BAB II LANDASAN TEORI. UNS, 2009), Evaluasi Penerapan Prinsip Syariah pada Praktik

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL REVENUE SHARING PADA AKAD MUDHARABAH DI BMT AMANAH UMMAH SUKOHARJO TAHUN 2015

BAB V ANALISIS DATA. pembiayaan. Hal ini disampaikan langsung pada sesi wawancara 28 dengan. Manajer Utama BMT Amanah Ummah, Faisal Abdul Haris, S.E.

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Akad Mudarabah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Raja Grafindo Persada, 2010, h Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta:PT

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang

Tinjauan Penerapan Psak N0.105 Tentang Akuntansi Mudharabah Pada BMT Itqan Bandung

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Akad Tabungan Mud}a<rabah (MDA) Berjangka

BAB I PENDAHULUAN. 2014, h Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. modal, reksa dana, dana pensiun dan lain-lain). Pengertian bank menurut UU No.

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

DAFTAR PUSTAKA. Ahmed, Salman. (2011). Analysis Of Mudharabah and A New Approach to Equity

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA

TINJAUAN KRITIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI SUMENEP

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENGHITUNGAN BAGI HASIL. A. Analisis Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah di PT BPR Syariah

BAB IV CV BINTANG ELMI VISION LAMONGAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang implementasi shirkah yang

BAB I PENDAHULUAN. syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam sebagai agama yang memuat ajaran yang bersifat universal dan

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA)

BAB I PENDAHULUAN. penyimpanan uang maupun penyaluran dana yang tidak dikenakan bunga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang melakukan jual

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal muamalah, selain hubungan sesama manusia yang bersifat keduniaan juga

BAB II LANDASAN TEORI. Tinjauan Umum Tentang Bagi Hasil Dan Bonus Simpanan

BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL

shahibul maal yang menyediakan seluruh modalnya, sedangkan pihak kedua

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

IV.3 DANA SYIRKAH TEMPORER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

diinginkan nasabah kepada pihak lainnya seperti kepada supplier yang Baitul māl wa tamwīl (BMT) Amanah Ummah cabang Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sistem ekonomi syariah semakin berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lembaga perbankan syariah didorong oleh adanya desakan kuat oleh

BAB I PENDAHULUAN. Aturan ekonomi yang ada dalam Al-Qur an dan Al-Hadits, telah. mengatur sistem ekonomi dengan teliti melalui nilai-nilainya yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. antara pihak investor atau penabung, istilahnya shahibul maal dengan pihak pengelola

BAB I PENDAHULUAN. penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan masyarakat muslim Indonesia dapat menjalankan kegiatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Produk Simpanan Berjangka (Simka) / Deposito Mudharabah di KSPPS Arthamadina Banyuputih

BAB I PENDAHULUAN. di dalam perekonomian suatu Negara sebagai perantara lembaga keuangan. Bank dalam pasal 1

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUDHARABAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. instrumen penting dalam sistem ekonomi telah berkembang pesat dalam dua

BAB I PENDAHULUAN. h Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alfabet, cet. 4, 2006, h. 2

BAB I PENDAHULUAN. dikenal lembaga keuangan mikro syariah yang bernama BMT. 1 BMT. menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya.

BAB IV ANALISIS MEKANISME AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DAN MUDHARABAH BERJANGKA DI UJKS BMT MITRA UMAT DAN UJKS BMT MINNA LANA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Revenue Sharing Pada BNI Syariah Cabang Purwokerto

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) NO. 105 TENTANG AKUNTANSI MUDHARABAH DI KJKS BMT HUDATAMA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. yang kekurangan dana yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

Analisis Tata Kelola Penyaluran Dana Berbasis Bagi Hasil pada Lembaga Keuangan Syariah

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PSAK No. 102 dan 105. Menurut Wardi dan Eka, praktik dan aturan-aturan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB IV ANALISIS ETIKA ISLAM DALAM PENGELOLAAN BISNIS PENGEMBANG PERUMAHAN DI PT. SYSSMART SEJAHTERA SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

BAB IV ANALISIS MEKANISME PEMBAGIAN HASIL USAHA ANTARA PIHAK BMT DENGAN PIHAK NASABAH DAN ANALISIS KESESUIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengacu pada Penjelasan Pasal 49 huruf i Undang-undang Nomor 3

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. memicu perbankan untuk menjalankan dual banking system yaitu bank. konvensional yang juga menjalankan unit usaha syariah.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan. jasa dalam lalu lintas pembayaran. 1

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN MUD}A<RABAH BMT BINA UMMAT SEJAHTERA CABANG TUBAN

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

Akuntansi Mudharabah ED PSAK 105 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

SOAL DAN JAWABAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

Transkripsi:

6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah menelusuri beberapa penelitian yang berkenaan dengan tema yang akan diteliti. Berikut beberapa hasil penelitian yang dapat terdokumentasi oleh peneliti : Nur Azizah (Program Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi UNS, 2009), Evaluasi Penerapan Prinsip Syariah pada Praktik Pembiayaan Muḍārabah atau Revenue Sharing (Studi Kasus di KJKS BMT Nuur Ummah Surakarta). Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa dalam penyelenggaraan pembiayaan di BNU telah sesuai dengan prinsipprinsip syariah. Penelitian ini lebih terfokus pada analisis apakah akadakad yang digunakan sudah sesuai prinsip syariah atau belum. Pembahasan muḍārabah-nya terlalu luas dan hanya sedikit membahas tentang revenue sharing. Penelitian ini tentang uji kehalalan produkproduk KJKS, jadi berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti nanti. Penelitian ini memberikan manfaat bagi peneliti terkait gambaran prinsip-prinsip syariah yang diterapkan dalam BMT. Rizqi Rizqiana (Skripsi Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2007), Pengaruh Bagi Hasil terhadap Jumlah Dana Deposito Syariah Muḍārabah yang Ada pada Bank Mandiri. Skripsi tersebut menyatakan bahwa adanya pengaruh bagi hasil terhadap jumlah

7 dana responden, data tersebut menunjukkan bahwa semakin besar bagi hasil, maka semakin besan kemungkinan bank memperoleh modal berupa dana pihak ketiga yaitu deposito syariah. Begitu juga sebaliknya, apabila bagi hasil yang diperoleh sedikit maka kemungkinan bank memperoleh dana deposito syariah semakin sedikit. Skripsi tersebut menekankan penelitiannya terhadap pengaruh besarnya bagi hasil terhadap kemungkinan bertambahnya dana deposito. Obyek penelitian bukan pada deskripsi teknis pelaksanaan bagi hasil itu sendiri, jadi tidak sama dengan penelitian yang akan diajukan peneliti. Penelitian tersebut menjadi salah satu pertimbangan dalam pengambilan model penelitian dan analisis data. Walaupun tidak menjelaskan secara spesifik terkait bagi hasil itu sendiri namun penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis dalam hal model penyusunan kerangka berpikir. Hardiwinoto (Jurnal Unimus vol.7, Maret 2011-Agustus 2011), Analisis Komparasi Revenue and Profit Sharing pada Sistem Muḍārabah pada PT. BPRS PNM Binama Semarang (Kesesuaian dengan Fatwa DSN No. 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Bagi Hasil Usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah). Dalam penelitiannya, dijelaskan bahwa berdasarkan hasil analisis yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Metode revenue sharing lebih sesuai dan lebih menguntungkan daripada profit sharing, sehingga BPRS PNM BINAMA menggunakan metode revenue sharing. 2. Metode revenue sharing yang dipakai oleh BPRS PNM

8 BINAMA sudah sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000 yang menyebutkan bahwa dilihat dari kemaslahatan. Jadi lebih kepada perbandingan sistemnya dan hanya menyebutkan dari sisi perbedaannya, tidak menjelaskan secara menyeluruh terkait revenue sharing. Dalam hal ini juga studi kasus yang diambil tidak sama dengan apa yang akan diteliti oleh peneliti. Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti terkait memberi gamabaran perbandingan prinsip-prinsip revenue sharing dan profit sharing, khususnya terkait karakteristik revenue sharing itu sendiri. Noer Azizah Fitriyah (Universitas Brawijaya, 2013), Konsekuensi Yuridis Perubahan Bentuk BMT (Baitul Māl Wat Tamwīl) Menjadi Badan Hukum KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) (Studi di Koperasi Syariah Fanshob Karya, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur). Dalam skripsi ini, penulis lebih membahas ke arah masalah konsekuensi yuridis terhadap perubahan BMT sebagai badan hukum koperasi. Temuan dilapangan menyatakan BMT yang telah berkonversi tersebut belum sepenuhnya melaksanakan fungsi-fungsi perkoperasian dengan sepenuhnya. Pada praktiknya, banyak penyimpangan dilakukan BMT yang telah berkonversi menjadi badan hukum Koperasi. Penyimpangan tersebut dilakukan demi mempertahankan ciri khasnya sebagai BMT. Tinjauan ini lebih kepada pendekatan normatif-yuridis, melihat segala sesuatu dari aspek hukumnya. Penelitian ini memberikan kontribusi bagi peneliti terkait tinjauan-tinjauan aspek legalitas dan status hukum yang menjadi karakteristik BMT itu sendiri.

9 Achmad Khabhibi (Program Diploma III Fakultas Eonomi UNS, 2010), Pengaruh Penerapan Strategi Promosi Produk Simpanan pada BMT Amanah Ummah Sukoharjo. Skripsi tersebut lebih mengarah pada mendiskripsikan bagaimana strategi promosi produk simpanan serta untuk mengetahui sejauh mana pengaruh strategi promosi produk simpanan terhadap perkembanagn BMT Amanah Ummah. Temuan di lapangan menjelaskan bahwa secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa strategi promosi produk simpanan berpengaruh terhadap peningkatan perkembangan penghimpunan dana BMT Amanah Ummah Sukoharjo pada periode 2008-2009. Walaupun obyek yang diteliti BMT Amanah Ummah namun permasalahan yang diteliti berbeda. Penelitian tersebut lebih ke arah promosi. Walaupun demikian, skripsi tersebut memberikan kontribusi terkait pengenalan karakteristik BMT Amanah Ummah yang notabenenya juga merupakan obyek penelitian dalam skripsi yang dibuat peneliti ini. Dari beberapa penelitian terdahulu tersebut menunjukkan bahwa objek pembahasan yang akan diteliti oleh peneliti belum pernah diteliti sebelumnya. Oleh sebab itu penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dari sudut pandang yang berbeda. Adapun penelitian yang pernah dilakukan di BMT Amanah Ummah berkaitan dengan pengaruh strategi promosi dan bukan pada sistem bagi hasil revenue sharing. Walaupun demikian, penelitian-penelitian terdahulu tersebut berguna sebagai bahan acuan serta pertimbangan dalam penyusunan skripsi ini.

10 B. Tinjauan Teoritik 1. Baitul Māl wat Tamwīl a. Istilah BMT BMT merupakan sebuah singkatan dari kata Baitul Māl wat Tamwīl. BMT merupakan gabungan dari kata baitul māl dan bait al-tamwīl. Baitul Māl dapat diartikan sebagai sebuah lembaga pengumpulan dana masyarakat yang disalurkan tanpa tujuan profit. Sedangkan bait at-tamwīl merupakan lembaga pengumpulan dana (uang) yang disalurkan dengan orientasi profit dan komersial. 8 Dalam hal ini BMT merupakan salah satu lembaga keuangan syariah non bank yang memiliki orientasi profit dan non profit. BMT tidak hanya bergerak dalam hal pengelolaan modal (uang) saja, tetapi BMT juga bergerak dalam pengumpulan zakat, infak, dan sedakah (ZIS). 9 b. Latar Belakang Lahirnya BMT Adapun alasan-alasan yang melatarbelakangi munculnya BMT di anataranya sebagai berikut; 10 8 Ahmad Sumiyanto, BMT: Menuju, hlm. 15. 9 Ibid., hlm. 15 10 Ibid., hlm. 23-24 1) Agar masyarakat dapat terhindar dari pengaruh sistem ekonomi sosialis dan kapitalis yang berorientasikan kepada pemilik modal terbanyak. Oleh sebab itu ditawarkanlah sebuah sistem berbasis syariah yang menjadi nilai dasar dan etika dalam

11 melakukan transaksi yang tanpa ada unsur penipuan maupun hal-hal yang merugikan salah satu pihak lainnya. 2) Melakukan pembinaan dan pendanaan pada masyarakat menengah ke bawah yang secara intensif dan berkelanjutan. 3) Agar masyarakat terhindar dari praktik rentenirrentenir yang memberikan pinjaman dengan sistem riba yang merugikan salah satu pihak. 4) Agar ada alokasi dana yang merata pada masyarakat yang berfungsi untuk menciptakan keadilan sosial. c. Landasan Konstitusi BMT Dalam hal legalitas hukum di Indonesia, BMT berbadan hukum koperasi. Sehingga dalam pengoperasiannya tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang ada tentang perkoperasian. Ada dua payung Hukum yang menaungi BMT; 1) Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian 2) Kepmen No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) 11 BMT harus tunduk pada kedua ketentuan perundangundangan yang telah disebutkan diatas tersebut. 11 Ibid., hlm. 39

12 2. Muḍārabah a. Definisi Muḍārabah Muḍārabah berasal dari kata al-ḍarb, yang berarti memukul, berpergian atau berjalan. Para ulama fikih mendefinisikan muḍārabah sebagai sebuah akad antara dua pihak, salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk dikelola untuk berbisnis. Adapun pembagaian bagi hasil sudah ditentukan terlebih dahulu sesuai dengan syaratsyarat yang telah ditentukan. 12 b. Rukun Muḍārabah 1) ṣāḥibul Māl (pemilik modal) 2) Muḍārib (orang yang akan menjalankan modal) 3) Māl (harta) 4) Amal (pekerjaan pengelola harta sehingga menghasilkan laba) 5) ṣigah al- aqad 6) Hasil/ keuntungan 13 c. Syarat Muḍārabah 1) Modal yang diserahkan dalam bentuk uang tunai 136 12 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 135-13 Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Pres, 2001), hlm. 89

13 2) Bagi orang yang melakukan akad disyaratkan mampu taṣarruf (cakap hukum) 3) Modal harus diketahui dengan jelas 4) Keuntungan yang akan menjadi milik pengelola dan pemilik modal harus jelas persentasenya 5) Melafalkan ijab dari pemilik modal 6) Menurut pendapat Imam Syafi i dan Imam Malik muḍārabah harus bersifat mutlak, artinya pemilik modal tidak memaksakan terkait jenis usaha yang akan dijalankan. Sedangkan menurut pendapat Imam Hanafi dan Hambali, muḍārabah tidak disyaratkan harus mutlak, artinya pemilik modal boleh menentukan jenis usaha. 14 d. Jenis Muḍārabah 1) Muḍārabah Muṭlaqah Muḍārabah muṭlaqah adalah jenis muḍārabah dimana seorang muḍārib diberi kekuasaan penuh untuk mengelola harta pemilik modal tanpa adanya paksaan terkait jenis usaha, waktu, dan tempat usaha. 2) Muḍārabah Muqayyadah Kebalikan dengan jenis sebelumnya, muḍārabah jenis ini justru mensyaratkan adanya kepatuhan seorang 14 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm. 140

14 muḍārib kepada pemilik modal dalam hal jenis usaha, waktu, dan tempat usaha. Intinya pada muḍārabah jenis ini menghendaki adanya persyaratan khusus dari pemilik modal yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha 3) Muḍārabah Musytarakah Muḍārabah musytarakah adalah bentuk muḍārabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi. 15 Jenis muḍārabah ini merupakan penggabungan akad muḍārabah dan musyārakah. 3. Bagi Hasil a. Pengertian Bagi Hasil Dalam ilmu akutansi, istilah bagi hasil diidentikkan dengan profit sharing/ laba kotor, namun dalam istilah lembaga keuangan syariah, bagi hasil diartikan sebagai suatu sistem yang meliputi pembagian hasil usaha antara pemodal dan pengelola dana pembagian hasil usaha. 16 Artinya, dalam konteks ini, istilah bagi hasil meliputi kata profit sharing dan revenue sharing. b. Instrumen Bagi Hasil 15 Ikatan Akuntansi Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan: Akuntansi Muḍhārabah, (Jakarta : Graha Akuntan, 2007) hlm. 105.1 16 Ahmad Ifham, Ini Lho Bank Syariah : Memahami Bank Syariah Secara Mudah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2015), hlm. 45

15 Ada dua instrumen/akad yang paling sering digunakan dalam lembaga keuangan syariah terkait pembagian hasil; yakni akad muḍārabah dan musyārakah. 1) Musyārakah Dalam bagi hasil jenis ini kedua belah pihak samasama berkontribusi mengeluarkan dana untuk keperluan bisnis dengan kesepakatan bahwa risiko keuntungan dan kerugian ditanggung bersama. 2) Muḍārabah Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa bagi hasil jenis ini, salah satu pihak menjadi pemodal sedangkan pihak yang lain sebagai pelaku usaha. c. Pendistribusian Bagi Hasil Ada dua jenis pendistribusian bagi hasil dalam jasa keuangan syariah, yakni revenue sharing dan profit sharing 17. 1) Profit Sharing Profit sharing merupakan sistem perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil net dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. 2) Revenue Sharing 17 Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil Dan Pricing di Bank Syariah, (Yogyakarta : UII Press, 2012), hlm. 97

16 Revenue sharing adalah sistem perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. 4. Penerapan Revenue Sharing Penerapan revenue sharing sebagai instrumen bagi hasil dalam lembaga perekonomian syariah tidak terlepas dari kemunculan Bank Islam pertama di indonesia, PT Bank Muamalah Indonesia pada 15 Februari 1992. 18 Salah satu produk andalan Bank Muamalah adalah bagi hasil. Bagi hasil dijadikan sebagai salah satu instrumen pengganti riba. Ketika itu, istilah bagi hasil dipakai untuk lawan kata dari riba. Dalam penerapannya, bagi hasil tidaklah diterapkan seperti pada zaman Nabi yang menggunakan bagi untung dan rugi (profit sharing) melainkan menggunakan sistem revenue sharing. Hal ini dikarenakan penggunaan sistem revenue sharing lebih menguntungkan bagi pihak penyedia ketimbang penggunaan profit sharing. Penggunaan revenue sharing lebih aman dari risiko kerugian bagi pihak penyedia dana sebab yang dibagikan adalah pendapatan kotor bukan laba bersih. Hal ini juga lebih aman dari kecurangan para pengelola dana. Penggunaan sistem profit sharing memungkinkan 18 Sofyan S. Harahap, Ekonomi, Bisnis, hlm. 95.

17 terjadinya pemalsuan anggaran, khususnya terkait biaya operasional. Oleh sebab itu bagi pihak penyedia dana lebih memilih menggunakan revenue sharing. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntansi Syariah, pihak institusi lembaga keuangan syariah dapat bertindak sebagai pemilik dana ataupun pengelola dana. 19 Pada prinsipnya dalam muḍārabah tidak mensyaratkan jaminan, namun supaya pengelola dana tidak melakukan penyimpangan maka pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan jika pengelola dana terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang sudah disepakati dalam akad (PSAK 105.3 paragraf 8). Pengembalian dana muḍārabah dapat dilakukan secara bertahap bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau secara total pada saat akhir akad muḍārabah (PSAK 105.3 paragraf 9). Jika dari pengelolaan dana muḍārabah menghasilkan keuntungan, maka porsi jumlah bagi hasil untuk pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad. Apabila dari pengelolaan dana muḍārabah tersebut menimbulkan kerugian, maka kerugian finansial menjadi tanggungan pemilik dana (PSAK 105.3 paragraf 10). 19 IAI, Pernyataan Standar, hlm. 105.1

18 Adapun dalam pembagian hasil usaha muḍārabah dapat menggunakan prinsip bagi hasil atau bagi laba. Apabila berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha (omset). Sedangkan jika berdasarkan prinsip bagi laba, dasar pembagiannya menggunakan laba neto (net profit) yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana muḍārabah. 20 Contoh : Uraian Jumlah Metode bagi hasil Penjualan (Sales) 100 - Harga Pokok Penjualan (65) - (Cost of Good Sold) Laba Kotor (Gross Profit) 35 Net Revenue Sharing Beban (Expense) (25) - Laba Rugi Bersih (Net 10 Profit sharing Profit) Terkait distribusi hasil usaha sendiri, pihak pemilik dana tidak diperbolehkan untuk menetapkan nominal bagi hasil yang harus dibayar oleh pengelola sebelum usaha tersebut dilakukan. Hal ini berlaku juga dalam transaksi bagi hasil revenue sharing ketika LKS 20 Wiroso, Aukntansi Transaksi Syariah, (Jakarta: IAI, 2009), hlm. 350

19 bertindak sebagai pemilik dana maupun pengelola, begitupula sebaliknya. 21 5. Fatwa MUI tentang Revenue Sharing Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No:15/DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah Pertama : ketentuan umum 1) Pada dasarnya, LKS boleh menggunakan prinsip bagi hasil (net revenue sharing) maupun bagi untung (profit sharing) dalam pembagian hasil usaha dengan mitra (nasabah)-nya. 2) Dilihat dari segi kemaslahatan, saat ini, pembagian hasil usaha sebaiknya digunakan prinsip bagi hasil (net revenue sharing). 3) Penetapan prinsip pembagian hasil usaha yang dipilih harus disepakati dalam akad. 22 21 Ibid., hlm.352 22 MUI, Himpunan Fatwa, hlm. 784