IMPLEMENTASI PERDA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DI KOTA SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KELURAHAN GEMAH KECAMATAN PEDURUNGAN SEMARANG RESUME SKRIPSI

IMPLEMENTASI UU NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (Studi Kasus di SMA Negeri 4 Kota Magelang) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

PENGARUH PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DERAH (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Tasikmalaya)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Hubungan Komunikasi dan Sikap dengan Implementasi Kebijakan Pajak Reklame di Kawasan Simpang Lima Semarang

STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI BOS TAHUN 2011 di SMP AL AZHAR 14, SMP 12 dan SMP 29 Kota SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. memaksa untuk keperluan negara yang diatur oleh undang-undang.

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

Implementasi Kebijakan Program e-ktp di Kecamatan Ibu Kabupaten Halmahera Barat Oleh : Susi Stella Anggreni Frans

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI PROGRAM PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR) BAMBU APUS, JAKARTA TIMUR

PENGARUH MOTIVASI BIDAN TERHADAP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN REGISTRASI BIDAN DI IBI RANTING KOTA PAMEKASAN

DAFTAR PUSTAKA. Penyusunan Model-model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: Bumi. Peningkatan Kualitas Pelayanan Masyarakat di Kota Surakarta.

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

Oleh : Aji Tri Utomo, Aufarul Marom. Universitas Diponegoro

Andyana Frida Febiani 1

BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah dan dikelola oleh pemerintah. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini

Oleh : Rista Dewi Putriana, Hartuti Purnaweni

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdaulat dimana wilayahnya

IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SMP NEGERI 2 SEMARANG. Oleh: Ines Delaney Natasha, Aufarul Marom, Dewi Rostyaningsih

Tri Isawati. Fakultas Ekonomi. Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Tri Isawati, H. Eddy Soegiarto K, Titin Ruliana.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN PERORANGAN

Oleh : Nurul Fauziah, Kismartini

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah perubahan dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan

ANALISIS PAJAK REKLAME DI KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

ARTIKEL. Hubungan Motivasi dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai BKKBN Provinsi Jawa Tengah

MACHDANIYATUL AZIZAH B

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena Reformasi Birokrasi yang bergulir menuntut perubahan dalam

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. PIPPK di Kecamatan Panyileukan, dapat kita analisa melalui teori implementasi

Hubungan Kemampuan Pegawai dan Motivasi Pegawai Terhadap. Efektivitas Kerja Pegawai Dalam Rangka Peningkatan Pajak Bumi

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.

EVALUASI DAMPAK PERA NOMOR 7 TAHUN 2010 KOTA TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA SEMARANG

IMPLEMENTASI PROGRAM REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN MELALUI KEGIATAN HUTAN RAKYAT DI DESA KALISIDI KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG

BAB IV PEMBAHASAN. Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang terdiri dari : dapat dipaksakan untuk keperluan APBD.

BAB I PENDAHULUAN. wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali. Secara langsung, yang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari wajib pajak yang berdasarkan peraturan perundangan mempunyai. kewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

ANALISIS PENGARUH RETRIBUSI PARKIR KENDARAAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA SURAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

Implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 tahun 2009 tentang Perizinan Mendirikan Bangunan di Kota Semarang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kinerja Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Timur

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga keuntungan selisih nilai tukar rupiah

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM RASKIN ( Beras Rakyat. karena kemiskinan menyebabkan terjadinya kerentanan, ketidakberdayaan,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakat bersama-sama mengelola sumber daya yang. perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL KATEGORI RUMAH KOS DI KOTA MALANG

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

KONTRIBUSI PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN KOTA SAWAHLUNTO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESADARAN WAJIB PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI SURAKARTA. P a r d i STIE AUB Surakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KAWASAN TANPA ROKOK DI PUSKESMAS PANDANARAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

Yusup Hermawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Garut Abstrak

PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK RESTORAN DI KABUPATEN SLEMAN. Stefani Gita Cakti. Erly Suandy

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sumber daya dan potensi yang ada di daerah harus dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

PENGARUH DISIPLIN KERJA PEGAWAI TERHADAP PELAYANAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PASAR BAYONGBONG KABUPATEN GARUT

DAFTAR PUSTAKA. Indiahono, Dwiyanto Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis. Gava Media Yogyakarta: Gava Media.

Disusun oleh: B

PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN KOMPENSASI NON FINANSIAL TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN

BAB III METODE PENELITIAN

TESIS. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Magister. Program Studi Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Tata Negara.

Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah, otonomi daerah, pajak daerah, retribusi daerah, UU No. 32 Tahun 2004

ANALISIS POTENSI SUBJEK PAJAK DAN KONTRIBUSI PAJAK ATAS PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH DI KOTA BATU

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PEGAWAI PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. misi pembangunan Kabupaten Natuna Tahun , sebagai upaya yang

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

Riska Nurnafajrin 1 ; Ikeu Kania 2. Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Universitas Garut

KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN CIREBON. Dwi Fitriana Santy, Margareta Suryaningsih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,

PENTINGNYA FAKTOR KOMUNIKASI DALAM PROGRAM KARTU JAKARTA PINTAR (KJP) PADA SEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DI KOTA ADMINISTRASI JAKARA TIMUR

PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK HIBURAN DINAS PENDAPATAN KOTA DENPASAR DAN KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

Analisis Efektivitas Penerimaan Jasa Timbang Pada Jembatan Timbang Dan Kontribusinya Terhadap PAD Kabupaten Sumbawa Barat Pada Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL (PMU) DI KOTA SEMARANG. (Kajian Permendikbud No 80 Tahun 2013 Tentang PMU)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis

Transkripsi:

IMPLEMENTASI PERDA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DI KOTA SEMARANG Oleh: Rahmat Tri Febriyanto, Ari Subowo Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269 Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405 Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email: fisip@undip.ac.id ABSTRAK Pajak reklame adalah pungutan daerah yaitu kab/kota atas penyelenggaraan reklame. Diselenggarakannya Pajak Reklame bertujuan untuk membantu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah guna melaksanakan pembangunan dan mengurus rumah tangga daerahnya sendiri. Pada kenyataanya dalam pelaksanaannya implementasi kebijakan ini belum sepenuhnya dapat mendatangkan hasil sesuai dengan target yang ditentukan. Fokus dalam penelitian ini adalah pada Implementasi Perda No.6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame di Kota Semarang sebagai lokus penelitian. Penelitian ini menggunakan teori implementasi yang dikemukakan oleh Geroge Edward III dan teori Meter dan Horn serta teori dari Grindle. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian Eksplanatory yaitu mengkaji pengaruh antar variabel disertai pengujian hipotesis. Unit analisisnya adalah para petugas aparat pelaksana kebijakan implementasi Perda Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame yang terkait (Pegawai bidang pajak daerah). Sampel yang representatif digunakan teknik Proporsional Random Sampling dengan mengambil 30 responden. Pengujian statistik untuk mengukur ketepatan instrumen pertanyaan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. pengujian hipotesis menggunakan rumus Koefisien Korelasi Rank Kendall dengan Uji Signifikansi r dengan metode SPSS dan Koefisien Determinasi. Hasil penelitian membuktikan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara sikap dengan implementasi Perda No.6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame dengan besarnya nilai hubungan 11,4%. Ada hubungan positif dan signifikan antara komunikasi dengan implementasi Perda No.6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame dengan besarnya nilai hubungan 16,4%. Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Kata kunci : Pajak Reklame, Pajak Derah, Pendapatan Asli Daerah, Kota Semarang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembiayaan pembangunan Negara semakin meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, negara harus mampu menggali sumber-sumber penerimaan dana yang harus ditingkatkan lagi. Pembiayaan pembangunan ditingkat pemerintahan pusat dan ditingkat pemerintahan daerah tentu berbeda. Masalah yang terjadi adalah, pemerintah daerah sering mengalami ketergantungan pembiayaan pembangunan oleh pemerintah pusat. Oleh karena itu, dibuatlah UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai wujud realisasi pemberdayaan daerah. Dengan adanya UU ini, pemerintah dituntut untuk dapat mengelola segala urusan keuangan daerah termasuk menggali sumber-sumber penerimaan daerah. Salah satu komponen pendapatan asli daerah yang mempunyai kontribusi dan potensi terbesar di Kota Semarang adalah pajak daerah. Berdasarkan data dari Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang pajak daerah yang di peroleh Kota Semarang pada periode tahun 2014 mencapai Rp 791.509.586.089 sementara PAD Kota Semarang yaitu Rp 893.165.229.713, artinya pajak daerah berhasil menyumbangkan 88% dari total PAD Kota Semarang tahun 2014. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan yang dapat dikembangkan berdasarkan peraturanperaturan pajak yang diterapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah tersebut (Sofian, 1997:12). Secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh Negara (Pemerintah) berdasarkan Undang-Undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontraprestasi / balas jasa) secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran. Beberapa macam pajak yang dipungut oleh Pemerintah Kota Semarang diantaranya yaitu pajak reklame, pajak restoran dan pajak hotel, pajak hiburan, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian golongan C, pajak permanfaatan air bawah tanah dan air permukaan dan pajak parkir. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah semakin mempertegas jika pajak juga menjadi pemasukan bagi kas daerah dimana setiap daerah memiliki hak untuk mengelola keuangannya sendiri sehingga

bisa memperoleh pendapatan asli daerah dari berbagai pajak yang memang kasnya diperuntukan bagi pemasukan daerah. Kota Semarang sebagai kota pusat pemerintahan dan sekaligus sebagai kota industri maka prospek pajak reklame cukup potensial untuk saat ini dan waktu yang akan datang. Dalam ilmu marketing ada bauran pemasaran yang dipakai sebagai instrumen kebijakan perusahaan. Salah satu bauran pemasaran tersebut adalah promosi yang terdiri antara lain iklan, reklame dan promosi penjualan. Oleh karena itu obyek pajak reklame akan tumbuh seiring dengan pertumbuhan perusahaan atau industri. Fenomena yang terjadi dilapangan terkait variabel sikap yang penulis temukan, banyaknya penyelenggara reklame yang memberikan wewenang kepada biro reklame sebagai wajib pajak menjadi indikasi bahwa sistem atau mekanisme yang berlaku menyulitkan penyelenggara reklame. Penggunaan jasa biro selaku wajib pajak secara resmi dilegalkan pada Perda No.6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame, padahal masalah dilapangan yang sering ditemukan aparat adalah kurangnya kedisiplinan biro dalam pembayaran dan penyelenggaraan reklame. aparat DPKAD Kota Semarang belum berani mengambil resiko dengan mengapus perizinan biro selaku wajib pajak dan aparat belum memiliki sikap kognisi dalam hal ini pengetahuan dan pemahaman untuk membuat birokrasi yang lebih efektif yang diinginkan penyelenggara reklame sehingga mudah diterapkan prosedurnya. Pembongkaran bagi reklame liar dan pemberian bunga sebanyak 2% bagi wajib pajak yang menunda pembayaran pajaknya dinilai belum memberikan efek jera bagi wajib pajak, Selama ini belum ada sikap penegakan disiplin yang lebih tegas dari pihak DPKAD untuk menindak kebijakan tersebut Fenomena yang terjadi di lapangan terkait variabel komunikasi yang penulis temukan, proses ketidakjelasan informasi yang di sampaikan oleh pelaksana kebijakan terhadap kelompok sasaran atau wajib pajak menjadi halangan dalam penerapan implementasi Perda No.6 Tahun 2011 tentang pajak reklame hal ini dipengaruhi oleh intensitas komunikasi melalui penyuluhan atau sosialisasi yang diadakan oleh pelaksana pada kelompok sasaran masih tergolong jarang dilakukan. Penyelenggaraan sosialisasi yang intensif diharapkan akan menciptakan komunikasi yang dialogis antara aparat dengan kelompok sasaran, sehingga aparat akan mengetahui proses atau mekanisme seperti apa yang di inginkan oleh wajib pajak.

Walikota dalam menyampaikan informasi tersebut jarang dilakukan, hanya jika ada kesempatan tertentu hal itu dilakukan. Tidak ada waktu khusus yang sengaja dilakukan untuk mendiskusikan hal tersebut. Dengan melihat keadaan yang terjadi di lokasi penelitian, maka peneliti memilih fokus penelitian tentang implementasi Perda No.6 Tahun 2011 Tentang Pajak reklame dengan lokus penelitian di Semarang. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: a. Apakah ada hubungan antara sikap aparatur dengan implementasi Perda Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame di Kota Semarang? b. Apakah ada hubungan antara komunikasi aparatur dengan implementasi Perda Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame di Kota Semarang? c. Apakah ada hubungan yang signifikan antara sikap dan komunikasi aparatur dengan implementasi Perda Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame di Kota Semarang? C. Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan pastinya memiliki tujuan tersendiri yang hendak dicapai begitu pula penelitian ini yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk. a. Mengetahui hubungan antara variabel sikap aparatur dengan implementasi Perda Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame. b. Mengetahui hubungan antara variabel komunikasi aparatur dengan implementasi Perda Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame. c. Mengetahui hubungan antara variabel sikap dan komunikasi aparatur dengan implementasi Perda Nomer 6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame. D. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah administrasi publik, kebijakan publik dan implementasi kebijakan publik. Administrasi publik menurut Felix A. Nigro dan Llioyd Nigro (dalam Syafiie, 2006:9) berpendapat mengenai Administrasi Publik yaitu sebagai berikut: 1. Administrasi Publik adalah suatu kerjasama kelompok dalam lingkungan pemerintahan.

2. Administrasi Publik meliputi tiga cabang pemerintahan: eksekutif, legislatif dan yudikatif serta hubungan antara mereka. 3. Administrasi Publik mempunyai peran penting dalam perumusan kebijakasanaan pemerintah dan karenanya merupakan sebagian dari proses politik. 4. Administrasi Publik sangat erat berkaitan dengan berbagai macam kelompok swasta dan perorangan dalam menyajikan pelayanan kepada masyarakat. 5. Administrasi Publik dalam beberapa hal berbeda pada penempatan pengertian dengan administrasi perorangan. Definisi dari beberapa ahli diatas maka penulis menyimpulkan bahwa administrasi publik merupakan ilmu yang mempelajari proses kerjasama yang dilakukan oleh kelompok dalam lingkungan pemerintahan ditujukan pada pelayanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakatnya guna mencapai suatu tujuan untuk kepentingan bersama. Chandler dan Plano (dalam Hakim, 2011:24) menyatakan bahwa kebijakan publik merupakan pemanfaatan strategis terhadap sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Menurutnya, kebijakan publik merupakan bentuk intervensi negarauntuk mrlindungi kepentingan masyarakat (kelompok) yang kurang beruntung. Dari definisi Chandler dan Plano, kebijakan publik masuk dalam lapis pemaknaan kebijakan publik kemudian ada pada ranah sumber daya berupa sistem dalam masyarakatnya sehingga kebijakan publik akan menghasilkan output yang berfungfi mensinergikan kebijakan tesebut. Implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai kepentingan. Untuk melukiskan kerumitan dalam proses implementasi tersebut dapat dilihat pada pernyataan yang dikemukakan oleh seorang ahli studi kebijakan Eugene Bardach dalam Agustino (2006:138), yaitu: adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yang kelihatannya bagus di atas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya dalam kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya mengenakan bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang

disposisi Struktur birokrasi mendengarkannya. Dan lebih sulit lagi untuk melaksanakannya dalam bentuk cara yang memuaskan semua orang termasuk mereka anggap klien. Ilmuan penganut aliran top down salah satunya adalah George C. Edward III. Model Implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh George C. Edward III yang menamakan model implementasi kebijakan pubiknya dengan Direct and Indirect Impact On Implementation dalam Agustino (2006 : 149 ) dimana terdapat empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan yaitu : (1) Komunikasi, (2) Sumberdaya, (3) Disposisi, (4) Struktur Birokrasi. Gambaran Implementasi kebijakan menurut George C. Edward III merupakan salah satu model daripada implementasi kebijakan secara lebih rinci dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Sumber daya disposisi Implementasi Variabel pertama yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan, menurut George C. Eward III, adalah komunikasi. Komunikasi, menurutnya lebih lanjut, sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat berjalan bila komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan kebijakan dan peraturan implementasi harus ditransmisikan (atau dikomunikasikan) kepada bagian personalia yang tepat. Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikan pun harus tepat, akurat, dan konsisten. Komunikasi (atau pentransmisian informasi) diperlukan agar para pembuat keputusan di dan para implementor akan semakin konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan dalam masyarakat. Variabel atau faktor kedua yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan adalah sumberdaya. Sumberdaya merupakan hal penting lainnya, menurut George C. Edward III dalam Agustino (2006 : 151) dalam mengimplementasikan kebijakan. Indikator sumber-sumberdaya terdiri dari beberapa elemen, yaitu staff, informasi, wewenang dan fasilitas. Variabel ketiga yang mempengaruhi tingkat keberhasilan implementasi kebijakan

publik, bagi George C. Edwards III, adalah disposisi. Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor penting ketiga dalam pendekatan mengenai pelaksanaan suatu kebijakan publik. Jika pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya, sehingga dalam praktiknya tidak terjadi bias. Variabel keempat, menurut Edward III, yang mempengaruhi tingkat keberhasilan implementasi kebijakan publik adalah struktur birokrasi. Walaupun sumbersumber untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia, atau para pelaksana kebijakan mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi. Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan menyebagiankan sumberdaya-sumberdaya menjadi tidak efektif dan menghambat jalannya kebijakan. E. Metode Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe Penelitian eksplanatori atau penjelasan, yaitu penelitian yang tipe penelitian ini menyoroti hubungan antara variabel penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya. Populasinya adalah seluruh pegawai di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang. Pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan teknik random sampling yaitu dimana semua individu diberi kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel. Dalam penelitian ini Penulis menggunakan skala pengukuran administrasi yaitu skala ordinal karena melakukan ukuran yang berbentuk peringkat, variabel-variabel yang akan diukur dijabarkan dengan indikator variabel kemudian sebagai acuan pembuatan pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner, yang jawabannya diurutkan sesuai kategori dari yang berbobot rendah hingga tinggi, data yang diperoleh dari responden dikodekan yang kemudian diberikan skor. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisasi data kuantitatif. Kemudian dalam menguji hipotesis yang telah di buat dalam penelitian ini dilakukan pengujian hipotesis

berdasarkan skala atau data ordinal, lalu menggunakan rumus koefisien korelasi rank kendall dan koefisien konkordansi kendall. HASIL PENELITIAN 1. Sebagian besar responden memiliki implementasi kebijakan yang baik, yaitu sebesar 76,7% (23 orang), bahkan terdapat sejumlah 10% (3 orang) responden lainnya tergolong memiliki implementasi kebijakan yang kurang baik. Terkahir terdapat 13,3% (4 orang) responden yng termasuk memiliki tingkat implementasi kebijakan yang sangat baik. 2. Sebagian besar responden memiliki sikap yang sangat baik, yaitu sebesar 66.7% (20 orang), akan tetapi terdapat sejumlah 10% (3 orang) responden lainnya tergolong memiliki sikap yang kurang baik. Terakhir terdapat 23,3% (7 orang) responden yang termasuk memiliki sikap yang baik. 3. sebagian besar responden memiliki komunikasi yang sangat baik, yaitu sebesar 46,7% (14 orang), akan tetapi terdapat sejumlah 10% (3 orang) responden lainnya tergolong memiliki komunikasi yang rendah atau buruk. Terkahir terdapat 43,3% (13 orang) responden yang termasuk memiliki komunikasi yang sedang atau belum baik. Hasil Uji Rank Kendall berdasarkan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Memperlihatkan koefisien korelasi antara variabel sikap (X 1 ) dengan variabel implementasi Perda No.6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame (Y) yaitu: H 0 ditolak karena nilai r-hitung (0.338) > r- tabel (0.255) atau Sig. (0.016) < α (0.05). Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel sikap (X 1 ) dengan variabel implementasi Perda No.6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame (Y). Sementara koefisien korelasi antara variabel komunikasi (X 2 ) dengan variabel implementasi Perda No.6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame (Y) yaitu: H 0 ditolak karena nilai r-hitung (0.405) > r-tabel (0.255) atau Sig. (0.004) < α (0.05). Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel komunikasi (X 2 ) dengan variabel implementasi Perda No.6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame (Y). Hasil perhitungan diperoleh hasil konkordansi sebesar 0,832 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa ketiga variabel tersebut terdapat hubungan. Untuk menguji

signifikansi Koefisien Konkordansi Kendall (W) dapat dilihat dari nilai Chi-Square sebesar 49,897. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Tahap analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dijelaskan mengenai hubungan sikap dan komunikasi terhadap Implementasi Perda No.6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame di Kota Semarang, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel Implementasi Perda No.6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame (Y) oleh Dinas Pengelolan Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang dapat dikategorikan baik dapat dilihat dari hasil rata-rata rekapitulasi variabel Implementasi Perda No.6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame sebesar 2,91 yang berada pada interval 2,51 3,25. Sebanyak 76,7% pegawai menyatakan bahwa kinerja pegawai baik, sebanyak 13,3% pegawai menyatakan kinerja pegawai sangat baik, sebanyak 10% pegawai menyatakan kinerja pegawai dianggap kurang baik, dan sisanya 0% pegawai menyatakan tidak baik. 2. Variabel Sikap (X1) oleh Dinas Pengelolan Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang dapat dikategorikan baik dapat dilihat dari hasil rata-rata rekapitulasi variabel sikap sebesar 3,18 yang berada pada interval 2,51 3,25. Sebanyak 66,7% pegawai menyatakan bahwa sikap yang sangat baik, jawaban pegawai menyatakan baik sebanyak 23,3%, jawaban pegawai menyatakan kurang baik sebanyak 10%, dan sisanya 0% menyatakan tidak baik. Hasil perhitungan statistik dengan bantuan program SPSS memperlihatkan variabel sikap (X1) dengan implementasi Perda No.6 Tahun 2011 terdapat hubungan positif yang signifikan. Hal ini dibuktikan dari uji signifikansi Rank Kendall 5% bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara variabel sikap (X1) terhadap variabel Implementasi Perda No.6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame (Y) sehingga hipotesis diterima. Sedangkan Koefisien Determinasi (KD) sebesar r-hitung 2 x 100% = 0,338 2 x 100% = 11,4% dan sisanya sebesar 88,6% dipengaruhi oleh variabel lain. 3. Variabel Komunikasi (X2) oleh Dinas Pengelolan Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang dapat dikategorikan baik dapat dilihat dilihat dari hasil rata-rata rekapitulasi variabel komunikasi sebesar 3,15 yang berada pada interval 2,51

3,25. Sebanyak 46,7% pegawai menyatakan bahwa komunikasi sangat baik, jawaban pegawai menyatakan baik sebanyak 43,3%, jawaban pegawai menyatakan kurang baik sebanyak 10%, dan sisanya 0% menyatakan tidak baik. Hasil perhitungan statistik dengan bantuan program SPSS memperlihatkan variabel komunikasi (X2) dengan implementasi Perda No.6 Tahun 2011 terdapat hubungan positif yang signifikan. Hal ini dibuktikan dari uji signifikansi Rank Kendall 5% bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara variabel komunikasi (X2) terhadap variabel Implementasi Perda No.6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame (Y) sehingga hipotesis diterima. Sedangkan Koefisien Determinasi (KD) sebesar r-hitung 2 x 100% = 0,405 2 x 100% = 16,4% dan sisanya sebesar 83,6% dipengaruhi oleh variabel lain. 4. Variabel Sikap (X 1 ) dan Variabel Komunikasi (X 2 ) secara bersamaan terdapat hubungan positif antara keduanya terhadap Implementasi Perda No.6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame (Y) sebesar 0,405 dengan koefisien determinasi sebesar 69,2%. 5. Implementasi kebijakan pajak reklame di Kota Semarang tergolong baik, hal tersebut dapat dibuktikan berdasarkan tingginya kompetensi aparat DPKAD Kota Semarang yang merasa sudah pengalaman dalam melaksanakan penertiban, mengatur penyelenggaraan reklame dan melakukan pemungutan pajak reklame sesuai dengan Perda No. 6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame. 6. Sikap aparat terhadap kebijakan pajak reklame tergolong baik, hal tersebut dapat dibuktikan berdasarkan kemampuan aparat DPKAD Kota Semarang yang sudah mengerti prosedur pajak reklame bila terdapat wajib pajak yang melapor dan mengurus mekanisme pajak reklame, selain itu wajib pajak juga menunjukan sikap percaya bahwa Perda No. 6 Tahun 2011 dapat memberikan kepastian hukum dan menunjukan sikap setuju dengan segala ketentuan yang terdapat pada Perda No. 6 Tahun 2011. 7. Komunikasi aparat terhadap kebijakan pajak reklame tergolong efektif, hal tersebut dapat dibuktikan berdasarkan ketersediaan sarana penyebaran informasi yang memadai sehingga wajib pajak lancar dalam menerima setiap informasi yang terbaru mengenai prosedur pajak reklame secara lengkap dan jelas, selain itu tingkat pemahaman

aparat kebijakan terhadap informasi yang diperintahkan oleh atasan mengenai pelaksanaan Perda No. 6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame sudah berjalan baik. Saran Saran yang bisa penulis berikan berkaitan dengan temuan-temuan yang diperoleh dari hasil penelitian dan adanya beberapa hambatan dalam Implementasi Perda No.6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame, berikut disajikan saran-saran dengan harapan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait. Adapun saransaran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kinerja pegawai di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang perlu ditingkatkan dengan cara melaksanakan diklat yang lebih intensif, karena berdasarkan hasil penelitian tingkat intensitas pengadaan diklat di DPKAD Kota Semarang masih dalam kategori jarang. Pengadaan diklat yang lebih intensif diharapkan dapat merubah pegawai menjadi lebih kompeten untuk menghadapi perubahan yang terjadi di lingkungan kerjanya. Sehubungan dengan seringnya kendala yang dihadapi aparat dan tingginya tingkat kesulitan dalam menghadapi kendala tersebut, serta meningkatnya jumlah wajib pajak reklame setiap tahun yang mengakibatkan pekerjaan aparat kebijakan semakin kompleks. 2. Sikap wajib pajak reklame yang sudah memiliki pengetahuan cukup akan sanksi keterlambatan tidak dibarengi oleh sikap yang sesuai dari wajib pajak yang taat terhadap peraturan. Hal ini dapat dibuktikan dari masih banyaknnya kasus keterlambatan atau kelalaian wajib pajak dalam membayar pajak reklame. Sikap seperti ini perlu diperbaiki, DPKAD Kota Semarang perlu memberikan penghargaan (reward) kepada wajib pajak yang berprestasi dalam pembayaran pajaknya dengan maksud sebagai stimulus agar para wajib pajak berlomba-lomba untuk tertib dalam membayar pajak reklame. 3. Pada praktiknya berdasarkan hasil penelitian, penyuluhan atau sosialisasi yang dilakukan aparat DPKAD Kota Semarang kepada wajib pajak hanya dilakukan sekali dalam kurun waktu satu bulan. Hal ini menurut pendapat penulis masih tergolong jarang. Kurangnya penyuluhan yang dilakukan aparat diduga karena belum adanya insentif khusus yang diberikan bagi aparat pelaksana kebijakan sehingga hal

tersebut dilakukan atas dasar tanggung jawab pegawai. Dengan adanya insentif khusus diharapkan akan memberikan motivasi dan gairah kerja lebih kepada aparat DPKAD Kota Semarang untuk memberikan penyuluhan yang lebih intensif kepada wajib pajak. Hal ini bertujuan agar wajib pajak lebih memahami arti penting membayar pajak, khususnya pajak reklame. DAFTAR PUSTAKA Agustino, Leo. (2014). Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta Creswell, John W. (2013). Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Dunn, William N. (2000). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Indiahono, Dwiyanto. (2009). Kebijakan Publik : Berbasis Dynamic Policy Analisys. Yogyakarta :Gava Media Jones, Charles O. (1996). Pengantar Kebijakan Publik, PT. Raja Grafindo Persada. Mardiasmo, (2008), Perpajakan Edisi Revisi. Yoyakarta: CV Andi Offset. Nugroho, Dr. Riant. (2013). Metode Penelitian Kebijakan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Pasolong, Harbani. (2011). Teori Administrasi Publik.Bandung : Alfabeta Purwanto, Erwan Agus. Sulistyastuti, Dyah Ratih. (2012). Implementasi Kebijakan Publik : Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta : Gava Media Subarsono, Drs. AG. (2012). Analisis Kebijakan Publik : Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Syafiie, Inu Kencana. (2006). Ilmu Administrasi Publik.Jakarta : Rineka Cipta Wahab, Dr. Solichin Abdul. (2008).Analisis Kebijaksanaan : Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Bumi Aksara. Wibawa, Samodra. (1994). Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Winarno, Prof. Drs. Budi. (2012). Kebijakan Publik : Teori, Proses dan Studi Kasus. Yogyakarta : C A P S Marihot P, Siahan. (2008). Pajak Daerah & Restribusi Daerah. Jakarta: Rajawali Pers.