BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. umum yang memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di bidang keuangan negara meliputi Undang-undang No. 17

MENGGGAS RUMAH SAKIT PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM (BLU) Oleh : Muhammad Syarif, SHI1

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DAN PENGELOLAAN KEUANGAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. barang dan/ atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang diwujudkan dalam bentuk penerapan prinsip good governance. Dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pasal 68 UU no. 1 Tahun 2004

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

Oleh: Prof Dr H Jamal Wiwoho, SH,MHum PR II UNS

BAB I PENDAHULUAN. kepada instansi pemerintah yang bertujuan menghasilkan barang dan/atau jasa

2016, No Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Menteri Keuangan dapat menetapkan pola pengelolaan k

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai

MANAJEMEN KEUANGAN RUMAH SAKIT SWASTA DAN RUMAH SAKIT BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dipisahkan PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM IMPLEMENTASI TIDAK DIPISAHKAN DIPISAHKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II DASAR TEORI. 1. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan. dikeluarkan oleh badan yang berwenang. Standar Akuntansi Keuangan

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

POLA PENGELOLAAN KEUANGAN PADA BADAN LAYANAN UMUM

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS BISNIS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIMA

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENERAPAN PPK-BLUD DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Peraturan Keuangan Negara/Daerah

KONSEP PEMBENTUKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (PPK-BLUD)

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO PROVINSI JAWA TENGAH,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 88 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN AKUNTANSI BLUD

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, merupakan tahun dimulainya reformasi keuangan di

Subdit Badan Layanan Umum Daerah Direktorat BUMD, BLUD dan Barang Milik Daerah, Ditjen Bina Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk sosial dan bisnis, agar tercipta hubungan subsidi silang antara

BAB I PENDAHULUAN. Konsep New Public Management (NPM) yang telah diimplementasikan di berbagai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan baru yang ditujukan kepada instansi pemerintah yang bertujuan

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 50 TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI PONTIANAK, NOMOR 19 TAHUN 2013 DI PUSKESMAS DAN RSUD DENGAN STATUS NON BLUD DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Republik Indonesia Nomor 1820);

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

BUPATI SUKOHARJO TENTANG PENGGUNAAN SURPLUS TUNAI PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO

KEBIJAKAN PENGELOLAAN PENDAPATAN BADAN LAYANAN UMUM. Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU Yogyakarta 22 s.d. 24 Juni 2012

PENGANTAR. PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN NERACA PER 31 Desember 2014 dan 2013

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 10 TAHUN 2014

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

MEMBANGUN KESIAPAN RSUD SEBAGAI ORGANISASI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Le

BAB II BAHAN RUJUKAN. Menurut Fess, et al. (2005:8) bahwa akuntansi adalah:

NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 84 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pelayanan publik yang memadai dari pemerintah merupakan

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang akan digunakan dalam penelitian adalah pelayanan kesehatan jiwa

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Puskesmas Sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Ditulis oleh Administrator Selasa, 24 May :55 -

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSUD KOTA LANGSA

BERITA DAERAH KOTA CILEGON

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G

BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 34/PJ/2017

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB. I PENDAHULUAN. bidang akuntansi pemerintahan ini sangat penting karena melalui proses akuntansi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG POKOK - POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Sumber-sumber Pendapatan Rumah Sakit Sumber pendapatan operasional rumah sakit umumnya berasal dari masyarakat umum yang memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit. Pemanfaatan fasilitas rumah sakit tersebut meliputi: pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan penunjang medik, pelayanan kefarmasian dan lain-lain (Bastian: 2008). Rumah sakit pemerintah daerah sebelum penerapan PPK-BLUD, pendapatan rumah sakit hanya terbatas pada jasa layanan langsung yang diberikan kepada pasien. Pendapatan operasional yang diterima oleh rumah sakit tidak dapat dimanfaatkan langsung untuk membiayai beban operasional tetapi pendapatan yang diperoleh disetor ke kas daerah sebagai sumber pendapatan asli daerah (PAD) pada rekening pendapatan hasil retribusi daerah. Rumah sakit pemerintah daerah setelah penerapan PPK-BLUD, tidak hanya terbatas pada pendapatan dari jasa layanan langsung yang diberikan kepada pasien, tetapi dapat menerima pendapatan dari sumber-sumber lain yaitu: pendapatan dari kerja sama pihak ketiga, pemanfaatan kekayaan, pendapatan hibah dan lain-lain pendapatan BLUD yang sah dengan memanfaatkan potensi-

12 potensi kekayaan daerah. Pendapatan operasional RS BLUD tetap harus dilaporkan ke institusi induk yakni pemerintah daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada rekening pendapatan: Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah (Mulyono; 2013). 2.1.2 Metode Pembayaran Jasa Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Indra Bastian (2008) dalam bukunya Akuntansi Kesehatan menyebutkan bahwa ada 2 (dua) metode pembayaran atas jasa pelayanan kesehatan yaitu: 1) Pembayaran Retrospektif, yaitu pembayaran yang disetujui dan dilakukan setelah jasa dilakukan. Metode pembayaran retrospektif diantaranya yaitu pembayaran per item (Fee for Servive Payment) yaitu pembayaran dengan cara pasien membayar secara penuh kepada penyedia layanan kesehatan (provider) setelah layanan selesai dilakukan. Pembayaran ini sering disebut pembayaran langsung per item pelayanan, misalnya berupa tindakan diagnosis, terapi, farmasi dan pelayanan kesehatan lainnya. 2) Pembayaran Prospektif, yaitu metode pembayaran yang disetujui dan dilakukan lebih lanjut sebelum provisi atau jasa dilakukan, tanpa memperdulikan berapa biaya aktual yang dikeluarkan oleh penyedia layanan kesehatan. Salah satu metode pembayaran prospektif yaitu Pembayaran Kapitasi (capitation payment) merupakan pembayaran yang dilakukan dalam jumlah yang tetap per orang selama periode waktu tertentu, misalnya harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Pembayaran prospektif digunakan oleh pemerintah untuk membiayai layanan kesehatan bagi penduduk miskin baik oleh pemerintah pusat berupa Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas),

13 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Jaminan Kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah berupa Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan Jaminan Kesehatan Semesta (Jamkesta) oleh Penerintah Provinsi. Pembayaran jasa pelayanan kesehatan dengan jaminan disebut juga pembayaran tidak langsung. Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa kepada masyarakat menerima pembayaran dengan sistem pembayaran langsung (retrospektif) dan pembayaran tidak langsung (prospektif). Pembayaran langsung diterima setelah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan per jenis pelayanan yang diberikan. Tarif pelayanan yang dibebankan kepada pasien dengan pembayaran langsung (non-jaminan) berdasarkan tarif layanan yang tercantum dalam Peraturan Daerah (Perda) nomor: 03 Tahun 2011. Pembayaran tidak langsung (prospektif) yang diterima oleh RS Jiwa Daerah Provinsi Lampung berdasarkan tarif dengan sistim paket yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan dengan Permenkes Nomor : 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan dalam Penyelengaraan Program Jaminan Kesehatan, untuk pelayanan kesehatan bagi pasien tidak mampu. Paket tarif pelayanan yang digunakan yaitu dengan kapitasi yang dituangkan dalam sebuah sistem pelayanan kesehatan INA-CBGs (Indonesia-Case Based Grups). Tarif pelayanan dengan sistem kapitasi baik jaminan dari pemerintah pusat (Jamkesmas/ JKN) maupun jaminan dari Pemerintah Daerah (Jamkesda) terdiri dari:

14 1. Tarif layanan rawat jalan yaitu: tarif layanan psikiatri kelas B dengan paket kapitasi Rp166.839,-/ hari rawat jalan untuk semua pemeriksaan. 2. Tarif layanan rawat inap yaitu: tarif layanan kelas RS Khusus Psikiatri Kelas B dengan paket kapitasi Rp 4.366.210,-/30 hari perawatan/pasien. (Permenkes Nomor: 59 Tahun 2014). 2.1.3 Pengertian Badan Layanan Umum (BLU) Sesuai dengan pasal 1 ayat 23 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang perbendaharan negara disebutkan: Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efesiensi dan produktivitas. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, secara spesifik karakteristik organisasi yang merupakan Badan Layanan Umum dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah yang tidak dipisahkan dari kekayaan Negara; 2) Menghasilkan barang dan/jasa yang diperlukan masyarakat; 3) Tidak mengutamakan pencarian laba; 4) Dikelola secara otonom dengan prinsip efesiensi dan produktivitas ala korporasi dengan praktik bisnis yang sehat; 5) Rencana kerja anggaran dan pertangungjawabannya dikonsolidasikan pada instansi induk; 6) Penerimaan baik pendapatan maupun sumbangan dapat digunakan secara langsung;

15 7) Pegawai dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan bukan pegawai negeri sipil; 8) BLU bukan subyek pajak. Apabila dikelompokkan menurut jenisnya Badan Layanan Umum terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu: 1) BLU yang kegiatannya menyediakan barang atau jasa meliputi rumah sakit, lembaga pendidikan, pelayanan lisensi, penyiaran, dan lain-lain. 2) BLU yang kegiatannya mengelola wilayah atau kawasan meliputi otorita pengembangan wilayah dan kawasan ekonomi terpadu (Kapet). 3) BLU yang kegiatannya mengelola dana khusus meliputi pengelola dana bergulir, dana Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), penerusan pinjaman dan tabungan pegawai (PP Nomor: 23 Tahun 2005). Tujuan dibentuknya badan layanan umum (BLU) adalah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 68 ayat (1) UU. No 1 Tahun 2004, yang menyebutkan bahwa: Badan Layanan Umum dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa Kemudian ditegaskan kembali dalam PP No. 23 tahun 2005 sebagai peraturan pelaksana dari pasal 69 ayat (7) UU No. 1 Tahun 2004, Pasal 2 yang menyebutkan bahwa: BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktifitas, dan penerapan sesuai praktik bisnis yang sehat

16 2.1.4 Rumah Sakit Pemerintah sebagai Badan Layanan Umum Daerah Istilah Badan Layanan Umum muncul setelah ditetapkannya Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang ditetapkan sesuai dengan semangat reformasi dan otonomi daerah. Misi reformasi keuangan ditujukan pada akuntabilitas dan transparansi keuangan baik pusat maupun daerah. Dengan penetapan rumah sakit pemerintah menjadi Badan Layanan Umum diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas dan transparansi (Hendrawan: 2011). Perbedaan sifat dan karakteristik Rumah Sakit BLUD dengan Rumah Sakit Non BLUD dapat dilihat dengan membandingkan beberapa hal, yaitu: No. Uraian RS Non BLUD RS. BLUD 1. Pengelola PNS PNS dan Non PNS 2. Tarif Layanan Atas dasar adil dan patut Atas dasar per unit pelayanan 3. Dokumen perencanaan RPJMD RSB jangka menengah 4. Dokumen Penganggaran RKA-SKPD RBA 5. Pengeluaran anggaran Setelah DPA di sahkan Sebelum DPA di sahkan 6. Keuangan Tidak memiliki rekening Bank Memiliki rekening Bank 7. Pendapatan Setor langsung ke Kas Digunakan langsung Daerah 8. Surplus Kas Disetor ke Kas Daerah Dapat digunakan langsung 9. Piutang/ Utang Tidak diperbolehkan melakukan piutang/ utang Diperbolehkan melakukan piutang/ utang 10. Laporan keuangan SAP SAK dan SAP untuk Konsolidasi Diaudit oleh Auditor Independen 11. Pemeriksaan Laporan keuangan Diaudit oleh BPK selaku entitas 12. Investasi jangka panjang Tidak diperbolehkan Diperbolehkan 13. Pengadaan barang/jasa Keppres RI Dapat menyusun pedoman sendiri. (Meidyawati,2011)

17 Sebagai tahap awal, Pemerintah Daerah Provinsi Lampung sampai dengan Tahun 2013 telah menetapkan 2 (dua) institusi rumah sakit daerah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah yaitu : Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dengan status BLUD penuh pada tahun 2009 dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung dengan status BLUD bertahap pada Bulan April Tahun 2013. Sedangkan untuk Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten/ Kota di Provinsi Lampung seluruhnya telah berstatus sebagai SKPD Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). 2.2 Penelitian Terdahulu Beberapa peneliti telah melakukan penelitian pada subyek organisasi BLU atau BLUD seperti penelitian yang dilakukan oleh Meidyawati (2011), mengenai Analisis Implementasi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK- BLU) pada rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi. Artikel penelitian tentang BLUD juga dilakukan oleh Rosyadi, Handayani dan Saputra (2011) tentang Evaluasi Kinerja Keuangan RSUD Sawahlunto Setelah Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Penelitian tentang Analisis Kinerja Keuangan pada RSUP Fatmawati setelah Perubahan Status menjadi BLU dilakukan oleh Aristia pada Tahun 2009 dan artikel yang ditulis oleh AM Vianey Norpatiwi pada tahun 2011 tentang Aspek Value Added Rumah Sakit sebagai Badan Layanan Umum. Penelitian oleh Hendrawan tahun 2011 tentang Analisis Penerapan PSAK 45 tentang Pelaporan Keuangan pada Rumah Sakit yang Berstatus Badan Layanan Umum (Studi Kasus di RSUD Kota Semarang).

18 Dengan menggunakan referensi beberapa penelitian terhadap subjek Rumah Sakit BLU dan Rumah Sakit BLUD di atas maka penelitian ini akan membahas tentang Analisis Pendapatan Sebelum dan Setelah Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung. 2.3 Rerangka Pemikiran Teoretis Dari penjelasan teoretis dan hasil penelitian terdahulu maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah pendapatan dengan sistem pembayaran langsung, pendapatan dengan sistem pembayaran tidak langsung sebelum penerapan PPK BLUD sebagai variabel independen (variabel bebas), sedangkan sebagai variabel dependen (variabel terikat) adalah pendapatan dengan sistem pembayaran langsung, pendapatan dengan sistem pembayaran tidak langsung setelah penerapan PPK-BLUD. Rerangka pemikiran sebagaimanan diuraikan di atas dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Bagan Rerangka Pikir Penelitian Sebelum Pendapatan: 1. Pendapatan jasa layanan dengan pembayaran langsung 2. Pendapatan jasa layanan dengan pembayaran tidak langsung Setelah Pendapatan: 1. Pendapatan jasa layanan dengan pembayaran langsung 2. Pendapatan jasa layanan dengan pembayaran tidak langsung PPK-BLUD

19 2.4 Perumusan Hipotesis Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rosyadi dkk (2011) tentang evaluasi kinerja keuangan RSUD Sawahlunto setelah penerapan PPK-BLUD menunjukkan bahwa secara deskriptif terjadi peningkatan pendapatan setelah penerapan PPK-BLUD sebesar 18,05%, penelitian yang dilakukan oleh Meidyawati (2010) terhadap implementasi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) pada Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi menunjukkan hasil terjadi peningkatan kinerja keuangan, kinerja operasional dan kinerja mutu layanan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut sebesar 1,65 poin pada tahun pertama, 3,20 poin pada tahun kedua dan 0,10 poin pada tahun ketiga. Bedasarkan data Laporan Keuangan RS Jiwa Daerajh Provinsi Lampung Pendapatan operasional RS Jiwa Daerah Provinsi Lampung dengan pembayaran langsung pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 5,64% dari tahun 2012, demikian juga pendapatan operasional dengan pembayaran tidak langsung pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 56,42% dari tahun 2012. Kondisi ini menjadi dasar asumsi atau anggapan bagi penulis untuk merumuskan hipotesis penelitian yakni sebagai berikut: H 1 : Bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata pendapatan dengan pembayaran langsung setelah penerapan PPK-BLUD dibandingkan dengan sebelum penerapan PPK- BLUD;

20 H 2 : Bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata pendapatan dengan pembayaran tidak langsung setelah penerapan PPK-BLUD dibandingkan dengan sebelum penerapan PPK-BLUD; Dengan H 0 : tidak ada perbedaan yang signifikan