Analisis Kualitas Sinyal GSM di Kecamatan Syiah Kuala Menggunakan Nokia Network Monitor

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

PEMANFAATAN PONSEL SEBAGAI PERANGKAT MONITORING JARINGAN GSM BERBASIS PERSONAL KOMPUTER

Arsitektur Jaringan GSM. Pertemuan XIII

BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM

BAB II PENGENALAN SISTEM GSM. tersedianya kemudahan disegala bidang yang mampu menunjang usaha dibidang

BAB II TEKNOLOGI GSM DAN STANDAR PROTOKOL SMS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TEORI PENUNJANG


: RANCANG BANGUN SIMULASI ENKRIPSI PADA KOMUNIKASI GSM

ANALISIS KUALITAS PANGGILAN DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMOGRAMAN VISUAL BASIC PADA JARINGAN. GSM PT. INDOSAT, Tbk

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SELULER. Komponen fundamental dari suatu sistem GSM (Global System for Mobile

BAB II ASPEK TEKNIS JARINGAN GSM

GSM Attack (IMSI Catch and Fake SMS) Arif Wicaksono & Tri Sumarno

ANALISIS PERFORMANSI REHOMMING BR 9.0-EVOLUSION BSC (ebsc) PADA JARINGAN GSM PT TELKOMSEL DI MAKASSAR

Implementasi Short Message Service pada Jaringan GSM Menggunakan OpenBTS v 5.0

TEKNOLOGI SELULER ( GSM )

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

Oleh : Budi Nugroho ( L2F )


1.2 Arsitektur Jaringan GSM

Jurnal ICT Vol 3, No. 5, November 2012, hal AKADEMI TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.2 Awal Perkembangan GSM (Global System for Mobile Communications ) di

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS CALL SETUP SUCCESS RATE (CSSR) PERFORMANCE PT. INDOSAT,

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER

TUGAS AKHIR ANALISIS PENERAPAN BASEBAND HOPPING PADA SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER GSM DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PANGGILAN

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI BERGERAK. AMPS (Advance Mobile Phone System) sampai ke GSM (Global System. bahkan 1900 MHz khusus di Amerika Utara.

BAB II TEKNOLOGI SELULER GSM. (Frequency Division Multiple Access), metode TDMA (Time Division Multiple

BAB II DASAR TEORI 2.1 Arsitektur Jaringan GSM

BAB II SISTEM KOMUNIASI BERGERAK. internasional roaming.. Dengan GSM satelit roaming, pelayanan juga dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem Komunikasi Modern Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Yogyakarta

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

Gambar II.7 Skema 2 nd Generation (2G) Network. 2) BTS / RBS : Base Transceiver Station / Radio Base Station

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III ANALISIS TRAFIK DAN PARAMETER INTERFERENSI CO-CHANNEL

BAB II TEORI DASAR 2.1 GLOBAL SISTEM FOR MOBILE (GSM)

TUGAS AKHIR ANALISA PERFORMANSI JARINGAN BTS GSM/DCS NOKIA DI SEKITAR AREA UNIVERSITAS MERCU BUANA

Global System for Mobile Communication ( GSM )

BAB III. KONFIGURASI MSC DAN MSS PT. INDOSAT, Tbk.

BAB II LANDASAN TEORI. Dunia telekomunikasi sekarang ini diramaikan oleh berbagai macam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 DASAR TEORI. Sistem telekomunikasi yang cocok untuk mendukung sistem komunikasi

D a t a b a s e M e n a r a T e l e k o m u n i k a s i. Page 26

KONSEP DASAR SELULER. (DTG3G3) PRODI D3 TT Yuyun Siti Rohmah,ST.,MT

Kata kunci : GSM (Global System Mobile), KPI, CDR, seluler

BAB III ANALISIS MASALAH

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Arsitektur GSM

Analisa Performansi Pengiriman Short Message Service (SMS) Pada Jaringan CDMA

PENS SISTIM SELULER GENERASI 2 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA By: Prima Kristalina

PENGANTAR TELEKOMUNIKASI

BAB II LANDASAN TEORI. membuat location based service (cellular base station), antara lain : 2.1 Location Based Service (cellular base station)

BAB II DASAR TEORI. Global System for Mobile Communication (GSM) adalah sistem

SISTEM PEMANTAUAN IDENTITAS JARINGAN GSM

BAB II TEKNOLOGI GSM DAN PERTUMBUHAN PELANGGAN SELULER DI INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

Cell boundaries (seven cell repeating pattern)

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER

AUTOMATIC METER READING (AMR) MENGGUNAKAN JARINGAN GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE (GSM) SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI

BAB III METODA PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sistem Komunikasi Seluler dan Perangkatnya Awal Perkembangan Teknologi Selular

Makalah Seminar Kerja Praktek. PERANGKAT MOBILE MEDIA GATEWAY R5.0 (M-MGW R5.0) PADA NETWORK SWITCHING SUBSYSTEM (NSS) PT. INDOSAT, Tbk SEMARANG

Kegagalan Panggil (Fail Connection) pada Sistem Jaringan Telepon Selular (GSM)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 3G/UMTS. Teknologi WCDMA berbeda dengan teknologi jaringan radio GSM.

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 23 / DIRJEN / 2004 TENTANG

Oleh : Slamet Joyo Mulyono ( L2F )

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI GSM. Global System for Mobile Communication (GSM) merupakan salah satu trend

TUGAS AKHIR ANALISA MESSAGE ISUP TRUNK INTERKONEKSI INDOSAT-TELKOM PASKA MIGRASI GATEWAY INTERKONEKSI PSTN TELKOM SEMARANG

ANALISIS KINERJA ALGORITMA SUBOPTIMAL HANDOVER PADA SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS

APLIKASI PENDETEKSIAN LOKASI KENDARAAN BERDASARKAN KODE IDENTITAS SEL BTS (BASE TRANSCEIVER STATION) MENGGUNAKAN SMS (SHORT MESSAGE SERVICE)

MODUL-10 Global System for Mobile Communication (GSM)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SELULER

BAB II LANDASAN TEORI

OPTIMASI BTS MENGGUNAKAN ANTENA SEKTORAL SANDY KUSUMA/ UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Teknologi Komunikasi Data Seluler. Adri Priadana ilkomadri.com

Pengaruh Pilot Pollution terhadap Performansi

BAB III PEMODELAN BISNIS, DATA, DAN PROSES

ANALISIS PENERAPAN BASE TRANSCEIVER STATION HIGH CAPACITY PADA GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUCATION

BAB III PERENCANAAN PARAMETER BSS UNTUK OPTIMALISASI BTS INDOOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Mengenal GSM (Global System for Mobile communication)

Kajian Teknologi Layanan Free-Repply-SMS

Telepon Seluler diyakini sbg gabungan teknologi telepon (Alexander Graham Bell, 1876) & Radio (Nikolai Tesla, 1880; Guglielmo Marconi, 1894)

KAJIAN TEKNOLOGI LAYANAN FREE-REPPLY-SMS

TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Edy Hadiyanto

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA

ARSITEKTUR PADA BASE TRANCEIVER STATION NOKIA ULTRASITE

BAB III LANDASAN TEORI. Dalam konferensi WARC (World Administrative Radio Conference) tahun

Transkripsi:

ISSN : 2088-9984 Seminar Nasional dan ExpoTeknik Elektro 2011 Analisis Kualitas Sinyal GSM di Kecamatan Syiah Kuala Menggunakan Nokia Network Monitor Rizal Munadi, Rahmat Saputra dan Hubbul Walidainy Jurusan Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Syeh Abdurrauf No.7 Darussalam Banda Aceh 23111 e-mail : rizal.munadi@elektro-unsyiah.net, rahmat.saputra@elektro-unsyiah.net, hwalidainy@yahoo.com ABSTRAK Kualitas daya terima sinyal dapat dipantau oleh setiap pelanggan sistem komunikasi seluler berdasarkan indikator diagram batang pada handphone. Besaran nilai signal strength yang diwakilkan oleh diagram batang tersebut tidak dapat diketahui secara pasti nilainya. Dalam penelitian ini informasi kualitas daya terima sinyal dapat diketahui nilainya dengan instalasi software N-Monitor untuk mengaktifkan menu nokia network monitor sebagai media alternatif dalam monitoring suatu jaringan GSM. Untuk memantau kualitas sinyal, pengukuran dilakukan secara bergerak pada jaringan GSM yang berlokasi di kecamatan Syiah Kuala dengan memilah daerah pengamatan berdasarkan daerah open area, sub urban dan urban. Dari hasil penelitian ini menunjukkan kuat sinyal yang diterima mobile station dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bangunan, pohon-pohon, lintasan propagasinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat sinyal di daerah open area lebih bagus dari kuat sinyal di daerah sub urban dan urban. Hal ini disebabkan pada daerah tersebut merupakan daerah yang sedikit dijumpai pohonpohon, bangunan-bangunan yang tinggi sehingga lintasan propagasinya bersifat Line of Sight. Kata Kunci : GSM, Kuat Sinyal, Propagasi, Open Area, Sub Urban, Urban 1. Pendahuluan Dalam penelitian ini, data diperoleh dengan cara memanfaatkan handphone dan software N-Monitor sebagai media alternatif dalam monitoring suatu jaringan GSM. Adapun parameter yang dapat diamati antara lain: frekuensi kerja, besarnya daya pancar dan terima, time slot, perkiraan jarak handphone dengan BTS, perkiraan nilai BER, jenis kanal trafik yang sedang bekerja, kode wilayah (kode operator, kode area, kode sel dan kode BSIC) di mana handphone tersebut sedang aktif, parameter sel tetangga dan beberapa parameter lainnya. Untuk memperoleh data yang diperlukan maka pengukuran dilakukan secara bergerak dan melakukan serangkaian call test dan pengiriman SMS. Parameter yang diukur berkaitan dengan identitas suatu cell, parameter jaringan GSM dan kualitas jaringan GSM dari operator Telkomsel. Dari data yang diperoleh dengan monitoring tersebut maka dapat diketahui kinerja jaringan dan kinerja pelayanan operator seluler GSM di wilayah Kecamatan Syiah Kuala. Penelitian yang mengkaji cakupan penggunaan tower bersama telah dilakukan oleh Triannisa [1] dan pada penelitian ini difokuskan pada satu operator saja. 2. Dasar Teori 2.1 Arsitekur Jaringan GSM Jaringan GSM disusun dari beberapa entitas fungsional yaitu: Mobile Station (MS), Base Station Subsytem (BSS), Network Subsytem (NSS), Operation and Support System (OSS)[4] Teknologi GSM merupakan salah satu sistem telepon seluler generasi kedua yang berbasis digital. Pada sistem GSM ini, parameter-parameter sederhana seperti kuat sinyal yang diterima, besarnya daya terima dan daya pancar, frekuensi kerja, dan sebagainya hanya dapat dilihat dengan menggunakan perangkat ukur khusus untuk GSM. Perangkat ini biasanya hanya dimiliki oleh para operator seluler dalam memantau atau mengamati kondisi jaringannya. 44

A7 Seminar Nasional dan ExpoTeknik Elektro 2011 Mobile Station MS MS Um BTS BTS BTS Base Station Subsystem Abis BSC BSC Network and Switching Subsystem VLR HLR MSC ISDN PSTN Gambar 1. Arsitektur Jaringan GSM o Operation Subsystem AuC OMC Mobile Station Mobile Station terdiri dari Mobile Equipement (ME) yakni perangkat keras dan perangkat lunak untuk transmisi radio yang dikenal dengan istilah telepon seluler (handphone/ponsel) dan Subcriber Identification Module (SIM). ME secara unik diidentifikasikan dalam format International Mobile Equipment Identity (IMEI). SIM card berisi International Mobile Subscriber Identity (IMSI) yang digunakan untuk indentifikasi pelanggan ke sistem, kunci rahasia (untuk autentifikasi) serta menyimpan informasi lainya seperti phone book atau pesan SMS. SIM card dapat diproteksi dari penggunaan yang tidak terotorisasi dengan password atau Personal Identity Number (PIN). Base Station Subsystem Base Station Subsytem terdiri dari Base Transceiver System (BTS) dan Base Station Controller (BSC). BSC mengontrol dan mengatur beberapa BTS. BSC adalah entitas fungsional dalam arsitektur GSM yang bertanggung jawab untuk memelihara koneksi (hubungan radio) saat panggilan dan kepadatan lalu lintas panggilan pada areanya dan meneruskannya ke Network Subsystem. BSC juga menangani setup radio-channel, frequency hopping, serta proses handover. BTS merupakan alat radio transceiver (transmitter receiver radio) pada suatu area didefiniskan sebagai sebuah cell dan menangani protokol radio-link dengan MS lewat Um interface yang juga dikenal dengan Air interface (radio link). Network Subsystem Network Subsystem terdiri dari Mobile Switching Centres (MSC) dan beberapa database yang terhubung dengannya seperi Home Location Register (HLR), Visitor Location Register (VLR), Authentication Center (AuC) serta Equipment Identity Register (EIR). Mobile EIR Switching Centers (MSC) berfungsi untuk switching suatu panggilan telepon dari jaringan internal atau dari jaringan lain (eksternal), call routing untuk pelanggan yang melakukan roaming (roaming subscriber), menyimpan informasi billing serta database lain yang berisi informasi subscriber ID (IMSI), nomor ponsel pelanggan, beberapa layanan atau larangan yang berkaitan dengan pelanggan, Authentication serta informasi lokasi pelanggan Operation and Support System Operation and Maintenance Center (OMC) tersambung ke seluruh perlengkapan sistem switching dan ke BSC. Implementasi dari OMC disebut Operation and Support system (OSS). OSS merupakan wujud fungsional dari pemantauan jaringan operator dan pengontrollan sistem. Kegunaan dari OSS adalah untuk menawarkan dukungan untuk sentralisasi, regional, dan lokal operasional dan aktivitas pemeliharaan dimana diperlukan untuk jaringan GSM. Fungsi penting dari OSS yaitu memberikan gambaran jaringan dan dukungan aktivitas pemeliharaan dari operasi yang berbeda dan pemeliharaan organisasi[2]. 2.2 Parameter Jaringan GSM 2.2.1 Cell Global Identity Cell Global Identity (CGI) adalah sebuah identititas yang unik dari beberapa sel dalam suatu jaringan seluler. Sebuah CGI untuk sebuah sel bersifat unik. Tidak akan ada satu CGI yang dipakai oleh dua atau lebih sel yang berbeda di seluruh dunia. CGI terdiri dari: 1. Location Area Code (LAC) 2. Mobile Country Code (MCC) 3. Mobile Network Code (MNC) 4. Cell Identity (CI) Gambar 2. Cell Global Identity 2.2.2 Timing Advance Timing advance (TA) adalah parameter untuk mengetahui jarak antara BTS dan MS. Timing advance adalah sinkronisasi antara MS dengan BTS dalam transmisi suara. Untuk menjaga sinkronisasi, MS mengirim sinyal ke BTS (uplink) secara kontinyu. BTS 45

Seminar Nasional dan ExpoTeknik Elektro 2011 A7 juga mengirim sinyal ke MS (downlink). Saat terjadi total connection, BTS akan mengirim nilai timing advance ke MS. Dengan timing advance, bisa diketahui jarak antara BTS dengan MS. 3. Metodologi Penelitian 3.1 Prosedur Penelitian 1. Persiapan 2. Pengumpulan Data Melakukan pengukuran pada objek BTS Telkomsel di kecamatan Syiah Kuala yaitu: 1) Kuat sinyal terima 2) Frekuensi kerja 3) Timing advance (Perkiraan jarak handphone dengan BTS) 4) Jenis kanal trafik yang sedang bekerja 5) Kode operator 6) Kode area 7) Kode sel 8) Kode BSIC 9) Parameter sel tetangga 3. Objek Pengukuran Pengukuran dilakukan dalam ruangan (indoor) dan luar ruangan (outdoor), yaitu: a. Indoor Pengukuran dilakukan dengan menggunakan PC, Nokia 6150, Software N-Monitor. b. Outdoor Pengukuran dilakukan dengan menggunakan handphone Nokia 6150 yang sudah diaktifkan menu Nokia Network Monitor. Untuk pengukuran kuat sinyal outdoor, pengukuran dilakukan pada lokasi yang berbeda yang mempunyai karakteristik daerah pengukuran open area, sub uran dan urban. 4. Analisis Data 3.2 Tahap-Tahap Menganalisis 1. Mengetahui kondisi dan lokasi lapangan yang akan dijadikan titik-titik utama pengukuran dalam hal ketersediaan dan kenyamanan tempat untuk mengambil data 2. Penentuan parameter-parameter kinerja jaringan GSM, seperti yang telah disebutkan pada 3.1 bagian 2. 3. Melakukan pelaksanaan di lapangan berdasarkan lokasi yang telah ditentukan 4. Menganalisis setiap parameter yang di dapat untuk mengetahui kinerja jaringan GSM. Tidak Mulai Cek Peralatan Masalah Membaca Data Keluaran dan Mengecek Data dari HP Tidak Masalah File, Menulis Data Tidak Akhir Selesai Gambar 3. Blok diagram dari proses pengukuran 3.3 Nokia Network Monitor Dalam penelitian ini, pengukuran dilakukan dengan menggunakan software N-Monitor dan handphone Nokia 6150 yang mendeteksi software tersebut. Nokia Network Monitor adalah sebuah modus tersembunyi pada kebanyakan handphone Nokia. Nokia Network Monitor ini dapat digunakan untuk mengukur beberapa parameter jaringan, selain itu ada juga pengukuran untuk telepon, suhu baterai dan tes lainnya.. Untuk mengaktifkan Nokia Network Monitor diperlukan software N-Monitor dan menghubungkan handphone dengan kabel F-BUS yang telah terhubung ke PC sehingga menu tersebut akan aktif secara otomatis seperti pada Gambar 4. Ya Ya Ya 46

A7 Seminar Nasional dan ExpoTeknik Elektro 2011 Keterangan: Gambar 4 Tampilan Software N-Monitor a bbb ccc dddd mmmm g ff e nnn ppp oooo Frekuensi hopping Nomor kanal frekuensi (Channel) Level sinyal terima dari BTS (RxLv) Tingkat sinyal pancar Nilai radio link time out (RLT). Rasio munculnya kesalahan (BER) Timing advance (TA), Time slot (TS) Parameter Path Loss-Criterium (C1) Parameter Cell-Reselection Criterion (C2) Jenis kanal pensinyalan yang digunakan oleh MS Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan Software N-Monitor akan tersimpan ke CellTrace seperti ditunjukkkan pada Gambar 5, kemudian data CellTrace ini akan tersimpan file yang bernama CELLTRC.TXT. Dalam file ini tidak tersimpan nilai RxLv yang diterima MS. Dalam pengambilan data nilai RxLv, dilakukan dengan mencatat nilai RxLv dengan cara manual setiap terjadinya perubahan nilai RxLv. 3.4 Nokia 6150 Nokia 6150 adalah handphone monokrom keluaran tahun 1998 generasi DCT3 yang beroperasi pada frekuensi GSM 900 MHz dan GSM 1800 MHz. Tipe kabel data serial yang digunakan untuk Nokia model keluaran DCT3 atau Nokia 6150 adalah jenis F-BUS, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7. Gambar 5. Tampilan Cell-Trace pada software N- Monitor Gambar 7. Kabel Data Serial F-BUS Tampilan Nokia Network Monitor dan beberapa parameter yang diukur dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini. Gambar 6. Model Tampilan menu 1 pada Nokia 6150 Gambar 8. Nokia 6150 47

Kuat Sinyal(dBm) Kuat Sinyal(dBm) Seminar Nasional dan ExpoTeknik Elektro 2011 A7 4. Analisis Kualitas Sinyal Pada sistem radio seluler, kuat sinyal yang diterima merupakan gabungan dari beberapa sinyal yang diterima secara langsung atau datang akibat dari pantulan pola lintasan ganda atau multipath. Kualitas sinyal GSM juga dipengaruhi oleh konfigurasi dataran dan struktur bangunan buatan manusia. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan fading pada penerimaan sinyal sehingga mengakibatkan kualitas sinyal yang diterima MS akan menurun. Untuk mengetahui kualitas sinyal terima MS maka perlu diadakan pengukuran. 4.1 Analisis Kualitas Sinyal Indoor a. Kuat Sinyal Waktu Pagi Pengukuran kualitas sinyal dilakukan pada waktu pagi di dalam ruangan tertutup dengan ketinggian MS 3,1 meter pada tanggal 22.07.2010 dari jam 7:43:12 WIB sampai jam 7:53:09 WIB (10 menit). Gambar 9. Grafik kuat sinyal waktu pagi b. Kualitas Sinyal Waktu Siang Pengukuran kualitas sinyal dilakukan pada waktu siang di dalam ruangan tertutup dengan ketinggian dengan ketinggian MS 3,1 meter pada tanggal 27.05.2010 dari jam 13:26:38 WIB sampai jam 13:36:09 WIB (10 menit). -50 0 10 20 30 40 50 0 20 40 60 80 100 Gambar 10. Grafik kuat sinyal waktu siang c. Kualitas Sinyal Waktu Malam Pengukuran kualitas sinyal dilakukan pada waktu malam di dalam ruangan tertutup dengan ketinggian MS 3,1 meter pada tanggal 26.05.2010 dari jam 23:01:02 WIB sampai jam 23:11:01 WIB (10 menit). -90-85 Gambar 11. Grafik kuat sinyal waktu malam d. Kuat Sinyal Waktu Pagi, Siang dan Malam Dari hasil pengukuran kuat sinyal pada waktu yang berbeda, maka dapat dibandingkan kuat sinyal yang paling bagus dan yang paling buruk seperti pada Gambar 12 di bawah ini. -90-85 -50 0 20 40 60 80 100 1 21 41 61 81 101 Kuat Sinyal Pagi Kuat Sinyal Malam Kuat Sinyal Siang Gambar 12. Grafik kuat sinyal pagi, siang dan malam Dari hasil grafik yang ditampilkan pada Gambar 12 dapat dilihat nilai kuat sinyal pada waktu pagi, siang dan malam memiliki perbedaan. Dari ketiga waktu tersebut kuat sinyal yang paling bagus adalah waktu pagi, selanjutnya adalah waktu siang dan kuat sinyal yang paling buruk adalah waktu malam. Dari ketiga waktu tersebut dapat disimpulkan nilai C1 dan C2 paling baruk yang diterima MS dari serving cell adalah pada waktu malam, nilai C1 dan C2 paling bagus yang diterima MS dari serving cell adalah pada waktu pagi dan siang. Beberapa faktor yang menyebabkan kuat sinyal menurun adalah lintasan propagasinya. Faktor-faktor tersebut, 48

A7 Seminar Nasional dan ExpoTeknik Elektro 2011 selain mengganggu juga sulit untuk diprediksi karena berubah terhadap waktu. 4.2 Analisis Kualitas Sinyal Outdoor Untuk pengukuran kualitas sinyal outdoor hanya mengunakan handphone yang sudah diaktifkan menu Nokia Network Monitor. Pengukuran dilakukan secara bergerak pada daerah yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan. Adapun karakteristik daerah pengukuran adalah sub urban, open area dan urban. a. Pengukuran Pada Daerah Sub Urban Pengukuran konfigurasi untuk daerah sub urban untuk kecamatan Syiah Kuala dipilih pada lokasi Darussalam, hal ini sesuai dengan karakteristik dari daerah sub urban (ada beberapa gedung atau rumah yang tingginya 10-20 meter). Pengukuran dilakukan di Jalan Tgk Chik Dilamnyong pada tanggal 29.05.2010 jam 13:20 WIB sampai 13:30 WIB (10 menit) dengan ketinggian MS 130 cm. -95-90 -85 0 50 100 150 200 Gambar 13. Grafik kuat sinyal daerah sub urban b. Pengukuran Pada Daerah Open Area Pengukuran di lakukan di Jalan Jalan Cendana Utama pada tanggal 29.05.2010 jam 12:30 WIB sampai 12:40 WIB (10 menit) dengan ketinggian MS 130 cm. Karakteristik daerah pengukuran adalah open area (gedung atau rumah yang tingginya kurang 10 meter). antara MS dengan BTS lebih kurang 1 km atau TA bernilai 2. -50 0 50 100 150 200 Gambar 14. Grafik kuat sinyal daerah open area c. Pengukuran Pada Daerah Urban Pengukuran konfigurasi untuk daerah urban untuk Kecamatan Syiah Kuala dipilih pada lokasi Jeulingke, hal ini sesuai dengan karakteristik dari daerah urban (ada beberapa gedung atau rumah yang tingginya 20 meter ke atas). Pengukuran di lakukan di Jln. Tibang pada tanggal 25.09.2010 jam 16:45 WIB sampai 16:55 WIB (10 menit) dengan ketinggian MS 130 cm -100-95 -90-85 0 50 Jumlah 100 Data Pengukuran 150 200 Gambar 15. Grafik kuat sinyal daerah Urban Dari grafik pada Gambar 15 di atas kuat sinyal terlihat bahwa sinyalnya yang terkuat bernilai adalah dbm, dan yang paling buruk adalah -99 dbm. Pada saat pengukuran MS berpindah dari kanal 701 ke kanal 56, ini disebabkan kualitas sinyal yang diterima dari serving cell memburuk atau MS menjauh dari BTS sehingga MS harus dipindahkan ke neighbouring cell, proses seperti ini merupakan proses handover. 49

Seminar Nasional dan ExpoTeknik Elektro 2011 A7 4.3 Analisis Cell global identity Salah satu parameter yang didapat dari hasil pengukuran kualitas penerimaan sinyal Telkomsel adalah Cell global identity (CGI). CGI terdiri dari MCC (kode seluler Negara), MNC (kode operator seluler), LAC (kode area), CID (kode sel). Untuk nilai CGI pada BTS PT. Telkomsel dapat dilihat pada Gambar 16 di bawah ini. Area: RKU Unsyiah MCC: [510] MNC: [10] LAC: [644] BSIC: [25] Dari Tabel 1 dapat dilihat nilai kuat sinyal yang diterima MS pada saat pengukuran adalah -68 dbm sampai dengan -90 dbm, kuat sinyal paling bagus yang di peroleh dari hasil pengukuran adalah -68 dbm dan yang paling buruk adalah -90 dbm. Selama 10 menit pengukuran, 100% MS berada pada band 1800 yaitu pada nomor kanal 706 b. Analisis Kuat Sinyal Daerah Open Area Tabel 2. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Pengukuran Perhitungan Kuat Sinyal (dbm) Kuat Sinyal (dbm) 1-56 s/d -78 1,58 CID: 465 CID: 466 CID: 467 Gambar 16. Cell Global Identity Nomor CID mempunyai format penomoran yang telah ditentukan oleh operator seperti pada Gambar 16 menunjukkan CID yang berbeda dalam suatu sel. Dua digit pertama menunjukkan nomor CID dan satu digit terakhir menunjukkan ID sektor dalam suatu sel. BSIC ini di gunakan agar MS dapat membedakan BTS yang menggunakan frekuensi yang sama. Karena menggunakan frekuensi reuse kemungkinan BTS mengeluarkan frekuensi yang sama pada BTS lain[3]. 4.4 Analisis Nomor Kanal GSM ARFCN atau Absolute Radio Frequency Channel Number adalah nomor kanal yang berurutan yang digunakan untuk mengidentifikasi carrier yang berbeda. Dalam spektrum yang dialokasikan untuk komunikasi seluler, saluran radio diidentifikasi oleh ARFCN. Pada GSM 900 MHz digunakan ARFCN 1-124, dan pada GSM 1800 MHz digunakan ARFCN 512-885[4] 4.5 Analisis Kualitas Sinyal a. Analisis Kuat Sinyal Daerah Sub Urban Tabel 1. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Pengukuran Perhitungan Kuat Sinyal (dbm) Kuat Sinyal (dbm) 1-68 s/d -90 1,58 Dari Tabel 2 dapat dilihat nilai kuat sinyal yang diterima MS pada saat pengukuran adalah -56 dbm sampai dengan -78 dbm, kuat sinyal paling bagus yang di peroleh dari hasil pengukuran adalah -56 dbm dan yang paling buruk adalah -78 dbm. Kuat sinyal -56 dbm ini hanya didapat sekali pada saat pengukuran dan selanjutnya nilai kuat sinyal yang diterima MS mengalami penurunan hingga -78 dbm. Hasil pengukuran pada daerah yang berkarakteristik open area tidak sama seperti hasil perhitungan, tapi hampir mendekati hasil perhitungan. Selama 10 menit pengukuran, 100% MS berada pada band 1800 yaitu pada nomor kanal 690. c. Analisis Kuat Sinyal Daerah Urban Tabel 3. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Pengukuran 1-76 s/d -99 (Band 1800/900) Perhitungan Kuat Sinyal (dbm) 1-91,58 Dari Tabel 3 dapat dilihat kuat sinyal paling bagus yang di peroleh dari hasil pengukuran adalah dbm dan yang paling buruk adalah -99 dbm. Ketika level sinyal menurun, MS berpindah ke neighbouring cell yaitu kanal 56 atau band 900 MHz dan sebaliknya. Ini merupakan proses handover dari band 1800 ke band 900. Selama 10 menit pengukuran, 52,94% MS berada pada band 1800 yaitu pada nomor kanal 701 dan 47,05% MS berada pada band 900 yaitu pada nomor kanal 56. 50

A7 Seminar Nasional dan ExpoTeknik Elektro 2011 5. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat di simpulkan bahwa: 1. Propagasi gelombang secara umum mengalami difraksi, refleksi dan hamburan, sehingga terjadinya redaman lintasan pada lokasi propagasi gelombang tersebut. 2. Hasil pengukuran kuat sinyal di daerah open area tidak sebesar kuat sinyal pada daerah sub urban. Hal ini dikarenakan antena BTS dan MS saling terlihat atau LOS. Sedangkan hasil pengukuran kuat sinyal di daerah sub urban lebih jelek jika dibandingkan dengan daerah open area dan sub urban. Hal ini dikarenakan pada daerah sub urban banyak dijumpai pohon-pohon, bangunan-bangunan bertingkat dan antena BTS dengan MS tidak saling terlihat atau NLOS. 3. Salah satu penyebab handover adalah terdapat neighbouring cell yang dapat memberikan kuat sinyal yang lebih baik Untuk mendapatkan sel yang ditunjuk sebagai sasaran handover maka MS dan BTS akan selalu melaporkan pengukurannya mengenai kualitas sinyal.dan selanjutnya akan dikirim ke BSC dan MSC 4. Alokasi frekuensi untuk GSM tidak menggunakan alokasi frekuensi dalam satuan MHz, tapi dengan bilangan bulat positif yang disebut sebagai Absolute Radio Frequency Channel Number (ARFCN). Pada GSM 900 MHz digunakan ARFCN 1-124, dan pada GSM 1800 MHz digunakan ARFCN 512-885. Dengan menggunakan ARFCN, frekuensi operator mudah diingat dan lebih praktis, terutama ketika melakukan pengukuran. REFERENSI [1] Triannisa. 2008. Analisa Cakupan Area BTS dan Kuat Sinyal yang diterima MS pada Studi Perencanaan Tower BTS Bersama dengan Menggunakan Existing Tower di Wilayah Kota Banda Aceh. Skripsi. Jurusan Teknik Elektro, Banda Aceh. [2], Global System for Mobile (GSM). [Online], Available: http://burnsidetelecom.com/whitepapers/gsm.pdf. Akses tanggal 18-06-2010 [3], Cell ID, [Online], Available: http://www.mrvfone.com.au/vfone/techtop/dec.htm. Akses Tanggal 04-08-2010 [4], ARFCN, [Online], Available: http://www.mpirical.com/companion/mpirical_com panion.html#gsm/arfcn.htm, Akses Tanggal 20-06-2010 51