I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan, yang memiliki garis pantai yang panjang, oleh karena

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun ekspor, yang berada di arus lalu lintas selat sunda dan sangat aktif dalam

BAB I PENDAHULUAN. perairan dua per tiga dari luas wilayah Indonesia. Sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu sistem transportasi mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

2016, No dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik I

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG. Gambar 1.1 Pulau Obi, Maluku Utara

Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan.

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang

BAB I. Pendahuluan. Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Pesawat Polonia

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHAULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. mendistribusikan hasil bumi dan kebutuhan lainnya. dermaga, gudang kantor pandu dan lain-lain sesuai peruntukannya.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) DAN SUMBER DAYA MANUSIA DI PELABUHAN

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Ada dua permasalahan utama pada Pelabuhan Amahai saat ini. Permasalahan tersebut

Pelabuhan Ciwandan Banten

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MANAJEMEN PELABUHAN DAN REALISASI EKSPOR IMPOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah

3 Jasa Pemanduan a Tarif Tetap 40, per kapal per gerakan b Tarif Variabel per GT kapal per gerakan

PP 58/1991, PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PELABUHAN III MENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

KAJIAN PENGARUH KEBERADAAN PELABUHAN TANJUNG EMAS TERHADAP LINGKUNGAN MASYARAKAT ( STUDI KASUS : KELURAHAN BANDARHARJO DAN TANJUNGMAS) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2015 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kerja yang meliputi pencegahan dan pengobatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis terhadap aspek ekonomi, juga memiliki

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa melalui sarana laut.

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

Pelabuhan Cirebon. Main facilities : Cirebon, West Java Coordinates : 6 42` 55.6" S, ` 13.9" E

: Kapal Pandu 2 Unit Kapal Tunda, Kepil, kapal Cepat 1 unit Tenaga Pandu 8 (delapan) orang.

Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2015 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik In

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2016

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

1. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR PERAIRAN PETA DASAR

4.1. DEFINISI DASAR 4.2. FASILITAS UTAMA DAN FASILITAS DASAR PERAIRAN

RAMALAN LALU LINTAS CPO DAN KAPAL TAI\KER CPO DI PELABI]IIAN TELUK BAYUR SERTA KEBUTUIIAN Df,RMAGA KAPAL CPO SKRIPSI

dilengkapi dengan bangunan-bangunan untuk pelayanan muatan dan penumpang kapal samudera dan antar pulau. Sebagai akibatnya pelabuhan ini mempunyai

tentang pembangunan struktur gedung melainkan banyak lagi;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG PEMBINAAN KEPELABUHANAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2007 TENTANG

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM PEKERJA ANAK DI KOTA TANJUNGBALAI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan, yang memiliki garis pantai yang panjang, oleh karena itu pelayaran merupakan sarana hubung antar pulau-pulau yang sangat penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan, pertahanan/keamanan, serta perkembangan kemajuan masyarakat di setiap wilyah tersebut. Sarana pelayaran meliputi bidang yang sangat luas, antara lain sebagai angkutan penumpang dan barang, penjagaan pantai, pariwisata, dan lain sebagainya. Kapal sebagai sarana pelayaran dalam sistem angkutan laut, memiliki peran penting dalam kaitannya dengan impor dan ekspor barang serta muatan dalam jumlah yang sangat besar dapat diangkut dengan kapal laut. Untuk mendukung sarana angkutan laut tersebut, diperlukan prasarana yang berupa pelabuhan, yang merupakan tempat pemberhentian (terminal) kapal setelah melakukan pelayaran. Di pelabuhan tersebut, sebagai tempat untuk melakukan kegiatan menaik-turunkan penumpang, bongkar-muat barang, pengisian bahan bakar dan air tawar, reparasi, pengadaan perbekalan, dan lain sebagainya. Keberadaan Pelabuhan di suatu wilayah dapat memberikan peluang kerja untuk masyarakat sekitar, hal ini sesuai dengan konsep keterkaitan keruangan. Yaitu konsep yang menunjukan keterkaitan suatu fenomena dengan fenomena lain di satu tempat atau ruang, baik yang menyangkut fenomena alam maupun sosial (Prof. Dr. Suharyono, 1994:35). Dalam hal ini,

keberadaan Pelabuhan, dapat memberikan peluang untuk masyarakat sekitar untuk bekerja sebagai buruh bongkar muat, berdagang, tukang ojek, atau guide. Pelabuhan dalam pengertiannya adalah suatu tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya, dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan /barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan antar alat transportasi(peraturan Menteri Perhubungan Nomor: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 35 tahun 2007). Berdasarkan pengertian tersebut, bahwa pelabuhan merupakan bandar yang dilengkapi dengan bangunanbangunan untuk pelayanan bongkar-muat barang dan penumpang, karena sebuah kapal yang berlabuh juga berkepentinganuntuk melakukan bongkar-muat barang dan menaik-turunkan penumpang. Ditinjau dari keberadaan dan fungsi pelabuhan terdiri dari, pelabuhan penumpang dan barang. Pelabuhan penumpang yaitu pelabuhan yang mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk melayani segala kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan orang yang bepergian, seperti kantor imigrasi, keamanan, direksi pelabuhan, maskapai pelayaran dan sebagainya. Pelabuhan barang yaitu pelabuhan yang mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk bongkar muat barang, dan daerah perairan pelabuhan harus cukup tenang ombaknya, sehingga memudahkan bongkar muat barang, dan oleh pemerintah bisa digunakan sebagai pelabuhan niaga.

Salah satu pelabuhan barang yang terdapat di Indonesia yaitu Pelabuhan Panjang. Pelabuhan Panjang terletak di Teluk Lampung di bagian Selatan Pulau Sumatera. Pelabuhan Panjang merupakan pelabuhan laut yang terbuka untuk Pelayaran Samudera dan Pelayaran dalam Negeri atau Pelayaran Nasional di Propinsi Lampung. Pelabuhan Panjang menjadi pintu gerbang untuk keluar masuknya barang dari dan ke luar Propinsi Lampung. Sehubungan hal tersebut jenis barang yang diangkut dapat dikelompokan sebagai berikut: 1. Alat-alat berat seperti beton (tiang pancang), mesin-mesin, besi, tiang listrik, spare part dan sebagainya. 2. Barang-barang curah kering yang terdiri dari beras, sagu, gula putih, biji kelapa sawit cokelat, dan sebagainya. 3. Barang-barang curah cair seperti CPO, Molasis, Minyak sawit, dan sebagainya. (Improving Port Performance I, 2000:18) Untuk pelabuhan Panjang pihak pengelola menyediakan/mengusahakan tenaga kerja sebagai jasa pelayanan bongkar muat barang, untuk memindahkan barang dari/ke kapal, fasilitas yang telah disediakan di Pelabuhan Panjang seperti Fasilitas-fasilitas operasional penanganan muatan : crane dermaga, peralatan mekanisme (forklift., head truck, chassis, mobile crane dll), gudang transit dan buruh. (Improving Port Performance I, 2000:18) Berbagai hal tersebut termasuk dalam fasilitas operasional penanganan muatan, tak terkecuali para buruh bongkar muat yang sering disebut tenaga kerja bongkar muat. Semua tenaga kerja tersebut terdaftar dan melakukan pekerjaan bongkar muat yang ada di pelabuhan (Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 35 tahun 2007).

Kegiatan bongkar muat dari/ke kapal, peranan buruh diantaranya adalah: 1. lashing atau unlashingyaitu mengikat atau memperkuat muatan atau sebaliknya melepaskan pengikat atau penguat muatan. 2. Sweepingyaitu mengumpulkan muatan-muatan yang tercecer di dermaga atau kapal. 3. Restowage menyusun kembali muatan dalam palka. 4. Triming yaitu meratakan muatan di dalam palka. 5. cleaning yaitu membersihkan kapal. Sistem kerja para buruh dengan cara berkelompok, dan kelompok buruh ini disebut dengan gang (istilah para buruh menyebut kelompok). Satu gang terdiri dari 12 orang, dengan 1 orang mandor dan 11 orang sebagai anggota. Dalam satu gang buruh bisa berasal dari daerah mana saja. Untuk sistem pembayarannya, dengan berdasarkan pada upah borongan, yang dihitung berdasarkan tonage, upah ini bervariasi sesuai dengan jenis barang, upah untuk setiap jenis barang perton berkisar antara Rp.5.000,00 Rp.19.000,00 (Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 35 tahun 2007) yang dibayar setelah kegiatan bongkar muat barang telah selesai dikerjakan oleh buruh tersebut. Buruh bongkar muat tidak bekerja setiap hari, yaitu bekerja bila ada kapal datang dan mengadakan kegiatan bongkar muat barang. Oleh karena itu pendapatan para buruh setiap bulan tidaklah pasti, tergantung dari berapa banyak kapal yang datang untuk melakukan kegiatan bongkar muat. Semakin banyak kapal datang melakukan bongkar muat, pendapatan buruh akan banyak, namun bila kapal yang melakukan bongkar muat sedikit, pendapatan buruh akan sedikit.

Berdasarkan keberadaan peralatan sebagai fasilitas pelabuhan, peranan tenaga kerja manual manusia untuk bongkar muat tidak bisa diabaikan, untukmendukung kinerja yang diperlukan pelabuhan. Atas dasar kebutuhan tenaga kerja bongkar muat dalam kegitan bongkar muat barang di Pelabuhan, nampak bahwa keberadaan Pelabuhan Panjang telah membuka kesempatan bagi masyarakat yang tinggal dan berada disekitar Pelabuhan Panjang. Hal ini merupakan konsep keterkaitan keruangan, dimana dengan adanya pelabuhan panjang maka dapat memberi kesempatan untuk masyarakat sekitar Pelabuhan panjang untuk bekerja. Dapat dilihat pada data Jumlah Buruh Kelurahan Panjang Utara Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2011 berikut: Tabel 1. Jumlah BuruhBongkar Muat Kapal Di Kelurahan Panjang Utara Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2011 Nama Kampung Jumlah Sukalila 11 Pancur 46 Karang Anyar 58 Kp Baru I 2 Kp Baru II 83 Kp Baru III 15 Kebun Sayur 17 Kebun Jeruk 3 Selirit 21 Jumlah Total 256 Sumber: Hasil wawancara dengan Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan Panjang Tahun 2011 Dari tabel di atas terdapat sebanyak 83 orang penduduk Kampung Baru II Kelurahan Panjang Utara bekerja sebagai buruh bongkar muat di Pelabuhan Panjang 57 orang penduduk berstatus

kepala keluarga dan 26 penduduk berstatus lajang. Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah buruh bongkar muat yang berstatus kepala keluarga. Sebagai tenaga kerja kasar atauunskill dan termasuk dalam sektor informal, yaitu tenaga kerja yang hanya mengandalkan tenaga saja. Pada umumnya buruh bongkar muatmemiliki tingkat pendidikan yang rendah dan skillterbatas,sehingga tidak mampu mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Mengingat jenis pekerjaan sebagai buruh bongkar muat sangat tergantung dari kedatangan kapalmaka pendapatan yang diperoleh tidak pasti, ketidak pastian ini akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan pokok kelurga buruh. Selain itu dengan jam kerja yang tidak pasti memungkinkan untuk buruh memiliki pekerjaan sampingan guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Pendapatan buruh yang tidak pasti juga akan membuat buruh menggunakan strategi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Pendapatan buruh bongkar muat di Kampung Baru II Kelurahan Panjang Utara terlihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2. Umur, Tingkat Pendidikan, Jumlah Anak, Jam Kerja, dan Upah Sebagian Buruh Bongkar Muat Pelabuhan Panjang di Kampung Baru II Kelurahan Panjang Utara Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2011 No Nama buruh bongkar muat Umur Tingkat Pendidi kan Jumla h anak Jam kerja /minggu Jmlah Tonage Upah Rata-rata /Bulan 1. Suhardi 42 SD 5 28 160 Rp. 900.000,00 2. Warita 41 SD 2 24 160 Rp. 800.000,00 3. Tamrin 36 SD 2 28 160 Rp. 900.000,00 4. I s a k 39 SD 3 28 160 Rp. 900.000,00 5. Usman 51 SD 5 44 176 Rp.1.300.000,00 6. Mahpi 41 SD 3 44 176 Rp.1.200.000,00 7. Tatang 29 SD 2 40 180 Rp. 950.000,00 8. Abdulah 32 SD 3 32 180 Rp.1.000.000,00 Jumlah - - 33 268 1352 Rp.7.950.000,00 Ratarata - - 3 Rp. 993.750,00 34 169 Sumber: Hasil wawancara dengan beberapa buruh bongkar muat di Kampung Baru II Kelurahan Panjang Utara.

Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dijelaskan bahwa pendapatan yang diterima oleh beberapa buruh bongkar muat di Kampung Baru II Kelurahan Panjang Utara bervariasi. Hal ini dari sistem kerja borongan bukan upah harian atau upah bulanan. Selain itu buruh yang ada di atas bukan berasal dari satu gang sehingga pendapatan satu dan lainnya tidak sama. Bertolak data tabel 2 tersebut rata-rata sementara pendapatan buruh bongkar muat yang berstatus sebagai Kepala Keluarga di Kampung Baru II Kelurahan Panjang Utara setiap bulannya sebesar Rp. 993.750. Atas dasar uraian tersebut di atas, jumlah pendapatan yang diperoleh buruh bongkar muat yang berstatus Kepala Keluarga, memiliki pendapatan yang tidak pasti, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Studi Tentang Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga Buruh Bongkar Muat Pelabuhan Panjang di Kampung Baru II Kelurahan Panjang Utara Tahun 2011. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka di dapat identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Jam kerja buruh bongkar muat 2. Pendapatan buruh bongkar muat 3. Pekerjaan sampingan buruh bongkar muat 4. Jumlah tanggunganburuh bongkar muat 5. Pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluargaburuh bongkar muat 6. Strategi pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluargaburuh bongkar muat.

C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Berapakah rata-rata jumlah jam kerjasetiap minggu para buruh bongkar muat Pelabuhan Panjang di kelurahan Panjang Utara tahun 2011? 2. Berapakahrata-rata pendapatan perbulansetiap buruh bongkar muat di Pelabuhan Panjang kelurahan Panjang Utara tahun 2011? 3. Apakah setiap buruh bongkar muat memiliki pekerjaan sampingan? 4. Berapakah jumlahtanggungan buruh bongkar muat di Pelabuhan Panjang di kelurahan Panjang Utara tahun 2011? 5. Bagaimanakah tingkat pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga buruh bongkar muat di Pelabuhan Panjang di kelurahan Panjang Utara tahun 2011? 6. Bagaimanakah strategi pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga buruh bongkar muat di Pelabuhan Panjang di kelurahan Panjang Utara tahun 2011? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagi berikut: 1. Untuk mendapatkan informasi rata-rata jumlah jam kerja setiap minggu buruh bongkar muat Pelabuhan Panjang di Kampung Baru II Kelurahan Panjang Utara Tahun 2011 2. Untuk mendapatkan informasi rata-rata jumlah pendapatan setiap buruh bongkar muat perbulan di Pelabuhan Panjang Kampung Baru II Kelurahan Panjang Utara Tahun 2011 3. Untuk mendapatkan informasi bagaimana pekerjaan sampingan buruh bongkar muat di Pelabuhan Panjang Kampung Baru II Kelurahan Panjang Utara Tahun 2011

4. Untuk mendapatkan informasi rata-rata jumlah tanggungan buruh bongkar muat Pelabuhan Panjang di Kampung Baru II Kelurahan Panjang Utara Tahun 2011 5. Untuk mendapatkan informasi tingkat pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga buruh bongkar muat Pelabuhan Panjang di Kampung Baru II Kelurahan Panjang Utara Tahun 2011 6. Untuk mendapatkan informasi strategi pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga buruh bongkar muat Pelabuhan Panjang di Kampung Baru II Kelurahan Panjang Utara Tahun 2011 E. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana (S-1) pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 2. Sebagai aplikasi ilmu pengetahuan geografi yang diperoleh selama pendidikan di bangku kuliah dalam memecahkan masalah yang terdapat di lapangan. 3. Sebagai suplemen bahan ajar Geografi SMA Kelas X semester II pokok bahasan sumber daya manusia. F. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Ruang lingkup objek penelitian ini: studi tentang pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga buruh bongkar muat Pelabuhan Panjang di kelurahan Panjang Utara 2. Ruang lingkup subyek penelitian ini: Kepala Keluarga buruh bongkar muat Pelabuhan Panjang di kelurahan Panjang Utara 3. Ruang lingkup tempat dan waktu penelitian: Kampung Baru II Kelurahan Panjang Utara tahun 2011 4. Ruang lingkup ilmu adalah Geografi Sosial Geografi sosial adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara penduduk dengan keadaan alam serta aktivitas dan usaha manusia dalam menyesuaikan dan menguasai keadaan alam demi kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya (R. Bintarto, 1998:17). Alasan digunakannya Geografi sosial sebagai ruang lingkup dalam penelitian ini karena topik kajian dalam penelitian ini mempelajari masyarakat dan aktivitasnya, yaitu suatu keluarga dalam masyarakat yang beraktivitas dan melakukan usaha dengan memanfaatkan fasilitas yang berada di lingkungan tempat tinggalnya untuk mendapatkan penghasilan guna memenuhi dan mempertahankan kelangsungan hidupnya.

3