PENGARUH JUMLAH (3 DAN 6 PER HARI) FREKUENSI PEMBERIAN KONSENTRAT TERHADAP KOMPOSISI TUBUH KERBAU JANTAN (Effect of Feeding Frequency (3 vs 6 Daily) of Concentrate on Body Composition of Male Buffalo) H.F. SURYANI, R. ADIWINARTI dan A. PURNOMOADI Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Kampus Tembalang, Semarang ABSTRACT This study was aimed to determine the effect of total frequency (3 vs 6 / daily) on feeding of concentrate on body composition of male buffalo. Eight male buffaloes aged 1 years old, with an average initial body weight of 139.74 ± 23.02 kg (CV = 16.47%) were used in this study. The diet given was concentrates (composed of tea waste, rice bran, and cassava meal) and rice straw. The experimental design used in this study was completely randomized design with 2 treatments (T1 = 3 times a day frequency of concentrate feeding, and T2 = 6 times a day frequency of concentrate feeding) in 4 replications. Body composition of a buffalo was evaluated by measuring the changes in body water, body protein and body fat. Data were tested using analysis of variance (F test). Result showed that the changes of body water from week 0 to week 10 for T1 and T2 were 0.36 and 0.31%, for body protein were 0.06 and 0.06%, while for the body fat were 0.47 and 0.41%, respectively. Statistical analysis showed that the different feeding frequency did not affect body water content, body protein and body fat significantly (P > 0.05). It is concluded that 3 and 6 times concentrate feeding frequency has a similar effect on body composition (water, protein and fat) of buffalo. Key Words: Buffalo, Feeding Frequency, Body Composition ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah frekuensi pemberian konsentrat terhadap komposisi tubuh kerbau jantan. Materi penelitian berupa 8 ekor kerbau jantan yang berumur ± 1 tahun, dengan rata-rata bobot badan awal 139,74 ± 23,02 kg (CV=16,47%). Pakan yang diberikan berupa konsentrat (ampas teh, bekatul, onggok) dan jerami padi. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 2 perlakuan (T1 = frekuensi pemberian konsentrat sebanyak 3 kali dan T2 = frekuensi pemberian konsentrat sebanyak 6 kali) dan 4 ulangan. Komposisi tubuh diukur dari perubahan air, protein dan lemak dalam tubuh kerbau. Data hasil penelitian diuji dengan menggunakan analisis varian (uji F). Hasil penelitian menunjukkan bahwa air tubuh berubah dari minggu ke-0 ke minggu ke-10 untuk T1 dan T2 masing-masing sebesar 0,36% dan 0,31%; untuk protein tubuh sebesar 0,06% dan 0,06%; sedangkan untuk lemak tubuh sebesar 0,47% dan 0,41%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa frekuensi pemberian pakan yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata (P > 0,05) terhadap kandungan air tubuh, protein tubuh dan lemak tubuh. Kesimpulan penelitian adalah pemberian konsentrat dengan frekuensi 3 kali dan 6 kali, tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap komposisi tubuh kerbau jantan yang meliputi air, protein dan lemak tubuh. Kata Kunci: Kerbau, Frekuensi Pakan, Komposisi Tubuh PENDAHULUAN Kerbau adalah ternak asli daerah panas dan lembab, khususnya di daerah belahan utara tropika (MURTI dan CIPTADI, 1986). Kerbau umumnya dipelihara secara tradisional di tempat-tempat khusus, seperti sungai, semakbelukar, pinggir hutan atau rawa. Hal ini menunjukkan bahwa kerbau belum banyak disentuh teknologi, sehingga peningkatan 163
populasinya sangat lamban dibandingkan dengan ternak ruminansia lainnya (SURYANA, 2007). Pemeliharaan kerbau di masyarakat umumnya dilakukan dengan cara digembalakan. Kerbau digembalakan di lahan hijauan, sehingga kebutuhan nutrisi khususnya kebutuhan protein ternak kurang terpenuhi. Pemberian pakan perlu ditambahkan pakan penguat atau konsentrat untuk memenuhi kebutuhan protein ternak. Peningkatan jumlah konsumsi ternak dapat dilakukan dengan peningkatan frekuensi pemberian pakan lebih dari satu kali dalam sehari. Manfaat dari pemberian pakan lebih dari satu kali dalam sehari antara lain dapat membuat stabil kerja rumen, meningkatkan kecernaan pakan, meningkatkan jumlah pakan yang dikonsumsi ternak, sehingga akan meningkatkan pertambahan bobot badan harian (ARORA, 1989). Pakan dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan beberapa jaringan tubuh ternak. Pertumbuhan ternak dapat diduga dengan mengetahui komposisi tubuh ternak. Komposisi tubuh ternak dewasa terdiri dari air 60%, lemak 20% dan protein 16% (POND et al., 2005). Komposisi tubuh dipengaruhi oleh umur, jenis ternak, bobot badan dan pakan yang di konsumsi (SOEPARNO, 1994). Kandungan air dan lemak tubuh hewan mempunyai hubungan terbalik. Umur ternak yang semakin bertambah menimbulkan kecenderungan penurunan kandungan air, sedikit menurunnya kandungan protein dan meningkatnya kandungan lemak (POND et al., 2005; PARAKKASI, 1999; TILLMAN et al., 1991). Kadar lemak ternak antara 5 40%, semakin gemuk ternak semakin tinggi pula kadar lemak tubuh ternak tersebut dan semakin rendah kadar airnya (PARAKKASI, 1999). Kadar protein tubuh dipengaruhi antara lain oleh faktor keturunan karena protein terutama terkandung dalam otot yang menyusun sebagian besar tubuh (TILLMAN et al., 1991). Presentase protein tubuh relatif tetap yaitu sekitar 15 17% dari bobot tubuh kosong (POND et al., 2005; PARAKKASI, 1999; dan TILLMAN et al., 1991). Keuntungan dari pendugaan komposisi tubuh ternak antara lain dapat mengetahui kualitas produk, menentukan periode pemeliharaan dan dapat menentukan pakan yang tepat selama pemeliharaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh frekuensi pemberian konsentrat yang berbeda terhadap komposisi tubuh kerbau jantan. Manfaat yang diperoleh yaitu dapat menginformasikan potensi produksi kerbau dengan frekuensi pemberian konsentrat yang berbeda. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang. Materi penelitian yang digunakan adalah 8 ekor kerbau jantan dengan kisaran umur 1 tahun, bobot badan rata-rata 139,74 ± 23,02 kg (CV = 16,47%). Pakan yang diberikan berupa ampas teh, bekatul, onggok dan jerami padi. Pakan diberikan dengan perhitungan untuk memenuhi kebutuhan bahan kering kerbau untuk hidup pokok dan produksi yang didapat berdasarkan masa adaptasi sebesar 3,5% dari bobot badan kerbau. Dari jumlah tersebut konsentrat diberikan sebanyak 2,8% dari bobot badan kerbau, dengan komposisi ampas teh 40%, bekatul 37%, onggok 23% sedangkan jerami padi diberikan sebanyak 0,7% dari bobot badan kerbau. Kandungan nutrisi dari pakan tersebut ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis kandungan nutrisi bahan pakan penelitian Bahan pakan BK Kandungan nutrisi dalam 100% BK Abu LK PK SK BETN...(%)... Konsentrat 84,07 16,86 1,31 19,57 16,93 45,33 Jerami padi 84,51 24,40 2,02 10,02 36,37 27,19 LK: Lemak kasar; PK: Protein kasar; SK: Serat kasar; BETN: Bahan ekstrak tanpa nitrogen 164
Pada periode perlakuan dilakukan penimbangan kerbau pada awal perlakuan dan setiap minggu pada pagi hari sebelum diberi pakan. Pakan diberikan sesuai dengan materi perlakuan, yaitu sebanyak 3,5% dari bobot badan. Jerami padi diberikan secara bertahap setelah 2 jam pemberian konsentrat. Pemberian konsentrat diberikan 3 kali dalam sehari yaitu pada pukul 08.00; 16.00; 00.00 dan 6 kali dalam sehari yaitu pada pukul 08.00; 12.00; 16.00; 20.00; 00.00; 04.00. Setiap pagi hari dilakukan penimbangan sisa pakan agar diketahui konsumsi hariannya. Pengambilan data komposisi tubuh dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada awal, dan akhir perlakuan. Pengukuran urea space dilakukan dengan memasang catheter pada vena jugularis lalu diambil sampel darah pertama pada menit ke 0 dengan spuit 10 ml. Selanjutnya larutan urea (20%) dimasukkan ke dalam tubuh kerbau sesuai dosis ((Bobot badan) 0,75 0,65 ml) melalui catheter, kemudian disuntikkan juga larutan NaCl Fisiologis. Setelah 12 menit pascainjeksi larutan urea, dilakukan pengambilan sampel darah kedua. Masing-masing sampel darah diletakkan pada tabung reaksi yang berbeda. Tabung reaksi yang digunakan sebelumnya sudah diberi larutan EDTA (Ethylele Diamine Tetra Acetic Acid) agar darah tidak menggumpal. Sampel darah yang didapat di sentrifugasi agar diperoleh plasma darahnya kemudian dilakukan analisis terhadap plasma darah tersebut untuk mengetahui kandungan protein, lemak dan air. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 2 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah frekuensi pemberian konsentrat sebanyak 3 kali sehari (T1) dan frekuensi pemberian konsentrat sebanyak 6 kali sehari (T2). Parameter penelitian yang diamati adalah komposisi tubuh yang diukur dari kandungan air, protein dan lemak tubuh. Selain itu juga diamati produktivitas ternak berupa bobot badan, serta konsumsi bahan kering, protein kasar dan TDN (Total Digestible Nutrients). Komposisi tubuh dapat diduga dengan metode Urea Space mengikuti petunjuk perhitungan dari ASTUTI dan SASTRADIPRAJA (1999). Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis varian. Analisis varian (uji F) yaitu membandingkan F hitung dengan F tabel pada taraf 5% dan 1%. HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi tubuh (air, lemak dan protein tubuh), perubahan komposisi tubuh, serta PBBH selama 10 minggu dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua parameter yang diamati antara perlakuan T1 dan T2, tidak berbeda nyata (P > 0,05). Rata-rata kandungan air tubuh kerbau pada akhir penelitian diperoleh hasil sebesar 55,56 kg (53,11%). Hasil persentase air tubuh pada kerbau yang diteliti masih dalam kisaran normal, yaitu di atas 50% (ANGGORODI, 1990; MAYNARD dan LOOSLI, 1969). Jumlah air tubuh kedua perlakuan dari minggu 0 sampai minggu 10 pada T1 dan T2 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 2,93 kg dan 2,52 kg, namun secara persentase mengalami penurunan, sebesar 0,36% dan 0,31%. Penurunan persentase air tubuh ini disebabkan oleh bertambahnya umur kerbau dan meningkatnya bobot badan kerbau, seperti yang dinyatakan oleh POND et al. (2005), MAYNARD dan LOOSLI (1969) dan SOEPARNO (1994) bahwa seiring dengan kenaikan bobot badan maka air tubuh akan menurun, dan berbanding terbalik dengan peningkatan lemak. Persentase kadar air tubuh menurun bila dibandingkan dengan keadaan di awal kehidupan (ANGGORODI, 1990). Perubahan air tubuh pada minggu 0-10 pada perlakuan T1 dan T2 secara statistik belum menunjukkan perbedaan nyata (P > 0,05). Hal ini berarti peningkatan frekuensi pemberian pakan sebanyak 6 kali belum dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap perubahan air tubuh, atau dapat dikatakan relatif sama. Kondisi tersebut dikarenakan perubahan BB (yang diakibatkan oleh PBBH) kedua perlakuan relatif sama sehingga bobot badan yang dihasilkan dan kandungan air tubuhnya juga relatif sama. Pengukuran protein tubuh pada T1 dan T2 menunjukkan adanya peningkatan masing masing sebesar 0,78 dan 0,67 kg, meskipun secara persentase protein tubuh kedua perlakuan tersebut menunjukkan penurunan sebesar 0,06%. Perubahan protein tubuh 165
Tabel 2. Komposisi tubuh dan perubahannya selama 10 minggu penelitian Parameter Perlakuan T1 T2 Air tubuh, kg (%) Minggu 0 51,44 (53,61) 54,22 (53,29) Minggu 10 54,38 (53,25) 56,74 (52,98) Perubahan minggu 0 10 2,93 (-0,36) 2,52 (-0,31) Protein tubuh, kg (%) Minggu 0 13,16 (13,70) 13,90 (13,66) Minggu 10 13,94 (13,64) 14,57 (13,60) Perubahan minggu 0 10 0,78 (-0,06) 0,67 (-0,06) Lemak tubuh, kg (%) Minggu 0 26,42 (27,24) 28,21 (27,66) Minggu 10 28,6 (27,71) 30,13 (28,07) Perubahan minggu 0 10 2,18 (0,47) 1,92 (0,41) Konsumsi BK, (kg/hari) Minggu 0 10 4,89 4,71 Bobot badan (kg) Minggu 0 137,35 145,87 Minggu 10 146,33 153,11 Semua parameter tidak terdapat perbedaan yang nyata (P > 0,05) tersebut secara statistik tidak berbeda nyata (P > 0,05), yang berarti bahwa pemberian pakan dengan frekuensi 6 kali belum berpengaruh nyata dalam pembentukan protein tubuh. Peningkatan jumlah dan penurunan persentase protein tubuh yang relatif sama ini disebabkan karena kandungan PK pakan yang diberikan pada kedua perlakuan juga sama besar. Selain itu, ada faktor lain yang menyebabkan kandungan protein tubuh kedua perlakuan tidak berbeda yaitu kerena persentase kandungan protein tidak dipengaruhi umur (TILLMAN et al., 1991). Perubahan lemak tubuh masing-masing perlakuan T1 dan T2 adalah 2,18 kg dan 1,92 kg, atau meningkat sebesar 0,47 dan 0,41%, (Tabel 2.). Hal ini menunjukkan bahwa lemak tubuh mengalami peningkatan baik jumlah dan persentasenya, namun perubahan lemak tubuh tersebut tidaklah berbeda nyata secara statistik (P > 0,05). Kandungan lemak tubuh kerbau jantan muda yang mendapat perlakuan T1 dan T2 semakin meningkat dari minggu ke-0 sampai minggu ke-10. Hal ini disebabkan oleh penurunan persentase perubahan air tubuh dan ukuran tubuh (bobot badan) yang semakin meningkat dari minggu ke-0 sampai minggu ke-10. Kandungan lemak tubuh berbanding terbalik dengan kandungan air tubuh, sesuai dengan pendapat TILLMAN et al. (1991) dan PARAKKASI (1999), bahwa kadar lemak cenderung naik dengan bertambahnya umur dan kadar air akan mengalami penurunan. KESIMPULAN Pemberian konsentrat dengan frekuensi 3 kali dan 6 kali, tidak memberikan pengaruh pada komposisi tubuh kerbau jantan muda yang meliputi air, protein dan lemak tubuh. Untuk menghasilkan perubahan komposisi tubuh yang lebih baik diperlukan penelitian lebih lanjut. 166
DAFTAR PUSTAKA ADIWINARTI, R., H.S. TYAS, C.M.S. LESTARI dan A. PURNOMOADI. 2009. Pertumbuhan kerbau jantan muda yang mendapat pakan jerami padi padi dan konsentrat dengan penggantian ampas bir. Pros. Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau. Brebes, 11 13 Nopember 2009. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 45 51. ANGGORODI, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. ASTUTI, D.A. dan D. SASTRADIPRADJA. 1999. Evaluation of body composition using urea dilution and slaughter of growing Priangan Sheep. Media Veteriner 6(3): 5 9. FULANDARI, F. 2006. Perubahan Komposisi Tubuh Kerbau Jantan Muda yang Diberi Pakan Jerami Padi Amoniasi Menggunakan Urin., Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. MAYNARD, L.A. dan J.K. LOOSLI. 1969. Animal Nutrition. McGraw-Hill Book Company, Inc., New York. MURTI, T.W. dan G. CIPTADI. 1986. Kerbau Perah dan Kerbau Kerja. MSP, Yogyakarta. MURTIDJO, B.A. 1989. Memelihara Kerbau. Kanisius, Yogyakarta. PARAKKASI, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. POND, W.G., D.C. CHURCH, K.R. POND and P.A. SCHOKNECKT. 2005. Basic Animal Nutrition and Feeding. Matrix Publishing, Washington. SOEPARNO. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. SURYANA. 2007. Usaha pengembangan kerbau rawa di Kalimantan Selatan. J. Litbang Pertanian 6(4): 139 145. TILLMAN, A.D., H. HARTADI, S. REKSOHADIPRODJO, S. PRAWIROKUSUMO dan S. LEBDOSOEKOJO. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. WILLIAMSON, G. dan W.J.A. PAYNE. 1993. Pengantar Peternakan Daerah tropis. Diterjemahkan oleh: DARMADJA, S.G.N.D. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. DISKUSI Pertanyaan: 1. Kenapa memakai kerbau jantan, Apa ada bedanya? 2. Konsentrat yang berbeda, kuantiti sama tidak? Apa dikonsumsi habis? Jawaban: 1. Kerbau jantan lebih bagus dari pada betina, untuk parameter lain kecernaan lebih baik. 2. Kuantitinya sama yang membedakan hanya frekuensi saja, konsumsi masih ada sisa. 167