Hubungan Stress Pada Remaja Usia 16-18 Tahun dengan Gangguan Menstruasi (Dismenore) di SMK Negeri Tambakboyo Tuban (The Relationship of Stress in Teenagers (16-18 years old) with Menstrual Disorders ( Dysmenorrhea) in SMK Negeri Tambakboyo- Tuban) Muntari STIKES NU TUBAN ABSTRAK Stress merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Gejala yang muncul pada remaja yang mengalami stress seperti produksi keringat meningkat, dan ketegangan otot meningkat. Sedangkan nyeri saat haid merupakan keluhan yang paling umum dialami oleh remaja. Rasa nyeri saat haid tidak diketahui secara pasti kaitannya dengan penyebabnya. Dari survey awal yang dilakukan didapatkan perwakilan kelas 1 dan 2 dari 10 siswi yang sudah mengalami menstruasi dan 10 siswi tersebut terdapat 9 siswi (90%) mengalami dismenore yang disetai dengan perasaan stress sedangkan 1 siswi (1%) mengalami dismenore saja. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan stress pada remaja dengan gangguan menstruasi (Dismenore). Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Dengan populasi seluruh siswi kelas 1 dan 2 sejumlah 122 siswi di SMK Negeri Tambakboyo Tuban 2010. Sampel diambil dari seluruh remaja putri yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 93 responden. Teknik pengambilan sampel secara Simple Random Sampling. Instrumen pengumpulan data adalah kuesioner untuk mengetahui adanya hubungan antar variabel dilakukan uji Chi Square x 2 hitung > x 2 tabel yaitu 3,841. Hasil penelitian dari 93 responden yang dilakukan pada bulan Juni 2010 didapatkan responden yang mengalami stress berat 47,31%, stress sedang 35,48% dan stress ringan 18,28%, sedangkan responden yang mengalami gangguan menstruasi (Dismenore) 17,20%. Hasil uji Chi Square x 2 hitung = 6,1911 berarti H o ditolak artinya ada hubungan stress pada remaja dengan gangguan menstruasi (Dismenore). Kesimpulan dari peneliti ini adalah ada hubungan stress pada remaja dengan gangguan menstruasi (Dismenore). Apabila remaja yang stress sedang mengalami dismenore diharapkan para remaja bisa menghadapi masalahnya dengan beberapa cara seperti obat-obatan, rileksasi dan alternatif pengobatan lainnya. Kata Kunci : Stress pada Remaja, Gangguan Menstruasi (Dismenore) ABSTRACT Stress is a condition of tension that affects emotions, thought processes and the condition of a person. Symptoms in teenagers who experience stress, such as sweat production increases, and increased muscle tension. While pain during menstruation is the most common complaints experienced by teenagers. Pain during menstruation is not known definitely to do with the cause. This is because different levels of cramping in some teenagers. Usually it appears in the form of mild discomfort and fatigue. Therefore this research aims to analyze the relationship between stress in teenagers with menstrual disorders (dysmenorrhea). This research used an analytical method with cross sectional approach. Population was the entire first and second graders as many as 122 students in SMK Negeri Tambakboyo-Tuban in 2010. Samples were taken from all young women who met the inclusion criteria, there were 93 respondents. Sampling technique was Simple Random Sampling. Data collection instrument was a questionnaire. To determine the relationship between variables was done Chi Square Test, X2 count > X2 table where 3.841. The research results from 93 respondents conducted in June 2010 found that respondents who experienced severe stress were 47,31%, moderate stress were 35.48% and 18,28% of the mild stress. Meanwhile, respondents who experienced menstrual disorders (dysmenorrhea) amounted to 17,20%. Results of Chi Square x2 count = 6,1911, then Ho was rejected, there was a relationship between stress in teenagers with menstrual disorders (dysmenorrhea). Conclusions from this research was the relationship between stress in teenagers with menstrual disorders (dysmenorrhea). If teenagers who experienced dysmenorrhea stress, it is hoped the teenagers could face a problem in several ways such as medication, relaxation and other treatments alternative. Keyword: Stress in Teenagers, Menstrual Disorder (Dysmenorrhea) PENDAHULUAN Nyeri saat haid merupakan keluhan yang paling umum dialami oleh wanita. Rasa nyeri saat haid tidak diketahui secara pasti kaitannya dengan penyebabnya. Penyebabnya dikelompokkan menjadi Gangguan Primer dan Gangguan Sekunder. Gangguan Primer, dikaitkan dengan ketidak seimbangan hormon dan pengaruh psikologis. Nyeri haid yang disebabkan gangguan primer cukup sering terjadi, biasanya timbul setelah dimulainya menstruasi pertama dan seringkali hilang setelah hamil atau dengan meningkatnya umur wanita. Kemungkinan penyebabnya merupakan hasil dari peningkatan sekresi hormon prostaglandin yang menyebabkan peningkatan kontraksi uterus. Jenis sakit ini banyak menyerang remaja dan berlangsung sampai dewasa. Nyeri haid akibat gangguan sekunder biasanya terjadi pada wanita yang lebih tua yang sebelumnya tidak mengalami nyeri.
Biasanya rasa sakit tersebut berhubungan dengan gangguan ginekologis seperti endometritis, penyempitan serviks, malposisi uterus, penyakit radang panggul, dan tumor dari rongga panggul. 1 Dismenore yaitu kram, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya yang dihubungkan dengan menstruasi. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi pada beberapa wanita. Hal ini muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih, dimana beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktivitas sehari-hari. 1 Dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan. Karena gangguan ini sifatnya subyektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai. Walaupun frekuensi dismenore cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama dikenal, namun sampai sekarang penyebabnya belum dapat dipecahkan dengan memuaskan. 1 Di Amerika Serikat stress terjadi pada awal masa remaja. Pada studi epidemiologi pada populasi remaja (berusia 12-18 tahun) di Amerika Serikat, klien yang mengalami stress 59,7%. Dari mereka stress ringan 12%, stress sedang 37%, dan stress berat 49%. Sedangkan angka kejadian dismenore tipe primer di Indonesia adalah sekitar 54,89%, sedangkan 45,11% penderita dengan tipe sekunder. 2 Dari survei awal bulan Januari 2010 yang dilakukan di SMK Negeri Tambakboyo perwakilan kelas 1 dan 2 dari 10 siswi yang sudah mengalami menstruasi dan 10 siswi tersebut terdapat 9 siswi (90%) mengalami dismenore yang disetai dengan perasaan stress sedangkan 1 siswi (1%) mengalami dismenore saja. Rasa nyeri tersebut timbul tidak lama sebelum atau bersamaan dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari yang disertai dengan perasaan stress. Setiap bulan secara periodik, seorang wanita normal akan mengalami peristiwa reproduksi, yaitu menstruasi. Meluruhnya jaringan endometrium karena tidak adanya sel telur matang yang dibuahi oleh sperma. Peristiwa itu begitu wajar dan alami sehingga dapat dipastikan bahwa semua wanita yang normal pasti akan mengalami proses itu. Walaupun begitu, pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami masalah menstruasi, di antaranya adalah nyeri haid. 3 Nyeri menstruasi atau dismenore terjadi karena perbedaan ambang rangsang nyeri pada setiap orang. Nyeri menstruasi cenderung terjadi lebih sering dan lebih hebat pada gadis remaja yang mengalami kegelisahan, ketegangan, dan kecemasan. Jika tidak diatasi, nyeri menstruasi ini seringkali akan mengganggu aktivitas dari wanita. 2 Meskipun begitu, banyak wanita mengalami ketidaknyamanan fisik selama beberapa hari sebelum periode menstruasi mereka datang. Kira-kira setengah dari seluruh wanita menderita akibat dismenore atau menstruasi yang menyakitkan. Hal ini khususnya sering terjadi awal-awal masa dewasa. Gejala-gejala dari gangguan menstruasi dapat berupa payudara yang melunak, puting susu yang nyeri, bengkak, dan mudah tersinggung. Beberapa wanita mengalami gangguan yang cukup berat seperti kram yang disebabkan oleh kontraksi otot-otot halus rahim, sakit kepala, sakit pada bagian tengah perut, gelisah, letih, hidung tersumbat, dan ingin menangis. Dalam bentuk yang paling berat, sering melibatkan depresi dan kemarahan. 3 Dahulu wanita yang menderita nyeri haid hanya bisa menyembunyikan rasa sakitnya tanpa mengetahui apa yang harus dilakukannya dan kemana ia harus mengadu. Keadaan itu diperburuk oleh orang di sekitar mereka yang menganggap bahwa nyeri haid adalah rasa sakit yang wajar yang terlalu dibesar-besarkan dan dibuat-buat oleh wanita. Bahkan beberapa orang menganggap bahwa wanita yang menderita nyeri haid hanyalah wanita yang mencari perhatian atau kurang diperhatikan. Anggapan seperti ini sudah mulai hilang beberapa tahun yang lalu. Sekarang baru diketahui bahwa nyeri haid adalah kondisi medis yang nyata yang diderita wanita. Banyak metode yang telah dikembangkan oleh ahli di bidangnya yang bertujuan untuk mengatasi nyeri haid. 3 Oleh karena itu sebagai tambahan pemakaian obat penawar sakit tanpa resep, ada banyak yang dapat dilakukan sendiri untuk membantu mengurangi kram menstruasi. Suhu panas dapat memperingan keluhan. Lakukan pengompresan dengan handuk panas atau botol air panas pada perut atau punggung bawah. Bisa juga mandi dengan air hangat, mengurangi konsumsi kopi, mengurangi konsumsi garam dan memperbanyak minum air putih, mengkonsumsi makanan tinggi kalsium, karena kalsium diduga dapat meringankan kram. Memperbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran. Melakukan aktifitas sehari-hari yang ringan juga membantu melupakan rasa sakit, cukup tidur, karena kurang tidur menyebabkan kelelahan sehingga lebih sensitive terhadap sakit. Sebagai tambahan, aroma terapi dan pemijatan dapat
mengurangi rasa tidak nyaman. Mendengarkan musik, membaca atau menonton film juga dapat membantu. 3 METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini desain penelitian Analitik Korelasional (Hubungan/ Asosiasi) yaitu mengkaji hubungan antar variabel, dengan pendekatan cross sectional, yaitu variabel sebab atau resiko akibat kasus yang terjadi pada obyek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan). Pengumpulan data untuk jenis penelitian ini, baik untuk variabel sebab (Independent variable) maupun variabel akibat ( Dependent variable) dilakukan secara bersama-sama atau sekaligus, sehingga tiap variabel diobservasi 1 (sa tu) kali saja. 6 Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh siswi kelas 1 dan 2 SMK Negeri Tambakboyo, Tuban dengan jumlah 122 siswi periode tahun ajaran 2009/2010. Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi yaitu siswi putri kelas 1dan 2 yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini. Dan besar sample yang digunakan adalah 93 responden. HASIL PENELITIAN Stress Pada Remaja Tabel 1. Distribusi Remaja Usia 16 18 Tahun Berdasarkan Stress di SMK NegeriTambakboyo Tuban pada Bulan Juni Tahun 2010. Berdasarkan tabel 2 didapatkan sebagian besar 63 (67,74 %) responden mengalami gangguan menstruasi ( dismenore) sedangkan setengahnya 30 (32,26%) tidak m engalami gangguan menstruasi Hubungan Stress Pada Remaja Usia 16-18 Tahun Dengan Gangguan Menstruasi (Dismenore) di SMK Negeri 1 Tambakboyo Tuban Tabel 3.Tabel Silang Hubungan Stress pada Remaja Usia 16-18 Tahun dengan Gangguan Menstruasi (Dismenore) di SMK Negeri Tambakboyo Tuban pada Bulan Juni Tahun 2010 Berdasarkan tabel 3 dijelaskan bahwa sebagian besar remaja yang mengalami stress berat dengan gangguan menstruasi (dismenore) yaitu 34 (77,27%), sedangkan sebagian besar remaja yang mengalami stress sedang dengan gangguan menstruasi (dismenore) yaitu 17 (51,52%) dan sebagian besarnya lagi remaja yang mengalami stress ringan dengan gangguan menstruasi (dismenore) sebesar 12 (75,00%). ANALISIS HASIL PENELITIAN Berdasarkan tabel 1 didapatkan hampir setengahnya 44 (47,31%) responden mengalami stress berat dan sebagian kecil 16 (17,20 %) responden mengalami stress ringan. Gangguan Menstruasi ( Dismenore ) Pada Remaja Tabel 2. Distribusi Remaja Usia 16-18 Tahun Berdasarkan Gangguan Menstruasi di SMK Negeri Tambakboyo Tuban pada Bulan Juni Tahun 2010 Berdasarkan uji statistik dengan Chi Square didapatkan nilai x 2 hitung = 6,1911 sedangkan x 2 tabel diketahui 5,591. Hal ini menunjukkan x 2 hitung (6,1911 > 5,591) sehingga H o ditolak artinya terdapat hubungan yang signifikan antara stress pada remaja usia 16-18 tahun dengan gangguan menstruasi PEMBAHASAN 1. Identifikasi Stress Pada Remaja Usia 16-18 Tahun Berdasarkan tabel 1 didapatkan hampir setengahnya 47,31% adalah remaja yang mengalami stress berat sedang setengahnya 35,48% adalah remaja yang mengalami stress sedang dan sebagian kecil yang mengalami stress ringan sebanyak 17,20% Stress adalah ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang ada
pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia. 4 Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara 10 19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Faktor-faktor stress yang mempengaruhi para remaja seperti: Kehilangan orang yang dicintai, misalnya pacar, konflik keluarga, masalah prestasi sekolah atau kegagalan, pengaruh teman gang. Oleh karena itu dampak yang terjadi pada para remaja bisa terjadi Produksi keringat meningkat, aktivitas metabolik meningkat, ketegangan otot meningkat. Dari hasil penelitian, dalam kenyataanya saat ini menunjukkan bahwa banyak para remaja yang mengalami stress. Stress dapat dipicu dari berbagai masalah sesuai dengan data yang peneliti dapatkan di SMK Negeri Tambakboyo, Tuban didapatkan bahwa stress dapat dipicu dari kehilangan orang yang dicintai, misalnya pacar, konflik keluarga seperti pertengkaran keluarga, masalah prestasi sekolah atau kegagalan, pengaruh teman dan lain-lain. Tetapi stress pada remaja bisa dihindari dengan melakukan kegiatankegiatan seperti, mendengarkan musik, olahraga seperti berjalan-jalan, berlari atau melempar bola, menuliskan jurnal atau buku harian, aerobik, atau menari. 2. Identifikasi Gangguan Menstruasi (Dismenore) Pada Remaja Berdasarkan tabel 2 didapat sebagian besar 67,74% responden mengalami gangguan menstruasi ( dismenore) dan setengahnya 32,26% tidak mengalami gangguan menstruasi Dismenore yaitu kram, nyeri dan ketidaknyamanan lainya yang dihubungkan dengan mesntruasi. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi pada beberapa wanita. Hal ini muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih, dimana beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktifitas sehari-hari. 1 Nyeri menstruasi terjadi karena perbedaan ambang rangsang nyeri pada setiap orang. Nyeri menstruasi cenderung terjadi lebih sering dan lebih hebat. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa hari. sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkitjangkit. Biasa terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare dan sebagainya. 5 Diharapkan pada para remaja yang mengalami gangguan menstruasi (dismenore) tidak menggalami stress yang akan mengakibatkan dismenore akan terasa semakin sakit daripada biasanya. Ada beberapa cara yang dapat menhilangkan atau membantu mengurangi nyeri haid seperti, obat-obatn, rileksasi dan alternatif pengobatan. 3. Hubungan stress pada remaja usia 16-18 tahun dengan gangguan menstruasi (dismenore) Pada tabel 3 dapat dijelaskan bahwa hampir seluruhnya remaja yang megalami stress berat dengan gangguan menstruasi (dismenore) sebesar 77,27%, sedangkan yang mengalami stress sedang dengan gangguan menstruasi ( dismenore) sebesar 51,52%, dan yang mengalami stress ringan dengan gangguan menstruasi ( dismenore) sebesar 75,00%. Berdasarkan uji statistik dengan Chi Square didapatkan nilai x 2 hitung = 6,1911 sedangkan x 2 tabel diketahui 5,591. Hal ini menunjukkan x 2 hitung (6,1911 > 5,591) sehingga H o ditolak artinya terdapat hubungan yang signifikan antara stress pada remaja usia 16-18 tahun dengan gangguan menstruasi Stress adalah ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental fisik, emosional dan spiritual manusia yang ada pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia. 4 Dismenore terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih. Dismenore sendiri yaitu kram, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya yang dihubungkan dengan menstruasi kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi pada beberapa wanita. Hal ini muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih, dimana beberapa yang lainnya menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktifitas sehari-hari. 1 Ada beberapa cara pengobatan yang mungkin dapat menghilangkan atau meminimalkan membantu mengurangi nyeri haid ( dismenore) yang mengganggu. Cara yang bisa digunakan antara lain obat-obatan, rileksasi, hipnoterapi dan berbagai alternative pengobatan. Di SMK Negeri Tambakboyo Tuban didapatkan data pada remaja yang hampir
setengahnya mengalami stress berat, hal ini dapat disebabkan konflik keluarga, masalah prestasi sekolah, pengaruh teman. Dan yang mengalami gangguan menstruasi ( dismenore) mencapai sebagian besar. Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa apabila stress yang terjadi pada diri remaja semakin berat akan mempengaruhi gangguan menstruasi KESIMPULAN Berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Didapatkan bahwa di SMK Negeri Tambakboyo Tuban remaja hampir setengahnya mengalami stress berat. 2. Didapatkan bahwa di SMK Negeri Tambakboyo Tuban remaja sebagian besar mengalami gangguan menstruasi 3. Didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara stress pada remaja usia 16-18 tahun dengan gangguan menstruasi ( dismenore) di SMK Negeri Tambakboyo Tuban. DAFTAR PUSTAKA 1. Prawiroharjo, S. Ilmu Kandungan. YBPSP, Jakarta, 2005. 2. Qittun. Nyeri Menstruasi atau Dysmenorrhea Merupakan Suatu Masalah yang Serius bagi Kaum Wanita Jika Tidak Segera Ditangani dengan Terapi yang Baik. Rabu, 10 September 2008. http:// qittun.blogspot.com, 2009. 3. Yudi. Gangguan Pada Menstruasi Pada Remaja Awal. http://www.google.com, 2008. 4. National Safety Council. 2003. Manajemen Stress. Jakarta: EGC 5. Ali, Muhammad. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2008. 6. Notoadtmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2005.