PERSEPSI SISWA TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 KABILA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai animal educandum dan animal

BAB I PENDAHULUAN. yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. 1 Salah satu masalah

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKUSI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATAPELAJARAN PRODUKTIF 1 DI SMK NEGERI 1 GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENERAPKAN TEKNIK BRAINSTORMING DI KELAS VIII-C SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Demikian juga piranti pendidikan yang semakin canggih, oleh

A. Minat Belajar B. Prestasi Belajar... 8 C. Metode Diskusi D. Mata Pelajaran IPS SD BAB III TUJUAN DAN MANFAAT

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut sistem Pendidikan Nasional Pancasila dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PENGAJARAN BERPROGRAMA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

PENGARUH MOTIVASI PENILAIAN K-13 TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SMP NASIONAL KOTA MALANG

Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016 ISSN :

Furry Aprianingsih, Elsje Theodore Maasawet, Herliani Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Mulawarman Samarinda

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PPKn OLEH:

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PGSD OLEH : ERIKA DIANTY ASNAWATI

Pengaruh Pemberian Tugas Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Geografi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

Olahairullah. Kata Kunci:Media Penugasan Proyek, Keterampilan Proses Mengkomunikasikan Hasil, Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

IMPLEMENTASI MEDIA SIMULASI KAMERA DIGITAL MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA FOTO

Vol.09/No.01/Januari 2017 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TUGAS PADA SISWA KELAS V SDN 5 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO

Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 Mei 2018

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

BAB I PENDAHULUAN. diri siswa supaya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 1. dan menyukainya. Dengan kreatifitas guru dalam mengajar itulah yang

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DENGAN ALAT- ALAT SEDERHANA FISIKA UNTUK MENINGKATAN KETRAMPILAN PROSES SAINS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

PENERAPAN METODE PRESENTASI DAN DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XII IPA3 SMA NEGERI 1 BANGGAI

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

BAB V PENUTUP. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: serta hasil uji t menunjukkan t hitung (3.840) > t tabel (2.015) hasilnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengkondisikan kelas atau mengelola kelas, agar pelaksanaan. pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN IPA DI KELAS IV SDN 16 BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran, tidak terkecuali

Arnot Pakpahan Surel :

Pengaruh Penerapan Metode Stimulus-Respon Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi Kelas XI MAN 2 Kota Bima

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia

Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Profesionalitas Guru Ekonomi dan Keberadaan... (Ana Setyowati & Bambang Ismanto)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 12 BANDA ACEH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. hanya berlaku di dalam masyarakat saja, namun dalam suatu negara juga akan

Shanty Della Setiasih¹, Regina Lichteria Panjaitan², Julia³. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurahman No.

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Kata kunci : Fasilitas Belajar, Lingkungan Belajar, prestasi belajar Sosiologi

ISSN: Herman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Verra Septia Nursari, 2013

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

HUBUNGAN PERSEPSI DAN TINGKAT KEAKTIFAN DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA BIOLOGI PADA PERKULIAHAN BIOTEKNOLOGI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI. Mulya Sari 1) Sumadi 2) Zulkarnain 3)

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model

HUBUNGAN PERSEPSI DAN TINGKAT KEAKTIFAN DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA BIOLOGI PADA PERKULIAHAN BIOTEKNOLOGI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Brunner Dalam Romzah (2006:6) menekankan bahwa setiap individu pada waktu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH DENGAN METODE PROBLEM SOLVING

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI IPS DI SMA N 1 TEMBILAHAN HULU KABUPATEN INDRAGIRI HILIR JURNAL

ANALISIS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DI KELAS AWAL DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 SD MUHAMMADIYAH 1 MALANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI TEKNIK MODELING DI PAUD CENDEKIA DESA KETAPANG KECAMATAN GENTUMA KABUPATEN GORONTALO UTARA

ARTIKEL ILMIAH OLEH : FEBRINA IKA WIDYAWATI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. menggunakan model Advance Organizer (AO) dibandingkan. 5% yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sartika Tolingguhu NIM :

Oleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KESIAPAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA N 5 PADANG E-JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan yaitu memajukan dan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

ISSN Jurnal Exacta, Vol. IX No. 1 Juni 2011

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

ABSTRAK Kata Kunci : Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kepribadian Guru Ekonomi, Fasilitas Belajar dan Minat Belajar Ekonomi

I. PENDAHULUAN. manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING TIPE A MENGGUNAKAN MEDIA POWERPOINT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

BAB I PENDAHULUAN. dapat diserap dan dipahami oleh siswa-siswanya. Untuk mencapainya, guru harus

Ramlah, dan Dani Firmansyah Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Singaperbangsa Karawang

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

Transkripsi:

PERSEPSI SISWA TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 KABILA Rawadi, Yoseph Paramata, Ahmad Zainuuri Jurusan Fisika Prodi Geografi F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo EMAIL : rawadi_n@yahoo.co.id ABSTRAK Rawadi, NIM 451407056. persepsi siswa terhadap proses pembelajaran geografi di SMA Negeri 1 Kabila. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang bertujuan mendeskripsikan persepsi siswa terhadap proses pembelajaran geografi di SMA Negeri I Kabila. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) indikator persepsi siswa terhadap persiapan pembelajaran diperoleh presentase sebesar 87.03% dengan kategori tinggi, (2) indi kator persepsi siswa terhadap menguasai bahan/materi diperoleh presentase sebesar 91.81% dengan kategori tinggi, (3) indikator persepsi siswa terhadap metode pembelajaran diperoleh presentase sebesar 87.03% dengan kategori tinggi, (4) indikator persepsi siswa terhadap media pembelajaran diperoleh presentase sebesar 90.18% dengan kategori tinggi, (5) indikator persepsi siswa terhadap evaluasi diperoleh presentase sebesar 91.19% dengan kategori tinggi. Secara umum, persepsi siswa terhadap proses pembelajaran geografi di SMA Negeri 1 Kabila diperoleh sebesar 89.44% dengan kategori tinggi. Kata kunci: Persepsi Siswa, Proses Pembelajaran Geografi Manusia sebagai makhluk yang bergelut secara intens dengan pendidikan, itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai animal educandum dan animal educandus secara sekaligus, yaitu sebagai makhluk yang dididik dan makhluk yang mendidik. Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang senantiasa yang terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap diri sendiri. Pada dasarnya pendidikan itu ada sejak adanya manusia itu sendiri, karena pendidikan berlangsung seumur hidup. Konsep pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu asas bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinyu, yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal maupun formal baik yang berlangsung dalam keluarga, sekolah dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat. RAWADI, 451407056, JURUSAN FISIKA, PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI, FAKULTAS MIPA,Prof. Dr. Yoseph Paramata, M.Pd, Ahmad Zainuri, S.Pd, MT

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Untuk membangun masyarakat terdidik, masyarakat yang cerdas, maka mau tidak mau harus merubah paradigma dan sistem pendidikan. Dengan paradigma baru, praktek pembelajaran akan bergeser menjadi pembelajaran yang berfokus pada pengembangan kemampuan intelektual yang berlangsung secara sosial dan kultural, mendorong siswa membangun pemahaman dan pengetahuan sendiri dalam konteks sosial, dan belajar dimulai dari pengetahuan awal dan perspektif budaya. Dalam proses pembelajaran misalnya, pengembangan suasana kesetaraan melalui komunikasi dialogis dan mempertanyaan berbagai hal yang berkaitan dengan pengembangan diri dan potensinya. Hal ini menjadi sangat penting karena para pendidik juga adalah para pemimpin yang harus mengakomodasi berbagai pertanyaan dan kebutuhan peserta didik secara transparan, toleransi, dan tidak arogan, dengan membuka seluas-luasnya kesempatan-kesempatan dialog kepada peserta didik. Para pendidik maupun peserta didik, sesuai dengan kapasitasnya harus berusaha untuk mampu saling menghargai dan menghormati pendapat atau pandangan orang lain. Karena itu suasana pendidikan harus diciptakan dalam rangka mengembangkan dialog-dialog kreatif dimana setiap peserta didik diberi kesempatan yang sama untuk diskusi, berdebat, mengajukan dan merespon berbagai persoalan yang muncul dalam setiap keinginan pembelajaran. Yang terpenting adalah bahwa setiap orang diberi kesempatan untuk menjadi sebijaksanaan mungkin menurut kemampuannya masing-masing. Suasana kesetaraan perlu dikembangkan dengan berorientasi pada upaya mendorong peserta didik agar mampu menyelesaian berbagai perbedaan yang ada diantara sesama secara harmonis dan rasional.

Dalam pengembangan kemampuan berkomunikasi yang baik dengan guru dan sesama siswa yang dilandasi sikap saling menghargai harus perlu secara terus menerus dikembangkan didalam setiap even pembelajaran. Oleh sebab itu, melalui kegiatan pembelajaran, setiap siswa harus terus didorong agar mampu memberdayakan dirinya melalui latihan-latihan pemecahan masalah-masalah sendiri, mengambil keputusan sendiri, dan memikul tanggung jawab sendiri. Karena itu proses pembelajaran harus memberikan pengalaman belajar yang baik kepada siswa. Bagaimana semestinya mereka harus belajar, belajar berinteraksi dengan orang lain, belajar mengemukakan ide atau pikiran serta pengalamanpengalamannya, semuanya akan menjadi pengalaman yang sangat penting bagi siswa. Pembelajaran geografi adalah memberikan fasilitas dan bantuan kepada manusia (peserta didik) untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, dimanapun dia berada. Proses penyesuiannya itu, diarahkan untuk menciptakan keseimbangan baru, dan atau keharmonisan interaksi antara manusia dengan lingkungannya, sehingga manusia dan lingkungan dapat berdaya secara maksimal. Dari uraian latar belakang diatas yang mendorong penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul persepsi siswa terhadap proses pembelejaran geografi KAJIAN TEORI Persepsi Setiap individu mempunyai kecenderungan untuk memberi makna terhadap stimulus yang diterimanya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya yang kemudian individu tersebut memberikan tanggapan terhadap stimulus yang diterimanya itu. Kemampuan individu dalam memberikan respon terhadap stimulus yang diterimanya itu disebut kemampuan mempersepsikan. Morgan (dalam Desmita, 2008: 108) mengartikan persepsi sebagai The process of discriminating among stimuli and of interpresing Their meating. Menurut Slameto (2010: 102) Persepsi adalah peroses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.

Pernyataan persepsi dapat bersifat relatif, karena bisa saja persepsi setiap orang berbeda terhadap suatu objek yang sama. Hal ini tergantung dari sudut pandang kita dalam memberikan pernyataan, bahkan perbedaan persepsi dianggap suatu hal yang wajar. Sehingga persepsi bukan hal yang absolut, seseorang yang melihat sesuatu atau mengamati sesuatu tidak dapat menyebutkan secara sempurna atau secara keseluruhan apa yang dilihatnya atau yang diamatinya, akan tetapi dengan relatif akan menjelaskan sesuai kemampuannya. Perasaan Menurut Suryabrata (2007: 66). Perasaan adalah sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal, dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf. Perasaan pada umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menganggap, mengkhayalkan, mengingat-ingat, atau memikirkan sesuatu. Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa perasaan adalah gejalan psikis yang bersifat objektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami serta sebagai suatu fungsi psikis yang mengiringi dan menyertai kegiatan dalam situasi khusus. Tanggapan Menurut Bigot (dalam Suryabrata 2007: 36-37). Tanggapan biasanya didefinisikan sebagai bayangan yang tinggal dalam bayangan dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan. Akan tetapi definisi ini sebenarnya kurang menggambarkan materinya, sebab hanya menunjuk kepada sebagian saja dari tanggapan itu. Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan, ketika objek yang diamati tidak lagi berada dalam ruang dam waktu pengamatan. Jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tanggapan adalah kesan imajinatif dari setiap individu sebagai akibat dari pengamatan dan sebagai bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah melihat sesuatu. Pandangan.

Menurut Muda (2006: 400) Pandangan adalah sesuatu yang dilihat, hasil perbuatan melihat, pengetahuan, pendapat, paham, dan pendirian. Pandangan atau pengamatan sebagai fungsi primer dari jiwa dan menjadi awal dari aktivitas intelektual. Objek pengamatan memiliki sifat-sifat keinginan, kesendirian lakolitet dan bermateri. Dari berdasarkan pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pandangan adalah sesuatu yang dilihat atau sesuatu yang rasakan berdasarkan pengamatan yang dilihat membentuk suatu pola pikir sebagai fungsi primer dari jiwa dan menjadi awal dari aktivitas intelektual. Proses Pembelajaran Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari sesuatu kemampuan atau nilai yang baru. Pembelajaran menurut Dimyati (2009:297) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Selanjutnya, Gadne dan Briggs (dalam Agustin, 2011:82). menyatakan pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hakikat pembelajaran adalah suatu proses aktivitas interaksi antara guru dan siswa dengan lingkungan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peran guru dalam pembelajaran lebih dari sekedar sebagai pengajar (informator) belaka, akan tetapi guru harus memiliki multi peran dalam pembelajaran, dan agar pola pembelajaran yang diterapkan juga dapat bervariasi, maka bahan pembelajarannya harus dipersiapkan secara bervariasi juga. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Menurut Norman Kirby (dalam Sanjaya, 2010:198), one underlying emphasis should be noticeable: that the quality of the teacher is the

essential, constant experience, teacher training experience and teacher properties. Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran, karena materi pembelajaran adalah sebuah kajian bahan yang disampaikan oleh pendidik dalam berlangsungnya proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Majid (2008:73) mengatakan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam rangka pelaksanan pembelajaran, materi pembelajaran (bahan ajar) merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai standar kompotensi dan kompotensi dasar. Secara garis besar, bahan ajar atau materi pembelajaran berisikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai yang harus dipelajari siswa. Dalam proses pembelajaran, hal penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompotensi. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh guru agar siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan atau kompotensi yang diharapkan. Menurut Roestiyah (dalam Djamarah dan Zain, 2 006: 74), dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Sejalan dengan makin mantapnya konsepsi tersebut, fungsi media tidak hanya sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah dipahami. Sementara Briggs (dalam Sadiman, 2008:6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Scriven membagi evaluasi menjadi dua yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang diadakan pada saat system masih dalam tahap pengembangan yang penyempurnaannya terus dilakukan atas dasar hasil evaluasi. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang diadakan setelah system sudah selesai menempuh pengujian dan penyempurnaan (dalam Purwanto, 2013:28) METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang bertujuan mendeskripsikan persepsi siswa terhadap proses pembelajaran geografi di SMA Negeri I Kabila. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPS dengan jumlah 182 siswa dan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proporsional random sampling dengan jumlah siswa 27 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, observasi, dan dokumentasi. HASIL PENELITIAN Kemampuan individu dalam memberikan respon terhadap stimulus yang diterimanya itu disebut kemampuan mempersepsikan. Persepsi merupakan sebagai tanggapan, pandangan dan perasaan dari seseorang atau lebih terhadap segala sesuatu peristiwa yang terjadi dilingkungannya dan diperoleh dengan cara melihat dan memperhatikan hal atau peristiwa yang terjadi sehingga bisa diungkap ke dalam bentuk kata-kata maupun pernyataan. Persepsi siswa terhadap proses pembelajaran dalam penelitian ini dapat diukur dari: (1) Persiapan Pembelajaran Persiapan pembelajaran dapat diukur dengan kesiapan guru dalam pembelajaran, guru melakukan apersepsi sebelum pembelajaran berlangsung, persiapan alat pembelajaran di kelas, dan guru melakukan persiapan bimbingan terkait dengan persiapan pembelajaran. Rekapitulasi Persepsi Responden Tentang Persiapan Pembelajaran

No. Item Pertanyaaan Skor % Klasifikasi 1 Kesiapan guru dalam pembelajaran 105 97.22 Sangat Tinggi 2 Guru melakukan apersepsi sebelum pembelajaran berlangsung 87 80.55 Tinggi 3 Persiapan alat pembelajaran di kelas 94 87.03 Tinggi 4 Guru melakukan persiapan bimbingan terkait dengan persiapan pembelajaran 90 83.33 Tinggi Sumber: Olahan Data Primer, 2014 (2) Menguasai Bahan/Materi Rata-rata 87.03 Tinggi Menguasai bahan/materi dapat diukur dengan guru geografi menguasai bahan atau materi pembelajaran, menguasai materi yang akan diajarkannya, guru dan siswa berinteraksi pada saat proses pembelajaran berlangsung, menyampaikan materi pelajaran secara jelas sehingga siswa mudah memahami materi yang disampaikan, sering memberikan penguatan kepada siswa terhadap hal-hal pokok pada materi, dan membuat kesimpulan terhadap materi yang telah diajarkan. Rekapitulasi Persepsi Responden tentang Menguasai Bahan/Materi No. Item Pertanyaaan Skor % Klasifikasi 1 Guru geografi menguasai bahan atau materi pembelajaran 2 Guru menguasai materi yang akan diajarkannya 3 Guru dan siswa berinteraksi pada saat proses pembelajaran berlangsung 4 Guru menyampaikan materi pelajaran secara jelas sehingga siswa mudah memahami materi yang disampaikan 5 Guru sering memberikan penguatan kepada siswa terhadap hal-hal pokok pada materi 6 Guru membuat kesimpulan terhadap materi yang telah diajarkan Sumber: Olahan Data Primer, 2014 107 99.07 Sangat Tinggi 101 93.51 Sangat Tinggi 94 87.03 Tinggi 102 94.44 Sangat Tinggi 89 82.40 Tinggi 102 94.44 Sangat Tinggi Rata-rata 91.81 Sangat Tinggi

(3) Metode Pembelajaran Metode pembelajaran dapat diukur dengan guru sangat terampil dalam menerapkan metode pembelajaran, metode pembelajaran yang diterapkan guru dapat mempermudah siswa memahami materi diajarkan oleh guru di kelas, metode yang digunakan guru dapat membangkitkan semangat belajar siswa, metode yang digunakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, metode yang digunakan oleh guru dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, dan metode yang diterapkan guru pada proses pembelajaran. Rekapitulasi Persepsi Responden Tentang Metode pembelajaran No. Item Pertanyaaan Skor % Klasifikasi 1 Guru sangat terampil dalam menerapkan metode pembelajaran 2 Metode pembelajaran yang diterapkan guru dapat mempermudah siswa memahami materi diajarkan oleh guru di kelas 3 Metode yang digunakan guru dapat membangkitkan semangat belajar siswa 4 Metode yang digunakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa 5 Metode yang digunakan oleh guru dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa 6 Metode yang diterapkan guru pada proses pembelajaran Sumber: Olahan Data Primer, 2014 (4) Media Pembelajaran 94 87.03 Tinggi 95 87.96 Tinggi 95 87.96 Tinggi 90 83.33 Tinggi 95 87.96 Tinggi 95 87.96 Tinggi Rata-rata 87.03 Tinggi Media pembelajaran dapat diukur dengan penggunaan media pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan, media pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, guru mengembangkan media yang digunakan guru pada proses pembelajaran geografi, senang terhadap media yang digunakan guru pada proses pembelajaran geografi, dan guru perlu menjawab semua pertanyaan yang diajukan siswa dalam proses pembelajaran geografi.

Rekapitulasi Persepsi Responden Tentang Media pembelajaran No. Item Pertanyaaan Skor % Klasifikasi 1 Penggunaan media pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan 2 Media pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa 3 Guru mengembangkan media yang digunakan guru pada proses pembelajaran geografi 4 Senang terhadap media yang digunakan guru pada proses pembelajaran geografi 5 Guru perlu menjawab semua pertanyaan yang diajukan siswa dalam proses pembelajaran geografi Sumber: Olahan Data Primer, 2014 (5) Evaluasi Pembelajaran 105 97.22 Sangat Tinggi 86 79.62 Tinggi 95 87.96 Tinggi 103 95.37 Sangat Tinggi 98 90.74 Tinggi Rata-rata 90.18 Tinggi Evaluasi dapat diukur dengan cara guru melakukan evaluasi pembelajaran geografi mempengaruhi hasil belajar siswa, guru melakukan evaluasi terhadap materi yang diajarkan, guru sangat adil memberikan nilai kepada siswa setelah melakukan evaluasi, dan merasa senang setelah tahu hasil belajar memuaskan. Rekapitulasi Persepsi Responden Tentang Evaluasi No. Item Pertanyaaan Skor % Klasifikasi 1 Cara guru melakukan evaluasi pembelajaran geografi mempengaruhi hasil belajar siswa 2 Guru melakukan evaluasi terhadap materi yang diajarkan 3 Guru sangat adil memberikan nilai kepada siswa setelah melakukan evaluasi 4 Merasa senang setelah tahu hasil belajar sukup memuaskan 91 84.25 Tinggi sukup 99 91.66 Sangat Tinggi 98 90.74 Tinggi 106 98.14 Sangat Tinggi Rata-rata 91.19 Sangat Tinggi

Sumber: Olahan Data Primer, 2014 Rekapitulasi Persepsi Responden Tentang Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Geografi No. Item Pertanyaaan Skor % Kategori 1 Persiapan pembelajaran 376 87.03 Tinggi 2 Menguasai bahan/materi 595 91.81 Sangat Tinggi 3 Metode pembelajaran 564 87.03 Tinggi 4 Media pembelajaran 487 90.18 Tinggi 5 Evaluasi 394 91.19 Sangat Tinggi Rata-rata 89.44 Tinggi Sumber: Olahan Data Primer, 2014 PEMBAHASAN Pembelajaran bukan sekedar upaya untuk memberikan pengetahuan yang berorientasi pada target penguasan materi (siswa lebih banyak menghafal dari pada menguasai keahlian) yang diberikan gurunya, akan tetapi juga memberikan sebuah pedoman hidup yang akan dapat bermanfaat bagi dirinya dan manusia lainnya, pembelajaran juga memberikan hiburan kepada peserta didik agar bisa menjalankan aktivitas pembelajaran dengan menyenangkan bukan karena keterpakasaan. Orang yang sudah melakukan proses pembelajaran diharapkan akan bisa merasa lebih bahagia, lebih pantas memanfaatkan alam sekitar, menjaga kesehatan, meningkatan pengabdian untuk keterampilan serta melakukan pembedaan (terdapat perbedaan keadaan antara sebelum dan sesudah melakukan proses pembelajaran). Pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika si pembelajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru tidak dapat mewakili belajar untuk siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar. Ada satu syarat mutlak yang harus dipenuhi agar terjadi kegiatan belajar. Syarat itu adalah adanya interaksi antara pebelajar dengan

sumber belajar. Jadi, belajar hanya terjadi jika interaksi antara pebelajar dengan sumber belajar. Tanpa terpenuhi syarat itu, mustahil kegiatan belajar akan terjadi. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi persepsi siswa terhadap proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Kabila. Berdasarkah hasil penelitian diperoleh bahwa: Persiapan pembelajaran Hasil deskripsi indikator persepsi siswa terhadap kesiapan guru dalam pembelajaran diperoleh presentase sebesar 97.22% dengan kategori sangat tinggi, guru melakukan apersepsi sebelum pembelajaran berlangsung diperoleh persentase sebesar 80.55% dengan kategori tinggi, persiapan alat pembelajaran di kelas diperoleh persentase sebesar 87.03% dengan kategori tinggi, dan guru melakukan persiapan bimbingan terkait dengan persiapan pembelajaran diperoleh persentase sebesar 83.33% dengan kategori tinggi. Dengan demikian, maka ratarata persepsi siswa terhadap proses pembelajaran yang diukur dengan persiapan pembelajaran diperoleh sebesar 87.03% dengan kategori tinggi. Menguasai bahan/materi Hasil deskripsi indikator persepsi siswa terhadap menguasai bahan/materi yang diukur dari guru geografi menguasai bahan atau materi pembelajaran diperoleh presentase sebesar 99.07% dengan kategori sangat tinggi, guru menguasai materi yang akan diajarkannya diperoleh persentase sebesar 93.51% dengan kategori sangat tinggi, guru dan siswa berinteraksi pada saat proses pembelajaran berlangsung diperoleh persentase sebesar 87.03% dengan kategori tinggi, guru menyampaikan materi pelajaran secara jelas sehingga siswa mudah memahami materi yang disampaikan diperoleh persentase sebesar 94.44% dengan kategori sangat tinggi, guru sering memberikan penguatan kepada siswa terhadap hal-hal pokok pada materi diperoleh persentase sebesar 82.40% dengan kategori tinggi, dan guru membuat kesimpulan terhadap materi yang telah diajarkan diperoleh persentase sebesar 94.44% dengan kategori sangat tinggi. Dengan demikian, maka rata-rata persepsi siswa terhadap proses pembelajaran yang diukur dengan menguasai bahan/materi diperoleh sebesar 91.81% dengan kategori sangat tinggi.

Metode pembelajaran Hasil deskripsi indikator persepsi siswa terhadap metode pembelajaran dapat diukur dari guru sangat terampil dalam menerapkan metode pembelajaran diperoleh presentase sebesar 87.03% dengan kategori tinggi, metode pembelajaran yang diterapkan guru dapat mempermudah siswa memahami materi diajarkan oleh guru di kelas diperoleh presentase sebesar 87.96% dengan kategori tinggi, metode yang digunakan guru dapat membangkitkan semangat belajar siswa diperoleh presentase sebesar 87.96% dengan kategori tinggi, metode yang digunakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa diperoleh presentase sebesar 83.33% dengan kategori tinggi, metode yang digunakan oleh guru dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa diperoleh presentase sebesar 87.96% dengan kategori tinggi, dan metode yang diterapkan guru pada proses pembelajaran diperoleh presentase sebesar 87.96% dengan kategori tinggi. Dengan demikian, maka rata-rata persepsi siswa terhadap proses pembelajaran yang diukur dengan metode pembelajaran diperoleh sebesar 87.03% dengan kategori tinggi. Media pembelajaran Hasil deskripsi indikator persepsi siswa terhadap media pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan diperoleh presentase sebesar 97.22% dengan kategori sangat tinggi, media pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa diperoleh presentase sebesar 79.62% dengan kategori tinggi, guru mengembangkan media yang digunakan guru pada proses pembelajaran geografi diperoleh presentase sebesar 87.96% dengan kategori tinggi, senang terhadap media yang digunakan guru pada proses pembelajaran geografi diperoleh presentase sebesar 95.37% dengan kategori sangat tinggi, dan guru perlu menjawab semua pertanyaan yang diajukan siswa dalam proses pembelajaran geografi diperoleh presentase sebesar 90.74% dengan kategori tinggi. Dengan demikian, maka rata-rata persepsi siswa terhadap proses pembelajaran yang diukur dengan media pembelajaran diperoleh sebesar 90.18% dengan kategori tinggi.

Evaluasi Hasil deskripsi indikator persepsi siswa terhadap evaluasi dapat diukur dari cara guru melakukan evaluasi pembelajaran geografi mempengaruhi hasil belajar siswa diperoleh presentase sebesar 84.25% dengan kategori tinggi, guru melakukan evaluasi terhadap materi yang diajarkan diperoleh presentase sebesar 91.66% dengan kategori sangat tinggi, guru sangat adil memberikan nilai kepada siswa setelah melakukan evaluasi diperoleh presentase sebesar 90.74% dengan kategori tinggi, dan merasa senang setelah tahu hasil belajar sukup memuaskan diperoleh presentase sebesar 98.14% dengan kategori sangat tinggi. Dengan demikian, maka rata-rata persepsi siswa terhadap proses pembelajaran yang diukur dengan evaluasi diperoleh sebesar 91.19% dengan kategori sangat tinggi. Berdasarkan hasil rekapitulasi pendapat responden tentang persepsi siswa terhadap proses pembelajaran geografi dapat disimpulkan bahwa: (1) indikator persepsi siswa terhadap persiapan pembelajaran diperoleh presentase sebesar 87.03% dengan kategori tinggi, (2) indikator persepsi siswa terhadap menguasai bahan/materi diperoleh presentase sebesar 91.81% dengan kategori sangat tinggi, (3) indikator persepsi siswa terhadap metode pembelajaran diperoleh presentase sebesar 87.03% dengan kategori tinggi, (4) indikator persepsi siswa terhadap media pembelajaran diperoleh presentase sebesar 90.18% dengan kategori tinggi, (5) indikator persepsi siswa terhadap evaluasi diperoleh presentase sebesar 91.19% dengan kategori sangat tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa terhadap proses pembelajaran secara keseluruhan dapat diperoleh sebesar 89.44% dengan kategori tinggi. SIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa: (1) indikator persepsi siswa terhadap persiapan pembelajaran diperoleh presentase sebesar 87.03% dengan kategori tinggi, (2) indikator persepsi siswa terhadap menguasai bahan/materi diperoleh presentase sebesar 91.81% dengan kategori sangat tinggi, (3) indikator persepsi siswa terhadap metode pembelajaran diperoleh presentase sebesar 87.03% dengan kategori tinggi, (4) indikator persepsi siswa terhadap media pembelajaran

diperoleh presentase sebesar 90.18% dengan kategori tinggi, (5) indikator persepsi siswa terhadap evaluasi diperoleh presentase sebesar 91.19% dengan kategori sangat tinggi. Secara umum, persepsi siswa terhadap proses pembelajaran geografi di SMA Negeri 1 Kabila diperoleh sebesar 89.44% dengan kategori tinggi. DAFTAR PUSTAKA Agustin, Mubiar. 2011. Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran. Bandung: PT Ferika Aditama Djamarah Bahri Syaiful, dan Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PTRineka Cipta Desmita, 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya Dimyati, dan Mujiono.2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Muda, Ahmad. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.. Jakarta: Reality Publisher Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaj Rosdakarya Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sadiman S. Arief dkk. 2008. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktek Pengembangan KTSP. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Suryabrata, Sumadi.2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rajagrafindo Persada. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.