PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM, Menimbang: bahwa untuk melindungi masyarakat terhadap rabies diperlukan ketentuan yang mengatur pencegahan dan pemberantasannya dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 25); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209 ); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara No 3495 ) ; 4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3738); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular ( Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447 ); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 1
8. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan PerUndang-Undangan, Bentuk Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah Dan Rancangan Keputusan Presiden ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70 ). Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN AGAM MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Agam. 2. Bupati adalah Bupati Agam. 3. Camat adalah Kepala Kecamatan. 4. Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat dalam Kabupaten Agam yang terdiri dari himpunan beberapa suku di Minangkabau yang mempunyai batas wilayah dan batas-batas tertentu dan mempunyai harta kekayaan sendiri, berwenang mengurus rumah tangganya dan memilih pimpinan pemerintahannya. 5. Rabies adalah penyakit gila anjing yang disebabkan oleh virus rabies. 6. Vaksinasi adalah penyuntikan atau pemasukan suatu zat anti gen ke dalam tubuh untuk memperoleh daya kebal terhadap suatu penyakit. 7. Serum adalah penyuntikan atau pemasukan suatu zat anti bodi ke dalam tubuh yang dapat melindungi tubuh dari penyakit. 8. Eliminasi adalah pemusnahan hewan pembawa rabies yang dilakukan dengan cara peracunan dan pembunuhan. 9. Hewan Pembawa Rabies adalah hewan yang dapat menularkan rabies meliputi anjing, kucing dan kera. 10. Hewan Tersangka Rabies adalah hewan pembawa rabies yang menggigit atau menjilat orang atau hewan lain. 2
11. Hewan Penular Rabies adalah hewan yang teridentifikasi menderita rabies. BAB II TUGAS DAN WEWENANG Pasal 2 (1) Kepala Perangkat Daerah yang bertanggungjawab dibidang peternakan mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kegiatan pencegahan dan pemberantasan rabies dengan perangkat daerah dan instansi lain yang terkait. (2) Camat beserta perangkatnya menggerakkan keikutsertaan seluruh lapisan masyarakat dan lembaga-lembaga kemasyarakatan di daerahnya. (3) Pemerintah Nagari melaksanakan pendataan populasi hewan pembawa rabies dan membantu pelaksanaan vaksinasi serta melaksanakan eliminasi. BAB III PEMELIHARAAN HEWAN Pasal 3 (1) Setiap hewan pembawa rabies wajib dipelihara oleh pemiliknya yang bertanggungjawab terhadap kondisi hewan tersebut. (2) Anjing dan kera harus dikandangkan dan diikat dengan tali atau rantai, dengan panjang maksimal 2 (dua) meter. Pasal 4 (1) Setiap hewan pembawa rabies yang dipelihara harus dilakukan vaksinasi anti rabies setiap tahun. (2) Biaya dalam pelaksanaan vaksinasi rabies merupakan beban dan tanggung jawab pemilik hewan. BAB IV PENANGANAN TERHADAP KORBAN HEWAN TERSANGKA RABIES Pasal 5 (1) Orang yang digigit atau dijilat oleh hewan pembawa rabies untuk mendapatkan pertolongan pertama harus segera dibawa ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat dan selanjutnya segera melaporkan diri ke petugas kesehatan hewan. 3
(2) Setiap orang yang diketahui terkena rabies harus segera dilaporkan kepada petugas kesehatan terdekat untuk penanganan selanjutnya. (3) Hewan yang digigit atau dijilat hewan tersangka rabies segera dibawa kepada petugas kesehatan hewan. (4) Apabila berdasarkan pemeriksaan klinis atau laboratorium hewan tersangka rabies ternyata menderita rabies, maka orang atau hewan yang digigit atau dijilat harus diberi pengobatan khusus. (5) Apabila hewan tersangka rabies tidak dapat ditangkap atau tidak dapat diobservasi atau spesimen tidak dapat diperiksa karena rusak, maka korban segera diberi vaksin atau serum anti rabies (6) Biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan korban menjadi tanggungan pemilik hewan tersangka rabies. BAB V TINDAKAN TERHADAP HEWAN PEMBAWA RABIES Pasal 6 (1) Apabila hewan pembawa rabies mengigit atau menjilat orang atau hewan lain, maka pemilik atau orang yang mengetahui kejadian itu, wajib melaporkan kepada Wali Nagari atau Perangkat Nagari dan Petugas kesehatan hewan. (2) Terhadap hewan yang menggigit atau menjilat sebagaimana dimaksud ayat (1) harus dilakukan observasi oleh petugas kesehatan hewan atau masyarakat. (3) Apabila hewan yang menggigit atau menjilat sebagaimana dimaksud ayat (1) ditemukan dalam keadaan mati, pemilik atau masyarakat wajib membawa kepala hewan tersebut kepada petugas kesehatan hewan. (4) Petugas Kesehatan Hewan wajib mengirim spesimen otak ke laboratorium. (5) Biaya yang dibutuhkan untuk pemeriksaan laboratorium ditanggung oleh pemilik hewan. BAB VI ELIMINASI Pasal 7 (1) Setiap orang berhak membunuh anjing dan kera yang berkeliaran. 4
(2) Hewan yang dibunuh karena sebab sebagaimana dimaksud ayat (1), pemiliknya tidak dapat mempermasalahkan dan menuntut apapun. Pasal 8 Hewan Pembawa rabies yang tidak dibutuhkan lagi, segera dimusnahkan oleh pemilik hewan tersebut. Pasal 9 Hewan pembawa rabies dan hewan penular rabies yang mati harus secepatnya dikuburkan. BAB VII SANKSI PIDANA Pasal 10 (1) Barang siapa yang melanggar ketentuan Pasal 3, Pasal 4 ayat (1), Pasal 5 ayat (6) dan Pasal 6 ayat (5) diancam pidana kurungan paling lama 3 ( tiga ) bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- ( lima juta rupiah ). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah tindak pidana pelanggaran. BAB VIII PENYIDIKAN Pasal 11 (1) Selain Pejabat Penyidik Umum yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus sebagai Penyidik. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah: a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana pelanggaran; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal dari tersangka; d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat; 5
e. Mengambil sidik jari dan memotret tersangka; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan orang ahli dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan meruakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganaya; i. Melakukan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. j. Menghentikan penyidikan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) membuat berita acara setiap tindakan tentang: a. Pemeriksaan tersangka; b. Pemasukan rumah; c. Penyitaan benda; d. Pemeriksaan surat; e. Pemeriksaan saksi; f. Pemeriksaan ditempat kejadian. (4) Berita Acara sebagaimana dimaksud ayat (3) dikirimkan tembusannya kepada Kejaksaaan Negeri. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. 6
Pasal 13 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Agam. Ditetapkan di Lubuk Basung pada tanggal 24 Desember 2003 BUPATI AGAM, ARISTO MUNANDAR Diundangkan di Lubuk Basung pada tanggal 24 Desember 2003 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN AGAM, Drs. MUCHSIS MALIK. NIP. 010081886. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN AGAM TAHUN 2003 NOMOR 32 7
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES A. UMUM Rabies atau penyakit gila anjing adalah penyakit menular akut dari susunan saraf pusat yang disebabkan oleh inveksi virus rabies. Sumber penularan gila anjing adalah anjing, kucing dan kera. Pada hewan berdarah panas dan manusia, penyakit ini membawa akibat pada kematian. Di Kabupaten Agam sebagaimana diketahui, bahwa setiap tahun terjadi kasus rabies yang sangat meresahkan masyarakat dan dapat menimbulkan kematian pada manusia. Hampir setiap rumah dalam Kabupaten Agam mempunyai anjing dan sebagian kecil memelihara kucing dan kera. Pada umumnya peliharaan tersebut tidak diikat/dirantai. Untuk melindungi dan menjaga ketenteraman masyarakat perlu adanya pengaturan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Agam serta koordinasi oleh instansi yang terkait. B. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 Angka 2 Angka 3 Angka 4 Angka 5 8
Angka 6 Angka 7 Angka 8 Angka 9. Angka 10 Angka 11 Pasal 2 Ayat (3) Pasal 3 Pasal 4 9
Pasal 5 Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Vaksin diberikan kepada korban apabila lokasi gigitan atau jilatan di daerah yang jauh dari saraf sentral ( kepala ). Serum diberikan kepada korban apabila lokasi gigitan atau jilatan berada di daerah dekat saraf sentral, yaitu bahu sampai kepala. Ayat (6) Apabila berdasarkan bukti-bukti faktual pemilik hewan tidak mampu menanggung biaya atau pemilik hewan tidak diketahui, biaya pengobatan menjadi tanggungan korban. Apabila berdasarkan bukti-bukti faktual ternyata korban juga tidak mampu menanggung biaya, maka biaya ditanggung oleh Pemerintah Daerah. Pasal 6 Dalam hal hewan pembawa rabies menjilat orang atau hewan lain, kewajiban menyampaikan laporan segera dilakukan apabila yang dijilat bagian tubuh yang luka. Ayat (3) Ayat (4) 10
Ayat (5) Apabila berdasarkan bukti-bukti faktual pemilik hewan tidak mampu menanggung biaya pemeriksaan laboratorium atau pemilik hewan tidak diketahui, biaya pemeriksaan menjadi tanggungan korban. Apabila berdasarkan bukti-bukti faktual ternyata korban juga tidak mampu menanggung biaya pemeriksaan, maka biaya pemeriksaan ditanggung oleh Pemerintah Daerah. Pasal 7 Berkeliaran yang dimaksud adalah hewan yang lepas dari kandang atau berada di luar habitatnya. Pasal 8 Pasal 9 Tindakan penguburan perlu dilakukan sesegera mungkin dengan maksud untuk menghindarkan penyebaran rabies melalui konsumsi bangkai hewan tersebut oleh hewan lain Pasal 10 Pasal 11 Huruf a 11
Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Huruf i Huruf j Ayat (3) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e 12
Huruf f Ayat (4) Pasal 12 Pasal 13 13