BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan kondisi perekonomian dunia usaha, baik perusahaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ketersediaan dana yang cukup untuk membiayai kegiatan operasional

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lebih dari 40% di BEI adalah industri manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil dari proses pencatatan transaksi

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang semakin tajam dalam pasar global merupakan suatu tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Property and real estate merupakan salah satu alternatif investasi yang diminati

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh sumber dana dan bagaimana mengalokasikan dana tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. (principle) bisa mempercayakan dananya kepada profesional (managerial)

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat komunikasi. tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan tujuan utama perusahaan yaitu, meningkatkan. kemakmuran para pemegang saham perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen keuangan dalam sebuah perusahaan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup suatu perusahaan di era globalisasi sekarang ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perusahaan lain. Sebagai contohnya perusahaan consumer goods yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan memiliki tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. setiap perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif dibandingkan perusahaan

ABSTRAK. Kata kunci : Free cash flow, risiko bisnis, kebijakan hutang, nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan debt to equity ratio. Rasio ini merupakan rasio hutang yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di era globalisasi ini sangatlah pesat. Banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tagihan, cicilan hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja modal (capital

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi disebabkan karena pihak manajemen sering kali memiliki tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hutang. Hutang adalah kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari transaksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menggunakan dana yang bersumber dari pihak internal dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendapatkan keuntungan (Meidera, 2013). Modal juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perusahaan selain meningkatkan nilai perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengelolaan pada manajer. Pengelolaan asset yang telah dipercayakan kapada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kalangan menengah kebawah hingga kalangan menengah keatas. Selain

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. Industri properti dan real estate merupakan industri yang bergerak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani, (2009)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

yang diangkat oleh pemegang saham bertindak atas kepentingan pemegang saham.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keputusan pendanaan merupakan salah satu keputusan penting yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan memperoleh dana dari dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Free cash flow adalah bentuk lain ukuran arus kas. Pengertian free cash

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Pasar modal perusahaan real estate and property di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh profitabilitas, arus kas bebas, dan investment

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang dapat diambil oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan dalam melakukan kegiatan ekonomi menjadi sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan masalah pendanaan,

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia usaha sudah semakin berkembang saat ini. Kemunculan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang merupakan organisasi bisnis umumnya memiliki

Tingginya permintaan pada sektor property residensial di tahun 2010 juga diiringi dengan peningkatan penjualan pada sektor tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham (shareholder). Pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya. mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tepat, investor akan memperoleh return yang tinggi. Apabila investor ingin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pentingnya informasi laba membuat setiap perusahaan berlombalomba

BAB I PENDAHULUAN. telah diperoleh. Sumber dana dapat berasal dari dalam (internal) ataupun dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerja atau investasi pada aset. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada perkembangan era globalisasi saat ini, kondisi perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Makin besarnya bagian kebutuhan dana yang dipenuhi dengan dana

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang menjalankan fungsi ekonomi (Mishkin, 1998:21), pasar modal memegang peranan penting dalam mengatasi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia, perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatkan kinerjanya. Bagi perusahaan, salah satu keputusan penting

BAB I PENDAHULUAN. Selama setengah abad terakhir, sektor Consumer Goods telah. mencapai pertumbuhan yang signifikan dari segi pendapatan dan imbal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bisnis khususnya dalam bidang perekonomian. Tujuan perusahaan yakni mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Upaya tersebut merupakan dilema tersendiri bagi perusahaan, karena menyangkut

BAB II LANDASAN TEORI. lalu dan harus dibayar dengan kas, barang dan jasa di waktu yang akan datang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era ekonomi global yang semakin maju saat ini, akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. selalu berkembang. Salah satu cara untuk bisa bertahan adalah bahwa perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian, laporan keuangan merupakan suatu media penting

BAB I PENDAHULUAN. dipicu oleh fenomena gagal bayar subprime mortgage bertransformasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kreditur, serta pihak manajemen perusahaan itu sendiri. Selain itu pendanaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. ukur bagi investor untuk menilai suatu perusahaan (Irwan, 2013). Pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya memerlukan

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. bebas antar perusahaan-perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di. memiliki tujuan dalam mendirikan perusahaan.

ANALISIS PENGARUH DIVIDEND PAYOUT RATIO

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi dunia yang semakin mengarah pada daerah Asia

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam menjalankan serta mengembangkan kegiatan investasinya serta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Aktivitas perusahaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap entitas bisnis (perusahaan) dalam operasinya tentu memiliki tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Pengklasifikasian Utang. Utang Menurut Djarwanto (2004) merupakan kewajiban perusahaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perkembangan kondisi perekonomian dunia usaha, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil saat ini mengalami persaingan yang semakin pesat dan tajam. Hal tersebut merupakan suatu tantangan dan peluang bagi perusahaan untuk melakukan pengembangan usahanya dalam pasar global. Namun dalam perjalanannya, dunia usaha mengalami berbagai hambatan, salah satunya adalah masalah pendanaan. Keputusan pendanaan perusahaan merupakan keputusan yang penting mengingat keputusan tersebut digunakan untuk menentukan struktur modal yang tepat bagi perusahaan dan berkaitan juga dengan kelangsungan hidup perusahaan nanti. Dalam proses pengambilan keputusan pendanaan dan bagaimana memanfaatkan dana tersebut, manajer perusahaan memegang peranan yang sangat penting. Dana tersebut dapat diperoleh dari sumber yang berbeda dari dalam (internal) ataupun dari luar (eksternal). Sumber dana internal yaitu suatu dana yang berasal dari laba ditahan (retained earnings) yang diperoleh dari usaha perusahaan dalam kegiatan operasi perusahaan. Dalam mendanai segala kebutuhan, suatu perusahaan tidak hanya bergantung dari sumber pendanaan internal saja, karena dana yang berasal dari dalam perusahaan saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Oleh karena itu dibutuhkan sumber dana

2 yang berasal dari luar perusahaan atau yang biasa disebut dengan sumber dana eksternal yang salah satunya berasal dari para kreditur yaitu berutang. Menurut Damayanti (2006), perusahaan cenderung lebih menyukai berutang daripada menjual saham untuk kebutuhan dana jangka panjang, karena utang memiliki biaya berupa tingkat bunga yang harus dibayarkan yang dapat mengurangi laba perusahaan yang kemudian akan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Menurut Babu dan Jain (1998) terdapat empat alasan mengapa perusahaan lebih menyukai menggunakan utang daripada saham baru, yaitu (1) adanya manfaat pajak atas pembayaran bunga; (2) Biaya transaksi pengeluaran utang lebih murah daripada biaya transaksi emisi saham baru; (3) lebih mudah mendapatkan pendanaan utang daripada pendanaan saham; (4) Kontrol manajemen lebih besar adanya utang baru daripada saham baru. Kebijakan utang merupakan cara bagaimana perusahaan memanfaatkan fasilitas pendanaan dari kreditur (utang) agar jumlah penggunaannya dapat meminimalisir besarnya risiko yang harus ditanggung perusahaan. Semakin besar proporsi utang perusahaan, semakin tinggi beban pokok dan bunga yang harus dibayarkan kembali dan semakin tinggi pula risiko kebangkrutan yang dihadapi perusahaan. Permasalahan yang berhubungan dengan utang, seperti yang dijelaskan Jensen (1986) adalah permasalahan biaya agensi atas utang yang disebabkan oleh adanya kegiatan peminjaman dana oleh perusahaan dari pihak kreditor. Kegiatan ini kemudian menimbulkan permasalahan yang melibatkan pihak shareholder sebagai pemilik (melalui manajer sebagai pengelola) dan pihak kreditor sebagai

3 pemberi pinjaman. Kreditor memiliki klaim terhadap perusahaan berupa pembayaran bunga atas utang perusahaan, dan pihak kreditor ini juga memiliki klaim terhadap aset perusahaan jika perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan. Manajer selaku penerima amanah dari pemilik perusahaan seharusnya menentukan kebijakan yang dapat meningkatkan nilai kepentingan pemegang saham yaitu memaksimumkan harga saham perusahaan (Brigham dan Houston, 2001:16). Secara teoritis menurut Sundjaja dan Barlian (2002: 61), banyak manajer keuangan setuju dengan memaksimalkan kekayaan pemegang saham, namun pada prakteknya manajer juga memperhatikan harta miliknya, keamanan pekerjaanya, gaya hidup dan manfaat lainya yang diperoleh dari perusahaan. Ketika keputusan yang diambil oleh pihak manajemen selalu mengambil keputusan yang terbaik bagi kepentingan mereka bukan pemegang saham, disitulah timbul konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Pemegang saham (principals) merasa khawatir pihak manajemen melakukan tindakan yang tidak disukai oleh prinsipal seperti memanfaatkan fasilitas perusahaan secara berlebihan atau membuat keputusan yang penuh risiko misalnya dengan menciptakan utang yang tinggi untuk meningkatkan nilai perusahaan (atas biaya pemilik). Perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan pihak manajemen tersebut mengakibatkan timbulnya konflik yang sering disebut agency conflict yang menimbulkan agency cost. Menurut Bringham et al. (1996) dalam Pancawati dan Rachmawati (2012:12), agency cost adalah biaya yang meliputi semua biaya untuk monitoring tindakan manager, mencegah tingkah laku manajer yang tidak dikehendaki, dan

4 opportunity cost akibat pembatasan yang dilakukan pemegang saham terhadap tindakan manajer. Agency cost dari sisi pemegang saham dapat dikurangi dengan cara melibatkan pihak ketiga (debtholders) yang masuk melalui kebijakan utang. Peningkatan utang akan menurunkan besarnya konflik antara pemegang saham dengan manajemen disamping itu utang juga akan menurunkan excess cash flow yang ada didalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan dilakukan oleh manajemen karena adanya pembayaran kembali bunga dan pokok pinjaman. Hal ini dapat membuat manajemen lebih disiplin sehingga penggunaan sumber daya perusahaan menjadi lebih produktif. Berikut ini grafik rata-rata penggunaan utang per tahun perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008 sampai dengan 2013: Rp4.000.000.000.000 Rp3.500.000.000.000 Rp3.000.000.000.000 Rp2.500.000.000.000 Rp2.000.000.000.000 Rp1.500.000.000.000 Rata-rata Utang Rp1.000.000.000.000 Rp500.000.000.000 Rp0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Tahun Rata-rata Utang Tahun Rata-rata Utang 2008 Rp1.205.895.981.817 2011 Rp1.586.059.892.235 2009 Rp1.225.234.947.071 2012 Rp1.866.419.217.035 2010 Rp1.389.143.965.220 2013 Rp3.495.644.086.374 Sumber: idx.co.id/ Bursa Efek Indonesia (Diolah)

5 Gambar 1.1 Rata-rata Penggunaan Utang per tahun Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2013 Berdasarkan gambar 1.1 dapat dilihat bahwa rata-rata penggunaan utang pada perusahaan real estate dan property selama periode 2008 sampai dengan 2013 mengalami kenaikan setiap tahunnya. Peningkatan utang yang tinggi dikarenakan perusahaan real estate dan property lebih banyak menggunakan dana yang berasal dari utang untuk pembiayaannya. Mengingat sebagian besar industri real estate dan property di Indonesia didanai oleh modal asing atau mengandalkan dana dalam bentuk utang untuk memenuhi kebutuhan pembiayaannya, maka perusahaan harus mampu membuat suatu kebijakan utang yang tepat agar utang yang digunakan mampu membantu perusahaan untuk tumbuh dan berkembang. Kasus utang PT Bakrieland Development Tbk pada tahun 2010 menunjukkan kegagalan PT Bakrieland Development Tbk dalam mengelola utangnya yang berujung pada ketidakmampuan perusahaan untuk membayar utangnya tepat waktu. Kasus tersebut berawal dari pengumuman resmi rencana pengajuan penundaan kewajiban pembayaran utang atau perpanjangan jatuh tempo kewajiban oleh PT Bakrieland Development Tbk senilai US$ 155 juta kepada Bank of New York setidaknya hingga 60 hari semenjak jatuh tempo yaitu pada tanggal 25 Mei 2013. Bank of New York telah berulang kali memberitahukan dan memperingatkan Bakrieland akan kewajibannya yang telah jatuh tempo. Bakrieland dituding tetap melalaikan kewajibannya tersebut dan tidak melakukan pembayaran utang tersebut. (www.finance.detik.com)

6 Kisruh pembayaran utang antara kreditor dan manajemen PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) akhirnya membuat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) angkat suara. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mendesak perusahaan untuk memberikan laporan terbuka kepada publik. Sebagai perusahaan terbuka yang sudah mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), keterbukaan diperlukan agar investor bisa melihat kondisi perusahaan secara langsung. Nurhaida menjelaskan, semua yang berkaitan dengan keterbukaan informasi akan berdampak pada pasar. Untuk saat ini, OJK mengaku tidak bisa mengintervensi persoalan utang yang tengah melilit perusahaan. Persoalan itu sudah diberikan dan ditanggung oleh perusahaan yang terkait. (www.suarapengusaha.com) Adanya kegagalan dalam pengelolaan utang seperti kasus tersebut, jelas bahwa perusahaan harus mampu membuat suatu kebijakan utang yang tepat sehingga tidak terjadi kegagalan dalam membayar utang. Karena kegagalan dalam membayar pokok dan bunga pinjaman biasanya menyebabkan proses hukum dimana pemegang saham akan kehilangan kendali atas perusahaan atau sebagian dari perusahaan mereka dengan kata lain likuiditas perusahaan akan terancam (Damayanti, 2006). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan utang perusahaan, namun dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi beberapa faktor yang akan diteliti yang diduga berpengaruh terhadap kebijakan utang yang dapat diketahui melalui faktor-faktor intern. Faktor intern perusahaan menentukan kebijakan penggunaan utang dalam suatu perusahaan. Faktor intern tersebut meliputi free

7 cash flow, pertumbuhan penjualan dan struktur aset yang digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian ini. Ketiga variabel tersebut terdapat ketidakkonsistenan pada hasil-hasil penelitian terdahulu, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali dari setiap variabel yang telah diteliti untuk mengetahui pengaruh masing-masing terhadap variabel dependennya yaitu kebijakan utang. Free Cash Flow merupakan kas lebih perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk operasi atau investasi (Damayanti, 2006). Free cash flow menimbulkan konflik kepentingan antara pemegang saham dan pihak manajemen. Pihak manajemen menginginkan dana tersebut untuk investasi yang menguntungkan bagi pihak manajemen, sedangkan pemegang saham menginginkan dana tersebut dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Untuk mengatasi dugaan penggunaan free cash flow oleh manajer maka diperlukan pembentukan utang. Hal ini bisa mengurangi keinginan manajer untuk menggunakan aliran kas bebas atau free cash flow guna membiayai kegiatan-kegiatan yang tidak optimal. Penelitian tentang free cash flow dengan kebijakan utang menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Esa dan Reffina (2013) menyatakan bahwa free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan utang. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Christine Dwi K.S (2012) yang menyatakan bahwa free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan utang. Berbeda dengan penelitian Pancawati dan Rachmawati (2012) dimana free cash flow tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan utang.

8 Selain free cash flow, variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan penjualan. Perusahaan dengan tingkat penjualan yang tinggi akan cenderung menggunakan jumlah utang yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah (M. Syafiudin Hidayat, 2013). Ketidak-konsistenan terjadi pula dalam penelitian mengenai kemampuan bertumbuh terhadap kebijakan utang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh M. Syafiudin Hidayat (2013) Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap kebijakan utang. Sedangkan menurut penelitian Nina (2009) pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang. Variabel lain yang juga diperkirakan mempengaruhi kebijakan utang perusahaan adalah struktur aset. Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak Utang (Brigham dan Houston, 2001:39). Semakin banyak struktur aset suatu perusahaan semakin banyak suatu perusahaan tersebut menggunakan utangnya. Penelitian tentang struktur aset dilakukan oleh Pancawati dan Rachmawati (2012) dimana hasil penelitian menemukan struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan utang. Sementara hasil penelitian Christine Dwi K.S (2012) struktur aset tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang. Dalam hal ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada perusahaan real estate dan property mulai dari tahun 2008-2013. Pertambahan penduduk yang semakin bertambah di Indonesia akan semakin banyaknya pula pembangunan di sektor perumahan, apartemen, pusat-pusat perbelanjaan, dan

9 gedung-gedung perkantoran, tidak hanya berlangsung di Jakarta, tetapi sudah menjalar ke seluruh penjuru kota-kota besar di Indonesia. Oleh sebab itu perusahaan real estate dan property memiliki prospek yang tinggi di masa yang akan datang sehingga banyak perusahaan yang mengalami kenaikan utang sebagai salah satu bentuk pengembangan usahanya, terlihat dari pertumbuhan penggunaan utang pada perusahaan real estate dan property pada tahun 2008-2013. Tahun yang diamati dalam penelitian ini adalah dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013. Terjadinya krisis finansial global pada tahun 2008 yang diawali dari Amerika Serikat menjalar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia yang juga berdampak pada bisnis real estate dan property di Indonesia. Namun, dalam situasi krisis finansial global tersebut, bisnis real estate dan property di Indonesia seakan-akan kebal dari kekhawatirkan negara-negara lain. Krisis yang terjadi tidak menyurutkan perkembangan bisnis real estate dan property untuk terus melakukan ekspansi. Para pengembang di Indonesia seperti tidak pernah kehabisan amunisi untuk terus mengguyur pasar real estate dan property nasional dengan berbagai proyeknya. Buktinya, hanya dalam tempo dua tahun, tidak kurang dari 33.000 unit rumah susun sederhana milik (rusunami) diluncurkan para pengembang. Faktor lain yang membuat para pengembang semakin bersemangat membangun bisnis real estate dan propertinya adalah dengan adanya kebijakan terobosan pemerintah tahun 2009 yaitu dengan membuka akses yang lebih luas bagi investor asing untuk masuk ke bisnis properti nasional, sehingga bukan hal yang mustahil jika pertumbuhan bisnis real estate dan properti di Indonesia akan tumbuh setiap tahunnya. (www.kompas.com)

10 Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk melakukan penulisan yang berjudul Pengaruh Free Cash Flow, Pertumbuhan Penjualan, dan Struktur Aset terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2013. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan utang pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap kebijakan utang pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Apakah struktur aset berpengaruh positif terhadap kebijakan utang pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penulisan ini adalah mempelajari, menganalisa, dan menyimpulkan apakah Free Cash Flow, Pertumbuhan Penjualan, dan Struktur Aset berpengaruh terhadap kebijakan utang.

11 1.3.2 Tujuan Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan utang pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Untuk mengetahui apakah pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap kebijakan utang pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Untuk mengetahui apakah struktur aset berpengaruh positif terhadap kebijakan utang pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Peneliti Peneli berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk pembelajaran dan menambah pengetahuan serta bahan masukan apabila dimintai pendapat mengenai pengaruh free cash flow, pertumbuhan penjualan dan struktur aset terhadap kebijakan utang.

12 2. Pihak Manajemen Memberikan tambahan informasi tentang free cash flow, pertumbuhan penjualan dan struktur aset dan aplikasinya terhadap kebijakan utang perusahaan sebagai alat monitoring dalam meminimumkan biaya keagenan. 3. Bagi kalangan akademis Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian-penelitian berikutnya dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang akuntansi keuangan.