PENYELESAIAN KONFLIK DALAM PERSPEKTIF HAM

dokumen-dokumen yang mirip
Pembatasan HAM. Oleh: Johan Avie, S.H.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM

Harkristuti Harkrisnowo KepalaBPSDM Kementerian Hukum & HAM PUSANEV_BPHN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. sistem sosial budaya harus tetap berkepribadian Indonesia.

MENCEGAH DISKRIMINASI DALAM PERATURAN DAERAH

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH

POLRI KONSITITUSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA, BERKEYAKINAN DAN BERIBADAH

BAB IV ANALISIS YURIDIS PERATURAN KAPOLRI NOMOR 1 TAHUN 2009 TERKAIT PENGGUNAAN SENJATA API PADA TUGAS KEPOLISIAN PERSPEKTIF MAS}LAH}AH MURSALAH

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU

2012, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penang

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

perkebunan kelapa sawit di Indonesia

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seperti yang kita ketahui, semua Negara pasti mempunyai peraturanperaturan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

PERSPEKTIF DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PIDANA ALTERNATIF

Konsep Pemidanaan Anak Dalam RKUHP. Purnianti Departemen Kriminologi FISIP Universitas Indonesia

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

c. Menyatakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

PUSANEV_BPHN KEBIJAKAN ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM

PERAN DAN CITRA PERPOLISIAN MASYARAKAT STUDI KASUS DI MASYARAKAT DESA SENTONO KECAMATAN KARANGDOWO KABUPATEN KLATEN 2010

Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN

Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel

PROSEDUR TETAP KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PROTAP/ 1 / X / 2010 TENTANG PENAGGULANGAN ANARKI

MAKALAH PERAN POLISI DALAM PEMBINAAN KEAMANAN SWAKARSA DI WIL DIY. Oleh: Dewi Emiliana Sakti, SH.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi kepolisian yang

Harkristuti Harkrisnowo Direktur Jenderal HAM Kementrian Hukum dan HAM RI

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015. tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH)

2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

HAK ASASI MANUSIA. Pengertian HAM

BAB I PENDAHULUAN. dengan kepolisian negara lainnya, namun secara universal terdapat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan-hubungan, nilai-nilai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MAKALAH. Hukum Hak Asasi Manusia & Hukum Humaniter. Oleh: Dr. Fadillah Agus, S.H., M.H. FRR Law Office FH Unpad

PERAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM DALAM MENJAMIN KEADILAN DAN KEDAMAIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. kemudian hari. Apabila mampu mendidik, merawat dan menjaga dengan baik,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Daerah Syariat Islam dalam Politik Hukum Indonesia

MAKALAH AKSES KE KEADILAN: MENDISKUSIKAN PERAN KOMISI YUDISAL. Oleh: Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu. dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi.

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

: MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

HUKUMAN MATI dari SISI HAK ASASI MANUSIA. Roichatul Aswidah, Jakarta, 18 Agustus 2016

Materi Kuliah HAK ASASI MANUSIA

Tujuan pendirian Negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945:

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

MAKALAH. HAM dan Kebebasan Beragama. Oleh: M. syafi ie, S.H., M.H.

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

PARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA. Dr. H. Kadri, M.Si

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

KEBIJAKAN KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN ISU KEBEBASAN BERAGAMA

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

BAB VII PENUTUP. A. Kesimpulan

Makalah WORKSHOP PENYUSUNAN SILABUS & SAP MATA KULIAH HUKUM HAK ASASI MANUSIA. Aspek Penegakan Hukum HAM di Indonesia

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

I. PENDAHULUAN. prinsip hukum acara pidana yang mengatakan peradilan dilakukan secara

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

POLISI DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh: Suparman Marzuki

SARWIRINI. Seminar Kerjasama Badan Penanggulangan Narkotika Nasional dan Fakultas hukum Universitas Airlangga Surabaya, 24 September 2014

Transkripsi:

SEMINAR DAN WORKSHOP Proses Penanganan Kasus Perkara dengan Perspektif dan Prinsip Nilai HAM untuk Tenaga Pelatih Akademi Kepolisian Semarang Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 7-9 Desember 2016 MAKALAH PENYELESAIAN KONFLIK DALAM PERSPEKTIF HAM Oleh: Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si

PENYELESAIAN KONFLIK DALAM PERSPEKTIF HAM

KONFLIK & PERAN POLISI Konflik adalah pertentangan atau pertikaian, yaitu suatu proses individu atau kelompok ygberusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yg disertai dgn ancaman dan atau kekerasan. Konflik sosial adalah perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan-tuntutan berkenaan dgn status, kuasa, dan sumber-sumber kekayaan yg persediaannya terbatas. Konflik adalah suatu pertentangan mengenai nilai atau tuntutan hak atas kekayaan, kekuasaan, status atau wilayah tempat pihak yg saling berhadapan betujuan menetralkan, merugikan, ataupun menyisihkan lawan mereka. Konflik sosial adalah kondisi yg terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap ada perbedaan posisi yg tdk selaras, tdk cukup sumber, dan/atau tindakan salah satu pihak menghalangi, mencampuri atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak lain kurang berhasil

PERAN POLISI Polisi adalah Lembaga pengendalian sosial sering disebut juga lembaga kontrol sosial (social control). Lembaga ini muncul ditujukan agar pengendalian sosial berjalan efektif. Pada hakikatnya, lembaga pengendalian sosial adalah seluruh upaya yang dilakukan kelompok atau masyarakat untuk mengawasi, mengendalikan, serta menyadarkan anggotanya agar mematuhi norma norma yang berlaku.tujuan dari lembaga pengendalian sosial adalah mewujudkan kedamaian dan ketertiban dalam masyarakat. Sebagai salah satu unsur resmi keamanan negara, kepolisian mempunyai alat untuk melaksanakan perannya sebagai pengendali sosial, yaitu hukum dan kewenangan diskresi. Di Indonesia, kepolisian secara konstitusional ada dalam pasal 30 ayat 4 UUD 1945. Disana tertulis Kepolisian negara republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, bertugas melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat serta menegakkan hukum.

Di dalam tugas-tugas kemasyarakatan itu, Polisi tentu berada dan menjadi bagian dari pelbagai problem sosial yang muncul; menjadi bagian dari perubahan yang terjadi. Karena itu Satjipto Rahardjo mengatakan, untuk menjadi Polisi yang berhasil mengatasi masalah sosial, maka pertama-tama dia menjadi anggota masyarakat terlebih dahulu, dan baru yang kedua menjadi Polisi. Ini artinya kemauan dan kemampuan untuk lebur, mengetahui dan memahami masyarakatnya menjadi tuntutan utama agar wewenang dan tugasnya dalam menegekkan hukum berhasil guna. Karena itu pula, Polisi selalu dituntut mengikuti dan responsive terhadap perubahan yang terjadi, kalau tidak, polisi akan teralinsasi dan terasing dari realitas sosialnya. Terasing atau teralinasi dari realitas akan membuat polisi menjadi ekskelusif, antagonis dan pasti gagal menangkap kebutuhan realitas akan tugas dan peran polisi.

TUGAS & PERAN POLISI Tugas Polisi Secara Universal mencakup: 1. To serve and to protect (melindungi dan melayani) 2. Public servant (sebagai pelayan masyarakat atau melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat). 3. Law enforcement agency/officer (sebagai penegak hukum/penyidik). 4. Peace keeping official (sebagai penjaga perdamaian/juru damai) Menurut UU no 2 tahun 2002 tentang Kepolisian, tugas polisi: memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum; dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

ASAS-ASAS BERTINDAK POLISI 1. ASAS LEGALITAS (tindakan petugas/anggota Polri sesuai dengan prosedur dan hukum yang berlaku,baik didalam perundang-undangan nasional ataupun internasional) 2. ASAS NESESITAS (tindakan petugas/anggota Polri harus didasari oleh suatu kebutuhan untuk mencapai tujuan penegakan hukum yang mengharuskan anggota Polri untuk melakukan suatu tindakan yang membatasi kebebaasan seseorang ketika menghadapi kejadian yang tidak dapat dihindarkan) 3. ASAS PROPORSIONALITAS (Polri dalam bertindak harus seimbang antara tindakan yang dilakukan dengan ancaman yang dihadapi dalam penegakan hukum(asas proposionaltas). Inilah asas penggunaan kekerasan.

Dalam Pasal 3 Code of Conduct for Law enforcement officials (1979) dinyatakan bahwa petugas penegak hukum diperkenankan menggunakan kekerasan sepanjang penggunaan kekerasan tersebut bersifat eksepsional dan bersifat fungsional atau dengan kata lain penggunaan kekerasan merupakan kekecualian yang bersifat tertentu dan penggunaannya yang bersifat: a. Untuk mencegah terjadinya kejahatan. b. Untuk memudahkan serta membantu menangkap/menahan tersangka berdasarkan prosedur yang melangar undangundang. Dalam kongres PBB tentang Prevention of Crime and Treatment offender di Havana, Kuba (1990) telah diadopsi prinsip-prinsip dasar yang memuat ketentuan tentang syarat-syarat penggunaan senjata api, yaitu: a. Petuas penegak hukum dapat menggunakan senjata api untuk membela diri, untuk menghadapi kondisi terbunuh atau luka berat terhadap ancaman fisik pribadi. b. Untuk mencegah atau persiapan khususnya terhadap kejahatan yang membahayakan kehidupan. c. Untuk menangkap seseorang dalam kondisi yang berbahaya dalam melawan kejahatan. d. Untuk mencegah seseorang melarikan diri dan kecuali dalam kondisi yang mendesak untuk mencapai tujuan.

MENUJU MASYARAKAT MADANI Perkembangan sosial politik di Indonesia sejak kemerdekaan 17 Agustus 1945 hingga lahirnya era Reformasi, menunjukkan adanya kecenderungan untuk membangun masyarakat madani atau civil society. Secara politis, konsep civil society dapat membentuk hubungan semetris dan kondusif bagi terciptanya demokrasi, sedangkan secara sosial, civil society membangun keseimbangan kedudukan dan peran orang sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat, atau keseimbangan antara individual participation dan social obligations Salah satu ide penting yang melekat dalam konsep civil society adalah keinginan memperbaiki kualitas hubungan antara masyarakat dengan institusi sosial yang berada pada sektor publik (pemerintah), sektor swasta serta sektor sukarela yaitu lembaga swadaya masyarakat, organisasi keagamaan dan kelompok professional.

Perubahan menuju masyarakat sipil pasti menimbulkan ketegangan-ketegangan/konflik baik vertikal maupun horizontal. Konflik horizontal seringkali terkait dengan tindakan kekerasan (violance). Bahkan dalam perkembangan sosial masyarakat yang mengarah ke demokratisasi seringkali diwarnai dengan berbagai peristiwa anarkis yang justru berangkat dari rendahnya trust masyarakat terhadap pemerintah. Upaya pemerintah menangani konflik dirumuskan dalam UU No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan konflik Sosial. Dalam Pasal 2 UU tersebut disebutkan bahwa penanganan Konflik mencerminkan asas: a. kemanusiaan; b. hak asasi manusia; c. kebangsaan; d. kekeluargaan; e. kebhinneka-tunggalikaan; keadilan; g. kesetaraan gender; h. ketertiban dan kepastian hukum; i. keberlanjutan; j. kearifan lokal; k. tanggung jawab negara; l. partisipatif; m. tidak memihak; dan n. tidak membeda-bedakan.

Pasal 7 Untuk memelihara kondisi damai dalam masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a, setiap orang berkewajiban: a. mengembangkan sikap toleransi dan saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya; b. menghormati perbedaan suku, bahasa, dan adat istiadat orang lain; c. mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya; d. mengakui persamaan derajat serta persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa membedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, dan warna kulit; e. mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar kebhinneka-tunggal-ikaan; dan/atau f. menghargai pendapat dan kebebasan orang lain. Dalam UU ini ditegaskan bahwa penanganan konflik sosial (pencegahan dan penanggulangan) dilakukan oleh semua potensi bangsa, termasuk kekuatan institusi adat.

PERSPEKTIF HAM Hak Asasi Manusia (HAM) adalah nilai da norma kemanusian yang menjadi acuan dalam penyelesaian konflik. HAM dalam konteks ini tidak cukup sekadar diimplementasikan dalam wewenang dan tugas menghentikan konflik, tetapi jauh lebih penting memandang dan menjalankan HAM dalam wewenang dan tugas mencegah, yaitu mencegah potensi-potensi konflik. Potensi-potensi konflik dalam masyarakat kita sangat beragam (faktor ekonomi, sosial, politik, faktor keragaman/kemajemukan, dst). Oleh sebab itu dalam perspektif HAM sangat penting dan mendasar Polisi membangun dan mengembangkan pemahaman dan mempraktikkan dua hal: Pertama, menghadirkan diri Polisi sebagai kekuatan penyelesai persoalan-persoalan masyarakat. Kedua, mengentalkan pemahaman tentang perspektif HAM Ekoson (hak ekonomi, sosial dan budaya sebagai masalah serius di masa depan.

Potensi konflik sekarang dan masa yang akan datang bukan lagi dipicu oleh pengabaian atau pelanggaran hak sipil politik, yang notabene akan menghadapkan individu dengan negara, tetapi oleh pelanggaran atau pengabaian hak kolektif masyarakat, yaitu hak ekonomi, sosial dan budaya. Pelanggaran atau pengabaian terhadap hak atas pekerjaan, hak atas kesehatan, hak atas pendidikan, hak atas penghasilan yang layak, hak atas rasa aman, lingkungan yang sehat, hak untuk mengembangkan adat dan budaya. Inilah yang sekarang dan akan datang memicu banyak konflik horizontal. Disisi inilah dibutuhkan kehadiran Polisi sebagai penyelesai persoalan, dengan tentu saja HADIR sebagai sosok protogonis yang dalam banyak peristiwa konflik sosial dan hukum mengedepankan PERSPEKTIF KEMANUSIAAN ketimbang PERSPEKTIF HUKUM PIDANA.

Pada konteks ini, Polisi tampil sebagai mediator dan negosiator bagi tindakan prevensi guna mengeleminir potensi-potensi konflik yang dipicu oleh pelanggaran hak sosial, ekonomi dan budaya, baik terhadap pemerintah sebagai institusi pemenuhan dan penghormatan HAM, maupun terhadap kekuatan-kekuatan swasta yang memiliki capital. Karena itu (sekali lagi), perspektif HAM adalah cara pandang yang menempatkan problem kemanusian dan problem sosial sebagai dua masalah yang terkait, yang jika dibiarkan akan memicu konflik.

PERSPEKTIF HAM DLM KASUS PIDANA Pergeseran paradigma pemidanaan dan konsep keadilan dalam penegakan hukum pidana di berbagai Negara saat ini ditandai dengan menguatnya dukungan terhadap penerapan konsep restorative justice. Pendekatan prinsip restorative justice (keadilan restoratif) dalam penyelesaian perkara pidana (penal) dianggap sebagai suatu metode baru, meskipun pola-pola yang digunakan sebagian besar telah mengakar dalam nilai-nilai kearifan lokal masyarakat keadilan restoratif memiliki karakteristik yang fundamental dengan beragam nilai yang disebut dengan pengikutsertaan (partisipasi), demokrasi, tanggung jawab, pemulihan, keamanan, penyembuhan, dan reintegrasi. Konsep pendekatan restorative justice pada dasarnya merupakan suatu pendekatan yang lebih menitik beratkan pada pemulihan kerugian dan penderitaan korban sehingga terciptanya keadilan dan keseimbangan bagi pelaku tindak pidana serta korbannya.

Meskipun konsep Restorative Justice dipahami sebagai konsep penyelesaian masalah dalam sistem hukum pidana, akan tetapi konsep Restorative Justice sangat relevan bahkan menjadi konsep dasar yang melandasi Program community Policing. Ada beberapa Prinsip-prinsip dalam konsep Restorative justice antara lain: a. Victim support and healing is a priority (Dukungan dan pemulihan Korban merupakan prioritas); b. Offenders take responsibility for what they have done (Pelanggar bertanggung jawab atas apa yang telah mereka lakukan); c. There is dialogue to achieve understanding (Ada dialog untuk mencapai kesepahaman); d. There is an attempt to put right the harm done (Ada upaya untuk mengganti kerugian dengan tepat); e. Offenders look at how to avoid future offending (Pelanggar melihat bagaimana masa depan untuk menghindari penyesalan/rasa bersalah); f. The community helps to reintegrate both victim and offender (Masyarakat membantu untuk mengintegrasikan kembali antara korban dan pelaku).

Di dalam kerangka Restorative justice, Polisi kembali tampil sebagai penyelesai persoalan yang mengedepankan kepentingan korban. Dan disini pulalah Polisi pertama-tama tampil mengedepankan diri sebagai masyarakat dan bukan sebagai penegak hukum pidana. Dalam tugas-tugas penegakan hukum pidana, Polisi juga dibatasi oleh Perkap No. 8 Tahun 2009. Pasal 3 Prinsip-prinsip perlindungan HAM, meliputi: a. perlindungan minimal; b. melekat pada manusia; c. saling terkait; d. tidak dapat dipisahkan; e. tidak dapat dibagi; f. universal; g. fundamental; h. keadilan; i. kesetaraan/persamaan hak; j. kebebasan; k. non-diskriminasi; dan l. perlakuan khusus bagi kelompok yang memiliki kebutuhan khusus (affirmative action).