KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-57/BC/2001 TANGGAL 31 AGUSTUS 2001 TATA CARA PEMBERIAN PEMBEBASAN CUKAI ETIL ALKOHOL

dokumen-dokumen yang mirip
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 53/BC/2011 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 43 /BC/2012

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-11/BC/2007 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 35/BC/2014 TENTANG TATA CARA TIDAK DIPUNGUT CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 35/BC/2014 TENTANG TATA CARA TIDAK DIPUNGUT CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2007 TENTANG PEMBEBASAN CUKAI MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PMK.04/2014 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-92 / BC / 1997 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 18/BC/2017 TENTANG DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

*35150 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 5 TAHUN 1997 (5/1997) TENTANG PENGAWASAN BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN NOMOR KEUANGAN. ketentuan. Menteri. cukai; mengenai. b. bahwa. beberapa. Pasal. Peraturan. Keuangan. Cara. Tata 263); CUKAI.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PENGAWASAN BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Mengingat : 1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Ta

SE - 26/BC/2009 PELAYANAN PITA CUKAI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1996 TENTANG IZIN PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUKTI PENERIMAAN JAMINAN (BPJ) NOMOR :...(3)

2014, No Mengingat : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.04/2010 tentang Tata Cara Pembebasan Cukai (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

PER - 11/BC/2011 PENERAPAN SECARA PENUH (MANDATORY) PERALIHAN PELAYANAN DAN PENGAWASAN KEMUDAHAN IMP

SE â 4/BC/2011 PENGAWASAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL TRADISIONAL SEBAGAI BARANG KENA CUKAI YANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER - 1/BC/2011 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 06/BC/2006

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-43/BC/1999 T E N T A N G

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-22/BC/2001 TANGGAL 20 APRIL 2001 TENTANG KEMASAN PENJUALAN ECERAN HASIL TEMBAKAU

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70 / PMK.04 / 2009 TENTANG

KOP PERUSAHAAN. Nomor : Tanggal. Lampiran : Hal : Permohonan Fasilitas Pembebasan Barang dan atau Bahan

SURAT EDARAN Nomor SE-17/BC/2005 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-17 /BC/ 1996 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL

NOMOR 115/PMK.04/2008 TENTANG PENCACAHAN DAN POTONGAN ATAS ETIL ALKOHOL DAN MINUMAN YANG MENGANDUNG ETIL ALKOHOL MENTERI KEUANGAN,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 43 /BC/2010 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P-19/BC/2007

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.04/2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1996 TENTANG IZIN PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP - 50/BC/1999 TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN OLEH PERUSAHAAN PENERIMA FASILITAS PEMBEBASAN BEA MASUK

-1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 10/BC/2011 TENTANG

TATACARA PENGELUARAN DAN PEMASUKAN KEMBALI BARANG DAN/ATAU BAHAN KE DAN DARI PELAKSANA PEKERJAAN SUB KONTRAK

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR SE - 09/BC/2017

Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Nomor KEP-03/BC/2001 TANGGAL 12 Januari 2001 TENTANG TATALAKSANA PEMBERIAN PENANGGUHAN DAN ATAU

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 3 /BC/2010 TENTANG

MENTERI KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 347/KMK.01/1999

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: KEP- 64/BC/1997 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

P - 36/BC/2007 TATALAKSANA AUDIT KEPABEANAN

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 399KMK.01/1996 TENTANG GUDANG BERIKAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL NOMOR : KEP -50 /BC/1999 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

MENTERI KEUANGANN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN DOKUMEN. Keuangan. Lembaran. Indonesia TENTANG. 2. Dokumen

NOMOR : KEP-03/BC/2003 NOMOR : 01/DAGLU/KP/I/2003 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN TERTIB ADMINISTRASI IMPORTIR

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P- 05 /BC/2006

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/KMK.05/2000 TENTANG ENTREPOT UNTUK TUJUAN PAMERAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER -15 /BC/2012 TENTANG

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, MEMUTUSKAN :

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-15/BC/2008 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 17/KMK

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG NOMOR : KEP-14/BC/1999

P - 12/BC/2010 TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/PMK. 011/2012 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI. SURAT EDARAN Nomor : SE-12 /BC/1998

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-27/BC/2009 TENTANG

SURAT PERMOHONAN NIPER PEMBEBASAN DAN/ATAU NIPER PENGEMBALIAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-36/BC/2010 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-30/PJ/2013 TENTANG

P - 03/BC/2009 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 03/BC/2009 TENTANG TATA CARA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 237/PMK.04/2009 TENTANG TIDAK DIPUNGUT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

Sehubungan dengan diterbitkannya surat tagihan (STCK-1) nomor :...(6)... tanggal...(7)... (terlampir), kami yang bertanda tangan di bawah ini:

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 97 /BC/ 1997 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 16 /BC/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER -17 /BC/2012 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-14/BC/2001 TANGGAL 7 FEBRUARI 2001 TENTANG PEMBLOKIRAN PERUSAHAN DI BIDANG KEPABEANAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI. KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI Nomor : KEP- 75 /BC/1996

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER - 1/BC/2011 TENTANG

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Bea dan Cukai Jawa Barat. Penulis ditempatkan pada Bidang Fasilitas

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-36 /BC/2007 TENTANG

ALTERNATIF 2 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39/M-DAG/PER/10/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG JADI OLEH PRODUSEN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 42 /BC/2010

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KMK.05/2000 TENTANG TOKO BEBAS BEA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 01 /BC/2014 TENTANG

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 40 TAHUN 2015

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.04/2013 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 16 /BC/2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.04/2013 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SURAT PERMOHONAN NIPER PEMBEBASAN DAN/ATAU NIPER PENGEMBALIAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 27/BC/2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG NOMOR POKOK PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 146/PMK.04/2010 TENTANG

TATAKERJA PENYELESAIAN BARANG IMPOR DENGAN PIB SECARA ELEKTRONIK MELALUI JARINGAN PERTUKARAN DATA ELEKTRONIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 49 /BC/2011 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Transkripsi:

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-57/BC/2001 TANGGAL 31 AGUSTUS 2001 TATA CARA PEMBERIAN PEMBEBASAN CUKAI ETIL ALKOHOL DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang : a. Bahwa berdasarkan Pasal 13 Keputusan Menteri Keuangan No.243/KMK.05/1996 tanggal 1 April 1996, pelaksanaan ketentuan pembebasan cukai diatur oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai; b. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditetapkan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai tentang Pemberian Pembebasan Cukai Etil Alkohol. Mengingat : 1. Undang-undang N0.11 Tahun 1005 tentang Cukai (LN RI Tahun 1996, TLN RI No.3613); 2. Keputusan Menteri Keuangan No.243/KMK.05/1996 tentang Pembebasan Cukai; 3. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No.57/BC/1998 tentang Bahan Baku Atau Bahan Penolong Dalam Pembuatan Barang Hasil Akhir Yang Bukan Merupakan Barang Kena Cukai. MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PEMBEBASAN CUKAI ETIL ALKOHOL. Pasal 1 Pembebasan cukai etil alkohol untuk dipergunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan merupakan Barang Kena Cukai dilakukan sesuai dengan tata cara sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini. Pasal 2 Pembebasan cukai etil alkohol yang dipergunakan untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dilakukan sesuai dengan tata cara sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini. Pasal 3 Pembebasan cukai etil alkohol yang dipergunakan untuk tujuan sosial dilakukan sesuai dengan tata cara sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini. Pasal 4 Pengusaha barang hasil akhir yang bukan merupakan Barang Kena Cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 yang mengajukan permohonan pembebasan cukai untuk pertama kali, wajib melampirkan : a. Photo copy surat izin dari instansi terkait yaitu: 1) Izin usaha industri dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan atau BKPM;

2) Rekomendasi dari Departemen Kesehatan terhadap produk yang diharuskan mendapat izin dari instansi yang bersangkutan. b. Photo copy Nomor Pokok Wajib Pajak. c. Photo copy akte pendirian usaha apabila pemohon merupakan badan hukum. d. BeritaBerita Acara Pemeriksaan Lokasi oleh Pejabat Bea dan Cukai dari kantor yang mengawasi beserta gambar denah/lokasi pabrik. e. Rencana kebutuhan etil alkohol dalam satu tahun takwim, meliputi; 1) jenis-jenis barang hasil akhir yang akan diproduksi berikut jumlah produksinya per bulan dan jumlah produksi dalam satu tahun takwim; 2) banyaknya etil alkohol yang dibutuhkan untuk setiap unit/satuan barang. f. Uraian singkat tentang penggunaan etil alkohol dalam proses pembuatan barang hasil akhir. g. Contoh barang hasil akhir yang diproses. Pasal 5 (1) Pembebasan cukai etil alkohor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diberikan kepada badan/lembaga resmi yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. (2) Badan/lembaga sebagaimana dimaksud dalam dalam ayat (1) yang mengajukan permohonan pembebasan cukai untuk pertama kali, wajib melampirkan: a. Rekomendasi dari Kepala badan/lembaga atau instansi yang lingkup tugasnya membawahi badan/lembaga yang mengajukan permohonan pembebasan. b. Berita Acara Pemeriksaan Lokasi oleh Pejabat Bea dan Cukai dari kantor yang mengawasi beserta gambar denah/lokasi tempat penimbunan etil alkohol pada badan/lembaga yang bersangkutan. c. Rencana kebutuhan etil alkohol dalam satu tahun takwim. Pasal 6 (1) Pembebasan cukai etil alkohol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 diberikan kepada rumah sakit. (2) Kepada rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang mengajukan permohonan pembebasan cukai untuk pertama kali, wajib melampirkan: a. Berita Acara Pemeriksaan Lokasi oleh Pejabat Bea dan Cukai dari kantor yang mengawasi beserta gambar denah/lokasi tempat penimbunan etil alkohol pada rumah sakit yang bersangkutan. b. Rencana kebutuhan etil alkohol dalam satu tahun takwim. Pasal 7 Jangka waktu proses penelitian dan penyelesaian permohonan pembebasan secara hierarki ditetapkan sebagai berikiut : a. Untuk kantor Pelayanan Bea dan Cukai selama-lamanya 6 (enam) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar; b. Untuk Kantor Wilayah DJBC selama-lamanya 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar; c. Untuk Kantor Pusat DJBC selama-lamanya 5 (lima) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar. Pasal 8 (1) Untuk memastikan pemakaian etil alkohol dalam proses produksi barang hasil akhir, Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dapat melakukan uji laboratorium terhadap contoh barang hasil akhir yang diajukan. (2) Uji laboratorium sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan pada laboratorium yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai.

Pasal 9 Jumlah etil alkohol yang akan diberikan pembebasan dihitung berdasarkan kebutuhan produksi dan realisasi pemakaian etil alkohol dalam bulan-bulan sebelumnya, kecuali permohonan pembebasan baru. Pasal 10 Keputusan pembebasan cukai etil alkohol yang diberikan berlaku sampai dengan akhir tahun takwin (31 Desember) pada tahun berjalan. Pasal 11 (1) Apabila jumlah etil alkohol yang diberikan pembebasan pada periode tahun berjalan tidak mencukupi, pengusaha barang hasil akhir, kepala badan/lembaga/rumah sakit dapat mengajukan permohonan tambahan pembebasan cukai etil alkohol, (2) Tata cara penambahan pembebasan cukai etil alkohol sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. etil alkohol yang dipergunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan merupakan Barang Kena Cukai dilakukan sesuai dengan tata cara sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini; b. etil alkohol yang dipergunakan untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dilakukan sesuai dengan tata cara sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini; c. etil alkohol yang dipergunakan untuk tujuan sosial dilakukan sesuai dengan tata cara sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini. Pasal 12 Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang mengawasi perusahaan barang hasil akhir/badan/lembaga/rumah sakit pengguna etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai wajib memantau jumlah etil alkohol yang dikirim dari Pabrik/Tempat Penyimpanan atau Importir etil alkohol sebagai pemasok etil alkohol agar tidak melebihi jumlah kuota pembebasan yang diberikan untuk setiap tahun takwim. Pasal 13 Perusahaan barang hasil akhir/badan/lembaga/rumah sakit yang telah mendapatkan keputusan pembebasan cukai dari Direktur Jenderal Bea dan Cukai, diberikan Nomor Pokok Pembebasan (NPP) yang berfungsi sebagai nomor pengenal/identitas penerima fasilitas pembebasan cukai. Pasal 14 (1) Pengusaha barang hasil akhir dan kepala badan/lembaga/rumah sakit yang telah mendapatkan fasilitas pembebasan cukai etil alkohol bertanggung jawab penuh terhadap etil alkohol yang dimasukkan ke dalam tempat penimbunannya. (2) Setelah berakhir masa berlakunya keputusan pembebasan, sisa etil alkohol yang masih berada pada tempat penimbunan di perusahaan barang hasil akhir/badan/lembaga/rumah sakit baru dapat digunakan setelah mendapat keputusan pembebasan cukai etil alkohol yang baru. Pasal 15

(1) Pengusaha barang hasil akhir dan kepala/lembaga/rumah sakit yang mendapat fasilitas pembebasan cukai wajib mengirimkan laporan bulanan penggunaan etil alkohol kepada Direktur Jenderal Bea Cukai c.q. Direktur Cukai melalui Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang mengawasi: a. untuk pengusaha pabrik produksi terpadu dengan LACK-3; b. untuk pengusaha pabrik produksi tidak terpadu dengan LACK-4; c. untuk badan/lembaga yang menggunakan etil alkohol untuk keperluan penelitian dan ilmu pengetahuan dengan LACL-5; d. untuk rumah sakit yang menggunakan etil alkohol untuk tujuan sosial dengan LACK-6. (2) Pengusaha Pabrik/Tempat Penyimpanan atau Importir etil alkohol yang memasok etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai wajib mengirimkan laporan bulanan penjualan/penyerahan etil alkohol kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukau melalui Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang mengawasi dengan LACK-9. (3) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) sudah harus diterima oleh Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang mengawasi selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulan. (4) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak dipenuhi, pemberian fasilitas pembebasan cukai bagi perusahaan yang bersangkutan dapat ditijau kembali. Pasal 16 (1) Pengusaha barang hasil akhir dan kepala badan/lembaga/rumah sakit yang mendapat fasilitas pembebasan cukai etil alkohol dilarang memasukkan etil alkohol yang masih terutang cukai melebihi jumlah kuota pembebasan yang telah diberikan. (2) Pengusaha barang hasil akhir dan kepala badan/lembaga/rumah sakit yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dikenai sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (3) Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai. Pasal 17 Pada saat Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini dikeluarkan, Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor SE-31/BC/1998 tentang Pelaksanaan Pemberian Pembebasan Di Bidang Cukai dinyatakan tidak berlaku. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Agustus 2001 DIREKTUR JENDERAL ttd R.B. PERMANA AGUNG NIP 060044475

LAMPIRAN I TATA CARA PEMBERIAN PEMBEBASAN CUKAI ETIL ALKOHOL UNTUK DIPERGUNAKAN SEBAGAI BAHAN BAKU ATAU BAHAN PENOLONG DALAM PEMBUATAN BARANG HASIL AKHIR YANG BUKAN MERUPAKAN BARANG KENA CUKAI. Pembebasan cukai atas etil alkohol yang dipergunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan merupakan Barang kena Cukai melalui proses produksi terpadu atau bukan, berlaku ketentuan sebagai berikut: I. Proses Permohonan 1. Pengusaha barang hasil akhir: a. membuat dan mengajukan surat permohonan beserta lampiran yang dipersyaratkan sebagaimana disebut dalam Pasal 4 kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai melalui Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dan Kepala Kantor Wilayah DJBC yang mengawasi dengan menggunakan: - formulir PMCK-1 untuk proses produksi terpadu, - formulir PMCK-2 untuk yang tidak dengan proses produksi terpadu; b. berkewajiban mencantumkan tanda tangan pengusaha yang memasok etil alkohol pada formulir permohonana yang diajukan; c. menyebutkan jumlah etil alkohol yang dimohonkan pembebasan serta merinci jumlah yang wajib campur dan yang tidak wajib campur atau salah sesuai kebutuhan; d. wajib mencantumkan nama pengusaha pemasok etil alkohol dan rincian jumlah etil alkohol yang akan dimasukkan; e. wajib melampirkan rencana produksi barang hasil akhir dan kebutuhan tambahan etil alkohol disertai salinan/fotocopy surat ijin dari instansi terkait apabila mengajukan permohonan tambahan cukai etil alkohol. 2. Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi pengusaha barang hasil akhir; - menerima berkas permohonan pembebasan dari pemohon; - meneliti berkas permohonan: a. adalam hal permohonan baru pertama kali diajukan, melakukan pemeriksaan lokasi pabrik yang bersangkutan; b. apabila permohonannya tidak lengkap atau tidak benar, mengembalikan berikut penjelasannya kepada pemohon untuk diperbaiki; c. apabila telah lengkap dan benar, meneruskan berkas permohonan dengan disertai rekomendasi kepada Direktur Cukai melalui Kepala Kantor Wilayah. 3. Kepala Kantor Wilayah yang membawahi pengusaha barang hasil akhir; - menerima berkas permohonan pembebasan dari Kepala Kantor Pelayanan berserta rekomendasinya; - meneliti persyaratan administrasi berkas permohonan; - apabila permohonannya tidak lengkap atau tidak benar, mengembalikan berikut penjelasannya kepada Kepala Kantor Pelayanan untuk diperbaiki; - apabila telah lengkap dan benar, meneruskan berkas permohonan dengan disertai rekomendasi kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai. 4. Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai melakukan kegiatan: - menerima berkas permohonan pembebasan dari Kepala Kantor Wilayah beserta rekomendasinya;

- meneliti persyaratan administrasi berkas permohonan; - menetapkan jumlah etil alkohol yang layak diberikan pembebasan; - menerbitkan Keputusan Pemberian Pembebasan Cukai etil alkohol. - untuk penerbitan keputusan pembebasan yang pertama kali, sekaligus memberikan Nomor Pokok Pembebasan (NPP) yang berfungsi sebagai nomor pengenal/identitas penerima fasilitas pembebasan cukai etil alkohol; - mendistribusikan keputusan pembebasan kepada : pengusaha barang hasil akhir; pemasok etil alkohol Kepala Kantor Pelayanan yang membawahi pengusaha barang hasil akhir dan atau pemasok etil alkohol; Kepala Kantor Wilayah yang membawahi pengusaha barang hasil akhir dan atau pemasok etil alkohol; Direktur Verifikasi dan Audit. II. Proses Pengeluaran Etil Alkohol Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi perusahaan pemasok etil alkohol yang memasok etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai melakukan kegiatan: - menerima salinan keputusan pembebasan ; - melayani pengeluaran etil alkohol : a. apabila salinan/copy/faksimili keputusan pembebasan belum diterima, pengeluaran etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai tidak dapat dilayani; b. apabila jumlah kuota pembebasan yang diberikan sudah terpenuhi, pengeluaran etil alkohol denga fasilitas pembebasan cukai untuk pengusaha barang hasil akhir hanya dapat dilayani setelah ada keputusan pembebasan tambahan; c. tata cara pengeluaran etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai mengikuti ketentuan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-12/BC/1996 III. Proses Pelaporan 1. Pengusaha barang hasil akhir wajib mengirimkan laporan bulanan penggunaan etil alkohol kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai melalui Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang mengawasi: a. untuk pengusaha barang hasil akhir yang melalui proses-proses produksi terpadu dengan LACK-3; b. untuk pengusaha barang hasil akhir yang tidak melalui proses-proses produksi terpadu dengan LACK-4. 2. Pengusaha pemasok etil alkohol yang memasok etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai wajib mengirimkan laporan bulanan penjualan/penyerahan etil alkohol kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai melalui Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang mengawasi dengan menggunakan formulir LACK-9. 3. Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi pengusaha barang hasil akhir melakukan kegiatan sebagai berikut: - menerima laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol dari pengusaha barang hasil akhir selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulan; - mengirimkan teguran tertulis kepada pengusaha barang hasil akhir dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah dan Kantor Pusat Bea dan Cukai apabila terjadi keterlambatan pengiriman laporan;

- mencocokkan jumlah etil alkohol yang dimasukkan kepengusaha barang hasil akhir berdasarkan LACK-4 dan Buku Pengawasan yang dikelola di Kantor yang bersangkutan; - apabila terdapat selisih, mengadakan penelitian lebih lanjut dan melakukan tindakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; - mengirimkan laporan tersebut kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai dengan tembusan Kantor Wilayah secara rutin selambat-lambatnya tanggal 15 setiap bulan. 4. Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi perusahaan pemasok etil alkohol melakukan kegiatan sebagai berikut: - menerima laporan penerimaan dan pengeluaran etil alkohol dari pemasok etil alkohol selambat-lambatnya tanggal 10 tiap bulan; - mengirimkan teguran tertulis kepada pengusaha pemasok etil alkohol dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah dan Kantor Pusat Bea dan Cukai apabila terjadi keterlambatan pengiriman laporan; - mencocockkan jumlah etil alkohol yang dikeluarkan dari pemasok etil alkohol berdasarkan LACK-9 dan Buku Pengawasan yang dikelola di Kantor Pelayanan yang bersangkutan; - apabila terdapat selisih, mengadakan penelitian lebih lanjut dan melakukan tindakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; - mengirimkan laporan tersebut kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai dengan tembusan Kantor Wilayah secarah rutin selambat-lambatnya tanggal 15 setiap bulan. 5. Kepala Kantor Wilayah yang mengawasi pengusaha barang hasil akhir dan pengusaha pemasok etil alkohol melakukan kegiatan sebagai berikut: - menerima laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol serta laporan penyerahan/pemjualan etil alkohol dari Kepala Kantor Pelayanan secara rutin setiap bulan; - meneliti dan mencocokkan antara laporan penerimaam dan pemakaian etil alkohol dengan laporan penyerahan/penjualan etil alkohol; - menegur Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai apabila terlambat mengirimkan laporan (LACK-4 dan/atau LACK-9). 6. Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai setelah menerima laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol serta laporan penyerahan/penjualan etil alkohol dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai, melakukan kegiatan sebagai berikut: - memasukan laporan tersebut ke dalam database komputer ; - meneliti dan mencocokkan antara laporan LACK-4 dari pengusaha barang hasil akhir dengan laporan LACK-9 dari pengusaha pemasok etil alkohol; - menegur Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dan Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai apabila terlambat mengirimkan laporan (LACK-4 dan/atau LACK-9); - menegur Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dan Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai apabila dalam penelitian yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai ditemukan selisih dalam laporan (LACK-4 dan LACK-9).

LAMPIRAN II TATA CATA PEMBERIAN PEMBEBASAN CUKAI ETIL ALKOHOL YANG DIPERGUNAKAN UNTUK KEPERLUAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN Pembebasan Cukai atas etil alkohol yang dipergunakan untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, berlaku ketentuan sebagai berikut: I. Proses Permohonan 1. Kepala badan/lembaga yang bersangkutan: - membuat dan mengajukan surat permohonan dengan menggunakan formulir PMCK-3 beserta kelengkapannya sebagaimana dipersyaratkan dalam Pasal 5 ayat (2) kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai melalui Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dan Kepala Kantor Wilayah DJBC yang mengawasi; - berkewajiban mencantumkan tanda tangan pengusaha yang memasok etil alkohol pada formulir permohonana yang diajukan; - untuk tambahan pembebasan cukai etil alkohol, permohonan dari yang bersangkutan wajib dilampiri dengan rencana pemakaian dan kebutuhan etil alkohol selama periode tertentu. 2. Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi badan/lembaga penerima fasilitas pembebasan cukai etil alkohol: - menerima berkas permohonan pembebasan dari pemohon; - dalam hal permohonan baru pertama kali diajukan, melakukan pemeriksaan lokasi tempat penimbunan di badan/lembaga yang bersangkutan; - meneliti berkas permohonan: a. apabila permohonannya tidak lengkap atau tidak benar, mengembalikan berikut penjelasannya kepada pemohon untuk diperbaiki; b. apabila telah lengkap dan benar, meneruskan berkas permohonan dengan disertai rekomendasi kepada Direktur Cukai melalui Kepala Kantor Wilayah. 3. Kepala Kantor Wilayah yang membawahi badan/lembaga penerima fasilitas pembebasan cukai etil alkohol: - menerima berkas permohonan pembebasan dari Kepala Kantor Pelayanan berserta rekomendasinya; - meneliti persyaratan administrasi berkas permohonan; - apabila permohonannya tidak lengkap atau tidak benar, mengembalikan berikut penjelasannya kepada Kepala Kantor Pelayanan untuk diperbaiki; - apabila telah lengkap dan benar, meneruskan berkas permohonan dengan disertai rekomendasi kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai. 4. Direktur Jenderal c.q. Direktur Cukai melakukan kegiatan: - menerima berkas permohonan pembebasan dari Kepala Kantor Wilayah berserta rekomendasinya; - meneliti persyaratan administrasi berkas permohonan; - menetapkan jumlah etil alkohol yang layak diberikan pembebasannya; - menerbitkan Keputusan Pemberian Pembebasan Cukai Etil Alkohol; - untuk penerbitan keputusan pembebasan yang pertama kali, sekaligus memberikan Nomor Pokok Pembebasan (NPP) yang berfungsi sebagai nomor pengenal/identitas penerima fasilitas pembebasan cukai etil alkohol;

- mendistribusikan keputusan pembebasan kepada: penerima fasilitas; pemasok etil alkohol; Kepala Kantor Pelayanan yang membawahi penerima fasilitas dan atau pemasok etil alkohol; Kepala Kantor Wilayah yang membawahi penerima fasilitas dan atau pemasok etil alkohol; Direktur Verifikasi dan Audit. II. Proses Pengeluaran Etil Alkohol Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi perusahaan pemasok etil alkohol yang memasok etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai melakukan kegiatan: - menerima salinan keputusan pembebasan; - melayani pengeluaran etil alkohol : a. apabila salinan/copy/faksimili keputusan pembebasan belum diterima, pengeluaran etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai tidak dapat dilayani; b. apabila jumlah kuota pembebasan yang diberikan sudah terpenuhi, pengeluaran etil alkohol untuk badan/lembaga yang mendapat fasilitas hanya dapat dilayani setelah ada keputusan pembebasan tambahan; c. tata cara pengeluaran etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai mengikuti ketentuan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-12/BC/1996. III. Proses Pelaporan 1. Kepala Badan/lembaga penerima fasilitas pembebasan wajib mengirimkan laporan bulanan pemasukan dan penggunaan etil alkohol dengan menggunakan LACK-5 kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai melalui Kantor Pelayanan Bea dan Cukai. 2. Pengusaha pemasok etil alkohol yang memasok etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai wajib megirimkan laporan bulanan penjualan/penyerahan etil alkohol kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai dengan menggunakan formulir LACK-9 melalui Kantor Pelayanan Bea dan Cukai. 3. Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi badan/lembaga penerima fasilitas pembebasan cukai: - menerima laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol dari lembaga/badan penerima fasilirtas pembebasan cukai etil alkohol selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulan; - mengirimkan teguran tertulis kepada badan/lembaga penerima fasilitas pembebasan cukai denga tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah dan Kantor Pusat Bea dan Cukai apabila terjadi kelambatan pengiriman laporan; - mencocokkan jumlah etil alkohol yang dimasukkan kepenerima fasilitas berdasarkan laporan LACK-5 dan Buku Pengawasan yang dikelola di Kantor Pelayanan bersangkutan; - apabila terdapat selisih, mengadakan penelitian lebih lanjut dan melakukan tindakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; - mengirim laporan tersebut kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai dengan tembusan Kantor Wilayah secara rutin selambat-lambatnya tanggal 15 setiap bulan. 4. Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi pengusaha pemasok etil alkohol melakukan kegiatan sebagai berikut: - menerima laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol dari pemasok etil alkohol selambatlambatnya tanggal 10 setiap bulan.

- mengirimkan teguran tertulis kepada pengusaha pemasok etil alkohol dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah dan Kantor Pusat Bea dan Cukai apabila terjadi keterlambatan pengiriman laporan; - mencocokkan jumlah etil alkohol yang dikeluarkan dari pemasok etil alkohol berdasarkan laporan LACK-9 dan Buku Pengawasan yang dikelolah di Kantor Pelayanan yang bersangkutan; - apabila terdapat selisih, mengadakan penelitian lebih lanjut dan melakukan tindakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; - mengirim laporan tersebut kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai dengan tembusan Kantor Wilayah secara rutin selambat-lambatnya tanggal 15 setiap bulan. 5. Kepala Kantor Wilayah yang mengawasi badan/lembaga penerima fasilitas pembebasan dan pengusaha pemasok etil alkohol melakukan kegiatan sebagai berikut: - menerima laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol serta laporan penyerahan/penjualan etil alkohol dari Kepala Kantor Pelayanan secara rutin setiap bulan; - memeliti dan mencocokkan antara laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol dengan laporan penyerahan/penjualan etil alkohol; - menegur Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai apabila terlambat mengirimkan laporan (LACK-5 dan/atau LACK-9). 7. Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai setelah setelah menerima laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai, melakukan kegiatan: - memasukakan laporan tersebut kedalam database komputer; - meneliti dan mencocokkan antara laporan LACK-5 dari badan/lembaga penerima fasilitas dengan laporan LACK-9 dari pengusaha pemasok etil alkohol; - menegur Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dan Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai apabila dalam penelitian yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai ditemukan selisih dalam laporan (LACK-5 dan LACK-9).

LAMPIRAN III TATA CARA PEMBERIAN PEMBEBASAN CUKAI ETIL ALKOHOL YANG DIPERGUNAKAN UNTUK TUJUAN SOSIAL ---------------------------------------------------------------------------------------- Pembebasan cukai atas etil alkohol yang dipergunakan untuk tujuan sosial, berlaku ketentuan sebagai berikut : I. Proses Permohonan 1. Kepala rumah sakit yang bersangkutan: - membuat dan mengajukan surat permohonan beserta kelengkapannya sebagaimana dipersyaratkan dalam Pasal 6 ayat (2) kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai melalui Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dan Kepala Kantor Wilayah DJBC yang mengawasi; - berkewajiban mencantumkan tanda tangan pengusaha yang memasok etil alkohol pada formulir permohonan yang diajukan; - wajib melampirkan rencana pemakaian dan kebutuhan etil alkohol selama periode tertentu apabila mengajukan permohonan tambahan pembebasan cukai etil alkohol. 2. Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi rumah sakit penerima fasilitas pembebasan cukai etil alkohol: - menerima berkas permohonan pembebasan dari pemohon; - meneliti berkas permohonan: a. apabila permohonannya tidak lengkap atau tidak benar, mengembalikan berikut penjelasannya kepada pemohon untuk diperbaiki; b. apabila telah lengkap dan benar, meneruskan berkas permohonan dengan disertai rekomendasi kepada Direktur Cukai melalui Kepala Kantor Wilayah. 3. Kepala Kantor Wilayah yang membawahi rumah sakit penerima fasilitas pembebasan cukai etil alkohol: - menerima berkas permohonan pembebasan dari Kepala Kantor Pelayanan beserta rekomendasinya; - meneliti persyaratan administrasin berkas permohonan; - apabila permohonannya tidak lengkap atau tidak benar, mengembalikan berikut penjelasannya kepada Kepal Kantor Pelayanan untuk diperbaiki; - apabila telah lengkap dan benar, meneruskan berkas permohonan dengan disertai rekomendasi kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai. 4. Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai melakukan kegiatan: - menerima berkas permohonan pembebasan dari Kepala Kantor Wilayah beserta rekomendasinya; - meneliti persyaratan adminitrasi berkas permohonan; - menetapkan jumlah etil alkohol yang layak diberikan pembebasan; - menerbitkan Keputusan Pemberian Pembebasan Cukai Etil Alkohol; - untuk penerbitan keputusan pembebasan yang pertama kali, sekaligus memberikan Nomor Pokok Pembebasan (NPP) yang berfungsi sebagai nomor pengenal/identitas penerima fasilitas pembebasan cukai etil alkohol; - mendistribusikan keputusan pembebasan kepada : penerima fasilitas; pemasok etil alkohol; Kepala Kantor Pelayanan yang membawahi penerima fasilitas dan atau pemasok etil alkohol;

Kepala Kantor Wilayah yang membawahi penerima fasilitas dan atau pemasok etil alkohol; - Direktur Verifikasi dan Audit. II. Proses Pengeluaran Etil Alkohol Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi pengusaha pemasok etil alkohol yang memasok etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai melakukan kegiatan; - menerima salinan keputusan pembebasan; - melayani pengeluaran etil alkohol: a. apabila salinan/copy/faksimili keputusan pembebasan belum diterima, pengeluaran etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai tidak dapat dilayani; b. apabila jumlah kuota pembebasan yang diberikan sudah terpenuhi, pengeluaran etil alkohol hanya dapat dilayani setelah ada keputusan pembebasan tambahan; c. tata cara pengeluaran etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai mengikuti ketentuan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-12/BC/1996. III. Proses Pelaporan 1. Kepala rumah sakit penerima fasilitas pembebasan wajib mengirimkan laporan bulanan pemasukan dan penggunaan etil alkohol dengan menggunakan LACK-6 kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai melalui Kantor Pelayanan Bea dan Cukai. 2. Pengusaha pemasok etil alkohol yang memasok etil alkohol dengan fasilitas pembebasan cukai wajib mengirimkan laporan bulanan penjualan/penjerahan etil alkohol kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai dengan menggunakan formulir LACK-9. 3. Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi penerima fasilitas pembebasan cukai: - menerima laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol dari penerima fasilitas pembebasan cukai etil alkohol selambat-lambatnya pada tanggal 10 setiap bulan; - mengirimkan teguran tertulis kepada penerima fasilitas pembebasan cukai dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah dan Kantor Pusat Bea dan Cukai apabila terjadi keterlambatan pengiriman laporan; - mencocokkan jumlah etil alkohol yang dimasukkan kepenerima fasilitas berdasarkan laporan LACK-5 dan Buku Pengawasan yang dikelola di Kantor Pelayanan yang bersangkutan; - apabila terdapat selisih, mengadakan penelitian lebih lanjut dan melakukan tindakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; - mengirimkan laporan tersebut kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai dengan tembusan Kantor Wilayah secara rutin selambat-lambatnya tanggal 15 setiap bulan. 5. Kepala Kantor Pelayanan yang mengawasi pengusaha pemasok etil alkohol melakukan kegiatan sebagai berikut: - menerima laporan penerima dan pemakaian etil alkohol serta laporan penyerahan/penjualan etil alkohol dari Kepala Kantor Pelayanan secara rutin setiap bulan; - meneliti dan mencocokkan antara laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol dengan laporan penyerahan/penjualan etil alkohol; - menegur Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai apabila terlambat mengirimkan laporan (LACK-6 dan/atau LACK-9). 6. Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai setelah menerima laporan penerimaan dan pemakaian etil alkohol dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai, melakukan kegiatan: - memasukan laporan tersebut kedalam database komputer;

- meneliti dan mencocokkan antara laporan LACK-6 dari penerima fasilitas dengan laporan LACK-9 dari pengusaha pemasok etil alkohol; - menegur Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dan Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai apabila terlambat mengirimkan laporan (LACK-6 dan atau LACK-9); - menegur Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dan Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai apabila dalam penelitian yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai c.q. Direktur Cukai ditemukan selisih dalam laporan (LACK-6 dan LACK-9).