I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

1. Bagaimana radio Gema Surya FM berupaya melestarikan kesenian Jawa. 2. Apa tujuan dari program acara kesenian jawa di RGS?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI PENDIDIKAN MORAL. Oleh Sukiniarti FKIP UT

2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asti Purnamasari, 2013

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bermacam-macam kebudayaan, diantaranya bahasa daerah,

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS GLOBAL DAN MODERN PASCA REFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. Negara kita terdiri dari bermacam-macam suku bangsa yang terbentang

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. manusianya. Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni menjadi perhatian utama dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi

BAB I PENDAHULUAN. adat istiadat, agama dan kesenian. Namun di era globalisasi ini banyak budayabudaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah merambah cepat ke seluruh pelosok dunia, tak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Biya Ebi Praheto Mahasiswa S3 Pendidikan Bahasa Indonesia UNS Dosen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. yang tercermin pada pola dan gaya hidup masing-masing. Budaya Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai bangsa yang besar mempunyai ciri dan adat kebiasaan

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai alat pemersatu bangsa demi merebut kemerdekaan (Rawantina,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

ESENSI DAN URGENSI IDENTITAS NASIONAL SEBAGAI SALAH SATU DETERMINAN PEMBANGUNAN BANGSA DAN KARAKTER

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan dan kesenian tradisionalnya.

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai patriotisme. Lunturnya nilai-nilai patriotisme pada sebagian masyarakat

2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

WALI KOTA BLITAR SAMBUTAN WALI KOTA BLITAR PADA ACARA PEMBUKAAN PEKAN BUDAYA BLITAR TAHUN 2012 SELASA, 06 NOVEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ini berpengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012. Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia dikenal dengan keanekaragaman suku bangsa dan berbagai

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL. Penelitian ini berlatarbelakangkan: (1) Penetapan Mata Kuliah Pendidikan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR

MUATAN NILAI KARAKTER NASIONALISME PADA LAGU-LAGU SLANK (Analisis Isi untuk Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

Contact Person: Ruhut Marhata S ( ) Afnaan Alanza ( )

BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR

Generasi Penerus Perisai Budaya Bangsa Minggu, 20 Agustus 2017

B. Modernisasi Menyebabkan Terkikisnya Perhatian Generasi Muda Terhadap Budaya Bangsa

5 Contoh Sikap dan Perbuatan yang Mencerminkan Usaha Pelestarian Lingkungan Hidup sebagai Pengamalan Pancasila

I. PENDAHULUAN. Masyarakat yang terdiri dari berbagai macam individu tentunya mempunyai

PENERAPAN MEDIA LAGU DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN BUDAYA LOKAL SISWA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan dapat memicu terjadinya konflik yang dengan susah payah dan penuh pengorbanan telah dapat datasi, sehingga sekarang bangsa Indonesia dapat tetap utuh sebagai suatu bangsa yang majemuk. Keberagaman inilah yang menjadi identitas nasional bangsa Indonesia yang harus dipertahankan agar tidak luntur karena kemajuan zaman yang sangat pesat pada saat ini. Kebudayaan daerah yang beraneka ragam adalah salah satu kekayaan yang dimiliki Bangsa Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan oleh semua warga negara terutama generasi muda. Kemajuan teknologi sebagai dampak dari globalisasi yang begitu pesat telah membawa kebudayaan asing masuk ke dalam negara Indonesia dan akan mempengaruhi seluruh warganegara terutama generasi muda. Begitu cepatnya pengaruh budaya asing tersebut menyebabkan terjadinya goncangan budaya (culture shock), yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mampu menahan berbagai pengaruh kebudayaan yang datang dari luar sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Adanya penyerapan unsur budaya luar yang di lakukan secara cepat dan tidak melalui

2 suatu proses internalisasi yang mendalam dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan antara wujud yang di tampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasannya atau yang biasa disebut ketimpangan budaya. Teknologi yang berkembang pada era globasisasi ini mempengaruhi karakter sosial dan budaya dari lingkungan sosial. Oleh karena itu, di dalam diri generasi muda perlu benar-benar mengerti dan memahami nilai-nilai budaya yang ada pada suatu kebudayaan di lingkungan masyarakat, karena dengan memahami nilai-nilai budaya yang sebenarnya maka masuknya kebudayaan asing akan dapat disaring secara baik oleh generasi muda. Melalui pemahaman nilai-nilai budaya yang kuat dikemudian hari dapat menjadi dasar dari terbentuknya kebudayaan baru dengan harapan tidak melupakan kebudayaan asli Indonesia. Globalisasi yang terjadi sampai di zaman sekarang ini telah menempatkan manusia pada dunia tanpa batas. Globalisasi yang disertai dengan revolusi dibidang ICT (Information and Communication Technology) membawa pengaruh pada lunturnya budaya asli Indonesia dan nasionalisme dikalangan generasi muda. Berbagai kemudahan memperoleh informasi akibat akselerasi di bidang ICT telah membuat generasi muda Indonesia teracuni dengan berbagai dampak negatif globalisasi. Hal ini dapat dilihat dari kondisi di lapangan yang menunjukan bahwa munculnya budaya kekerasan, konsumerisme menjadi gaya hidup generasi muda, lunturnya semangat gotong royong, kurangnya penghargaan terhadap budaya sendiri, dan meninggalkan hasil produksi dalam negeri. Bahkan tidak jarang dari para generasi muda sekarang ini malu dengan kebudayaan Indonesia karena dinilai kurang maju.

3 Hadirnya kebudayaan barat secara global membuat nilai-nilai budaya etnis menemukan titik-singgung dalam membentuk budaya Indonesia yang baru. Meskipun kebudayaan yang baru itu merupakan sistem dan nilai budaya yang baru, faktor nilai budaya etnis (tertentu) akan terasa di dalam budaya yang sedang terbentuk. Melalui kreativitas, nilai-nilai budaya etnis yang kuat dan lentur akan memberi kontribusi yang penting didalam proses pembentukan kebudayaan baru tersebut. Proses pembentukan kebudayaan Indonesia dengan demikian berlangsung tidak melalui proses yang sentralistis. Beberapa sentra dan bagianbagian kebudayaan haruslah ditumbuhkan dan dikembangkan guna memungkinkan nilai-nilai budaya etnis dapat dipadukan dan menemukan titiksinggung dengan nilai-nilai budaya global. Nilai-nilai budaya yang demikian yang akan membentuk sistem budaya dalam menghadapi tantangan-tantangan kebudayaan di masa depan. Kebudayaan berubah seirama dengan perubahan hidup masyarakat. Perubahan itu berasal dari pengalaman baru, pengetahuan baru dan akibatnya dalam penyesuaian cara hidup dan kebiasaannya kepada situasi baru. Permasalahan yang ada di Indonesia bila dicemati saat ini adalah rendahnya atau lemahnya kesadaran masyarakat akan budaya nasional terutama seni. Hal ini disebabkan karena lemahnya perhatian dari pemerintah sendiri terhadap seni khususnya seni tradisional yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah "puncakpuncak dari kebudayaan daerah". Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan yang makin dimantapkan, sehingga ketunggalan makin lebih dirasakan

4 dari kebhinekaan. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Bangsa Indonesia yang sudah sadar dan mengalami persebaran secara nasional. Dapat dikatakan kesenian tradisional yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional sekarang ini masih sangat dibutuhkan mengingat fungsinya sebagai ciri khas dalam kebudayaan asli Indonesia. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, kesenian tidak hanya menyentuh dimensi keindahan semata-mata, akan tetapi senantiasa tidak pernah terlepas dari masalah keseluruhan kebudayaan. Cara berpikir, suasana cita rasa, diafragma pandangan duniawi, dan kebijakan mengelola kehidupan, kesemuanya berkaitan dengan gugusan nilai, makna, moral, keyakinan, serta pengetahuan yang menyeluruh dalam kebudayaan di mana kesenian itu hidup. Pada kesenian melekat ciri-ciri khas suatu kebudayaan. Kesenian merupakan unsur budaya yang dapat digolongkan ke dalam kebutuhan integratif. Ia merupakan unsur pengintegrasi yang mengikat dan mempersatukan pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda ke dalam suatu desain yang utuh dan menyeluruh, operasional serta dapat diterima sebagai sesuatu hal yang bernilai. Kedudukan kesenian menjadi pengintegrasi yang mencerminkan konfigurasi dari desain kesenian itu. Oleh karena itu, kebutuhan masyarakat terutama generasi muda atau remaja tentang pentingnya menghargai nilai-nilai budaya yang terkandung dalam setiap kebudayaan daerah terutama kesenian tradisional yang merupakan bagian dari identitas nasional harus ditumbuhkan dengan demikian mereka akan menyadari bahwa Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan kebudayaan khususnya kesenian tradisional yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia sehingga timbul rasa cinta dan bangga terhadap budayanya sendiri. Hal

5 inilah yang kemudian akan menjadikan para pemuda memiliki jiwa Nasionalisme dan wawasan kebangsaan yang luas. Adanya globalisasi menimbulkan berbagai masalah terhadap eksistensi kesenian tradisional, salah satunya adalah terjadinya penurunan rasa cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa, erosi nilai-nilai budaya, terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa. Padahal perasaan bangga dan cinta terhadap tanah air yang kemudian akan membuat para pemuda Indonesia memiliki jiwa nasionalisme saat ini haruslah terus dipupuk. Agar para pemuda khususnya para remaja di era zaman sekarang ataupun di masa depan tidak terlalu mengelu-elukan kebudayaan yang ada di bangsa lain serta dapat menularkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air itu pada generasi selanjutnya. Apabila diperhatikan dengan seksama, ternyata kesenian tradisional yang sarat akan nilai budaya juga memiliki fungsi dalam pembelajaran yakni sebagai penunjang. Melalui kesenian tradisional suatu pembelajaran mampu masuk hingga kepelosok daerah. Hal ini karena adanya nilai-nilai luhur budaya bangsa yang bisa diturunkan dan dirasakan manfaatnya ketika mempelajari seni tradisional. Pada dasarnya seni tradisional itu mengajarkan manusia menjadi lebih menghargai kebersamaan, gotong royong, tepo seliro, harmonisasi, keindahan, musyawarah, keseimbangan antara duniawi dengan akhirat, kesopanan, dan masih banyak nilai positif lain yang dapat dijadikan pembelajaran bagi masyarakat luas. Peningkatan kesadaran masyarakat akan adanya nilai-nilai luhur budaya bangsa yang ada pada kesenian tradisional merupakan sarana untuk membangkitkan

6 semangat nasionalisme dan cinta tanah air, yang dapat dilakukan dengan senantiasa berusaha memelihara kesenian-kesenian tradisional asli Indonesia. Sehingga, sebagai warga negara Indonesia kita masih memiliki Identitas kebudayaan asli yang menjunjung tinggi nilai-nilai serta norma-norma yang telah sejak dulu ada. Hal inilah yang bisa dijadikan salah satu sarat utama dalam mewujudkan nasionalisme nasional bagi bangsa Indonesia. Remaja merupakan bagian dari pemuda generasi penerus bangsa. Sebagai penerus bangsa, pemuda diharapkan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Sehingga dapat mempertahankan identitas bangsa, khususnya dalam hal kesenian tradisional. Pada bidang seni tradisional, pemuda memiliki peran yang cukup penting, yaitu untuk menggali kesenian tradisional dan meningkatkan minat rakyat terhadap seni tradisional itu sendiri. Sebab, tanpa adanya keinginan para remaja untuk terus mempelajari dan meningkatkan minat terhadap kesenian tradisional, baik dalam hal tarian, alat musik, lagu, dll, maka kesenian tradisional Indonesia akan menghilang. Padahal seni tradisional merupakan bagian dari budaya Indonesia dan salah satu kekayaan Indonesia. Saat ini banyak remaja di Desa Patoman Kecamatan Pagelaran yang bisa dikatakan kurang berminat pada kesenian tradisional dan kurang mengetahui jenis kesenian tradisional karena sebagian remaja di desa ini banyak yang memilih kesenian modern, sebab mereka menganggap kesenian modern itu lebih asyik sehingga, dapat dikatakan penghargaan terhadap budaya asli Indonesia menjadi rendah karena kesenian tradisional yang merupakan bagian dari akar kebudayaan kurang mendapat tempat dalam diri mereka.

7 Disisi lain masih ada juga para remaja yang ikut terlibat dalam kegiatan kesenian tradisional dan juga menyukainya bahkan mereka menganggap bahwa kesenian tradisional juga merupakan hiburan yang menarik untuk tetap dikembangkan karena sekarang ini kesenian tradisional dirasa sudah mulai sulit untuk ditemukan. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan melalui dokumentasi diperoleh data tentang jumlah remaja yang mengikuti kesenian tradisional di Desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu Tahun 2013 dari jumlah remaja usia 15-19 tahun yang berjumlah 474 orang, yakni sebagai berikut: Tabel 1.1 Data jumlah remaja yang mengikuti kesenian tradisional di Desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu Tahun 2013. No. Jenis Kesenian Tradisional Jumlah Keterangan 1. Kuda Lumping 24 orang 2. Sintreng 19 orang 3. Wayang Kulit 22 orang Jumlah 66 orang Jumlah Seluruh Remaja usia 15-19 tahun adalah 474 Orang Sumber: Sanggar kesenian tradisional Desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu tahun 2013. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa remaja di Desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu banyak yang kurang berminat pada kesenian tradisional. Kuda Lumping yang berminat hanya 24/474 X 100% = 5.06 % dari jumlah remaja 474 yang berminat hanya 5.06 %. Selanjutnya Sintreng yang berminat hanya 19/474 X 100% = 4.01 % dari jumlah remaja 474 orang yang berminat sebanyak 4.01% dan kemudian kesenian wayang kulit yang berminat hanya 22/244 X 100% = 4.64%. Beberapa faktor yang menjadi penyebab

8 kurangnya minat para remaja tersebut ialah karena, mereka kurang bisa memahami nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian tradisional. Kurangnya kebutuhan untuk menghargai keindahan yang ada pada kesenian tradisional, faktor ini merupakan salah satu faktor penentu timbulnya minat remaja pada kesenian tradisional karena apabila mereka merasa membutuhkan serta menghargai keindahan kesenian tradisional sebagai hiburan sekaligus ciri khas budaya bangsa Indonesia maka mereka akan tertarik dan tumbuh minatnya pada seni tradisional. Kesadaran akan kebutuhan inilah yang harusnya ada dalam diri seseorang setelah terpenuhinya kebutuhan primer dan sekunder manusia. Selanjutnya, pandangan remaja terhadap kesenian tradisional, pandangan merupakan sudut pandang atau dapat dikatakan sebagai pemikiran mereka tentang seni tradisional kebanyakan dari para remaja menganggap seni tradisional sekarang ini sudah ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan era zaman modern sekarang ini serta tidak banyak lagi peminatnya bahkan pendapat mengenai kesenian tradisional yang masih dibutuhkan atau tidak para remaja disini terkesan bingung untuk menilainya karena mereka bernggapan sudah ada keseniankesenian modern yang lebih menghibur. Kesenian tradisional juga dianggap para remaja sebagai profesi yang kurang menjanjikan bagi masa depan para pelakunya karena peminatnya saat ini sedikit dan kurang mendapat perhatian dari masyarakat serta permerintah. Hal ini disebabkan karena kesenian tradisional bukanlah pertunjukan yang sering diadakan, tidak seperti kesenian-kesenian yang sifatnya modern yang pelaku bahkan penikmatnya sendiri saat ini semakin banyak dan materi yang

9 dihasilkannya pun besar dan dianggap mampu untuk menunjang kebutuhan para pelaku seninya sampai di masa depan nantinya. Faktor globalisasi, faktor ini merupakan faktor yang membawa pengaruh kuat pada perubahan tata nilai dan sudut pandang para remaja-remaja ini terhadap seni tradisional. Adanya globalisasi yang dengan mudah membawa kebudayaan dari luar masuk ke dalam negeri membuat para remaja di sini menjadi terbawa ke dalam arus modernisasi yang kuat sehingga para remaja merasa segala sesuatu yang bersifat tradisional itu menjadi kuno dan akhirya mereka lebih menggemari hiburan-hiburan lain yang bersifat modern. Kemajuan di bidang IPTEK yang merupakan dampak dari globalisasi juga berpengaruh terhadap minat remaja pada kesenian tradisional, kemajuan di bidang IPTEK menyebabkan terciptanya alat-alat atau media-media canggih yang saat ini bisa dijadikan hiburan baru yang lebih menarik dan lebih seru sehingga membuat para remaja seolah-olah tidak lagi membutuhkan kesenian tradisional sebagai hiburan. Kebijakan pemerintah terhadap kesenian tradisional juga turut mempengaruhi minat remaja karena selama ini seruan-seruan yang dilakukan oleh pemerintah untuk melestarikan kesenian tradisional dirasakan hanya sebagai wacana semata. Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbanganpertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya dapat dikatakan merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang berjudul Cultural Policy And The Performing Arts In South-East Asia, mengungkapkan kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini secara efektif

10 mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik melalui campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks kultural. Inilah yang kemudian membuat kesenian tradisional di mata publik seolah menjadi tenggelam karena kurangnya peran pemerintah sendiri terhadap kesenian tradisional terutama pada pelaku seninya. Kurangnya minat remaja pada kesenian tradisional di desa Patoman ini juga turut dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dan keluarga. Hal ini dikarenakan jarangnya masyarakat yang mengadakan pertunjukan seni tradisional, kesenian tradisional baru diadakan hanya jika ada hari-hari besar tertentu saja. Selanjutnya, faktor dari keluarga atau kedua orang tua yang mungkin tidak pernah memperkenalkan anak-anaknya pada kesenian tradisional atau bahkan melarang para anaknya yang memiliki minat pada kesenian tradisional untuk tidak ikut serta dalam kegiatan seni karena dianggap sebagai profesi yang tidak memiliki masa depan seperti yang telah dijelaskan di atas. Atas dasar inilah penulis menganggap perlu untuk mengetahui bagaimana pengaruh kebutuhan dan globalisasi terhadap minat remaja pada kesenian tradisional di Desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu Tahun 2013. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka kurangnya minat remaja pada kesenian tradisional dipengaruhi oleh : 1. Kebutuhan untuk menghargai keindahan yang ada pada kesenian tradisional.

11 2. Globalisasi yang membawa kebudayaan asing masuk ke Indonesia. 3. Kemajuan di bidang IPTEK yang menyebabkan terciptanya alat-alat atau media-media canggih yang saat ini bisa dijadikan hiburan baru. 4. Kebijakan pemerintah, lingkungan, dan keluarga yang seolah kurang memperhatikan kesenian tradisional. 1.3. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini dibatasi pada: 1. Pengaruh kebutuhan terhadap minat remaja pada kesenian tradisional. 2. Pengaruh globalisasi terhadap minat remaja pada kesenian tradisional. 3. Minat remaja pada kesenian tradisional. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah di atas maka penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat Pengaruh Kebutuhan Terhadap Minat Remaja Pada Kesenian tradisional di desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu Tahun 2013? 2. Apakah terdapat Pengaruh Globalisasi Terhadap Minat Remaja Pada Kesenian Tradisional di desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu Tahun 2013?

12 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan menguji: 1. Pengaruh Kebutuhan Terhadap Minat Remaja Pada Kesenian tradisional di desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. 2. Pengaruh Globalisasi Terhadap Minat Remaja Pada Kesenian Tradisional di desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. 1.6. Kegunaan Penelitian 1.6.1. Kegunaan Teoritis Secara teoritik penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsepkonsep ilmu pendidikan, khususnya Pendidikan Kewarganegaraan. Dengan wilayah kajian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai moral Pancasila. Kajian penelitian ini berkaitan dengan upaya membina pengetahuan, keterampilan, dengan lebih banyak memberikan pemahaman tentang pelestarian keberadaan budaya tradisional sebagai identitas bangsa kepada remaja dan masyarakat luas, yang bertujuan menumbuhkan rasa cinta tanah air di masyarakat. 1.6.2. Kegunaan Praktis Kegunaan secara praktis dari hasil penelitian ini diharapkan: 1. Masyarakat yaitu menumbuhkan kesadaran pada masyarakat tentang pentingnya melestarikan budaya-budaya daerah yang semakin pudar dan mulai ditinggalkan penggemarnya. 2. Para remaja sebagai bahan pengetahuan dan menumbuhkan perasaan ingin selalu melestarikan kesenian tradisional sebagai warisan budaya.

13 1.7. Ruang Lingkup penelitian 1.7.1. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini termasuk dalam ruang ilmu pendidikan, khususnya Pendidikan Kewarganegaraan dengan wilayah kajian PKn sebagai Pendidikan Moral pancasila. Karena tinjauan dilakukan dari aspek pendidikan kemasyarakatan, yang berkaitan dengan nilai sosial dan budaya. 1.7.2. Ruang Lingkup Subyek Ruang lingkup subyek penelitian ini adalah Remaja di desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. 1.7.3. Ruang lingkup Objek Ruang Lingkup Objek Penelitian ini adalah Pengaruh Kebutuhan dan Globalisasi Terhadap Minat Pada Kesenian tradisional. 1.7.4. Ruang Lingkup Wilayah Ruang Lingkup Wilayah dalam Penelitian ini adalah di Lingkungan Desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupten Pringsewu. 1.7.5. Ruang Lingkup waktu Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian oleh dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.