BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam juga semakin besar, salah satunya kekayaan alam yang ada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. maka penduduk setempat dapat menggagalkan upaya pelestarian. Sebaliknya bila

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN???

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

AKTIFITAS ILLEGAL DI DALAM KAWASAN HUTAN. Penebangan Liar Pencurian Kayu Perambahan Hutan Perladangan Liar Pengembalaan Liar

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Banten mempunyai fungsi sebagai berik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI No. 41

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati Indonesia menduduki posisi kedua setelah Columbia

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan konservasi di Indonesia baik darat maupun laut memiliki luas

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA FINALISASI DAN REALISASI MASTERPLAN PUSAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (PPKH) Pongkor, Selasa, 23 April 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity

diarahkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Penjelasan PP No. 34 Tahun 2002 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

III. METODE PENELITIAN

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA ACARA MEMPERINGATI HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang harus dilindungi keberadaannya. Selain sebagai gudang penyimpan

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan perubahan kondisi sosial ekonomi sekarang, menjadikan tuntutan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam juga semakin besar, salah satunya kekayaan alam yang ada dalam kawasan konservasi. Disisi lain, keberadaan kawasan konservasi harus tetap dipertahankan karena memegang peranan yang strategis sebagai penyangga kehidupan, perlindungan keanekaragaman hayati dan menunjang pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati. Dalam mempertahankan keberadaan potensi kawasan konservasi, maka salah satu konsep pengelolaan yang diterapkan adalah mengeluarkan segala kegiatan masyarakat dari kawasan konservasi. Konsep mengeluarkan aktivitas masyarakat tersebut banyak digunakan oleh pengelola kawasan konservasi karena dinilai memiliki dampak yang lebih kecil terhadap kerusakan ekosistem hutan. Namun demikian konsep tersebut juga memiliki banyak kekurangan yaitu tertutupnya akses masyarakat sekitar terhadap kawasan hutan yang selama ini menjadi sumber penghasilan masyarakat guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dampak dari terputusnya akses tersebut adalah masyarakat mencoba merambah kawasan hutan konservasi dan memanfaatkan sumberdaya hutan secara illegal sehingga mengakibatkan semakin rusaknya kawasan konservasi. Keberhasilan pelestarian kawasan konservasi dengan konsep ini sangat tergantung pada keberhasilan dalam menangani masalah sosial ekonomi 1

masyarakat di sekitarnya. Gangguan terhadap kawasan konservasi akan berkurang apabila kesejahteraan masyarakat sekitar hutan sudah dapat terpenuhi dari usaha diluar pemanfaatan hutan. Untuk itu diperlukan solusi-solusi terhadap berkurangnya akses masyarakat terhadap kawasan hutan, sebab masyarakat telah hidup di sekitar kawasan konservasi tersebut jauh sebelum kawasan ini dijadikan kawasan konservasi. Pemahaman terhadap kepentingan masyarakat secara sosial ekonomi perlu diperhatikan oleh pengelola kawasan sebab masyarakat berpotensi sebagai pendukung upaya konservasi sekaligus sebagai ancaman terhadap upaya konservasi. Daerah dimana kawasan konservasi sebagai penghalang dan tidak mendatangkan manfaat bagi masyarakat, maka masyarakat sekitar akan menjadi ancaman. Sebaliknya jika kawasan hutan konservasi dianggap sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi masyarakat, maka masyarakat menjadi pendukung dalam usaha pelestarian kawasan hutan konservasi. Taman Nasional Alas Purwo merupakan kawasan hutan konservasi yang langsung berkaitan dengan masyarakat sekitar kawasan hutan, dan mempunyai peranan yang bersifat multidimensi. Disamping dimensi ekonomi dan ekologi, hutan juga memiliki dimensi sosial budaya. Kawasan Taman Nasional Alas Purwo dilihat dari aspek dimensi ekonomi dengan berbagai potensi keanekaragaman hayati dan obyek daya tarik wisata dapat memberikan dampak pertumbuhan ekonomi masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung serta dapat menghasilkan devisa penting dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah. Disisi ekologi sumber daya hutan berperan penting terhadap 2

iklim lokal ataupun global, tata air, konservasi lahan, kekayaan hayati serta plasma nutfah, yang semuanya berperan penting dalam kehidupan sosial masyarakat sekitar. Berdasarkan data gangguan keamanan kawasan Taman Nasional Alas Purwo tahun 2006 2010, kondisi gangguan keamanan di kawasan Taman Nasional Alas Purwo relatif aman jika dibandingkan dengan kawasan konservasi lainnya. Gangguan keamanan yang terjadi dikawasan Taman Nasional Alas Purwo antara lain pengambilan bambu, penebangan pohon, pengambilan kayu bakar, pengambilan daun gebang dan perburuan satwa. Sampai dengan saat ini gangguan keamanan di kawasan Taman Nasional Alas Purwo didominasi oleh pencurian kayu dan perburuan liar. Beberapa lokasi terkait dengan aktivitas gangguan keamanan pencurian kayu meliputi Blok Cungur (hutan tanaman Mahoni), Sembulungan, Tanjung Pasir, Sumur Tong. Untuk gangguan kawasan berupa perburuan liar meliputi Sumber Gedang (wilayah Perum Perhutani). Sadengan, Blok Jajang, Blok Perpat, Blok Pondok Waru, dan lain-lain. Tingkat gangguan keamanan kawasan yang terjadi di kawasan Taman Nasional Alas Purwo dalam kurun waktu 2006 2010, sebagai berikut : Tabel 1. Data Gangguan Keamanan di Kawasan Taman Nasional Alas Purwo No Jenis Gangguan 2006 2007 2008 2009 2010 Total 1 Pencurian Bambu 13 17 33 8 0 71 2 Pencurian Kayu 16 17 11 15 5 64 3 Perencekan 7 10 15 6 4 42 4 Perburuan Satwa 13 9 3 18 11 54 5 Pencurian HHBK 4 0 6 0 1 11 6 Pelanggaran Lainnya 24 19 25 7 2 77 Jumlah 77 72 93 54 23 319 Sumber : Data Statistik Balai Taman Nasional Alas Purwo Tahun 2010 3

Grafik 1. Rekapitulasi Gangguan Hutan di Taman Nasional Alas Purwo Tahun 2006-2010 Sumber : Data Statistik Balai Taman Nasional Alas Purwo Tahun 2010 Banyaknya tekanan terhadap kawasan Taman Nasional Alas Purwo seiring dengan tingginya pertumbuhan penduduk yang menuntut penyerapan tenaga kerja, pemenuhan kebutuhan hidup dan mayoritas penduduk sekitar kawasan hutan tergolong dengan ekonomi menengah ke bawah, selain itu persepsi masyarakat terhadap hutan yang menyebabkan bahwa hutan adalah milik umum yang boleh dimanfaatkan oleh siapa saja dan kapan saja. Salah satu gangguan kawasan di Taman Nasional Alas Purwo yaitu pengambilan kayu bakar/rencek, pada satu sisi tidak hanya berpotensi menimbulkan kerawanan terhadap penebangan pohon akan tetapi juga mengganggu berbagai aktivitas satwa. Tingkat kerawanan pengambilan kayu bakar/rencek dapat dikatakan cukup tinggi seiring dengan meningkatnya kebutuan rumah tangga maupun produksi batu bara, pembuatan genting, industri gamping dan pindangan di sekitar Kecamatan Tegaldlimo, Kecamatan Purwoharjo dan 4

Kecamatan Muncar. Untuk dapat mengurangi dampak negatif dari interaksi tersebut maka perlu kajian terhadap interaksi masyarakat dengan kawasan hutan dan dengan tetap memperhatikan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar Taman Nasional Alas Purwo. 1.2. Rumusan Masalah Perencanaan taman nasional dapat mengarah pada dua kemungkinan yaitu yang pertama meningkatkan manfaat taman nasional dan melestarikan ekosistem jika perencanaan tepat, serta yang kedua menimbulkan dampak negatif pada taman nasional dan masyarakat yang selanjutnya berdampak pada ketidaklestarian jika perencanaannya kurang tepat. Tolak ukur yang menjadi pedoman keberhasilan adalah seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 yaitu keberlanjutan fungsi taman nasional dalam menunjang kehidupan manusia. Tujuan pengelolaan Taman Nasional Alas Purwo yang dituangkan dalam Rencana Pengelolaan Taman Nasional 1998 2023 adalah mempertahankan keutuhan dan fungsi kawasan serta keanekaragaman hayati, meningkatkan upaya penelitian dan pendidikan konservasi, meningkatkan peran Taman Nasional Alas Purwo bagi kegiatan budidaya dan pariwisata, meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan mengintegrasikan pembangunan taman nasional yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 5 Tahun 1990. Namun demikian dalam Rencana Pengelolaan Taman Nasional belum tertuang secara jelas tentang peran 5

serta masyarakat dan kurang mengakomodir kepentingan masyarakat sekitar kawasan hutan. Permasalahan yang sering menjadi penyebab gagalnya atau kurang berhasilnya upaya mengurangi ketergantungan masyarakat atau mengurangi dampak negatif dari interaksi masyarakat dengan kawasan hutan konservasi adalah masyarakat kurang memahami dan informasi karakteristik interaksi masyarakat sekitar kawasan hutan konservasi. Sebagai indikator kegagalan program pembinaan yang selama ini diterapkan adalah masih ada masyarakat kawasan sekitar hutan melakukan pencurian kayu, perburuan satwa baik secara tradisional maupun dengan senjata api, pencurian hasil hutan bukan kayu dan pengambilan kayu bakar. Dengan mengetahui karakteristik di masyarakat dapat diketahui kecenderungan bentuk pemanfaatan kawasan konservasi, motivasi pemanfaatan, jenis dan volume hasil hutan dan waktu pemanfaatan, sehingga pengelola kawasan hutan konservasi dapat mengetahui sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada interaksi masyarakat sekitar kawasan hutan terhadap pengambilan kayu bakar (rencek) dimana pengambilan kayu bakar oleh masyarakat dijadikan sebagai mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup, disamping itu masyarakat juga menggunakan kayu bakar untuk industri rumah tangga yaitu pembuatan gamping, batubata dan genting. Untuk kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat diilustrasikan sebagai berikut : 6

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan Potensi SDA Kawasan Taman Nasional Alas Purwo - Ketergantungan Masyarakat Terhadap Kawasan - Potensi Ancaman Pengambilan Kayu Bakar / Rencek Lokasi Cara Pengambilan Pemakaian Distribusi Pola Pengambilan Kayu Bakar / Rencek Aplikasi AHP (Analytical Hierarchy Process) Dalam Upaya Penyelesaian Pengambilan Kayu Bakar / Rencek di Taman Nasional Alas Purwo METODE AHP Kapasitas Masyarakat Kesejahteraan Masyarakat Kesadaran Masyarakat Penegakan Hukum Pelatihan Keterampilan Masyarakat Pendampingan dan Penyuluhan Menumbuhkan Lapangan Kerja Bantuan Ekonomi Produktif Pendapatan Pengamanan Swakarsa Gambar 1. Kerangka Pemikiran Aplikasi AHP (Analytical Hierarchy Process) Dalam Upaya Penyelesaian Pengambilan Kayu Bakar (Rencek) Di Taman Nasional Alas Purwo 7

Berdasarkan pada permasalahan pengambilan kayu bakar, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas antara lain : 1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi perencek di sekitar Taman Nasional Alas Purwo? 2. Bagaimana pola pengambilan kayu bakar di sekitar Taman Nasional Alas Purwo? 3. Bagaimana upaya penyelesaian pengambilan kayu bakar/rencek di Taman Nasional Alas Purwo? 1.3. Tujuan Penelitian Studi kasus mengenai pengambilan kayu bakar/rencek di kawasan Taman Nasional Alas Purwo ini bertujuan antara lain : 1. Mengetahui kondisi sosial ekonomi perencek di sekitar Taman Nasional Alas Purwo. 2. Mengetahui pola pengambilan kayu bakar di sekitar Taman Nasional Alas Purwo. 3. Mengetahui bentuk upaya penyelesaian dalam pengambilan kayu bakar/rencek di Taman Nasional Alas Purwo. 1.4. Manfaat Penelitian Setelah pelaksanaan penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang terkait antara lain : 8

1. Sebagai bahan pertimbangan pengelola dalam mengambil suatu kebijakan dalam penanganan permasalahan pengambilan kayu bakar (rencek). 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan kawasan Taman Nasional Alas Purwo. 9