BAB II TELAAH PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
MAKALAH PENGENDALIAN INTERNAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. B. Pengertian dan Pemahaman Umum Mengenai Non Government. Apa sebenarnya NGO itu? NGO merupakan singkatan dari Non Government

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan membahas lebih jauh mengenai pengaruh Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1. Keandalan laporan keuangan 2. Kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang ada. 3. Efektifitas & efisiensi operasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MAKALAH ELEARNING ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL. Tugas mata kuliah : Administrasi Bisnis Dosen : Putri Taqwa Prasetyaningrum, ST., MT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan

Bab 1 PENDAHULUAN. pembangunan di segala aspek kehidupan masyarakat. Salah satu aspek yang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian global yang sudah berlangsung dewasa ini, didukung

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang semakin pesat dalam berbagai bidang atau sektor kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Sumber berita: Harian Siwalima, Komisi II Minta Setiap SKPD Miliki Data Aset, Selasa, 18 Juli 2017.

Dr. Imam Subaweh, SE., MM., Ak., CA

menyimpang dalam mengambil keputusan, manajemen membutuhkan informasi mengenai aspek atau keadaaan perusahaan. Informasi merupakan alat bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat dan kondisi ekonomi yang tidak menentu. Hal ini tentu sangat

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

INTERNAL AUDIT. Materi 1. Oleh Wisnu Haryo Pramudya, S.E., M.Si., Ak., CA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERANAN APIP DALAM PELAKSANAAN SPIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CHAPTER VI. Nyoman Darmayasa, Ak., CPMA., CPHR., BKP., CA., CPA. Politeknik Negeri Bali 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unsur dari sistem pengendalian internal. Untuk memastikan bahwa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Halaman I-1

TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan yang cepat dalam lingkungan bisnis yang semakin

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

URGENSI SISTEM PENGENDALIAN INTERN BAGI INSTANSI PEMERINTAH. Oleh : Hanif. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah terdiri dari rencana organisasi dan keseluruhan metode atau cara serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

TUGAS MAKALAH ADMINISTRASI BISNIS. PENGENDALIAN INTERNAL (INTERNAL CONTROL) (Dosen : Putri Taqwa Prasetyaningrum,ST,MT)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGENDALIAN INTERN 1

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemerintahan yang baik (good governance) berarti kepemerintahan yang

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian pengendalian intern

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengendalian internal berkaitan dengan good governance yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. dapat bersaing dalam mencapai tujuan. Sama halnya dengan sebuah organisasi

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO

Apa sebenarnya SPI dan SPIP?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik good governance, telah mendorong pemerintah pusat dan

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organizations of the Treadway Commision (COSO) dalam Steven (1998:118),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH TENTANG INTERNAL CONTROL

2012, No.51 2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Peme

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

Implementasi Manajemen Risiko dalam kerangka SPIP. Tri Wibowo, Msi, CA, CPMA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

SPIP adalah sistem pengendalian intern diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani

BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI ATAS BARANG MILIK NEGARA

PERTEMUAN 2: CAKUPAN AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era pasar terbuka saat ini, persaingan di dalam dunia usaha semakin

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala nasional maupun internasional. Hal tersebut bisa tercapai jika

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

INTEGRASI SPIP DAN QMS ISO 9001:2015 SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI BADAN POM DALAM RANGKA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

BAB 1 PENDAHULUAN. industri menengah maupun industri besar. Dalam perkembangannya saat ini nampak jelas

Menimbang. Mengingat. Menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada umumnya bertujuan untuk memperoleh laba.

BAB I PENDAHULUAN. Harapan membaiknya kondisi ekonomi nasional tampaknya sulit menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Arens, Elder dan Beasley yang diterjemahkan oleh Wibowo,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi merupakan suatu sistem yang mempunyai tujuan tertentu

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut kamus besar bahasa indonesia (1996) sistem merupakan. seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

Tugas E-learning Administrasi Bisnis Makalah Pengendalian Internal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unsur dari Sistem Pengendalian Internal. Untuk memastikan bahwa Sistem

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG

PEMAHAMAN STURKTUR PENGENDALIAN INTERN PENGERTIAN

BAB I PENDAHULUAN. Peranan karyawan tidak dapat diabaikan dalam pencapaian tujuan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BAB I PENDAHULUAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

Transkripsi:

BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Pengendalian Intern 2.1.1 Telaah Pustaka dan Perumusan Model Penelitian Pengendalian intern sangat diperlukan baik di instansi pemerintahan maupun disektor swasta. Tujuannya untuk memproleh keyakinan terhadap keandalan data, informasi, efektif, dan efisiensi kerja serta mencegah terjadinya penyimpangan dari tujuan. Menurut IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) di dalam buku Auditing- Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik yang dikutip oleh Agoes (2004:79) mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personal lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan, yaitu: keandalan pelaporan keuangan, efektifitas, efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Kesimpulannya bahwa pengendalian intern merupakan proses untuk mencapai tujuan yang dijalankan oleh setiap jenjang organisasi sehingga mampu memberikan keyakinan yang memadai untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi.

13 Sedangkan menurut Peraturan Pemeritah Nomor 60 Tahun 2008 Pasal 2 mengenai pengendalian internal dikatakan bahwa : Sistem Pengendalian Internal adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. (Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008: Pasal 2) Pada tahun 1992, The Comiette Of Sponsoring Organization (COSO) yaitu lembaga yang dibentuk bersama-sama AICPA, AAA (American Acounting Association), IIA (The Institute of Internal Auditor) dan NAA (the National Association Of Accountants) membuat suatu sistem pengendalian intern kemudian diperbarui pada tahun 2006 dan mendefinisikan pengendalian intern sebagai berikut: COSO defines internal control as a process, effected by an entity s board of directors, management and other personnel. This process is designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in effectiveness and efficiency of operations, reliability of financial reporting, and compliance with applicable laws and regulations. 1. Internal control is a process. It is a means to an end, not an end in itself. 2. Internal control is not merely documented by policy manuals and forms. Rather, it is put in by people at every level of an organization. 3. Internal control can provide only reasonable assurance, not absolute assurance, to an entity s management and board. 4. Internal control is geared to the achievement of objectives in one or more separate but overlapping categories. (www.coso.org: Juni 2006) Pengendalian intern menurut COSO adalah suatu proses yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan

14 dengan pencapaian tujuan seperti efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan laporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Arti inti dari pengendalian intern adalah : 1. Pengendalian internal adalah suatu proses. Maksudnya adalah untuk mencapai tujuan, tetapi bukan untuk tujuan sendiri. 2. Pengendalian internal tidak hanya didokumentasikan dalam manual kebijakan dan peraturan. Tetapi, dilaksanakan oleh orang-orang di setiap tingkat organisasi. 3. Pengendalian internal hanya dapat memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan absolut. Dari uraian di atas kesimpulannya bahwa pengendalian intern adalah suatu proses kegiatan pengendalian yang dilaksanakan oleh pimpinan organisasi, manajemen, atau instansi dan seluruh karyawan untuk memberikan keyakinan dan jaminan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi seperti kehandalan laporan keuangan, efektifitas dan efisiensi operasi, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku serta mengurangi resiko terjadinya kesalahan atau kerugian. 2.1.2 Komponen Pengendalian Intern Menurut Consideration of Internal Control in Financial Statement Auditdan COSO dalam buku Modern Auditing yang dikutif oleh Boynton.,et al (2002:374) yang diterjemahkan oleh Paul A. Rajoe, Gina Gania, Ichsan Setiyo Budi, mengidentifikasi lima komponen pengendalian intern yaitu:

15 1. Lingkungan pengendalian (control environment) yaitu menetapkan suasana dari suatu organisasi, yang mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan fondasi dari semua komponen pengendalian intern lainnya. Sejumlah faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas antara lain: a. Integritas dan nilai etika. b. Komitmen terhadap kompetensi. c. Dewan direksi dan komite audit. d. Filosofi dan gaya operasi manajemen. e. Struktur organisasi. f. Penetapan wewenang dan tanggung jawab. g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia. 2. Penilaian risiko (Risk activities) Identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko bertujuan untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola. Penilaian resiko harus mencakup pertimbangan khusus atas risiko yang muncul, seperti: a. Perubahan dalam lingkungan operasi. b. Personel baru. c. Sistem informasi yang baru atau dimodifikasi. d. Pertumbuhan yang cepat. e. Teknologi baru.

16 3. Aktivitas pengendalian (Control activities) Kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas pengendalian bertujuan untuk memastikan bahwa tindakan yang diperlukan berkenaan dengan resiko telah di ambil untuk mencapai tujuan entitas. Beberapa bentuk aktivitas pengendalian yaitu: a. Pemisahan fungsi. b. Pengendalian pemerosesan informasi (pengendalian umum dan aplikasi). c. Pengendalian fisik. d. Review kerja (review dan analisis manajemen). 4. Informasi dan Komunikasi (Information and communication) Mengidentifikasi, penangkapan, pemahaman yang jelas dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk yang memungkinkan orang melaksanakan tanggungjawab mereka. fokus utama dari kebijakan dan prosedur pengendalian yang berhubungan dengan sistem akuntansi adalah untuk mencegah terjadinya salah saji atas laporan keuangan dan menghasilkan sistem akuntansi yang efektif, yaitu dengan cara sebagai berikut: a. Mengidentifikasi dan mencatat hanya transaksi yang valid dari entitas yang terjadi dalam periode berjalan (asersi keberadaan atau kejadian). b. Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang valid dari entitas yang terjadi dalam periode berjalan (asersi kelengkapan).

17 c. Memastikan aktiva dan kewajiban yang tercatat merupakan hasil dari transaksi yang memberikan entitas hak, kewajiban untuk itemitem tersebut (asersi hak dan kewajiban). d. Mengukur nilai transaksi secara tepat (asersi penilaian atau alokasi). e. Memperoleh rincian yang mencukupi dari semua transaksi untuk memungkinkan penyajian, pengklasifikasian secara tepat dan pengungkapan yang diperlukan (asersi penyajian dan pengungkapan). 5. Pemantauan (Monitoring) Pemantauan adalah suatu proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern pada suatu waktu. Pemantauan terkait dengan penilaian rancangan dan pengoperasian pengendalian dengan dasar waktu serta pengambilan tindakan perbaikan yang diperlukan. Pemantauan dapat dilakukan dengan melaksanakan aktivitas yang berkelanjutan (on going activities) dan pengevaluasian pada periode yang terpisah. (Boynton.,et al. 2002:374) Menurut Peraturan Pemeritah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pasal 4, Pasal 13, Pasal 18, Pasal 16, Pasal 41, Pasal 42, dan Pasal 43 menjelaskan komponen pengendalian intern yaitu sebagai berikut:

18 Komponen Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terdiri dari: 1. Lingkungan Pengendalian Pimpinan instansi pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan kerjanya, melalui: a. Penegakan integritas dan nilai etika. b. Komitmen terhadap kompetensi. c. Kepemimpinan yang kondusif. d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan. e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat. f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat. g. Pembinaan sumber daya manusia. h. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif. i. Hubungan kerja yang baik dengan Instansi pemerintah terkait. 2. Penilaian risiko a. Identifikasi risiko. b. Analisis risiko. 3. Kegiatan Pengendalian Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi instansi pemerintah yang bersangkutan. Penyelenggaraan kegiatan pengendalian sekurang-kurangnya memiliki karakteristik sebagai berikut:

19 a. Kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok instansi pemerintah. b. Kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko. c. Kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus instansi pemerintah. d. Kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis. e. Prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan sesuai yang ditetapkan secara tertulis. f. Kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan. 4. Informasi dan Komunikasi Pimpinan Instansi Pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif pimpinan instansi pemerintah harus sekurang-kurangnya: a. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi. b. Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus.

20 5. Pemantauan Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan pemantauan sistem pengendalian intern. Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan melalui: a. Pemantauan berkelanjutan Diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas sistem pengendalian intern. b. Evaluasi terpisah Evaluasi terpisah dapat dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah atau pihak eksternal pemerintah. c. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya Harus segera diselesaikan dan dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya yang ditetapkan. (Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008: Pasal 4-43). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern terdiri dari : 1. Lingkungan pengendalian Lingkungan pengendalian harus dapat memberikan kondisi lingkungan yang kondusif dalam penerapan sistem pengendalian. Komponen lingkungan pengendalian yaitu: a. Integritas dan nilai etika. b. Komitmen terhadap kompetensi. c. Kepemimpinan yang kondusif.

21 d. Struktur organisasi. e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. f. Sumber daya manusia. g. Pengawasan intern. h. Hubungan kerja yang baik. 2. Penilaian risiko Pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam. Komponen penilaian risiko terdiri dari: a. Identifikasi risiko. b. Analisis risiko. 3. Kegiatan pengendalian Kegiatan pengendalian membantu memastikan bahwa arahan pimpinan instansi pemerintah dilaksanakan. Kegiatan pengendalian harus efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi. Karakteristik kegiatan pengendalian yaitu: a. Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan. b. Pembinaan sumber daya manusia. c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi. d. Pengendalian fisik atas aset. e. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja. f. Pemisahan fungsi. g. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting.

22 h. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian. i. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya. j. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya. k. Dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting. 4. Informasi dan komunikasi Informasi dan komunikasi harus dilaksankan secara efektif yaitu dengan: a. Menyediakan dan memanfaatkan bentuk dan sarana komunikasi. b. Mengelola dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus. 2. Pemantauan Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segera ditindak lanjut serta untuk menunjang efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern harus adanya pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan SPIP (Standar Pengendalian Internal Pemerintah). Dibawah ini merupakan kerangka atau gambar komponen pengendalian intern diadaptasi dari COSO (2006) yang dikutip oleh Neneng (2010:34) yaitu sebagai berikut:

23 Gambar 2.1 Model Kerangka Pengendalian Intern- COSO s Internal control-integrate Framework Menurut COSO s Internal Control-Integrate Framework menjelaskan bahwa kompenen lingkungan pengendalian merupakan komponen yang berfungsi sebagai pondasi bagi empat komponen lainnya. Tanpa lingkungan pengendalian yang efektif, keempat komponen lainnya tidak akan menghasilkan pengendalian internal yang efektif dalam pencapaian tujuannya. Dengan kata lain bahwa setiap komponen pengendalian intern memiliki hubungan keterkaitan satu-sama lain. 2.1.3 Keterbatasan Pengendalian Intern Dengan dilaksanakannya pengendalian intern tidak secara mutlak bahwa setiap pengendalian intern tidak akan terjadi kesalahan, karena pengendalian intern pada setiap entitas memiliki keterbatasan bawaan. Dalam hal ini Mulyadi (2002:181) dan Boynton.,et al (2002:375) dalam buku Modern Auditing yang

24 diterjemahkan oleh ahli bahasa, Paul A. Rajoe, Gina Gania, Ichsan Setiyo Budi, mengidentifikasi beberapa keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap entitas pengendalian intern yaitu sebagai berikut: 1. Kesalahan dalam pertimbangan. Seringkali manajemen dan personel lain dapat salah mempertimbangkan keputusan yang diambil, dikarenakan oleh tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain. 2. Gangguan. Gangguan dapat saja terjadi akibat dari kekeliruan memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, kurang memperhatikan, kelelahan. Perubahan yang bersifat sementara atau permanen dalam dalam sistem dan prosedur dapat pula mengkibatkan gangguan. 3. Kolusi merupakan sikap dan perbuatan tidak jujur dengan membuat kesepakatan secara tersembunyi dalam melakukan kesepakatan perjanjian yang diwarnai dengan pemberian uang atau fasilitas tertentu agar segala urusannya menjadi lancar. 4. Pengabaian oleh manajemen. Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan para manager, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan. 5. Biaya lawan manfaat. Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern Menurut Agoes (2004:87) dalam buku Auditing-Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik menyatakan bahwa pencapaian tujuan dapat dipengaruhi

25 oleh keterbatasan bawaan yang melekat dalam pengendalian intern. Selain itu yang membatasi pengendalian intern adalah biaya pengendalian intern suatu entitas tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pertimbangan manusia dalam pengambilan keputusan dapat salah dan pengendalian intern dapat rusak karena kegagalan yang bersifat manusiawi seperti kekeliruan atau kesalahan yang bersifat sederhana. 2.2 Aset Tetap 2.2.1 Pengertian Aset Tetap Aset tetap merupakan salah satu pos di neraca di samping aset lancar, investasi jangka panjang, dana cadangan, dan aset lainnya. Aset tetap mempunyai peranan yang sangat penting karena mempunyai nilai yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan komponen neraca lainnya. Pengertian Aset Tetap dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Dengan batasan pengertian tersebut maka pemerintah harus mencatat suatu aset tetap yang dimilikinya meskipun aset tetap tersebut digunakan oleh pihak lain. Pemerintah juga harus mencatat hak atas tanah sebagai aset tetap. Dalam kasus lain, aset tetap yang dikuasai oleh pemerintah tetapi tujuan penggunaannya untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah tidak termasuk dalam pengertian aset tetap karena tidak memenuhi definisi aset tetap di atas, misalnya aset tetap yang dibeli pemerintah untuk diserahkan kepada masyarakat.

26 2.2.2 Klasifikasi Aset Tetap Dalam PSAP 07, aset tetap di neraca diklasifikasikan menjadi enam akun sebagaimana dirinci dalam penjelasan berikut ini: a. Tanah Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Tanah yang digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan tetap dicatat sebagai tanah yang terpisah dari aset tetap yang dibangun di atas tanah tersebut. b. Peralatan dan Mesin Peralatan dan mesin yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah peralatan dan mesin yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap yang dapat diklasifikasikan dalam Peralatan dan Mesin ini mencakup antara lain: alat berat, alat angkutan, alat bengkel dan alat ukur, alat pertanian, alat kantor dan rumah tangga, alat studio, komunikasi, dan pemancar, alat kedokteran dan kesehatan, alat laboratorium, alat persenjataan, komputer, alat eksplorasi, alat pemboran, alat produksi, pengolahan, dan pemurnian, alat bantu eksplorasi, alat keselamatan kerja, alat peraga, dan unit peralatan proses produksi.

27 c. Gedung dan Bangunan Gedung dan bangunan yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah gedung dan bangunan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Termasuk dalam jenis gedung dan bangunan ini antara lain: bangunan gedung, monumen, bangunan menara, dan rambu-rambu. d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan Jalan, irigasi, dan jaringan yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah jalan, irigasi, dan jaringan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Contoh aset tetap yang termasuk dalam klasifikasi ini mencakup antara lain: jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi, dan jaringan. e. Aset Tetap Lainnya Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, tetapi memenuhi definisi aset tetap. Aset tetap lainnya ini dapat meliputi koleksi perpustakaan/buku dan barang bercorak seni/budaya/olah raga. Aset tetap lainnya yang diperoleh bukan dari donasi pada periode akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal yang diakui untuk aset tersebut. Aset tetap lainnya yang diperoleh

28 dari donasi diakui pada saat aset tetap lainnya tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah. Pengakuan aset tetap lainnya ditentukan jenis transaksinya meliputi: penambahan, dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai aset tetap lainnya yang disebabkan pengadaan baru, diperluas atau diperbesar. Biaya penambahan di kapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan aset tetap lainya tersebut. Pengurangan adalah penurunan nilai aset tetap lainnya dikarenakan berkurangnya kuantitas aset tersebut. Biaya perolehan lainnya menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap lainnya sampai siap pakai. Biaya perolehan aset tetap lainnya yang di bangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung dan biaya tidak langsung yang meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, dan jasa konsultasi. Aset tetap lainnya disajikan di neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam catata atas laporan keuangan di ungkapkan : 1. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai. 2. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan dan penghapusan. 3. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan denga aset tetap lainnya.

29 f. Konstruksi dalam Pengerjaan Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun seluruhnya. Konstruksi dalam pengerjaan ini akan dibahas lebih lanjut dalam modul Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan, sehingga dalam modul ini tidak akan dibahas secara khusus. 2.3 Transparansi Transparansi adalah merupakan salah satu karakteristik dari good governance. Karena itu asas transparansi dalam pelaksanaan pemerintahan daerah menjadi satu hal yang sangat penting sekaligus menjadi momok bagi oknumoknum yang dapat terhambat aktivitasnya karena asas ini. Karena dalam transparansi terkandung juga didalamnya secara tersirat bagaimana pemerintah daerah harus melaporkan rencana, pengelolaan dan juga laporan akhir yang berupa laporan keuangan anggaran-anggaran yang dibutuhkan dan juga digunakan oleh pemerintah daerah secara transparan sehingga masyarakat luas dapat ikut mengetahuinya. Selain adanya akuntabilitas dalam siklus anggaran, transparansi anggaran juga diperlukan untuk meningkatkan pengawasan. Transparansi merupakan salah satu prinsip good governance. Mardiasmo (2006). Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas, seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat di mengerti dan dipantau.

30 Transparansi bermakna tersedianya informasi yang cukup, akurat dan tepat waktu tentang kebijakan publik, dan proses pembentukannya. Informasi adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Dengan ketersediaan informasi, masyarakat dapat ikut sekaligus mengawasi sehingga kebijakan publik yang muncul bisa memberikan hasil yang optimal bagi masyarakat, serta mencegah terjadinya kecurangan dan manipulasi yang hanya akan menguntungkan salah satu kelompok masyarakat saja secara tidak proporsional. Menurut Hadi Sumarsono (2003) Transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan kebijakan keuangan daerah, sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD dan masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan daerah pada akhirnya akan menciptakan horizontal accountability antara pemerintah daerah dengan masyarakatnya, sehingga tercipta Pemerintah Daerah yang bersih, efektif, efisien, akuntabel dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat. Menurut Mursyidi (2009) Transparansi. Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggung jawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang undangan. Pengertian transparansi menurut UNDP adalah sebagai berikut : Tersedianya informasi secara bebas dan dapat diakses secara langsung (directly accessible) kepada pihak-pihak yang terkena dampak oleh suatu pelaksanaan keputusan, kemudian informasi disediakan dengan isi yang mudah untuk dipahami, sistem yang transparan memiliki prosedur yang

31 jelas dalam pengambilan keputusan publik. Kemudian adanya saluran komunikasi informasi antara stakeholders dan birokrat. Menurut Mardiasmo (2002:30) pengertian transparansi adalah: Keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijaksanaan kebijaksanaan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD dan masyarakat. Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa transparansi adalah suatu keadaan atau sifat yang mudah dilihat dengan jelas. Jika dikaitkan dengan konteks penyelenggaraan urusan publik, transparansi adalah suatu kondisi dimana masyarakat mengetahui apa-apa yang terjadi dan dilakukan oleh pemerintah termasuk berbagai prosedur, serta keputusan keputusan yang diambil oleh pemerintah dalam pelaksanaan urusan publik. Dalam hal ini peran pemerintah adalah membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaran pemerintah daerah. 2.4 Akuntabilitas Pengertian akuntabilitas publik menurut Mardiasmo (2002:20) adalah sebagai berikut: Akuntabilitas publik adalah kewajiban pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pemberi amanah(principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.

32 Adapun menurut Peraturan Pemerintah, Peraturan No.24 Tahun 2005 tentang SAP: Akuntabilitas mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. Dari pengertian diatas dapat diambil intinya bahwa akuntabilitas sektor publik memiliki peranan sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan karena penyelenggaraan akuntabilitas sektor publik bertujuan untuk memberikan pertanggungjawaban kepada masyarakat karena sumber dana yang digunakan berasal dari masyarakat. Menurut Mardiasmo (2002:21) Akuntabilitas terdiri dari dua macam yaitu: a. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability ) Setiap pejabat atau petugas publik baik individu maupun kelompok secara hierarki berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan kepada atasan langsungnya mengenai perkembangan kinerja atau hasil pelaksanaan kegiatan secara periodik maupun sewaktu-waktu bila diperlukan. b. Akuntabilitas Horizontal (Horizontal accountability ) Akuntabilitas horizontal (eksternal) melekat pada setiap lembaga negara sebagai suatu organisasi untuk mempertanggungjawabkan semua amanat yang telah diterima dan dilaksanakan ataupun perkembangannya untuk dikomunikasikan kepada pihak ekternal (masyarakat luas) dan lingkungannya (public or external accountability and environment). Berdasarkan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang ditetapkan oleh Kepala Lembaga Administrasi

33 Negara, pelaksanaan AKIP harus berdasarkan antara lain pada prinsipprinsip sebagai berikut: 1. Adanya komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi yang bersangkutan. 2. Berdasarkan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumbersumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. 4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi, serta hasil dan manfaat yang diperoleh. 5. Jujur, objektif, transparan, dan akurat. 6. Menyajikan keberhasilan/kegagalan dalam pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. 2.5 Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Aset Tetap Pemerintah Dalam Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menyatakan : Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh

34 Menurut Mardiasmo (2002:18) akuntabilitas adalah pertanggung jawaban pemerintah terhadap publik atas setiap aktivitas yang dilakukan. Menurut Mardiasmo (2002:30) pengertian transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan keuangan sehingga dapat diketahui dan di awasi oleh DPRD dan rakyat. Berdasarkan uraian di atas dan menurut Neneng Siti Halimah (2010:55) dalam tugas akhir yang berjudul Pengaruh sistem pengendalian intern terhadap transparansi dan akuntabilitas aset tetap pemerintah dapat di simpulkan bahwa sistem pengendalian intern cukup memiliki peran penting dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas aset tetap. Dengan sistem pengendalian intern yang baik, maka sebuah organisasi atau pemerintah telah di kondisikan dalam suatu lingkungan kerja yang teratur, rapi, terkontrol sehingga dengan demikian diharapkan juga informasi di dalam organisasi tersebut berjalan baik dan bisa akurat dan tepat waktu juga dapat dipertanggung jawabkan. Saat lima dari prinsip dan komponen pengendalin intern dilaksanakan, maka akuntabilitas aset tetap akan bisa tercapai.