BAB III LANDASAN TEORI. Dalam konferensi WARC (World Administrative Radio Conference) tahun

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNOLOGI SELULER ( GSM )

Arsitektur Jaringan GSM. Pertemuan XIII

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II PENGENALAN SISTEM GSM. tersedianya kemudahan disegala bidang yang mampu menunjang usaha dibidang

BAB II LANDASAN TEORI

Universal Mobile Telecommunication System

BAB II LANDASAN TEORI

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER

BAB II TEORI DASAR ANTENA DAN KOMUNIKASI SELULAR. menggunakan kabel ditetapkan dengan nama antena. Antena berasal dari bahasa

BAB II TEORI DASAR 2.1 GLOBAL SISTEM FOR MOBILE (GSM)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SELULER. Komponen fundamental dari suatu sistem GSM (Global System for Mobile

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULAR UTRA-TDD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.2 Awal Perkembangan GSM (Global System for Mobile Communications ) di

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik

BAB II LANDASAN TEORI


Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER

BAB II TEKNOLOGI GSM DAN STANDAR PROTOKOL SMS

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Dalam perkembangan teknologi telekomunikasi telepon selular terutama yang berkaitan dengan generasi ke-tiga (3G), CDMA menjadi teknologi pilihan masa

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes

BAB III LANDASAN TEORI

PENS SISTIM SELULER GENERASI 2 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA By: Prima Kristalina

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI BERGERAK. AMPS (Advance Mobile Phone System) sampai ke GSM (Global System. bahkan 1900 MHz khusus di Amerika Utara.

ANALISIS PERFORMANSI REHOMMING BR 9.0-EVOLUSION BSC (ebsc) PADA JARINGAN GSM PT TELKOMSEL DI MAKASSAR

BAB III LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR PENGARUH KAPASITAS LOCATIONS AREA CODE (LAC) PADA KUALITAS CSSR YANG DIAMATI DI MSS PADA JARINGAN KOMUNIKASI BERGERAK GENERASI KE 3(3G)

SISTEM KOMUNIKASI BEGERAK WHAT TECHNOLOGY ABOUT THIS???

DASAR TEORI. Merupakan jaringan packet-switched yang ditumpangkan (overlaid) ke jaringan

BAB II LANDASAN TEORI. Dunia telekomunikasi sekarang ini diramaikan oleh berbagai macam

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI

KONSEP DASAR SELULER. (DTG3G3) PRODI D3 TT Yuyun Siti Rohmah,ST.,MT

: RANCANG BANGUN SIMULASI ENKRIPSI PADA KOMUNIKASI GSM

ANALISIS PENGARUH KAPASITAS LOCATION AREA CODE TERHADAP PERFORMANSI PADA JARINGAN 3G Cornelis Yulius Ganwarin, [1] Rendy Munadi [2], Asep Mulyana [3]

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA

BAB II LANDASAN TEORI

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING


Powered By TeUinSuska2009.Wordpress.com. Upload By - Vj Afive -

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data

Jurnal ICT Vol 3, No. 5, November 2012, hal AKADEMI TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA

MODUL-10 Global System for Mobile Communication (GSM)

II. TINJAUAN PUSTAKA. (proses handover dari macrocell ke femtocell) telah dilakukan secara luas dalam

BAB II ASPEK TEKNIS JARINGAN GSM

BAHAN SIDANGTUGAS AKHIR RIZKI AKBAR

Global System for Mobile Communication ( GSM )

GSM Attack (IMSI Catch and Fake SMS) Arif Wicaksono & Tri Sumarno

D a t a b a s e M e n a r a T e l e k o m u n i k a s i. Page 26

BAB II TEORI ANTENA. Penemuan teknologi radio adalah kemajuan besar dunia telekomunikasi.

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

yang dapat menghubungkan pemakai pada telepon biasa dan pemakai telepon selular

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TEKNOLOGI GSM DAN PERTUMBUHAN PELANGGAN SELULER DI INDONESIA

Gambar II.7 Skema 2 nd Generation (2G) Network. 2) BTS / RBS : Base Transceiver Station / Radio Base Station

BAB II DASAR TEORI. Awal penggunaan dari sistem komunikasi bergerak dimulai pada awal tahun 1970-an.

Kegagalan Panggil (Fail Connection) pada Sistem Jaringan Telepon Selular (GSM)

SISTEM KOMUNIKASI BERGERAK. Pemrograman Sistem

MOBILITY MANAGEMENT DALAM SISTIM NIRKABEL BERGERAK

PEMANFAATAN PONSEL SEBAGAI PERANGKAT MONITORING JARINGAN GSM BERBASIS PERSONAL KOMPUTER

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Subsistem base transceiver station (BTS)

BAB II TEKNOLOGI SELULER GSM. (Frequency Division Multiple Access), metode TDMA (Time Division Multiple

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sistem Komunikasi Seluler dan Perangkatnya Awal Perkembangan Teknologi Selular

Dalam hal ini jarak minimum frequency reuse dapat dicari dengan rumus pendekatan teori sel hexsagonal, yaitu : dimana :

Designing WLAN based Metropolitan Area Network (MAN)

Teknologi Komunikasi Data Seluler. Adri Priadana ilkomadri.com

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TUGAS AKHIR ANALISA PERFORMANSI JARINGAN TELEKOMUNIKASI GSM. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI GSM. Global System for Mobile Communication (GSM) merupakan salah satu trend

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV

OPTIMASI BTS MENGGUNAKAN ANTENA SEKTORAL SANDY KUSUMA/ UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Kualitas Sinyal GSM di Kecamatan Syiah Kuala Menggunakan Nokia Network Monitor

BAB II TEORI DASAR WCDMA DAN HSDPA. 2.1 Umum Perkembangan teknologi komunikasi bergerak ternyata berkembang

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

BAB II DASAR TEORI. Global System for Mobile Communication (GSM) adalah sistem

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 23 / DIRJEN / 2004 TENTANG

BAB II DASAR TEORI. Antena merupakan elemen penting yang ada pada setiap sistem

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 DASAR TEORI. Sistem telekomunikasi yang cocok untuk mendukung sistem komunikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II SISTEM KOMUNIASI BERGERAK. internasional roaming.. Dengan GSM satelit roaming, pelayanan juga dapat

TUGAS AKHIR ANALISA PERFORMANSI JARINGAN BTS GSM/DCS NOKIA DI SEKITAR AREA UNIVERSITAS MERCU BUANA

TUGAS AKHIR ANALISIS PENERAPAN BASEBAND HOPPING PADA SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER GSM DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PANGGILAN

10/13/2016. Komunikasi Bergerak

Memahami maksud dan tujuan sistem komunikasi bergerak Memahami frekuensi yang digunakan dalam sistem komunikasi bergerak Menjelaskan evolusi pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

TEKNIK PERANCANGAN JARINGAN AKSES SELULER

Analisis Aspek-Aspek Perencanaan BTS pada Sistem Telekomunikasi Selular Berbasis CDMA

1.2 Arsitektur Jaringan GSM

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Arsitektur GSM

Transkripsi:

11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sejarah Teknologi GSM Dalam konferensi WARC (World Administrative Radio Conference) tahun 1979 ditetapkan bahwa frekuensi 860 Mhz 960 Mhz dialokasikan untuk komunikasi selular dikemudian hari. Dengan penetapan ini berarti band frekuensi selebar 2 x 25 Mhz khusus disiapkan untuk seluler digital. Tahun 1982 dengan dipelopori oleh jerman dan perancis maka CEPT (Conference Europeance d Administration de Post et Telecomunication) menetapkan GSM sebagai standar digital selular untuk Eropa. Tahun 1985 Jerman, Perancis, Italia dan Inggris bersatu untuk mengembangkan standarisasi GSM. GSm telah diadaptasi di Amerika Utara dengan menggunakan frekuensi 1900 Mhz kemudian sistem ini diberi nama PCS 1900 (Personal Comunication System). Pemisahan frekuensinya sebesar 80 Mhz untuk Uplink dan 1930-1990 Mhz untuk downlink. GSM juga diadaptasi di Eropa dengan nama PCN (Personal Comunication Network) dengan menggunakan frekuensi 1800 Mhz. Frekuensi modifikasinya antara 1710-1785 Mhz untuk uplink dan 1805-1880 Mhz untuk downlink, dengan pemisah frekuensi sebesar 95 Mhz antara uplink dan downlink.

12 1. Base Station Subsystem (BSS) Gambar 3.1 Arsitektur Jaringan GSM BSS adalah interface antara MS(Mobile Station) dengan MSC(Mobile Switching Mode) pada sistem selular GSM. Teknik radio digital digunakan untuk hubungan antara BSS dan MS. BSS menyediakan interface sinyal digital pada land network (A-interface) antara BSS dan MSC terdiri dari BSC, BTS dan XCDR (speech trancoder). 2. Base Station Controller (BSC) Fungsi dari BSC adalah untuk mengontrol BTS, memproses bentuk panggilan, operasi dan maintenance dan menyediakan interface antara BSC dan MSC. Sedangkan fungsi utamanya adalah mengatur kanal radio dan mentransfer sinyal informasi dari dank ke Mobile Station(MS).

13 3. Base Transceiver Station (BTS) Setiap BTS menyediakan kanal radio (RF-carries) untuk suatu are cakupan. Kanal RF digunakan untuk hubungan antara MS dan BSS. BTS mengandung transceiver radio yang menangani sebuah sel dan hubungan dengan MS. 4. Speech Trascoder (XCDR) Gambar 3.2 Base Transceiver Station XCDR diperlukan untuk penyesuaian A-law PCM data pada land network dari sistem GSM. XCDR adalah alat pemroses sinyal digital yang terdiri dari speech encoding dan decoding. XCDR merupakan interface antara 64 kbps A-law PCM Channel pada land network dan 13 kbps vocoder channel yang dipakai pada air-interface. 5. Mobile Switching Center MSC merupakan initi dari jaringan GSM. Fungsinya untuk menghubungkan pelanggan mobile ke PSTN atau pelanggan mobile lainnya. Untuk menangani permintaan panggilan, MSC dapat mengakses informasi dari ketiga database

14 HLR, VLR dan AuC. Setelah menggunakan ketiga database tersebut MSC mengupdate ketiga database sesuai informasi terakhir dari status panggilan dari posisi pelanggan. 6. Home Location Register (HLR) HLR menyimpan semua data yang berhubungan dengan pesawat pelanggan. Data statis menerangkan kapabilitas akses pelanggan, jenis pelayanan dan pelayanan tambahan. HLR juga mempunyai data dinamis tentang pesawat pelanggan roaming. MSC menggunakan data dinamik untuk segera meroutekan panggilan yang datang ke pesawat pelanggan yang dipanggil. 7. Visitor Location Register (VLR) VLR menyimpan informasi tentang pesawat pelanggan yang memasuki area pelayanannya. VLR dapat dianggap sebagai database pelanggan yang dinamik yang secara intensif bertukar data dengan HLR. Hubungan kedua database tersebut memungkinkan MSC untuk menset-up panggilan yang masuk maupun keluar dalam are pelayanan MSC tersebut. Data disimpan dalam VLR mengikuti pelanggan jika memasuki area lain. 8. Equipment Identity Register (EIR) EIR merupakan database yang menyimpan International Mobile Equipment Identity (IMEI) pesawat pelanggan. Database tersebut dikategorikan dalam tiga hal yaitu white list (pesawat tersebut sah atau legal), grey list (pesawat sedang dalam pengamatan), black list (pesawat tersebut tidak sah atau ilegal).

15 9. Authentication Centre (AuC) AuC adalah pengukuran keamanan dan memproteksi informasi pesawat pelanggan terhadap gangguan melalui media udara. Karena rentanya keamanan dari media udara, spesifikasi GSM memasukkan pengukuran untuk otoritas pelanggan dan kunci rahasia yang disimpan dalam AuC. Database dalam AuC juga diproteksi terhadap mekanisme akses yang tidak berhak. 10. Network Management System (NMC) NMC menangani informasi konfigurasi dan network-wide data pada PLMN. Hasil laporan statistik pada jaringan dan tugas juga ada di sini. NMC juga menangani kontrol trafik dan rekonfigurasi jaringan. 11. Operation and Maintenance Cemtre (OMC) OMC menyediakan fungsi sebagai berikut: Kontrol alarm Kontrol trafik Overload controll Pelaporan kesalahan Kumpulan statistik dan analisa Sistem inventori dan kontrol Administrasi jaringan

16 3.2 Konsep Selular Bentuk sel heksagonal merupakan bentuk yang cocok untuk perencanaan dan desain sistem selular karena mendekati bentuk lingkaran bentuk yang ideal area coverage, tanpa gap dan overlap dengan sel heksagonal yang lain. Dalam perencanaan BTS yang perlu diperhatikan adalah merencanakan sel, syarat yang harus dipenuhi adalah frequency reuse atau cluster harus simetris artinya tiap sel harus mempunyai jarak yang sama dengan sel co-channelnya. Gambar 3.3 Bentuk-bentuk sel dan konturnya 3.3 Gangguan-gangguan Pada Komunikasi Selular 1. Interferensi Ketika terjadi pengulangan frekuensi, terdapat resiko interferensi dari BTS lain yang menggunakan frekuensi yang sama. Namun demikian dengan jarak yang cukup besar antara sel dengan frekuensi yang sama terhadap radius dari sel memungkinkan interferensi sel dapat dikendalikan atau dengan perancanaan pengulangan frekuensi dan sektorisasi sel dengan menggunakan antena berarah (Directional Antenna).

17 Kemudian interferensi kanal bersebelahan (Adjacent Channel Interference) terjadi akibat penggunaan kanal yang bersebelahan dalam satu sel atau penggunaan kanal pada sel yang bersebelahan dengan frekuensi yang berdekatan. Interferensi lainnya yaitu interferensi intersimbol (Intersymbol Interference) terjadi akibat yang ditimbulkan oleh efek multipath sehingga menimbulkan delay spread khususnya daerah perkantoran. 2. Fading Fading adalah salah satu gangguan yang terjadi pada sistem komunikasi selular. Dari segi kualitas, keberadaan fading dapat dirasakan sebagai timbul tenggelamnya suara yang terdenganoleh penerima. Fading disebabkan oleh efek yang ditimbulkan oleh perubahan konfigurasi alam antara BTS dan MS sehinggan menimbulkan redaman lintasan. Terdapat dua jenis fading yang terjadi, yaitu: a. Fading Lambat (long-term fading) Fading yang disebabkan oleh lintasan yang menyebabkan sinyal menempuh lebih dari satu lintasan dari BTS ke MS akibat pantulan oleh bangunan, pohon, kendaraan serta lainnya yang mengakibatkan efek multipath seperti gambar dibawah ini.

18 Gambar 3.4 Multipath Fading b. Fading Cepat (Short-term/Rayleigh Fading) Fading yang disebabkan oleh efek yang ditimbulkan perubahan konfigurasi alam antara BTS dan MS sehingga menimbulkan fluktuasi redaman akibat efek bayangan dari penghalang (Shadowing). 3.4 Antena Sektoral Antena sektoral kadang kala disebut dengan Antenna Patch Panel pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan antena omni. Biasanya digunakan untuk access point bagi sambunga point-to-multi-point (P2MP). Umumnya antena sektoral mempunyai polarisasi vertikal, beberapa diantaranya juga mempunyai polarisasi horizontal. Antena sektoral umumnya mempunyai penguatan lebih tinggi dari antena omni sekitar 10-19 dbi. Sangat baik untuk memberikan servis di daerah dalam jarak 6-8 km. Tingginya penguatan pada antena sektoral biasanya dikompensasi dengan lebar pola radiasi yang sempit 45-180 derajat. Jelas daerah yang dapat diservis menjadi lebih sempit, dan ini sangat menguntungkan.

19 Secara umum radiasi antenalebih banyak ke muka antena, tidak banyak radiasi di belakang antena sektoral. Radiasi potongan vertikal tidak berbeda jauh dengan antena omni. Antena sektoral biasanya diletakkan di atas tower yang tinggi karena itu biasanya ditilt sedikit agar memberikan layanan ke daerah di bawahnya. Gambar 3.5 Antenna Sectoral Antena sektoral seperti halnya antenna omnidirectional mempunyai polarisasi vertikal dan dirancang untuk digunakan pada base station (BTS) tempat akses poin berada. Berbeda dengan antenna omnidirectional yang dapat memberikan servis dalam jangkauan 360 derajat. Antena sektoral hanya memberikan servis pada wilayah/sektor yang terbatas. Biasanya 45-180 derajat saja. Pengaturan pancaran antena BTS menjadi sektoral dilakukan dengan beberapa alasan teknis, diantaranya adalah meningkatkan kapasitas jaringan. Sudut sektor yang umum biasanya dioperasionalkan 120 derajat, sementara sudut sektor 90 derajat juga diterapkan di beberapa BTS. Keuntungan yang diperoleh denganmembatasi wilayah servis tersebut, antena sektoral mempunya gain yang

20 lebih besar dari padaantena omni. Biasanya antena sektoral mempunyai gain antara 10-19 dbi. Potongan medan horizontal antena sektoral yang hanya melebar pada satu sisi saja. Sedang pada potongan medan vertikalnya sangat pipih seperti antenna omnidirectional. 3.5 Sektorisasi Antena Gambar 3.6 Pola Radiasi Antenna Omnisectoral Ada dua metode yang digunakan dalam sektorisasi yaitu menggunakan tiga sektor 120 atau 6 sektor 60. Kedua metode tersebut sama-sama mengurangi jumlah interferensi sumber. Sektorisasi 3 sektor biasa digunakan pada pola pengulangan 7 sel dan akan memberikan total 21 kanal. Sektorisasi 6 sektor biasa digunakan pada pola pengulangan 6 sel dan akan menghasilkan 24 kanal. Kelemahan sektorisasi adalah banyaknya kanal yang terbentuk sehingga mengurangi efisiensi jaringan. Hal ini berarti bahwa total trafik yang dapat dibawa untuk memberikan Grade of Service (GoS) menurun.

21 3.6 Konsep Dasar Jaringan WCDMA-UMTS WCDMA merupakan teknologi generasi ketiga (3G) yang berbasis packet service dengan menggunakan standar direct spread spectrum dan modulasi RF yang digunakan adalah QPSK saat uplink maupun downlink. Standar bandwidth yang dipakai sebesar 5 Mhz yang dapat ditingkatkan sampai dengan 10 Mhz, 15 Mhz dan 20 Mhz. Sedangkan dukunagn mobilitas yang dapat dilayani sampai dengan 120 km/jam. Beberapa hal yang dimiliki oleh teknologi WCDMA ini adalah: a) Mendukung pengiriman data dengan kecepatan tinggi (> 384 kbps pada lingkup area yang lebar dan dapat mencapai 2 Mbps pada daerah indoor/local outdoor coverage). b) Sistem layanan yang fleksibel yang mendukung multiple parallel variable rate services pada tiap-tiap koneksi. c) Dukungan terhadap handover antar frekuensi untuk pengoperasian dengan struktur sel yang bertingakt. d) Implementasi yang mudah pada terminal dual mode UMTS/GSM baik itu handover diantara UMTS dan GSM. e) Kerahasiaan yang tinggi. f) Dapat diaplikasikan pada lingkungan interferensi yang tinggi. g) Menyediakan kapasitas yang lebih besar dari pada sistem FDMA, TDMA, maupun NarrowBand CDMA. Kelebihan lainnya secara teknis adalah teknologi WCDMA memiliki laju data yang tinggi yang mampu mencapai 5,6 Mbps dan mampu melayani 196 user tiap kanalnya, jauh lebih besar dari teknologo GSM yang hanya mampu

22 menangani 8 user tiap kanalnya. UMTS adalah salah satu teknologi selular pada generasi ketiga yang menggunakan teknologi WCDMA sebagai interfacenya. UMTS dikembangkan oleh IMT-2000 framework yang merupakan salah satu bagian dari program ITU. Gambar 3.7 Arsitektur Jaringan 3G WCDMA-UMTS Dari gambar 3.7 di atas terlihat bahwa arsitektur jaringan UMTS terdiri dari perangkat-perangkat yang saling mendukung, yaitu User Equipment (UE), UMTS Terresterial Radio Access Network (UTRAN) dan Core Network (CN). 1. UE (User Equipment) User Equipment merupakan perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk dapat memperoleh layanan komunikasi bergerak. UE dilengkapi dengan smart card yang dikenal dengan nama USIM (UMTS Subscriber Identity Module) yang berisinomor identitas pelanggan dan juga algoritma security untuk keamanan seperti authentication algorithm dan algoritma enkripsi. Selain terdapat USIM, UE juga dilengkapi dengan ME

23 (Mobile Equipment) yang berfungsi sebagai terminal radio yang digunakan untuk komunikasi lewat radio. 2. UTRAN (UMTS Terresterial Radio Access Network) Jaringan aksek radio menyediakan koneksi antara terminal mobile dan Core Network. Dalam UMTS jaringan akses dinamakan UTRAN. UTRA mode UTRAN terdiri dari satu atau lebih jaringan sub-sistem radio (RNS). Sebuah RNS merupakan suatu sub-jaringan dalam UTRAN dan terdiri dari Radio Network Controller (RNC) dan satu atau lebih Node B. RNS dihubungkan antar RNC melalui suatu Iur Interface dan Node B dihubungkan dengan satu Iub Interface. Di dalam UTRAN terdapat beberapa elemen jaringan yang baru dibandingkan dengan teknologi 2G yang ada saat ini, diantaranya adalah Node-B dan RNC. a) RNC (Radio Network Controller) RNC bertanggung jawab mengintrol radio resources pada UTRAN yang membewahi beberapa Node-B, menghubungkan CN dengan user, dan merupakan tempat berakhirnya protokol RRC (Radio Resource Controll) yang mendefinisikan pesan dan prosedur antara mobile user dengan UTRAN. b) Node-B Node-B sama dengan Base Station di dalam jaringan GSM. Node- B merupakan perangkat pemancar dan penerima yang memberikan

24 pelayanan radio kepada UE. Fungsi utama Node-B adalah melakukan proses pada layer 1 antara lain: channel coding, interleaving, spreading, de-spreading, modulation, de-modulation dan lain-lain. Node-B juga melakukan beberapa operasi RRM (Radio Resource Management), seperti handover dan power controll. 3. CN (Core Network) Jaringan lokal menggabungkan fungsi kecerdasan dan transport. CN ini mendukung penyisihan dan transport informasi dari trafik termasuk peringanan beban trafik. Fungsi-fungsi kecerdasan yang terdapat langsung seperti logika dan dengan adanya keuntungan fasilitas kendali dari layanan melalui antarmuka yang terdefinisi jelas, yang juga pengaturan mobilitas. Dengan melewati inti jaringan, UMTS juga dihubungkan dengan jaringan telekomunikasi lain, jadi sangat memungkinkan tidak hanya antara pengguna UMTS mobile tetapi juga dengan jaringan yang lain.