BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Karena dahulu masih terdapat anggapan bahwa Islam dapat. 3) beberapa kalangan mencurigai Islam sebagai faktor penghambat

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI PENERAPAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO. 59 (Survai Pada BMI dan BMT) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ekonominya berlandasan Al-Qur an dan As-Sunnah. dilihat dengan berdirinya lembaga-lembaga keuangan yang berbasis syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga)

BAB I PENDAHULUAN. dari pendirian lembaga keuangan berlandaskan etika ini adalah tiada lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya kaum muslimin untuk melandasi segenap aspek kehidupan

EVALUASI MATCHING CONCEPT ATAS PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BEBAN PADA TRANSAKSI MURABAHAH BMT MANARUL ISLAM MALANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Al-Qur an dan As-Sunnah, termasuk dari segi ekonominya. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Adapun salah satu ukuran keberhasilan suatu bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. Serikat kemudian merambat ke negara-negara lainnya termasuk Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena bank syariah merupakan salah satu fenomena yang tetap hangat

BAB I PENDAHULUAN. gerakan renaissance Islam Modern: neorevivalis dan modernis. Tujuan utama dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Antonio, 2001). Khairunisa, 2001 ). (Karim, 2005).

BABl PENDAHULUAN. Lembaga keuangan syariah lahir sebagai akibat adanya rasa

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan adalah semua badan usaha yang berada dibidang keuangan. terutama dalam memberikan biaya investasi pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dan neraca pembayaran yang biasanya ditangani oleh kementrian keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan Islam pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif

BAB I PENDAHULUAN. pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Bank syariah secara umum bertujuan untuk mendorong dan

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No.7 Tahun disebut Bank Syariah, yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan manusia untuk mengolah tujuan-tujuan hidupnya. Agama

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kehadiran bank syariah ditengah-tengah perbankan konvensional

BAB I PENDAHULUAN. bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya akuntansi dalam pengelolaan keuangan usaha. Mereka hanya

BAB I PENDAHULUAN. tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana

BAB l PENDAHULUAN. Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat

BAB I PENDAHULUAN. juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.

BAB I PENDAHULUAN. Bank pada tahun 1819, dengan Undang-Undang Nomor 9 Drt Tahun 1950 berubah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi islam dengan konsep profit dan loss sharing yang. bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Fenomena menarik yang

BAB I PENDAHULUAN. memicu perbankan untuk menjalankan dual banking system yaitu bank. konvensional yang juga menjalankan unit usaha syariah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bank syariah muncul pertama kali di Mesir pada tahun 1963, dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh besar dalam roda perekonomian masyarakat. Dimana bank adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Muamalat Indonesia pada 1 November 1991 (Antonio, 2011:25). Pada mulanya,

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pinjaman kepada orang-orang yang membutuhkan dana. Bank

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah merupakan bagian dari sistem perbankan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. penyimpanan uang maupun penyaluran dana yang tidak dikenakan bunga

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank

PERBANKAN SYARIAH MUDHARABAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

BAB I PENDAHULUAN. sebutan Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) An-Nuur merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia mulai mengalami goncangan saat terjadinya krisis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Studi Kasus : PT Bank BNI Syariah Malang. Oleh : Maulida Luthfiyah

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, Perbankan Syariah di Indonesia. mengalami perkembangan yang cukup pesat dan signifikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting didunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah atau yang dikenal dengan Islamic Banking, pada awalnya

BAB I PENDAHULUAN. internasional maupun nasional tidak bisa dibendung lagi. Di Indonesia, hal

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lembaga perbankan syariah didorong oleh adanya desakan kuat oleh

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang sustainable. Dari sisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN KSPS-BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) DINAR BAROKAH JUMAPOLO KARANGANYAR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi syariah memang baru terjadi beberapa tahun terakhir. Karena dahulu masih terdapat anggapan bahwa Islam dapat menghambat kemajuan perekonomian. Seperti yang dijelaskan Antonio (2001: 3) beberapa kalangan mencurigai Islam sebagai faktor penghambat pembangunan (an obstacle to economic growth). Pandangan ini berasal dari para pemikir Barat. Meskipun demikian, tidak sedikit intelektual muslim yang juga meyakininya. Tetapi perlahan anggapan itu memudar karena dalam sistem ekonomi Islam atau sistem ekonomi syariah tidak mengenal prinsip bunga (riba). Riba merupakan setiap tambahan nilai yang diperoleh tanpa resiko dan bukan merupakan hadiah atau kompensasi kerja (Sudarsono, 2003: 1). Dimana tidak dapat dipungkiri dalam kegiatan ekonomi kita pada umumnya atau kegiatan ekonomi konvensional dimungkinkan terjadi praktek riba. Riba sama dengan eksploitasi yang berati itu sangat merugikan masyarakat. Karena tidak adanya eksploitasi tersebut, saat ini sistem ekonomi syariah bisa digunakan sebagai pilihan untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Lahirnya sistem ekonomi syariah merupakan awal dari tumbuhnya perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya. Penerapan sistem profit dan loss sharing dalam kegiatan operasionalnya ini mulai diminati

2 masyarakat muslim. Mulailah negara-negara yang berpenduduk muslim mengaplikasikan sistem ekonomi ini. Seperti yang dijelaskan dalam Antonio (2001: 18) upaya awal penerapan sistem profit dan loss sharing tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940-an, yaitu adanya upaya mengelola dana jamaah haji secara non konvensional. Rintisan institusional lainnya adalah Islamic Rural Bank di desa Mit Ghamr pada tahun 1963 di Kairo, Mesir. Sejak saat itu sistem ekonomi syariah mulai diaplikasikan negara-negara berpenduduk muslim lainnya. Di Indonesia sendiri seperti yang dijelaskan Antonio (2001: 25) pada awal periode 1980-an sistem ekonomi Islam ini mulai didiskusikan. Tetapi untuk prakarsa pendirian bank Islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990, yaitu saat MUI pada tanggal 18-20 Agustus 1990 menyelenggarakan lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasilnya Bank Muamalat Indonesia lahir dan akte pendiriannya ditandatangani tanggal 1 November 1991. Perbankan merupakan salah satu pilar ekonomi, ini berarti perbankan syariah adalah salah satu pilar sistem ekonomi Islam. Tetapi sistem keuangan yang tangguh menurut Sudarsono (2003:8) harus mampu menghindari dan memecahkan masalah keuangan yang dihadapi, yaitu potensi adanya risiko sistemik ketidakstabilan sistem keuangan (systemic risk), potensi adanya risiko bank run, risiko kelebihan atau kekurangan likuiditas perbankan, dan risiko terhadap buruknya pelayanan yang diberikan oleh bank. Lebih lanjut Antonio menjelaskan dengan hadirnya berbagai lembaga keuangan syariah non bank

3 tersebut, maka ide terhadap penghapusan riba dari perekonomian akan lebih efektif dan mendorong efisiennya sistem keuangan syariah. Baitul Maal wat Tamwil merupakan salah satu lembaga keuangan syariah tersebut. Tetapi lembaga keuangan ini umumnya masih lembaga keuangan syariah mikro. Menurut Lubis (2009) lembaga keuangan ini merupakan lembaga usaha ekonomi rakyat kecil, yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum berdasarkan prinsip syariah dan prinsip koperasi. BMT didirikan oleh masyarakat dengan pendiri antara 20-50 orang yang mengumpulkan modal simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela. Produk atau pelayanan usaha dari BMT beraneka ragam. Meskipun berprinsip syariah dan berprinsip koperasi, produk BMT atau pelayanan usaha BMT berbeda dengan usaha koperasi yaitu simpanan sukarela mudharabah (SM) biasa, simpanan mudharabah (SM) pendidikan, simpanan mudharabah (SM) haji, simpanan mudharabah (SM) qurban dan sebagainya. Untuk pelayanannya berbentuk pelayanan pembiayaan antara lain Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Musyakarah, Pembiayaan Murabahah. Pembiayaan Murabahah yang merupakan salah satu produk atau pelayanan usaha dari BMT menurut Kusmiati (2007: 28-29) adalah penjualan dengan harga pembelian barang berikut untung yang diketahui. Dalam pengertian lain Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Karena kegiatan Murabahah adalah jual beli maka dalam laporan keuangannya akan terdapat pos beban dan pendapatan. Dimana kaitan dari

4 kedua pos tersebut dapat membentuk konsep penandingan atau yang disebut dengan Matching Concept. Matching Concept menurut Wardana (2009) biaya harus dibebankan sesuai dengan pengakuan dan periode penghasilan. Pengertian yang lebih jelas tentang Matching Concept disebutkan Statement of Accounting Concept number 3 and 6 pp. 86-89 dalam Wartono (2009) yaitu bahwa Matching biaya dan pendapatan adalah kombinasi atau pengakuan simultan dari pendapatan dan biaya sebagai akibat secara langsung atau secara bersama dari transaksi atau kejadian lain yang sama (FASB SFAC No. 3, 1978: paragraf 86-89; dan FASB SFAC No. 6, 1978: paragraf 146-149). Pemahaman tentang Matching Concept juga terrangkum dalam PSAK (2007: 17/P. 95), yang menjelaskan beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan (matching of cost with revenues) ini melibatkan pengakuan penghasilan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama. Misalnya, berbagai komponen beban yang membentuk beban pokok penjualan (cost or expense of goods sold) diakui pada saat yang sama sebagai penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang. Namun demikian, penerapan konsep Matching dalam kerangka dasar ini tidak memperkenankan pengakuan pos dalam neraca yang tidak memenuhi definisi aset atau kewajiban.

5 Matching Concept disebut juga konsep penandingan. Atas dasar konsep upaya dan pencapaian, konsep penandingan menurut Concept and Standards Research Study Committee, American Accounting Association dalam Suwardjono (2008: 410) dijelaskan bahwa untuk mendapatkan laba periodik yang bermakna maka pendapatan yang diakui untuk suatu perioda harus ditandingkan (diasosiasi) dengan biaya yang dianggap telah menciptakan pendapatan tersebut. Penandingan yang tepat akan terjadi kalau terdapat asosiasi yang masuk akal (layak) antara pendapatan dan biaya. Asosiasi yang layak berarti bahwa pendapatan dan biaya berkolerasi positif, artinya makin besar pendapatan, makin besar pula biaya. Lebih lanjut dalam Suwardjono dijelaskan konsep atau prinsip penandingan adalah dasar pemikiran untuk menghubungkan pendapatan dan biaya sehingga laba yang dihasilkan bermakna. Prinsip penandingan menjadi suatu kebutuhan (necessity) dalam akuntansi karena pengakuan pendapatan tidak langsung dikaitkan dengan pengakuan biaya karena teknik pembukuan tidak memungkinkan hal tersebut. Dengan kata lain, proses penandingan tidak dilakukan pada saat transaksi pendapatan terjadi tetapi pada umumnya dilakukan pada akhir tahun. Selain itu transaksi terjadinya pendapatan pada umumnya tidak berkaitan langsung dengan transaksi terjadinya biaya. Sebagai contoh, pemerolehan dan pembayaran barang atau jasa untuk menghasilkan produk tidak selalu bersamaan (tidak terjadi dalam perioda yang sama) dengan penjualan dan pengumpulan kas.

6 Pentingnya Matching Concept juga dijelaskan Penman (2001: 651-653) dalam Wartono (2009), yaitu penerapan prinsip akuntansi Matching yang tidak dilakukan secara tepat akan berakibat pada kenaikan (penurunan) besarnya pendapatan dan atau kenaikan (penurunan) besarnya biaya. Karena telah menjadi kebutuhan dalam akuntansi, penerapan prinsip penandingan (Matching Concept) ini telah banyak dijadikan objek penelitian seperti penelitian yang dilakukan Baljun (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengakuan Pendapatan dan Beban pada PT. Bank Syariah muamalat Indonesia, Tbk. yang merupakan salah satu landasan dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penerapan Matching Concept pada produk atau pelayanan BMT yang dituangkan dalam skripsi dengan judul, Evaluasi Matching Concept atas Pengakuan Pendapatan dan Beban pada Transaksi Murabahah BMT Manarul Islam Malang. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengakuan pendapatan dan beban dalam transaksi Murabahah pada BMT Manarul Islam Malang? 2. Apakah pengakuan pendapatan dan beban dalam transaksi Murabahah pada BMT Manarul Islam Malang sudah sesuai dengan prinsip Matching Concept?

7 C. Pembatasan Masalah Peneliti melakukan pembatasan masalah dengan tujuan dalam pembahasan selanjutnya tidak mengalami perluasan. Adapun batasan masalah tersebut adalah : Penelitian ini berfokus pada laporan keuangan kegiatan operasional transaksi Murabahah BMT Manarul Islam Malang periode tahun 2009. Dimana laporan keuangan transaksi Murabahah BMT Manarul Islam Malang periode tahun 2009 meliputi laporan pendapatan, laporan beban, laporan perhitungan laba rugi, neraca dan pedoman pengakuan pendapatan dan beban. D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengakuan pendapatan dan beban dalam transaksi Murabahah pada BMT Manarul Islam Malang. 2. Untuk mengetahui kesesuaian antara pengakuan pendapatan dan beban dalam transaksi Murabahah pada BMT Manarul Islam Malang dengan prinsip Matching Concept.

8 2. Kegunaan Penelitian Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Bagi Perkembangan Kajian Akuntansi Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan tentang kajian penerapan ilmu akuntansi di kegiatan operasional perekonomian masyarakat. 2. Bagi Lembaga Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk BMT Manarul Islam Malang dalam hal pengakuan pendapatan dan beban dalam akuntansi transaksi Murabahah yang sesuai dengan prinsip Matching Concept. 3. Bagi Pihak Lain Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi atau pengetahuan tentang teori dan aplikasi dari pengakuan pendapatan dan beban dalam akuntansi transaksi Murabahah BMT Manarul Islam Malang.