Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Warisan Budaya Tak Benda (Nilai Tradisi, Kampung Adat Wae Rebo, Kab. Manggarai, NTT)

dokumen-dokumen yang mirip
BAHWA TUHAN MENCIPTAKAN INDONESIA KETIKA TERSENYUM

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

MAKALAH ANALISIS RUMAH ADAT MBARU NIANG SUKU WAEREBO NUSA TENGGARA TIMUR ARSITEKTUR NUSANTARA DOSEN PENGAMPU : Dian. Anas DISUSUN OLEH :

DESAIN BUSANA ANALOGI RUMAH MBARU NIANG WAE REBO NTT

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

Bab III Studi Kasus III.1 Sekilas Tentang Ciptagelar III.1.1 Bentang Alam di Daerah Kasepuhan Ciptagelar

BAB I PENDAHULUAN. istiadat. Wujud kedua, adalah sistem sosial atau social sistem yang berkaitan dengan

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. dalam ataupun luar negeri datang untuk menikmati objek-objek wisata tersebut.

UPAYA MASYARAKAT WAEREBO DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI STRUKTUR LEMBAGA ADAT

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

2015 PESONA ALAM GUNUNG BURANGRANG SEBAGAI OBJEK GAGASAN BUKU FOTOGRAFI ESAI

BAB I PENDAHULUAN. unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016.

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

Konsep Design Mikro (Bangsal)

senopati tersebut berada di Desa Gading. Mereka menetap di sana hingga akhir hayat. Kapal yang mereka gunakan untuk berlayar dibiarkan begitu saja

Danau Toba: Pesona Sumatera Utara

Kosmologi dalam Arsitektur Masyarakat Kasepuhan Banten Kiduldi Lebak Sibedug

PROLOG. Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan.

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP 1. Dr. Yaya Rayadin 2. Adi Nugraha, SP.

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

BAB 1 PENDAHULUAN. wisata alam tersebar di laut, pantai, hutan dan gunung, dimana dapat

BAB I PENDAHULUAN. : Desa Sesandan dan Wanasari.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan devisa negara dengan mendatangkan wisatawan domestik

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat baik bila industri ini dapat dikelola dan dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan sebagai destinasi wisata nasional dalam Masterplan Kementerian

POTENSI SUMBER DAYA ALAM DI GUNUNG MERAPI

MENCARI INVESTOR UNTUK ECO LODGE DI NUSA PENIDA

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.

Udang di Balik Batu. Parahita Galuh Kusumaningtyas

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

Oleh : Pakomius Darnosata Hamon

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

I. PENDAHULUAN. dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan

Bab I PENDAHULUAN. sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang

Tetapi pemandangan sekitar yang indah dan udara yang begitu sejuk membuat para wisatawan tak jemu dengan perjalanan yang cukup menguras tenaga.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

Discover everywhere!

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rian Heryana, 2013

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai.

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman, pelayanan-pelayanan penunjang lainnya tempat rekreasi,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini

BAB I PENDAHULUAN. pada karya tulis ini merupakan kesimpulan penulis dari istilah-istilah dan tipologitipologi

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas keseluruhan wilayah kabupaten pasaman barat. Kecamatan sungai beremas dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Representasi Mooi Indie (Hindia Molek) Dalam Iklan Pariwisata Indonesia

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

2016 STRATEGI PENGEMBANGAN DESA MEKARJAYA MENJADI DESA WISATA DI KABUPATEN GARUT

BAB V PRINSIP PENGEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan, letaknya sangat strategis karena berada di ujung Pulau Sumatera

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PANITIA PENGADAAN BARANG / JASA DINAS PERHUBUNGAN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI KABUPATEN MANGGARAI BARAT TAHUN ANGGARAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM COBAN GLOTAK DESA DALISODO KECAMATAN WAGIR KABUPATEN MALANG

TINJAUAN PUSTAKA. tinggi yang tersebar di ekosistem hutan dataran rendah Dipterocarpaceae sampai hutan

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang

7 KONDISI DAN AKTIVITAS WISATA BAHARI PANTAI JAYANTI

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

V. HASIL ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. tersebar di muka bumi, serta menggambarkan fenomena geografikal dalam wujud

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

BAB IV ANALISIS. 4.1 Penentuan Batas Wilayah Adat

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

Kedaulatan dan Kemandirian Masyarakat Adat Melalui Pencapaian Pengelolaan Hutan Adat Lestari

Transkripsi:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Warisan Budaya Tak Benda (Nilai Tradisi, Kampung Adat Wae Rebo, Kab. Manggarai, NTT) Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, November 2016

W A E R E B O

W A E R E B O Waerebo adalah sebuah kampung adat tradisional yang terletak di dataran tinggi Manggarai. Waerebo tetap terjaga keasliannya dan tertata rapi hingga saat ini sejak leluhur pendiri kampung memutuskan menempati daerah ini sebagai tempat tinggal mereka. Alkisah nenek moyang Waerebo yang bernama Empo Maro berasal dari Minangkabau, Sumatera. Empo Maro dan beberapa kerabatnya mengarungi lautan dengan menggunakan perahu layar hingga berlabuh di Labuan Bajo, Flores. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke arah Utara hingga tiba di suatu tempat yang bernama Waraloka. Berdasarkan foklor tetua adat di Waerebo, Empo Maro berpindah-pindah dari satu kampung ke kampung lainnya mulai dari Waraloka menuju Nangapa ang, kemudian bergeser ke Todo, Popo, Liho, Modo, Golo Ponto, Ndara, Golo Pondo, Golo Damu, dan kemudian menetap di Waerebo hingga menurunkan keturunannya sampai saat ini 1). Desa Adat Wae Rebo, terdiri dari Tujuh rumah adat berbentuk kerucut, tampak begitu damai dan harmonis dengan alam sekitarnya yang berupa kebun dan hutan pegunungan, dengan satu rumah Gendang sebagai rumah ketua desa adat. Setiap rumah di tempati oleh enam keluarga, sedangkan rumah Gendang dengan delapan keluarga. Kondisi sekarang satu rumah difungsikan sebagai rumah untuk menginap tamu atau wisatawan yang berkunjung ke Desa Adat Wae Rebo. 1) Suprahman Faiz H dan Hartanto H Robin, Sekilas Sejarah Waerebo dalam Pesan dari Waerebo dalam Kelahiran Arsitektur Nusantara Sebuah Pelajaran dari Masa Lalu untuk Masa Depan, Editor, Yori Antar, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010

Keserasian dan tata aturan bermasyarakat yang dipegang teguh untuk menghormati sesama, leluhur dan Sang Pencipta, membawa kehidupan mengalir bersama nafas alam. Waerebo merupakan kampung terakhir yang dipilih Empo Maro karena dia mendapat ilham untuk pindah ke tempat lain di arah Timur. Keturunannya hingga saat ini terus menjaga dan melestarikan kampung mereka. Neka hemong kuni agu kalo adalah ungkapan yang menjadi nilai dalam norma kehidupan warga di Waerebo, ungkapan itu mempunyai makna bahwa Waerebo sebagai tanah kelahiran, tanah pusaka, dan tanah tumpah darah yang tidak dapat dilupakan 2). Masyarakat Waerebo masih taat menjalani adat istiadat, menghormati leluhur serta hidup harmonis dengan hutan disekelilingnya. Hutan di sekitar kampung dihuni berbagai jenis flora dan fauna serta menyediakan sumber air abadi, menghasilkan udara bersih dan pemandangan indah. Kegiatan pokoknya adalah bertani, terutama kopi, ada tiga jenis kopi yang diproduksi di desa, yaitu kopi Robusta, kopi Arabica dan kopi Columbia, produksi yang lain kayu manis Menenun juga merupakan kegiatan sehari hari, hasil tenunannya bisa digunakan sendiri atau dijual. 2) Anggo Martinus, Waerebo Sebuah Kampung Tradisional dalam Kelahiran Arsitektor Nusantara Sebuah Pelajaran dari Masa Lalu untuk Masa Depan, Editor, Yori Antar, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010

Pendidikan Desa Adat Wae Rebo Tidak semua masyarakat Waerebo tinggal di dalam tujuh bangunan Mbaru niang ataupun kampung Waerebo. Sebagaian masyarakat tinggal di kampung Kombo terutama karena mudah mendapat akses ke sarana dan fasilitas, seperti sekolah dan puskesmas. Sebagian masyarakat Kampung Waerebo juga memiliki lahan pertanian garapan di Kombo dan Dintor yang relatif landai, sehingga mereka terkadang menginap di Kampung Kombo dan Dintor. Dari kampung Kombo menuju kampung Waerebo hanya dapat diakses dengan berjalan kaki menelusuri lereng bukit selama 3-4 jam dengan jarak sekitar 8 km 3). SDK Denge Denge SDI Wongka Kombo SDI Lenggos Dintor Anak anak Waerebo yang sudah menginjak SD atau SMP, akan tinggal dengan keluarga di Kombo, setiap hari libur akan kembali ke kampung adat Waerebo SMPN 4 Satarmese 3) Yayasan Ekowisata Indonesia (Indecon), Waerebo, Jakarta, 2016

http://sekolah.data.kemdikbud.go.id/

http://sekolah.data.kemdikbud.go.id/

http://sekolah.data.kemdikbud.go.id/

http://sekolah.data.kemdikbud.go.id/

Kampung Adat Wae Rebo

Kampung Adat Wae Rebo

Kampung Adat Wae Rebo

Kampung Adat Wae Rebo

Kampung Adat Wae Rebo

Kampung Adat Wae Rebo

Kampung Adat Wae Rebo (Suasana didalam rumah)

Kampung Adat Wae Rebo (Suasana didalam rumah)

Jalur Menuju Kampung Adat Wae Rebo 2 ±1 Km 3 ±1 Km ±4,2 Km ±2 Km 1 Titik Awal: Wisma Blasius di Denge 1 2 3 Pos 1: Wae Lomba Pos 2: Ponco Roko Pos 3: Nampe Bakok Desa Adat Wae Rebo

Titik Awal: Wisma Blasius di Denge Titik awal di Wisma dengan ketinggian 490 mdpl, jarak menuju ke POS 1 kurang lebih 2 km. Untuk menuju ke POS 1 kondisi jalan beraspal, dan dapat ditempuh dengan sepeda motor kurang lebih 15 menit, atau 1 jam jalan kaki. Dengan tanjakan kurang lebih 18%. Menuju POS 1 Wisma Blasius, Denge

Pos 1: Wae Lomba POS 1 dengan ketinggian 760 mdpl, jarak menuju ke POS 2 kurang lebih 4,2 km. Untuk menuju ke POS 2 kondisi jalan setapak dengan tebing tebing yang curam, namun ditumbuhi pohon pohon sehingga akar pohon yang muncul dipermukaan jalan setapak dapat membantu perjalanan agar tidak tergelincir atau terpeleset. Dari POS 1 ke POS 2 ditempuh dengan jalan kaki kurang lebih 2,5 Jam. Dengan tanjakan rata2 kurang lebih 22%. Menuju POS 2 POS 1

Pos 2: Ponco Roko POS 2 dengan ketinggian 1.255 mdpl (puncak tertinggi jalur ke desa), jarak menuju ke POS 3 kurang lebih 1 km. Untuk menuju ke POS 3 dari POS 2, kondisi jalan setapak dengan tanjakankan yang lebih tinggi jika dibandingkan dari POS 1 ke POS 2. Dari POS 2 ke POS 3 ditempuh dengan jalan kaki kurang lebih 1 jam. Dengan tanjakan rata2 kurang lebih 40%. POS 2 Menuju POS 3 Menuju POS 3

Pos 3: Nampe Bakok POS 3 dengan ketinggian 1.200 mdpl, jarak menuju ke Desa Wae Rebo kurang lebih 1 km. Untuk menuju ke desa kondisi jalan setapak dan relative menurun. Dari POS 3 ke desa ditempuh dengan jalan kaki kurang lebih 30 menit Dengan turunan rata2 kurang lebih 7%. POS 3 Pondok Kasih Ibu Menuju Desa Wae Rebo

Desa Adat Wae Rebo Desa Adat Wae Rebo Desa Adat Wae Rebo dengan ketinggian 1.103 mdpl, Gerbang Desa

Menuju Kampung Adat Wae Rebo

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Terimakasih Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, November 2016