BAB I PENDAHULUAN. Fenomena Reformasi Birokrasi yang bergulir menuntut perubahan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tujuan bersama yang diinginkan serta terlibat dengan peraturan-peraturan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah perubahan dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, birokrasi dipergunakan untuk menyebut badan-badan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dengan warga negaranya (Ruyadi, 2009). Dengan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sumber daya dan potensi yang ada di daerah harus dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran perlunya pembangunan berkelanjutan.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik (Public Service) merupakan segala macam kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembagian daerah di Indonesia pada dasarnya diatur dalam undangundang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi negara serta masyarakatnya. Penerimaan pajak mempunyai peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan. Ketersediaan dana, menjadi salah satu factor yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan tujuan Pembangunan Nasional demi masyarakat adil

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam melaksanakan penelitian pada UPPD Provinsi Wilayah XXII

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. dilimpahkan ke daerah. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah. memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan majunya perkembangan yang sedang dilakukan oleh pemerintah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan stabilitas politik dan kesatuan bangsa, maka pemberian otonomi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di suatu daerah diciptakan untuk membangun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan, tiap daerah-daerah yang ada di

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna ( efektivitas )

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BAB I PENDAHULUAN. daerah membutuhkan sumber-sumber penerimaan yang cukup memadai. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. rangka pengembangan atau mengadakan perubahan-perubahan ke arah keadaan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

I. PENDAHULUAN. Era desentralisasi pasca disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. mampu membangun prasarana yang sangat dibutuhkan di wilayahnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan bersama. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. seperti jalan, jembatan, rumah sakit. Pemberlakuan undang-undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. seluas-luasnya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bergulirnya reformasi membawa perubahan dalam segala bidang. kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk di dalamnya pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. wadah, organisasi relatif bersifat statis, sedangkan sebagai suatu rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukannya jauh dari sekedar alat produksi dan penggerak aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 21 tahun 2014, transportasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama ikut melaksanakan kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. penduduk negara yang bersangkutan. Pelayanan publik disediakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang nomor 34 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional didasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat,

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bergulirnya gelombang reformasi, otonomi daerah menjadi salah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan kumpulan orang yang mempunyai sikap dan. suatu tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber-sumber pendapatan daerah sangat dibutuhkan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif terhadap kehidupan masa kini, salah satunya dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi yang berkembang merupakan dambaan setiap lembaga atau

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. pusat mengalami perubahan. Jika sebelumnya pemerintah bersifat sentralistik

BAB I PENDAHULUAN. Setelah pemerintah pusat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. oleh rakyat (Halim dan Mujib 2009, 25). Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I : Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional, sistematis,

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. fenomena dari era reformasi yang sangat menarik untuk dikaji oleh berbagai kalangan

BAB I PENDAHULUAN. daerah masalah perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pembangunan itu dilaksanakan ditiap-tiap daerah. Dalam. ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan, pembiayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah (Prasetyo, 2008). keuangan daerah lainnya. Meskipun apabila dilihat dari hasil yang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. misi pembangunan Kabupaten Natuna Tahun , sebagai upaya yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Wujud otonomi daerah yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN PROVINSI RIAU. Dinas Pendapatan Provinsi Riau di bentuk berdasarkan surat Gubernur Riau Nomor :

BAB I PENDAHULUAN. di perlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasiaonal. Tanggung

BAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fenomena Reformasi Birokrasi yang bergulir menuntut perubahan dalam segala tatanan kehidupan kenegaraan. Dalam penyelenggaraannya pemerintah daerah, demokrasi, dan pemberdayaan masyarakat lokal menjadi wacana publik yang menuntut pengalokasian dan penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus daerah. perumusan itu mulai dari kebijakan, perencanaan, sampai pada implementasi dan pembiayaan dalam rangka demokrasi, Berdasarkan undang- undang nomor 32 dan 33 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah yang berlaku, memberikan dampak yang sangat luas terhadap perkembangan pemerintahan didaerah. Adanya pemberian otonomi daerah memberikan kewenangan dan kewajiban bagi daerah untuk melaksanakan berbagai kegiatan Pengalihan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia, kewenangan pemungutan jenis jenis pajak daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan suatu sumbangan nyata yang diberikan oleh masyarakat setempat guna mendukung status otonom yang diberikan kepada daerahnya. Berdasarkan undang undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta meningkatkan peran masyarakat dalam meningkatkan pendapatan asli daerah, 1

2 mengacu kepada peraturan daerah jawa barat nomor 13 tahun 2011 tentang pajak daerah disebutkan salah satunya adalah pajak kendaraaan bermotor. Pada penjelasan pajak kendaraan bermotor ditetapkan peraturan pajak kendaraan bermotor progresif, yaitu tarif pemungutan pajak kendaraan bermotor (PKB) dengan persentase yang naik dengan banyaknya jumlah kendaraan yang dimiliki sebagai dasar pengenaan pajak. Pajak kendaraan bermotor progresif dimaksudkan untuk memenuhi rasa keadilan dan mempertimbangkan azas kemampuan lebih atas kepemilikan kedua dan seterusnya Kendaraan bermotor. Kebijakan tentang pajak progresif harus di implementasikan atau dilaksanakan dengan baik agar menghasilkan efektifitas penerimaan pajak kendaraan bermotor asli daerah, menurut Meter dkk, dalam agustino (2012:139) implementasi kebijakan yaitu sebagai tindakan yang dilakukan baik oleh individu atau kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan. Begitu juga menurut Siswanto (2007:55) mengartikan bahwa efektivitas adalah kemampuan memilih sasaran yang tepat. Maka bilamana kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik dan sesuai dengan tujuan maka akan mencapai efektifitas penerimaan pajak kendaraan bermotor progresif. Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan merupakan unsur Unit Pelaksana Teknis Daerah pada Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat. Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Dinas di Bidang Pendapatan Daerah, yang mempunyai visi Menjadi pengelola pendapatan

3 daerah yang amanah dengan berorientasi kepada kepuasan pelayanan publik. Adapun misi yang ingin dicapai adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan pendapatan daerah 2. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. 3. Memantapkan kinerja sumber daya manusia dan organisasi 4. Menjalin jejaring kerja (networking) dan koordinasi secara sinergis di bidang pendapatan daerah Berdasarkan hasil pengamatan di Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat Wilayah Bandung II Kawaluyaan, peneliti menemukan permasalahan yang dihadapi yaitu efektivitas penerimaan dilihat dari pelayanan yang masih belum efektif, indikator efektivitas alat ukur sebagai berikut: a. Pencapaian tujuan Pencapaian tujuan yang ingin dicapai boleh Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan merupakan keseluruhan upaya yang dipandang sebagai suatu proses, oleh karena itu agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan tahapan. Upaya pencapaian tujuan untuk mencapai sasaran yang diinginkan cukup optimal karena target penerimaan dalam pajak kendaraan bermotor lebih meningkat setelah diberlakukannya pajak progresif, tetapi dalam pelayanan pemanfaatan waktu dalam memberikaan pelayanan belum efisien hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya masyarakat wajib pajak yang mengeluhkan lamanya proses pelayanan, keterlambatan dalam pelayanan.

4 b. Integrasi Integrasi merupakan pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi, komunikasi dengan berbagai macam organisasi-organisasi yang menyangkut proses sosialisasi. Masih belum optimalnya proses sosialisasi yang ada, sosialisasi yang masih kurang efektif kepada masyarakat, banayk masyarakat yang belum mengetahui untuk apa pajak progresif ini diberlakukan dan seperti besaran tarif pajak progresif. adapun permasalaahan dalam prosedur pelayanan, dengan diberlakukannya pajak progresif secara otomatis loket pembayaran akan bertambah yaitu loket progresif juga beberapa prosedur yang harus dilakukan seperti pengecekkan ulang jumlah kendaraan hal ini menyebabkan banyak wajib pajak progresif enggan untuk menempuh prosedur yang ada akibatnya wajib pajak lebih mempercayakan pembayaran kepada pihak ke 3 seperti biro jasa untuk mewakili. proses Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti menduga bahwa rendahnya efektivitas penerimaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: a. Sumberdaya Sumberdaya yang menunjang proses pelayanan yang dimaksud dalam hal ini adalah staff tidak hanya harus handal atau berkompeten saja melainkan kurangnya jumlah staff pemberi layanan sehingga memanfaatkan waktu pelayanan belum terlaksana secara efisien dan efektif

5 b. Struktur birokrasi Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan melakukan koordinasi belum terlaksana dengan baik, koordinasi diisini berarti kerjasama antara semua pihak baik berupa proses sosialisasi kepada masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut permasalahan tersebut, untuk itu peneliti mengadakan penelitian yang hasilnya dituangkan dalam bentuk ke dalam laporan yang berjudul Pengaruh Implementasi Kebijakan Terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Tarif Progresif Di Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut diatas, peneliti mengidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Seberapa besar pengaruh implementasi kebijakan terhadap efektivitas penerimaan pajak di Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat Wilayah Bandung II Kawaluyaan. 2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat implementasi kebijakan terhadap efektivitas penerimaan pajak di Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat Wilayah Bandung II Kawaluyaan.

6 3. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang mempengaruhi implementasi kebijakan terhadap efektivitas penerimaan pajak di Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat Wilayah Bandung II Kawaluyaan. C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Memperoleh data dan informasi yang sebenarnya mengenai pengaruh implementasi kebijakan terhadap efektivitas penerimaan pajak. b. Mengetahui bagaimana pengaruh implementasi kebijakan terhadap efektivitas penerimaan pajak. c. Mengetahui hambatan-hambatan tentang pengaruh implementasi kebijakan terhadap efektivitas penerimaan pajak. d. Mengembangkan data dan informasi mengenai pengaruh implementasi kebijakan terhadap efektivitas penerimaan pajak. 2. Kegunaan Penelitian a. Secara Teoritis Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan khasanah ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Administrasi Negara, khususnya mengenai pengaruh implementasi kebijakan terhadap efektivitas penerimaan pajak kendaraan. b. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat :

7 1) Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi peneliti sendiri dan dapat digunakan sebagai bahan literatur untuk semua yang memerlukan teori implementasi kebijakan dan efektivitas penerimaan pajak di lingkungan Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung. 2) Memberikan bahan masukan mengenai pengaruh implementasi kebijakan terhadap efektivitas penerimaan pajak. D. Kerangka Pemikiran Bertitik tolak dari latar belakang serta perumusan masalah, peneliti menggunakan kerangka fikir yang dapat dijadikan landasan teori, dalil dan pendapat dari para pakar berhubungan dengan variabel yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah: implementasi kebijakan (variabel bebas) dan efektivitas penerimaan (variabel terikat). Teori dari pendapat para ahli mengenai kebijakan publik, menyangkut kebijakan tersebut banyak ahli yang menyamakan arti kebijakan dengan kebijaksanaan sebagai terjemahan dari kata policy. Friederich menyatakan pengertian kebijakan yang dikutip oleh Agustino (2012:7) yaitu: Serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan- hambatan (kesulitan- kesulitan) dan kemungkinan- kemungkinan (kesempatan- kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

8 Berdasarkan teori diatas penulis berpendapat bahwa kebijakan merupakan bagian dari tindakan dengan maksud dan tujuan tertentu, kebijakn melibatkan perilaku yang mempunyai maksud, merupakan bagian penting dari definisi kebijakan, bagaimanapun juga kebijakan harus menunjukan apa yang sesungguhnya dikerjakan dari pada apa yang diusulkan dalb am beberapa kegiatan pada suatu masalah. Proses kebijakan aspek yang sangat penting yaitu Implementasi kebijakan. Hal ini dinyatakan oleh Dunn yang diterjemahkan oleh Samodra. Dkk (2003:80) bahwa : implementasi kebijakan adalah pelaksanaan dan pengendalian arah tindakan kebijakan sampai dicapainya hasil kebijakan. Model implementasi kebijakan yang didalamnya terdapat empat variabel yang menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan yang dikembangkan oleh Edward yang dikutip oleh Agustino (2012:149) sebagai berikut: 1.) komunikasi; 2.) sumber daya; 3.) disposisi; 4.)struktur birokrasi. Kemudian peneliti akan mengemukakan juga pengertian efektivitas oleh Handayaningrat (1996:16) sebagai berikut: Efektivitas pengukuran dalam arti tercapainya sasaran tujuan yang telah ditentukan sebelumnya Berdasarkan Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukan keberhasilan organisasi dalam pencapaian suatau tujuan tertentu dengan menggunakan sumber- sumber yang ada dengan ukuran yang telah ditentukan sebelumnya.

9 Landasan teoritis berikutnya mengenai efektivitas yang dikemukakan oleh Emerson dalam Handayaningrat (1985:16) yaitu: Efektivitas merupakan penilaian hasil pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas perlu diperhatikan sebab mempunyai efek yang besar terhadap kepentingan orang banyak. Pendapat ahli di atas dapat dijelaskan bahwa efektivitas merupakan usaha pencapaian tujuan atau sasaran yang dikehendaki (sesuai dengan harapan) yang ditujukan kepada orang banyak dan dapat dirasakan oleh kelompok sasaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Duncan dalam Steers (1980:50) yang dijadikan tolak ukur dalam penelitian ini, yaitu: 1. Pencapaian tujuan yaitu keseluruhan upaya pencapaian tujuan yang harus dipandang sebagai suatu proses, oleh karena itu agar pencapaian tjuan akhir semakin terjamin, diperlukan tahapan, baik dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari factor yaitu : kurun waktu, dasar hukum, dan sasaran yang merupakan target konkret. 2. Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsesus, prosedur dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi menyangkut proses sosialisasi. 3. Adaptasi yaitu kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan faktor peningkatan kemampuan, proses pengadaan dan pengisian tenaga kerja. Efektivitas dilihat dari aspek penerimaan pajak didalam organisasi dan manajemen berarti keberhasilan atau kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang diukur berdasarkan pendekatan proses dan hasil. Menurut Nugroho (2003:179) mengemukakan bahwa: efektivitas organisasi

10 implementasi kebijakan mencakup empat tepat yaitu tepat kebijakannya, tepat pelaksanaannya, tepat targetnya dan tepat lingkungannya. Kebijakan dapat dikatakan diimplementasikan secara efektif jika benar dan menimbulkan dampak atau perubahan perubahan positif sebagaimana yang diharapkan seperti meningkatnya penerimaan pajak. Berdasarkan teori- teori menurut para ahli diatas, peneliti mengidentifikasikan bahwa implementasi kebijakan tarif pajak kendaraan bermotor progresif ada hubungan atau pengaruh, keterkaitan dengan efektivitas penerimaan pajak di Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan di Wilayah Bandung II Kawaluyaan. E. Hipotesis Bertitik tolak dari kerangka pemikiran diatas, maka peneliti mengemukakan hipotesis sebagai berikut : Ada pengaruh antara Implementasi tarif pajak kendaraan bermotor progresif Terhadap Efektivitas Penerimaan Di Cabang pelayanan dinas pendapatan Provinsi Wilayah Bandung II Kawaluyaan Berdasarkan hipotesis tersebut maka peneliti akan mengemukakan definisi operasional, sebagai berikut : 1. H 0 implementasi kebijakan: efektivitas penerimaan <0, : 0 S implementasi kebijakan (X) efektivitas penerimaan (Y) artinya implementasi kebijakan Terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak kendaraan bermotor tidak ada pengaruh yang signifikan.

11 2. H : 0 implementasi kebijakan: efektivitas penerimaan >0, 1 S implementasi kebijakan (X) efektivitas penerimaan (Y) artinya implementasi kebijakan terhadap efektivitas penerimaan pajak kendaraan bermotor ada pengaruh yang signifikan. 3. Berikut ini peneliti uraikan paradigma penelitian : ρy ε X ρyx Gambar 1.1. Paradigma Penelitian Y Keterangan dari gambar 1.1 : X = Implementasi kebijakan Y = Efektivitas penerimaan pajak = Variabel dari luar variabel implementasi kebijakan yang tidak diukur yang mempengaruhi variabel efektivitas penerimaan. ρ Y = Hubungan di luar variabel implementasi kebijakan yang mempengaruhi varibel efektivitas penerimaan. ρ XY = Hubungan antara variabel implementasi kebijakan dengan variable efektivitas penerimaan

12 Berdasarkan hipotesis diatas, Peneliti mengemukakan definisi operasional dari hipotesis yang telah dirumuskan diatas, sebagai berikut : a. Implementasi kebijakan peraturan tarif pajak progresif adalah tindakan tindakan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawabarat Cabang Bandung Tengah dalam melaksanakan pungutan pajak kendaraan bermotor progresif. (X) b. Efektivitas adalah pengukuran dalam hal ini sejauh mana organisasi melaksanakan tugasnya untuk mencapai semua sasarannya dilihat dari jumlah, kualitas dari jasa yang dihasilkan berdasarkan waktu yang telah ditentukan. F. Lokasi dan lamanya penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan, Jl.Kawaluyaan Raya Bandung. 2. Lamanya Penelitian Mengenai lamanya penelitian dilakukan mulai dari tahap penjajagan pada 14 November 2014 sampai dengan 30 desember 2014. Kemudian tahap penelitian selama 6 bulan dari tanggal 19 Januari 2015 sampai dengan bulan 19 Juni 2015