Author : Edi Susanto, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau. Pekanbaru, Riau. 0 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.

dokumen-dokumen yang mirip
Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (simptoms kurang dari 3 minggu), subakut (simptoms 3 minggu sampai

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya

Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus maxillaris,

BAB I PENDAHULUAN. organisme berbahaya dan bahan-bahan berbahaya lainnya yang terkandung di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dua atau lebih gejala berupa nasal. nasal drip) disertai facial pain/pressure and reduction or loss of

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal.

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

LAPORAN KASUS (CASE REPORT)

BAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah

Rhinosinusitis. Bey Putra Binekas

BAB II KONSEP DASAR. Sinusitis adalah peradangan pada sinus paranasal (Smeltzer, 2001). Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. diperantarai oleh lg E. Rinitis alergi dapat terjadi karena sistem

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tulang kepala yang terbentuk dari hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala. 7 Sinus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambar. Klasifikasi ukuran tonsil

2.1. Sinusitis Maksilaris Odontogen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kompleksitas dari anatomi sinus paranasalis dan fungsinya menjadi topik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dasar diagnosis rinosinusitis kronik sesuai kriteria EPOS (European

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan kepada masyarakat saja akan tetapi dapat juga merugikan

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

V E R T I G O. Yayan A. Israr, S. Ked. Author : Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

Laporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE DAN PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TRAUMA MUKA DAN DEPT. THT FK USU / RSHAM

BAB 2 ANATOMI SEPERTIGA TENGAH WAJAH. berhubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. 7

RINOSINUSITIS KRONIS

Profil Pasien Rinosinusitis Kronik di Poliklinik THT-KL RSUP DR.M.Djamil Padang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. endoskopis berupa polip atau sekret mukopurulen yang berasal dari meatus

BAB II. Landasan Teori. keberhasilan individu untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada

FISIK DIAGNOSTIK THT Dody Novrial

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

OSTEOMIELITIS. Rachmanissa

Gambaran Rinosinusitis Kronis Di RSUP Haji Adam Malik pada Tahun The Picture Of Chronic Rhinosinusitis in RSUP Haji Adam Malik in Year 2011.

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

BAB III METODE DAN PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik THT-KL RSUD Dr. Moewardi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal

ANATOMI DAN FISIOLOGI HIDUNG DAN SINUS PARANASAL

INTERVENSI ULTRA SOUND THERAPY LEBIH BAIK DARIPADA MICRO WAVE DIATHERMY TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA KASUS SINUSITIS FRONTALIS BAGI AWAK KABIN

SINUSISTIS MAKSILARIS EC HEMATOSINUS EC FRAKTUR LE FORT I. Lukluk Purbaningrum FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta RSUD Salatiga

PENGERTIAN Peradangan mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi / ransangan antigen

GAMBARAN TRANSILUMINASI TERHADAP PENDERITA SINUSITIS MAKSILARIS DAN SINUSITIS FRONTALIS DI POLI THT RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Nyeri. dr. Samuel Sembiring 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 SINDROMA WAJAH ADENOID. Sindroma wajah adenoid pertama kali diperkenalkan oleh Wilhelm Meyer (1868) di

BAB I PENDAHULUAN. pada organ dan fungsi pernafasan, salah satunya hidung. Dimana hidung

Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara fisiologis hidung berfungsi sebagai alat respirasi untuk mengatur

BAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior

PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIS. PEMERIKSAAN HIDUNG Dan PEMASANGAN TAMPON BLOK 2.6 GANGUAN RESPIRASI

Prof.dr.Abd. Rachman S, SpTHT-KL(K)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang dapat ditegakkan berdasarkan riwayat gejala yang diderita sudah lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

BENDA ASING HIDUNG. Ramlan Sitompul DEPARTEMEN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

SURVEI KESEHATAN HIDUNG PADA MASYARAKAT PESISIR PANTAI BAHU

BAB 1 PENDAHULUAN. pada saluran napas yang melibatkan banyak komponen sel dan elemennya, yang sangat mengganggu, dapat menurunkan kulitas hidup, dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tujuan mencegah keadaan bertambah buruk, cacat tubuh bahkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia dijuluki oleh William Osler pada abad ke-19 sebagai The

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya

BAB I PENDAHULUAN. paranasal dengan jangka waktu gejala 12 minggu, ditandai oleh dua atau lebih

SURVEI KESEHATAN HIDUNG MASYARAKAT DI DESA TINOOR 2

KESEHATAN MATA DAN TELINGA

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

(Assessment of The Ear)

Teknik Radiografi Sinus Paranasal

KORELASI VARIASI ANATOMI HIDUNG DAN SINUS PARANASALIS BERDASARKAN GAMBARAN CT SCAN TERHADAP KEJADIAN RINOSINUSITIS KRONIK

BAB 4 METODE PENELITIAN. 3. Ruang lingkup waktu adalah bulan Maret-selesai.

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

Maria Ulfa Pjt Maria Lalo Reina Fahwid S Riza Kurnia Sari Sri Reny Hartati Yetti Vinolia R

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

BAB I PENDAHULUAN. hidung dan sinus paranasal ditandai dengan dua gejala atau lebih, salah

OSTEOSARCOMA PADA RAHANG

Transkripsi:

Author : Edi Susanto, S.Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk

PENDAHULUAN Sinus paranasal merupakan ruang udara yang berada di tengkorak, bentuk sinus paranasal sangat bervariasi pada tiap individu, semua sinus memiliki muara (ostium) ke dalam rongga hidung. Berdasarkan ukuran sinus paranasal dari yang terbesar yaitu sinus maksilaris, sinus frontalis, sinus ethmoidalis dan sfenoidalis. 1,2 Secara klinis sinus paranasal dibagi menjadi 2,3 1. Grup Anterior : Frontal, maksilaris dan ethmoidalis anterior Ostia di meatus medius Pus dalam meatus medius mengalir kedalam faring 2. Grup Posterior : Ethmoidalis posterior dan sinus sfenoidalis Ostia di meatus superior Pus dalam meatus superior mengalir kedalam faring Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus frontalis dan sfenoidalis. Sinus maksila dan ethmoid sudah ada saat anak lahir sedangkan sinus frontalis mulai berkembang pada anak lebih kurang berumur 8 tahun sebagai perluasan dari sinus etmoidalis anterior sedangkan sinus sfenoidalis berkembang mulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari postero-superior rongga hidung. Sinussinus ini umumnya mencapai besar maksimum pada usia 15-18 tahun. Sinus frontalis kanan dan kiri biasanya tidak simetris dan dipisahkan oleh sekat di garis tengah. 1,4 Sinus frontalis berada di os frontal mulai terbentuk sejak bulan keempat fetus, berasal dari sel-sel resesus atau dari sel-sel infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus frontalis mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun. Sinus ini telat berkembang sehingga jarang ditemukan sinusitis pada anak-anak. 1,4 1

TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi 5 Sinusitis berasal dari akar bahasa Latinnya, akhiran umum dalam kedokteran itis berarti peradangan karena itu sinusitis adalah suatu peradangan sinus paranasal. Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur. Sinusitis Frontalis merupakan infeksi atau peradangan di daerah sinus frontal Terdapat empat sinus disekitar hidung yaitu sinus maksilaris (terletak di pipi), sinus etmoidalis (di antara kedua mata), sinus frontalis (terletak di dahi) dan sinus sfenoidalis (terletak di belakang dahi). Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada (maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis). 2. Anatomi dan fisiologi sinus frontalis Sinus frontalis berada di tulang frontalis, berbeda dalam bentuk dan kedalamannya, berbentuk piramida dengan apeks diatas. Terdapat septum diantara kedua sinus, dasar dari kedua sinus frontalis merupakan atap dari orbital. Dinding postero-superior sinus frontalis dibentuk oleh tulang bagian anterior fossa cranial. Saluran berada didasar sinus, jalan melalui duktus fronto-nasal dan melalui meatus medius atau infundibulum ethmoidalis 2,6. Kapasitas sinus frontalis rata-rata 4-7 ml, dengan ukuran 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2 cm. Perbedaan ukuran antara cavitas kanan dan kiri dapat ditemukan pada orang yang sama. Sinus frontalis biasanya berseptum dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Tidak adanya gambaran septum-septum atau lekuk-lekuk pada dinding sinus menunjukkan adanya infeksi sinus 1,6. Sinus paranasal diperdarahi oleh arteri carotis interna dan eksterna serta vena yang menyertainya seperti a. ethmoidalis anterior, a. ethmoidalis posterior dan a. sfenopalatina 1,6. 2

Fungsi dari sinus paranasal: 1,2 Pengkondisian udara Sebagai penahan suhu Meringankan tengkorak Resonansi suara Peredam perubahan tekanan udara Membantu produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung Gambar 1. Sinus paranasalis tampak depan 5 3. Predisposisi Sinusitis lebih sering disebabkan adanya faktor predisposisi seperti : 4 1) Gangguan fisik akibat kekurangan gizi, kelelahan, atau penyakit sistemik. 2) angguan faal hidung oleh karena rusaknya aktivitas silia oleh asap rokok, polusi udara, atau karena panas dan kering. 3) Kelainan anatomi yang menyebabkan gangguan saluran seperti : a) Atresia atau stenosis koana b) Deviasi septum 3

c) Hipertroti konka media d) Polip yang dapat terjadi pada 30% anak yang menderita fibrosis kistik e) Tumor atau neoplasma f) Hipertroti adenoid g) Udem mukosa karena infeksi atau alergi h) Benda asing 4) Berenang dan menyelam pada waktu sedang pilek 5) Trauma yang menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal 6) Kelainan imunologi didapat seperti imunodefisiensi karena leukemia dan imunosupresi oleh obat. 4. Penyebab 5 Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun). Penyebab sinusitis akut: o Infeksi virus - Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya pilek). o Bakteri - Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut. o Infeksi jamur - Kadang infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut. Aspergillus merupakan jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan sistem 4

kekebalan. Pada orang-orang tertentu, sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi alergi terhadap jamur. o Peradangan menahun pada saluran hidung. - Pada penderita rinitis alergika bisa terjadi sinusitis akut. Demikian pula halnya pada penderita rinitis vasomotor. o Penyakit tertentu. - Sinusitis akut lebih sering terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan dan penderita kelainan sekresi lendir (misalnya fibrosis kistik). Penyebab sinusitis kronis: o Asma o Penyakit alergi (misalnya rinitis alergika) o Gangguan sistem kekebalan atau kelainan sekresi maupun pembuangan lendir. 5. Gejala Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan ketika penderita bangun pada pagi hari dan memburuk menjelang tengah hari kemudian perlahan-lahan mereda hingga menjelang malam hari. Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang sama, yaitu nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena. Pada sinusitis frontalis sakit didahi 7,8. a. Gejala akut 7 : Sakit kepala yang berat di dahi, gejalanya memberat jika menunduk dan menekan di area antara kedua mata dekat hidung, gejala akan berkurang jika mengangkat kepala, pilek (rinore), Demam (biasa tetapi tidak selalu muncul), post nasal drip (cairan hidung), memberatnya gejala berhubungan dengan sakit kepala yang berat, pandangan terganggu, perubahan mental yang ringan (dapat mengindikasikan terjadinya penyebaran infeksi ke otak). b. Gejala kronik 7 : Persisten dan sakit kepala derajat ringan, riwayat trauma di daerah sinus. Perluasan infeksi ke tempat lain dapat terjadi secara langsung dari ulserasi, nekrosis 5

dinding sinus, atau hematogen. Sekret di hidung dan post nasal drip, rasa tidak nyaman di faring, pendengaran terganggu. Faktor yang menyebabkan sinusitis akut berubah menjadi kronis ialah 4 : 1) Sinusitis akut yang berulang. 2) Gangguan saluran. 3) Pengobatan yang tidak adekuat. 4) Ada penyakit sistemis seperti diabetes melitus dan leukemia Demam dan menggigil menunjukkan bahwa infeksi telah menyebar ke luar sinus. Selaput lendir hidung tampak merah dan membengkak dan dari hidung mungkin keluar nanah berwarna kuning atau hijau 7. 6. Komplikasi 4 Saat ini komplikasi sinusitis jarang terjadi karena adanya antibiotika spektrum luas. Komplikasi sinusitis biasanya terjadi pada sinusitis akut. Timbulnya komplikasi karena terapi yang tidak adekuat atau terlambat. Harus waspada jika ada gejala seperti di bawah ini : 1) Sakit kepala menyeluruh yang menetap. 2) Muntah. 3) Kejang. 4) Panas tinggi atau menggigil. 5) Udema atau bertambahnya pembengkakan di daerah dahi atau kelompak mata. 6) Penglihatan kabur, diplopia, atau sakit di daerah retrobulber yang menetap. 7) Tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial. Komplikasi yang dapat ditemukan : 1) Penyebaran ke arah mata: Pada anak-anak komplikasi yang paling sering ialah ke arah mata sebagai perluasan infeksi dari sinus 6

2) Osteomyelitis dan sub-periostal abses: Sering disebabkan oleh sinusitis frontalis, kadang-kadang oleh sinusitis maksilaris yang asalnya gigi molar. 3) Komplikasi ke arah kranial: - Meningitis - Abses ekstradural dan subdural. - Abses otak. - Trombosis sinus kavernosus. 7. Pemeriksaan a. Inspeksi Yang diperhatikan adalah pembengkakan di kelopak mata atas mungkin menunjukkan sinusitis frontal akut 1 b. Palpasi Pada sinusitis frontalis terdapat nyeri tekan pada dasar sinus frontal, yaitu pada bagian medial atap orbita 1 c. Perkusi Dengan perkusi pada lokasi sinus frontalis yang terinfeksi akan memberikan rasa nyeri yang hebat 8 d. Transluminasi (Diaphanoscopia) Transluminasi pada daerah atap dari orbita jika memberikan gambaran yang terang menunjukkan sinus frontalis berkembang dengan baik dan normal, namun jika gambarannya gelap menunjukkan sinus tidak berkembang atau adanya pus, mukosa yang menebal ataupun terdapatnya neoplasma 1,3. e. Radiologi Pemeriksaan radiologi yang dapat membantu menegakkan diagnosa sinusitis frontalis adalah sebagai berikut 9 ; 1. Posisi Caldwell Posisi ini didapt dengan meletakkan hidung dan dahi diatas meja sedemikian rupa sehingga garis orbito-meatal (yang menghubungkan 7

kantus lateralis mata dengan batas superior kanalis auditorius eksterna) tegak lurus terhadap film. Sudut sinar rontgen adalah 15 derajat karniokaudal dengan titik keluarnya nasion. Gambar 2. Posisi Caldwell 10 2. Posisi Waters Posisi ini yang paling sering digunakan. Maksud dari posisi ini adalah untuk memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak dibawah antrum maksila. Hal ini didapatkan dengan menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Bidang yang melalui kantus medial mata dan tragus membentuk sudut lebih kurang 37 derajat dengan film.proyeksi waters dengan mulut terbuka memberikan pandangan terhadap semua sinus paranasal. 8

Gambar 3. Gambaran rontgen posisi waters dengan mulut terbuka 11 Gambar 4. Posisi Waters 10 3. Posisi lateral Kaset dan film diletakkan paralel terhadap bidang sagital utama tengkorak. 9

Gambar 5. Posisi lateral 10 f. CT-SCAN 1 Lebih akurat untuk melihat kelainan sinus, namun harganya lebih mahal. 8. Pengobatan Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala, memberantas infeksi, dan menghilangkan penyebab. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara konservatif dan pembedahan Pengobatan konservatif terdiri dari 4 : 1. Istirahat yang cukup dan udara di sekitarnya harus bersih dengan kelembaban yang ideal 45-55%. 2. Antibiotika yang adekuat paling sedikit selama 2 minggu. 3. Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri. 4. Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih daripada 5 hari karena dapat terjadi rebound congestion dan rinitis medikamentosa. Selain itu pada pemberian dekongestan terlalu lama dapat timbul rasa nyeri, rasa terbakar, dan rasa kering karena atrofi mukosa dan kerusakan silia. 10

5. Antihistamin jika tersangka ada faktor alergi. 6. Kortikosterioid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang agak parah. Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis, otitis media kronika, bronkitis kronis, atau ada komplikasi seperti abses orbita atau komplikasi abses intracranial 4. Prinsip operasi sinus ialah untuk memperbaiki saluran saluran sinus paranasalis yaitu dengan cara membebaskan muara sinus dari sumbatan. Operasi dapat dilakukan dengan alat sinoskopi (1-"ESS = functional endoscopic sinus surgery) 4 Teknologi balloon sinuplasty digunakan sebagai perawatan sinusitis, Teknologi ini, sama dengan Balloon Angioplasty untuk jantung, menggunakan kateter balon sinus yang kecil dan lentur (fleksibel) untuk membuka sumbatan saluran sinus, memulihkan saluran pembuangan sinus yang normal dan fungsi-fungsinya. Ketika balon mengembang, ia akan secara perlahan mengubah struktur dan memperlebar dinding-dinding dari saluran tersebut tanpa merusak jalur sinus. Menurut dr Huang metode ini sangat ideal untuk mengatasi masalah pada sinus frontal 12. 11

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Sinusitis frontalis merupakan infeksi atau radang di sinus frontal Sinus frontalis berbentuk piramid dengan apeks diatas, berjumlah 2 buah dengan ukuran tidak simetris dan terdapat sekat/septum ditengah dengan lokasi diatas orbita. Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan ketika penderita bangun pada pagi hari. Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang sama, yaitu nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena. Pada sinusitis frontalis sakit didahi Komplikasi yang dapat timbul akibat sinusitis berupa penyebaran infeksi ke mata, osteomielitis dan sub-periosteal abses dan komplikasi kearah kranial Pemeriksaan dapat dilakukan dengan inspeksi, palpasi, transluminasi, radiologi dan CT-SCAN Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala, memberantas infeksi, dan menghilangkan penyebab. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara konservatif dan pembedahan 2. Saran Edukasi dapat diberikan pada masyarakat mengenai sinusitis frontalis untuk menghindari faktor penyebab maupun faktor predisposisi terjadinya sinusitis frontalis Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada penderita sinusitis frontalis untuk mencapai hasil terapi yang maksimal dan menghindari terjadinya komplikasi 12

DAFTAR PUSTAKA 1. Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinus Paranasal. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke lima. Editor: Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta: Gaya baru; 2001. 115-124 2. Shyamal, Kumar DE. Fundamental of Ear, Nose and Throat & Head-Neck Surgery. Calcuta: The New Book Stall; 1996. 191-8 3. Rukmini S, Herawat S. Teknik Pemeriksaan Telinga Hidung & Tenggorok. Jakarta: EGC; 2000. 26-48 4. Tadjudin OA. Batuk Kronik Pada Anak Ditinjau Dari Bidang THT. 1992. Http://www.kalbe.co.id [diakses tanggal 30 November 2008] 5. Blogsome. About Sinusitis. 2008. Http://www.mixingblogging.blogspot.com [diakses tanggal 30 November 2008] 6. Becker W, Naumann HH, Pfalfz CR. A Pocket Reference Ear, Nose And Throat Disease. Second Revised Edition. New York: Thieme; 1994. 170-7 7. Adam. Sinusitis. 2008. Http://www.adam.about.com [diakses tanggal 30 November 2008] 8. Hilger PA. Penyakit Sinus Paranasalis. Dalam: BOIES Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Editor: Harjanto Effendi. Jakarta: EGC; 1997. 244-5 9. Laszlo I. Radiologi Daerah Kepala dan Leher. Dalam: Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepal & Leher Jilid 2. Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997. 2-9 10. Alford BR. Core Curriculum Syllabus: Nose and Paranasal Sinuses. Http://www.Bcm.Edu [diakses tanggal: 12 Desember 2008] 11. Putz RV, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia SOBOTTA Kepala, Leher, Ekstremitas Atas Jilid 1. Edisi 21. Editor: Suyono YJ. Jakarta: EGC; 2000. 94 12. Chyuan HS. Baloon Sinuplasty. 2008. Http://www.entsurgery.com.sg [Diakses tanggal 30 November 2008] 13 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk