tak punya daya beli dan tak berfungsi sebagai nilai tukar. 3 Berdasarkan apa yang diungkapkan Sulistyowati di atas, dapat disimpulkan bahwa bisa saja petugas SPBU sengaja melakukan hal itu atau yang bersangkutan menganggap bahwa konsumen tidak mempermasalahkan mengingat jumlah uang hanya berkisar Rp. 50,- sampai Rp. 200,-, namun mengingat ini dilakukan berkali-kali, tentu saja akhirnya konsumen merasa haknya tidak diberikan sebagaimana seharusnya. 3 Sulistyowati, Uang Kembalian diganti Permen realita Jaman Sekarang, Redaksi Kompasiana tanggal 22-09-2012

7 Berdasarkan fakta inilah, maka penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan tersebut dan membahas lebih dalam mengenai Uang Kembalian Dari Pelaku Usaha Yang Tidak Sesuai Dengan Hak Konsumen di SPBU Ovis Purwokerto (Tinjauan Yuridis Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen) B. Perumusan Masalah Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas maka dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen yang uang kembaliannya tidak sesuai dengan hak konsumen berdasarkan Undang- Undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah: Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap konsumen yang uang kembaliannya tidak sesuai dengan hak konsumen berdasarkan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Penelitian secara Teoretis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Hukum dagang pada umumnya dan mengenai perlindungan konsumen terhadap pengembalian uang kembalian yang sesuai dengan hak konsumen pada khususnya. 2. Kegunaan Penelitian secara Praktis:

8 Untuk mengetahui sejauh mana penerapan hukun yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam tanggung jawabnya memberikan uang kembalian yang sesuai dengan hak konsumen.

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Konsumen 1. Pengertian Perlindungan Konsumen Setiap manusia pada dasarnya adalah bertindak sebagai konsumen. Ia menjadi konsumen di mulai sejak lahir sampai meninggal dunia, bahkan untuk kondisi tertentu bayi yang masih dalam kandungan pun sudah menjadi konsumen yaitu konsumen yang berkaitan dengan kesehatan, yang diserap melalui jaringan yang ada didalam kandungan. Pengertian masyarakat umum saat ini bahwa konsumen itu adalah pembeli, pengguna jasa layanan, atau pada pokoknya pemakai suatu jenis produk yang dikeluarkan oleh pelaku usaha. Dalam bukunya, Celina mengungkapkan bahwa : Setiap orang, pada suatu waktu, dalam posisi tunggal/sendiri maupun berkelompok bersama orang lain, dalam keadaan apa pun pasti menjadi konsumen untuk suatu produk barang atau jasa tertentu. 4 Tercantum dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undnag nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, istilah Konsumen mempunyai definisi sebagai berikut: Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Hal.5 4 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen,Jakarta: Sinar Grafika,2009,

10 A.Z. Nasution dalam bukunya menjelaskan bahwa : Istilah konsumen berasal dari alih bahasa dari kata Consumer (Inggris- Amerika), atau consument atau konsument (Belanda). 5 Menurut Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo : Di Amerika Serikat pengertian konsumen meliputi korban produk yang cacat yang bukan hanya pembeli tetapi pemakai, bahkan korban yang bukan pemakai memperoleh perlindungan yang sama dengan pemakai. 6 Undang-undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan usaha tidak sehat memberikan definisi konsumen sebagai berikut : Konsumen adalah setiap pemakai dan atau pengguna barang dan atau jasa, baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan orang lain. Batasan ini mirip dan garis besar maknanya diambil alih oleh UUPK. Dalam penjelasan resmi Undang-undang nomor 8 tahun 1999 menentukan dalam kepustakaan ekonomi dikenal istilah konsumen akhir dan konsumen antara. Konsumen akhir yang artinya tujuan penggunaan barang dan atau jasa bukan untuk untuk dijual kembali, sehingga mempunyai tujuan yang non komersil, seperti untuk kepentingan pribadi atau rumah tangga. Sedangkan konsumen antara, yaitu konsumen yang menggunakan barang atau jasa untuk kepentingan dijual kembali atau komersil. 7 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo mengungkapkan bahwa : Dalam kedudukannya sebagai konsumen antara (derived/intermediate consumer), yang bersangkutan tidak dapat menuntut pelaku usaha berdasarkan UUPK, lain halnya apabila seorang pemenang undian, walaupun setelah menerima hadiah undian kemudian yang bersangkutan 5 A.Z. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta: PT.Diadit Media, 2006, Hal. 21 6 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2004, Hal. 7 7 Suyadi, Diktat Dasar-dasar Hukum Perlindungan Konsumen, (Fakultas Hukum UNSOED, Purwokerto, 2000), Hal. 3

11 menjual kembali hadiah tersebut, kedudukannya tetap tetap sebagai konsumen akhir (end consumer). 8 A.Z. Nasution menegaskan dalam bukunya bahwa : Makhluk lain dalam pengertian konsumen antara lain hewan dan atau makhluk hidup lainnya yang dikonsumsi atau berada di sekitar konsumen. Ia dapat berbentuk hewan ternak peliharaan seperti sapi, ayam, kambing, kucing, dan sebagainya. 9 Di Negara Spanyol, pengertian konsumen didefinisikan secara lebih luas, yaitu: Konsumen diartikan tidak hanya individu atau orang, tapi juga suatu Perusahaan yang menjadi pembeli atau pemakai terakhir. Adapun yang menarik disini, Konsumen tidak harus terikat dalam hubungan jual beli sehingga dengan sendirinya konsumen tidak identik dengan pembeli. Konsumen memang tidak sekedar pembeli (buyer atau koper) tetapi semua orang (perorangan atau badan usaha) yang mengkonsuumsi barang dan atau jasa. Jadi yang paling penting terjadinya suatu transaksi konsumen (consumer transaction) berupa peralihan barang dan atau jasa, termasuk peralihan kenikmatan dalam menggunakannya. 10. Sedangkan pengertian perlindungan konsumen menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 1 angka 1 adalah Segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Rumusan pengertian perlindungan konsumen yang terdapat dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Perlindungan Konsumen telah memberikan cukup kejelasan. Kalimat yang menyatakan segala upaya yang menjamin adanya 8 Ahamadi Miru dan Sutarman Yodo, op. cit., Hal. 7-8 9 A.Z. Nasution, op. cit., Hal. 33 10 Celina Tri Siwi Kristiyanti, op. cit., Hal. 33

12 kepastian hukum, diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan perlindungan konsumen. 11 Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum. Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen dan menemukan kaidah hukum konsumen dalam berbagai peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia tidaklah mudah, hal ini dikarenakan tidak dipakainya istilah konsumen dalam peraturan perundang-undangangan tersebut walaupun ditemukan sebagian dari subyek-subyek hukum yang memenuhi kriteria konsumen. Terdapat berbagai pengertian mengenai konsumen walaupun tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara satu pendapat dengan pendapatlainnya Konsumen sebagai peng-indonesia-an istilah asing (Inggris) yaitu consumer, secara harfiah dalam kamus-kamus diartikan sebagai "seseorang atau sesuatu perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu"; atau "sesuatu atau seseorang yang mengunakan suatu persediaan atau sejumlah barang". ada juga yang mengartikan " setiap orang yang menggunakan barang atau jasa". Dari pengertian di atas terlihat bahwa ada pembedaan antara konsumen sebagai orang alami atau pribadi kodrati dengan konsumen sebagai perusahan atau badan hukum pembedaan ini penting untuk membedakan apakah konsumen 11 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Op. cit., Hal. 1.

13 tersebut menggunakan barang tersebut untuk dirinya sendiri atau untuk tujuan komersial (dijual, diproduksi lagi). Sidharta (2000) menjelaskan bahwa : perlindungan konsumen adalah salah satu masalah yang cukup mendasar (substansial) dalam konstelasi pembangunan nasional di sebuah negara, termasuk Indonesia. Hal tersebut memerlukan satu pengaturan yang sarat dengan perhatian dari berbagai stratifikasi sosial (lapisan masyarakat), sebagaimana upaya perlindungan konsumen di Indonesia pada dewasa ini, antara lain hendak meletakkan prinsip konsumen sebagai pemakai perlindungan hukum. Di Amerika Serikat pengertian konsumen meliputi korban produk yang cacat yang bukan hanya meliputi pembeli, tetapi juga korban yang bukan pembeli tetapi pemakai, bahkan korban yang bukan pemakai memperoleh perlindungan yang sama dengan pemakai. 12 Az Nasution didalam bukunya memberikan batasan tentang konsumen pada umumnya adalah : setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa yang digunakan untuk tujuan tertentu. Konsumen masih dibedakan lagi antara konsumen dengan konsumen akhir. Menurutnya yang dimaksud dengan konsumen antara adalah : Setiap orang yang mendapatkan barang dan jasa untuk dipergunakan dengan tujuan membuat barang dan jasa lain atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial). 13 Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, istilah konsumen sebagai definisi yuridis formal ditemukan pada Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-undang Perlindungan Konsumen menyatakan, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdaganggkan 12 Sidharta, 2000; Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo, Jakarta, hal 12 13 AZ Nasution, 2000. Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Daya Widya, hal 23

14 2. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen Didalam suatu peraturan, hal yang paling penting dalam terbentuknya suatu peraturan adalah Asas. Asas dapat berarti dasar, landasan, fundamen, prinsip dan jiwa atau cita-cita. Asas adalah suatu dalil umum yang dinyatakan dalam istilah umum dengan tidak menyebutkan secara khusus cara pelaksanaannya. Asas dapat juga disebut pengertian-pengertian dan nilai-nilai yang menjadi titik tolak berpikir tentang sesuatu Asas Hukum adalah prinsip yang dianggap dasar atau fundamen hukum yang terdiri dari pengertian-pengertian atau nilai-nilai yang menjadi titik tolak berpikir tentang hukum. Kecuali itu Asas Hukum dapat disebut landasan atau alasan bagi terbentuknya suatu peraturan hukum atau merupakan suatu ratio legis dari suatu peraturan hukum yang menilai nilai-nilai, jiwa, cita-cita sosial atau perundangan etis yang ingin diwujudkan. Karena itu Asas Hukum merupakan jantung atau jembatan suatu peraturan-peraturan hukum dan hukum positif dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakat. Asas hukum atau prinsip hukum bukanlah peraturan hukum konkrit melainkan pikiran dasar yang umum sifatnya atau merupakan latar belakang dari peraturan yang konkrit yang terdapat dalam dan di belakang setiap system hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat umum dalam peraturan konkrit tersebut. 14 14 Sudikno Mertokusumo, 1999. Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cet. Kedua, Yogyakarta: Liberty, hal 6

15 Adapun Asas perlindungan konsumen yang tertuang dalam Undangundang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 2 adalah ; a. Asas Manfaat; mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan ini harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan, b. Asas Keadilan; partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil, c. Asas Keseimbangan; memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual, d. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen; memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalarn penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan; e. Asas Kepastian Hukum; baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta Negara menjamin kepastian hukum. Disamping asas, hal yang diperlukan dalam suatu peraturan adalah tujuan. Tujuan adalah sasaran. Tujuan adalah cita-cita. Tujuan lebih dari hanya sekedar mimpi yang terwujud. Tujuan adalah pernyataan yang jelas. Tidak akan ada apa yang bakal terjadi dengan sebuah keajaiban tanpa sebuah tujuan yang jelas. Tidak akan ada langkah maju yang segera diambil tanpa menetapkan tujuan yang tegas. Dan tujuan dalam hukum adalah untuk menjamin kepastian hukum dalam masyarakat yang bersendikan pada keadilan. Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 3 tujuan dari Perlindungan ini adalah ; a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri, b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa,