BAB I PENDAHULUAN. pembunuhan dan penganiayaan yang terjadi dewasa ini seakan-akan telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. mengatur suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi

BAB IV ANALISIS SIDIK JARI SEBAGAI SARANA PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN. A. Analisis Pembuktian Tindak Pidana Pembunuhan Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sering terjadi tindak

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

I. PENDAHULUAN. Munculnya gelombang reformasi di akhir dekade 90-an yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tegaknya negara hukum menjadi tugas dan tanggung jawab dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

BAB I PENDAHULUAN. modern. Ini ditandai dengan kemajuan di bidang Ilmu Pengetahuan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYELIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA PENCURIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB III PENUTUP. maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut : 1. Proses pengambilan sidik jari dalam suatu perkara pidana adalah

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana dicantumkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

KEKUATAN VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENGUNGKAP TERJADINYA TINDAK PIDANA

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah suatu permasalahan yang terjadi tidak hanya di dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara hukum.

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemeriksaan keterangan saksi sekurang-kurangnya disamping. pembuktian dengan alat bukti keterangan saksi.

Pembuktian penuntut umum dalam perkara tindak pidana korupsi oleh kejaksaan Sukoharjo. Oleh : Surya Abimanyu NIM: E BAB I PENDAHULUAN

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. pidana adalah kebenaran materil, yang menjadi tujuan dari hukum acara pidana itu

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari tabel tentang jumlah kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma pergaulan. tingkat kejahatan atau tindak pidana pembunuhan.

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

III. METODE PENELITIAN. penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan

METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang digunakan dalam proses pengumpulan dan penyajian

III. METODE PENELITIAN. yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris, pendekatan yuridis normatif

BAB I PENDAHULUAN. tabu untuk dilakukan bahkan tidak ada lagi rasa malu untuk

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. kepentingan itu mengakibatkan pertentangan, dalam hal ini yang

BAB III METODE PENELITIAN. mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

SURAT TUNTUTAN (REQUISITOIR) DALAM PROSES PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. pada tahap interogasi / penyidikan sering terjadi tindakan sewenang-wenang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku. Salah satu upaya untuk menjamin. dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bangsa mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari ahli itu bertentangan dengan keyakinannya. terdakwanya diduga mengalami kelainan jiwa atau pada perkara-perkara lain

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 7/Juli/2016

BAB I PENDAHULUAN. atau terjepit maka sangat dimungkinkan niat dan kesempatan yang ada

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan penyelenggarakan pemerintahan Negara 2. Tidak hanya di

BAB I PENDAHULUAN. Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan

I. PENDAHULUAN. sebutan Hindia Belanda (Tri Andrisman, 2009: 18). Sejarah masa lalu Indonesia

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

Fungsi Sidik Jari Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis pembahasan, hasil penelitian yang penulis

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

BAB III METODE PENELITIAN. didasarkan pada peraturan perundang-undangan, teori-teori dan konsepkonsep

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB III PENUTUP. pidana pembunuhan berencana yang menggunakan racun, yaitu: b. Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang merupakan dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

METODE PENELITIAN. cara melakukan penelitian hukum dengan teratur (sistematis). 39 Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan generasi penerus bangsa indonesia, mempunyai

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang

BAB II PERANAN POLISI SEBAGAI PENYIDIK DALAM MELAKUKAN PENANGANAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi hukum. Penegakan hukum pada hakikatnya merupakan interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu lama. Di abad 21 ini, aktivitas manusia sangat terbantu

PERAN DOKTER AHLI FORENSIK DALAM MENGUNGKAP PERKARA PIDANA SAMPAI PADA TINGKAT PENYIDIKAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. menindaklanjuti adanya laporan atau pengaduan tentang suatu perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kata dasar sidik yang artinya memeriksa dan meneliti. Kata sidik diberi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlindungan terhadap jiwa, menempati posisi yang paling utama, kenyataan ini dapat dilihat bahwa di tengah berkembangnya ilmu pengetahuan tentang kejahatan jiwa meningkat pula kejahatan berupa tindak pidana pembunuhan. Apabila mencermati beberapa peristiwa kejahatan termasuk pembunuhan dan penganiayaan yang terjadi dewasa ini seakan-akan telah menjadi suatu hal yang biasa, disamping itu tindak pidana pembunuhan merupakan kejahatan yang cenderung sulit untuk ditanggulangi. Hal ini dikarenakan karena sulitnya mencari alat bukti untuk membuktikan kejahatan tersebut. Dalam praktek atau fakta tidak sedikit tindak pidana yang dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. Mengacu pada apa yang penulis kemukakan tersebut maka keberadaan ilmu bantu dalam penyelesaian proses acara pidana sangat diperlukan. Ada bermacam-macam ilmu bantu antara lain: ilmu psikologi, psikiatri, ilmu kriminologi, ilmu logika, dan ilmu kriminalistik (Team forensic, ilmu teksikologi, ilmu dactyloscopy, ilmu balistik). 1 Dalam penyusunan karya ini penyusun tidak membahas semua tentang ilmu bantu tetapi hanya difokuskan kepada ilmu bantu sidik jari 1 Makalah Identifikasi, (http://nelsonsthombing.blogspot.com/2013/07/makalahidentifikasi.html), diakses Pukul 07.20 wib Tanggal 20 Juni 2014. 1

(Dactyloscopy). Pembuktian dengan menggunakan metode Dactyloscopy memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki metode lain, salah satunya adalah bahwa sidik jari seseorang bersifat permanen, tidak berubah selama hidupnya, gambar garis papilernya tidak akan berubah kecuali besarnya saja, selain itu juga memiliki tingkat akurasi paling tinggi diantara metode lain, maka baik pelaku, saksi, maupun korban tidak akan bisa mengelak. Tidak seperti metode yang menggunakan keterangan saksi yang bisa saja pelaku, saksi maupun korban dapat berbohong atau memberikan keterangan palsu kepada penyidik dalam mengungkapkan tindak pidana. Dalam Al-Quran sudah dijelaskan tentang fungsi sidik jari sebagai tanda pengenal manusia. Selain itu telah disebutkan pula bahwa mudah bagi Allah untuk menghidupkan manusia setelah kematianya, pernyataan tentang sidik jari manusia secara khusus ditekankan dalam sebuah ayat. Dalam Al-Quran surat Al-Qiyamah ayat 3-4 Apakah manusia mengira bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya?ya, kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan sempurna. (Al-Quran, 75:3-4) 2 Ayat Al-Qur an di atas menjelaskan bahwa penekanan pada sidik jari memiliki makna khusus, dikarenakan sidik jari setiap orang adalah khas bagi dirinya sendiri. Itulah mengapa sidik jari dipakai sebagai kartu hlm. 578. 2 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahanya,Jakarta:CV Darus Sunnah, 2002, 2

identitas yang sangat penting bagi pemiliknya dan di gunakan untuk tujuan ini di seluruh penjuru dunia. Sebelumnya orang menghargai sidik jari sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. Namun dalam Al-Quran Allah merujuk kepada sidik jari yang sedikitpun tak menarik perhatian orang waktu itu, dan mengarahkan pada perhatian kita pada arti penting sidik jari yang baru mampu dipahami zaman sekarang. 3 Sidik jari merupakan gurat-gurat yang terdapat di kulit ujung jari, fungsinya adalah untuk memberi gaya gesek lebih besar agar jari dapat memegang benda-benda lebih erat. Sidik jari manusia digunakan untuk keperluan identifikasi karena tidak ada dua manusia yang memiliki sidik jari sama. Jenis dan tipe sidik jari seseorang yang berbeda-beda maka dibutuhkan suatu keahlian khusus dari penyidik dalam membaca sidik jari seseorang, oleh karena itu pada prakteknya tidak semua orang dapat diberikan kewenangan untuk melakukan pengidentifikasian terhadap sidik jari. Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang yang memiliki keahlian khusus pasal 120 (1) KUHAP. 4 Dalam Pasal 184 ayat (1) undang-undang nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana tentang sidik jari sebagai salah satu alat bukti yang sah yaitu macamnya disebutkan sebagai berikut: a. Keterangan saksi b. Keterangan ahli 3 Sidik Jari dan Biometrik Dalam Islam (http://zilzal.blogspot.com/2012/09/sidik-jaridan-biometrik-dalam-al-quran.html#.u6rz9kn9viu) diakses pukul 09.00 wib tanggal 20 juni 2014. 4 Undang-Undang Nomer 8 Tahun 1981 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. 3

c. Surat d. Petumjuk e. Keterangan terdakwa 5 Sidik jari termasuk kedalam alat bukti keterangan ahli, karena dalam mengungkap suatu tindak pidana menggunakan sidik jari diperlukan keahlian khusus, tidak semua orang dapat melalukanya, maka ahli tersebut di dalam persidangan dapat bertindak sebagai saksi ahli untuk menjelaskan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan ahli, agar peristiwa pidana yang terjadi bisa terungkap lebih terang. Alat bukti tersebut merupakan suatu alat untuk membuktikan, suatu upaya untuk dapat menyelesaikan hukum tentang kebenaran dalil-dalil dalam suatu perkara yang pada hakikatnya harus dipertimbangkan secara logis. 6 Dalam contoh kasus tindak pidana pembunuhan.pengertian tindak pidana pembunuhan itu sendiri adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang yang mengakibatkan seseorang atau beberapa orang meninggal dunia. Apabila diperhatikan dari sifat perbuatan seseorang dan atau beberapa orang dalam melakukan pembunuhan, maka dapat diklasifikasikan atau dikelompokan menjadi: disengaja, tidak disengaja, semi sengaja. 7 Untuk membuktikan pelaku tersebut petugas penyidik menggunakan beberapa metode pencarian barang bukti salah satunya adalah melalui sidik jari yaitu suatu hasil tapak-tapa jari yang 5 Hari Sasangka,Lily Rosita, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana, Bandung: penerbit mandar maju, 2013, hlm. 18. 6 Dactiloscopy (Ilmu Sidik Jari), (http://nurrohmatriatmojo.blogspot.com/2012/ dactyloscopy-ilmu-sidik-jari.htm), diakses Pukul 16.00 wib Tanggal 6Desember 2014. 7 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam,Jakarta :Sinar Grafika, 2009, hlm. 24 4

menempel pada barang-barang di sekitar tempat kejadian perkara (TKP). Bekas-bekas seperti itu dapat timbul karena keluar keringat melalui poripori dari garis-garis yang terdapat pada permukaan telapak tangan, khususnya yang terdapat pada permukaan ujung-ujung jari dan tertinggal pada permukaan dari benda-benda yang pernah bersentuhan dengan garisgaris tersebut. 8 Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang alat bukti dengan menggunakan sidik jari, karena sangat menarik untuk dibahas dengan menggunakan perspektif hukum islam, yang akan penulis realisasikan dalam skripsi yang berjudul ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SIDIK JARI SEBAGAI SARANA PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pembuktian tindak pidana pembunuhan dengan menggunakan sidik jari dalam perspektif hukum positif? 2. Bagaimanakah analisis hukum islam terhadap pembuktian tindak pidana pembunuhan dengan menggunakan sidik jari? 8 Yudhana, Penuntun Dactyloscopy, Jakarta: Pusat Identifikasi Polri, 1993, hlm. 83 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dari beberapa uraian dalam perumusan masalah yang telah di sampaikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pembuktian tindak pidana pembunuhan dengan menggunakan sidik jari dalam perspektif hukum positif. b. Untuk mengetahui analisis hukum islam terhadap pembuktian tindak pidana pembunuhan menggunakan alat bukti sidik jari. 2. Manfaat penelitian a. Manfaat Teoritik Manfaat teoretis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan informasi bagi ilmu pengetahuan dan memperkaya wawasan teoritik dalam hukum islam serta ilmu hukum pidana pada khususnya. b. Manfaat Praktik Manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat menjadi sumbangan bahan pertimbangan dalam menegakan keadilan sehingga terciptanya kesejahteraan bagi masyarakat.dan manfaat lainya untuk menambah bahan referensi dan bahan masukan untuk penelitian selanjutnya. 6

D. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka memuat uraian sistematik tentang penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang ada hubunganya dengan penelitian yang akan dilakukan. 9 Tinjauan pustaka digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap penelitian atau karya tulis ilmiah yang serupa yang pernah ada, baik mengenai kekurangan maupun kelebihan yang ada sebelumnya. Penulis akan menelaah beberapa penelitian untuk dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam penelitian ini. Dengan demikian, perbedaan antara skripsi ini dengan penelitian atau karya tulis ilmiah yang telah ada sebelumnya akan dapat dilihat secara jelas. Satya Haprabu Hasibuan, dengan skripsinya Peranan Sidik Jari Dalam Proses Penyelidikan Sebagai Salah Satu Alat Bukti Untuk Mengungkap Suatu Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus di Polres Gianyar) 10 skripsi ini membahas untuk mengetahui bagaimana peranan sidik jari dalam proses penyelidikan sebagai salah satu alat bukti untuk mengungkap suatu tindak pidana pencurian di polres gianyar serta hambatanhambatan penyidik dalam pelaksanaan pengambilan sidik jari di Tempat Kejadian Perkara (TKP). kedua skripsi berjudul Fungsi Sidik Jari Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Berencana di Kepolisian Resort Sidoarjo, dalam skripsi ini 9 Tim Penyusun Fakultas Syari ah, Pedoman Penulisan Skripsi, Semarang; IAIN press, 2010, hlm. 10. 10 Satya Haprabu Hasbuan, Peranan Sidik Jari Dalam Proses Penyelidikan Sebagai Salah satu Alat Bukti Untuk Mengungkap Suatu Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasusdi Polres Gianyar), Skripsi S1 Fakultas Hukum Universitas Udayana. 7

membahas tentang apa yang menjadi dasar dipakainya sidik jari sebagai alat bukti utama dalam tindak pidana pembunuhan berencana di kepolisian resort Sidoarjo dan Factor-faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan pengambilan sidik jari dalam kasus pembunuhan berencana. Ketiga artikel berjudul sidik jari sebagai pembuktian, dalam artikel ini menjelaskan bahwa sidik jari sebagai salah satu alat bukti tindak pidana yang masuk dalam kategori keterangan ahli dalam pasal 184 KUHAP sebagai salah satu alat bukti. Setelah penulis meninjau skripsi yang berhubungan dengan sidik jari sebagai alat bukti tindak pidana, oleh karena itu penulis yakin dalam penulisan ini berbeda dengan peneliti sebelumnya, karena dalam penelitian skripsi ini membahas tentang bagaimana analisis hukum islam terhadap pembuktian sidik jari dan bagaimana analisis hukum islam terhadap pembuktian pembunuhan menggunakan sidik jari. Dari beberapa skripsi di atas, dapat penulis simpulkan bahwa belum ada pembahasan mengenai Analisis Hukum Islam Terhadap Sidik Jari Sebagai Sarana Pembuktian Tindak Pidana Pembunuhan.Oleh sebab itu penulis yakin untuk tetap melakukan penelitian ini. E. Metode Penelitian Yang dimaksud dengan metodologi penelitian adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh dalam mencari, menggali, mengolah dan membahas data 8

dalam suatu penelitian, untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap permasalahan. 11 Untuk memperoleh dan membahas data dalam penelitian ini penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dimaksud penulis adalah jenis penelitian kepustakaan (library research) 12 yaitu dengan mengumpulkan data-data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan dalam kepustakaan. Disebut sebagai penelitian kepustakaan karena sumber data dalam penelitian ini merupakan sumber data kepustakaan. 2. Sumber Data Pada dasarnya sumber data dapat dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka ini menjadi dua macam, yaitu data primer atau data dasar dan data sekunder. Adapun yang menjadi sumber data penelitian ini adalah: a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung dari subyek sebagai informasi yang dicari. Yakni bahan pustaka yang berisikan pengetahuan yang baru atau mutakhir, 11 Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, hlm. 2. 12 Penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Lihat Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004, hlm. 3. 9

ataupun pengertian baru tentang fakta yang diketahui maupun gagasan (ide). 13 Maka sumber utama dalam penelitian ini adalah Alquran, sunnah, KUHAP dan dokumen lainya. b. Sumber data sekunder adalah buku-buku yang mendukung penelitian ini, yaitu: buku penuntun daktiloskopi yang disusun oleh Yudhayana, buku hukum pembuktian dalam perkara pidana yang disusun oleh Hari Sasangka dan Lily Rosita, buku pembuktian dan daluwarsa menurut kitab undang-undang hukum perdata Belanda disusun oleh A. Pitlo, buku hukum pembuktian dalam beracara pidana, perdata dan korupsi di Indonesia disusun oleh Alfita. Kemudian juga diambil dari majalah, Koran, dan media lain yang berkaitan dengan masalah pembuktian yang menggunakan sidik jari dalam tindak pidana pembunuhan. 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian yang berkaitan dengan permasalahan ini peneliti menggunakan studi kepustakaan. Dalam hal ini penelitian dilakukan dengan cara meneliti sumber-sumber tertulis yaitu, buku-buku bacaan, artikel, makalah seminar, jurnal ilmiah, koran, majalah, website dan lainlain yang dijadikan referensi dalam penelitian ini. 14 13 Soerjono Soekamto, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. Ke-6, 2001, hlm. 29. 14 Sutrisno Hadi, Metodology Research, Yogyakarta: Andy Offset, 1997, hlm. 89. 10

4. Metode Analisis Data Analisis data adalah suatu kegiatan untuk meneliti, memeriksa, mempelajari, membandingkan dan membuat interpretasi yang digunakan analisis data dalam penelitian ini didasarkan kepada metode penelitian kualitatif berdasarkan kerangka teori yang dipakai. Penelitian kualitatif adalah suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga perilakunya yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh yang bertujuan untuk membatasi data sehingga data tersusun baik, teratur dan sistematis. F. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, di mana dalam setiap bab terdapat sub-sub pembahasan yang saling berkaitan, yaitu: BAB I : Pendahuluan merupakan bagian awal dari skripsi yang meliputi, latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Dalam bab pertama ini menggambarkan isi penelitian dan latar belakang yang menjadi pedoman dalam bab-bab selanjutnya. BAB II : Pembuktian Pembunuhan Dalam Islam Membahas tindak pidana pembunuhan yang meliputi: pengertian tindak pidana pembunuhan, jenis-jenis tindak pidana pembunuhan (pembunuhan sengaja, tidak sengaja, dan semi sengaja), dan pembuktian 11

tindak pidana pembunuhan ( alat bukti qasamah, alat bukti kesaksian, alat bukti qarinah, alat bukti pengakuan). BAB III : Pembuktian Dengan Menggunakan Sidik Jari Berisi tentang pembuktian menggunakan sidik jari yang meliputi pengertian sidik jari, tujuan pembuktian menggunakan sidik jari, dan prosedur pembuktian menggunakan sidik jari. BAB IV : Analisis Sidik Jari Sebagai Sarana Pembuktian Tindak Pidana Pembunuhan Berisi tentang analisis pembuktian tindak pidana pembunuhan dengan menggunakan sidik jari dalam perspektif hukum positif, analisis hukum islam terhadap pembuktian tindak pidana pembunuhan menggunakan sidik jari. BAB V : Penutup merupakan bagian akhir dari skripsi yang berisikan kesimpulan, dan saran juga riwayat hidup peneliti sendiri, dengan demikian keseluruhan isi dari peneliti tergambar secara jelas. 12