PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS X-4 SMA NEGERI 6 SEMARANG MELALUI MODEL MATEMATISASI BERJENJANG PADA MATERI TRIGONOMETRI

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEAMS GAMES TOURNAMENTS SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 DUKUN, MAGELANG

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PANJER TAHUN AJARAN 2014/1015

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI MIA 1 SMA NEGERI 8 PEKANBARU

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN

Oleh: Mutiara Rizky Ilzanorha Syofni Titi Solfitri ABSTRACT

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI PUCANGAN

Oleh: Dewi Sri Yuliati 1, Zuhri D 2, Sehatta Saragih 3

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUAS BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD. Sutanti, Siti Istiyati, Djaelani

Kata kunci : kemampuan berpikir kreatif, hasil belajar, Creative Problem Solving

BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN GUIDED DISCOVERY LEARNING SISWA KELAS XE SMA NEGERI1 TANJUNGSARI, GUNUNG KIDUL TAHUN AJARAN 2012/2013

Seprotanto Simbolon 1, Sakur 2, Syofni 3 Contact :

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

Devi Yuniar 16, Hobri 17, Titik Sugiarti 18

Oleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR MERAKIT PERSONAL KOMPUTER MENGGUNAKAN STRUCTURED DYADIC METHODS (SDM)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION

Fatma Kumala 1, Sehatta Saragih 2, Nahor Murani Hutapea 3 No. Hp.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI ROTATING TRIO EXCHANGE

Noviana Kusumawati Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan Jl. Sriwijaya No 3 Pekalongan, ABSTRAK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK PGRI 2 SIDOARJO MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII B SMPS CENDANA PEKANBARU

Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 2, Oktober 2016 p-issn: e-issn:

Economic Education Analysis Journal

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 PURWOSARI

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS KELINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD N SABDODADI KEYONGAN

Premiere Educandum Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran

Oleh: Riza Pratiwi Sehatta Saragih Titi Solfitri ABSTRACT

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN NUMBERED HEADS TOGETHER SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 1 POLANHARJO KLATEN

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM SOLVING LEARNING BERBASIS DISCOVERY PADA KELAS VII

MODEL THINK TALK AND WRITE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF 1) Oleh

Ahmad Murjani dan Abdul Hamid Pendidikan Kimia FKIP Universitas Lambung Mangkurat

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALISATION

Joyful Learning Journal

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SUB MATERI KETELADANAN ROSULULLAH SAW PERIODE MEKAH. Oon Rehaeni.

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG SOAL CERITA PECAHAN PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Shinta Agustina Siregar & Sukanti 1-13

Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw

Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang. Keywords: model of problem based learning, critical thinking

Meningkatkan Aktivitas, Respon, dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI UPW SMK NEGERI 1 JEMBER MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

PENERAPAN DISCOVERY LEARNING

Nur Rahmi, Suhermi, Atma Murni Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA MATERI BARISAN DAN DERET BILANGAN

ARTIKEL SKRIPSI OLEH NAHWAN SHOLIHAN ZIKKRI E1R PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

Akbar et al., Peningkatan Minat dan Hasil Belajar...

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KENAMPAKAN ALAM DALAM PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TWO STAY TWO STRAY SISWA KELAS X-AK SMK BHUMI PAHALA PARAKAN TEMANGGUNG

ARTIKEL KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERGULING SENAM LANTAI

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi. Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

Devi Novitasari 8, Dwi Wahyuni 9, Jekti Prihatin 10

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kemampuan Berpendapat

IMPROVEMENT OF SCIENCE LEARNING OUTCOMES THROUGH GROUP INVESTIGATION IN VB

Anita Lidya Hastuti Nauli*) Armis**) Titi Solfitri ***)

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Septi Wuri Handayani 12-20

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

Keywords: cooperative learning, Two Stay Two Stray, learning outcomes.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SUB MATERI KETELADANAN ROSULULLAH SAW PERIODE MEKAH. Oon Rehaeni.

ARTIKEL PENELITIAN OLEH: REPSA YUNITA NPM

MANAJEMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA METODE JIGSAW PADA SISWA SMK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI REDOKS

Nurul Umamah, Marjono dan Erly Nurul Hidayah


Keywords : CIRC, Improving Skills, Reading Comprehension

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

Putri Aditia Pendidikan Ekonomi, FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL) UNTUK MENIGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII4 SMP BABUSSALAM PEKANBARU

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Oleh: Dessi Fitriah Herista Armis Titi Solfitri ABSTRACT

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa Melalui Model Problem Based Learning

Transkripsi:

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS X-4 SMA NEGERI 6 SEMARANG MELALUI MODEL MATEMATISASI BERJENJANG PADA MATERI TRIGONOMETRI Oleh: Mochamad Abdul Basir Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unissula Semarang abdulbasir@unissula.ac.id Abstract Classroom action research aims to improve the skill of creative thinking for X4 graders of SHS 6 Semarang trigonometry material on stratified mathematic models. Stratified mathematic models is a process of reinvention guided by combining constructivist approach, contextual and collaborative. Constructivist approach embodied in the form of preparation learning activities that can be done by the students themselves based on previous learning activities and the strut of the teacher. Contextual approach is realized with the initial preparation of the learning activities in the form of contextual problem-solving activities. The collaborative approach embodied in the form of variations in student learning method. Guided reinvention process implemented in stages, which include situational, referential, general, and formal level. The model used the spiral model with twice the cycles that occur over action planning, action, observation, and reflection. Through stratified mathematics models, cooperative learning has increased the skills of creative thinking mathematics from 5.56% to 25%. Average student learning outcomes also increased for each cycle. Keywords: creative thinking skills, cooperative learning, stratified mathematics models PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu unsur dalam ranah sains yang merupakan ilmu dasar dari pengembangan sains dan sangat berguna bagi kehidupan. Melihat begitu pentingnya pelajaran matematika, maka matematika diberikan sejak SD, bahkan semenjak TK, hingga perguruan tinggi. Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Jenning dan dunne (dalam Trianto, 2007) menyatakan bahwa kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan nyata. Hal lain yang menyebabkan sulitnya matematika adalah karena pembelajaran matematika kurang bermakna. Guru dalam pembelajarannya di kelas tidak mengaitkan dengan

skema yang dimiliki siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi ide-idenya sendiri. Berdasarkan hasil penelitian tentang pembelajaran beracuan konstruktivis oleh Susento (2008), siswa terlihat lebih aktif dan cenderung siap mengikuti pembelajaran dengan mempelajari terlebih dahulu topik yang akan dibahas. Selain itu pembelajaran ini dapat meningkatkan pemahaman siswa. Salah satu bentuk pembelajaran yang beracuan konstruktivis adalah model pembelajaran kooperatif. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa dan cara guru dalam menyampaikan informasi pada siswa. Dewasa ini model pembelajaran kooperatif telah banyak digunakan dan dikembangkan oleh pakar pendidikan. Beberapa ahli menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep, tetapi juga membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan mengembangkan sikap sosial siswa. Disamping itu, keterampilan kooperatif menjadi semakin penting untuk keberhasilan dalam menghadapi tuntutan lapangan kerja yang sekarang ini berorientasi pada kerjasama dalam tim (Slavin, 2010). Kurikulum di SMA Negeri 6 Semarang menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada mata pelajaran matematika SMA Kelas X-4 semester 2, terdapat materi pokok Trigonometri. Pembelajaran materi tersebut biasanya menggunakan metode ekspositori, dimana guru matematika melakukan kegiatan berkelompok untuk menyampaikan konsep-konsep materi tersebut. Akan tetapi, kegiatan kelompok tersebut bukan pembelajaran kooperatif karena tujuan dari kerja kelompok tersebut hanya sekedar mengerjakan tugas. Dalam proses kegiatan belajar mengajar biasanya hanya didominasi oleh siswa yang pandai, sementara siswa yang berkemampuan lemah kurang berperan dalam mengerjakan tugas kelompok. Selain itu siswa tidak dilatihkan untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan menghargai pendapat orang lain. Akibatnya siswa yang berkemampuan lemah memperoleh hasil belajar yang tetap rendah, belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Ketuntasan belajar tercapai setelah melakukan remidi.

Kondisi pembelajaran tersebut tidak efektif untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif matematis. Dalam pembelajaran matematika sebaiknya guru memperhatikan kebermaknaan dalam pembelajaran matematika dengan mengoptimalkan pengetahuan yang dimiliki siswa serta kerjasama siswa dalam berkelompok dan adanya kolaborasi antara guru dengan siswa. Sebagai upaya untuk meningkatkan kemmapuan berpikir kreatif matematis dan hasil belajar siswa, perlu dikembangkan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang konstruktivis, kontekstual dan kolaboratif melalui matematisasi berjenjang memungkinkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran, mengembangkan pengetahuan, sikap dan kemampuan berpikir kreatif matematis. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif melalui model matematisasi berjenjang materi trigonometri pada siswa kelas X-4 SMA Negeri 6 Semarang. PTK dilakukan dengan kolaboratif dan partisipatif, artinya peneliti bekerjasama dengan guru pengampu melakukan penelitian serta berpartisipatif dalam setiap langkah penelitian. Subjek penelitian adalah siswa kelas X4 SMA Negeri 6 Semarang tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 36 siswa. Model penelitian yang digunakan adalah model kemmis dan taggart, yaitu model spiral, dimana dalam model spiral ini terdiri dari 2 siklus dan dari setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi serta refleksi. Teknik pengumpulan data berupa observasi kemampuan berpikir kreatif matematis dan tes hasil belajar siswa. Analisis data yang digunakan analaisis deskriptif untuk mengetahui seberapa besar kemampuan berpikir kreatif siswa selama proses pembelajaran setiap sikulusnya serta analisis hasil belajar siswa untuk mengetahui rata-rata hasil pembelajaran sebelum dan sesudah dilakukan tindakan.

HASIL PENELITIAN 1. Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Tabel 1. Rekapitulasi Persentase aspek KBK Siswa NO INTERVAL KATEGORI SIKLUS I SIKLUS II FREK % FREK % 1 76 100 Sangat Tinggi 0 0,00 1 2,78 2 51 75 Tinggi 2 5,56 8 22,22 3 25 50 Sedang 18 50 21 58,33 4 25 Rendah 16 44,44 6 16,67 JUMLAH 36 100 36 100 25 20 15 10 siklus I siklus II 5 0 < 25 25-50 51-74 75-100 Gambar 1. Rekapitulasi Persentase aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dari tabel 1 terlihat adanya peningkatan jumlah siswa yang berpikir kreatif. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan angka persentase walaupun tidak begitu tinggi pada interval 25-50, 51-74 dan 75-100 dan rata-rata masih berada pada kategori sedang. Tidak mudah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam waktu yang singkat, butuh waktu yang sedikit panjang untuk menyimpan ke dalam long term memory. Hal ini dikarenakan kemampuan berpikir kreatif merupakan high order thingking skill, terkadang hanya siswa yang mempunyai potensi berlebih mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya.

2. Hasil Belajar Siswa Tabel 2. Rekapitulasi Frekuensi Hasil Belajar Siswa PRA SIKLUS I SIKLUS II NO INTERVAL SIKLUS FREK % FREK % FREK % 1 95 100 0 0,00 0 0,00 6 16,67 2 85 94 3 8,33 13 36,62 22 61,11 3 75 84 12 33,33 16 44,44 8 22,22 4 65 74 9 25,00 7 19,44 0 0,00 5 65 12 33,33 0 0,00 0 0,00 JUMLAH 36 100 36 100 36 100 25 20 15 10 5 pra PTK siklus I Siklus II 0 < 65 65-74 75-84 85-94 95-100 Gambar 2. Rekapitulasi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Dari tabel 2 terlihat bahwa kurva cenderung geser ke kanan yang berarti ada peningkatan frekuensi tuntas belajar siswa pada interval diatas 75. hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dari setiap siklus. Begitu juga sebaliknya pada interval dibawah 75 mengalami penurunan jumlah frekuensi. Nilai 75 merupakan batas ketuntasan minimal. kenaikan rata-rata hasil belajar pada model pembelajaran koopertaif melalui matematisasi berjenjang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya, seperti pada gambar 3 berikut,

100 Rata-rata Hasil Belajar Siswa 80 60 40 20 Rata-rata Hasil Belajar Siswa 0 Pra PTK Siklus I Siklus II Gambar 3. Rekapitulasi Rata-rata Hasil Belajar Siswa PEMBAHASAN Model Matematisasi Berjenjang Pendidikan matematika realistik pertama kali dikembangkan di negeri Belanda sejak tahun 1970-an. Sejak tahun 1990-an, pendidikan matematika realistik telah diadaptasikan di beberapa sekolah di Amerika Serikat dan beberapa Negara lain. Pendekatan ini menekankan pentingya konteks nyata yang dikenal siswa dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh siswa sendiri. Menurut Gravemeijer dalam Susento (2008), Masalah berkonteks nyata dijadikan titik pangkal dalam pembelajaran matematika, sedangkan konstruksi pengetahuan melalui proses reinvensi terbimbing (guided reinvention) merupakan inti proses pembelajaran matematika. Dalam proses reinvensi terbimbing siswa diberi kesempatan untuk mengalami proses matematisasi yaitu membangun sendiri alat dan gagasan matematik, menemukan sendiri hasil, serta memformalkan pemahaman dan strategi informal. Siswa didukung untuk mencipta-ulang (to reinvent) matematika dibawah panduan guru dan bahan pelajaran. Untuk mencipta-ulang matematika formal dan abstrak, siswa diarahkan bergerak secara bertahap dari penggunaan pengetahuan dan strategi penyelesaian informal, intuitif dan konkret menuju ke yang lebih formal, abstrak dan baku. Kegiatan penciptaan-ulang berlangsung

dalam interaksi sosial yang memungkinkan terjadinya negosiasi makna matematik antar siswa dan antara siswa dengan guru, serta pemberian bantuan berupa topangan (Susento, 2008). Menurut Gravemeijer, Proses reinvensi terbimbing dilaksanakan secara berjenjang, yang mencakup jenjang sebagai berikut (Susento. 2008): 1. Jenjang situasional; dengan topangan guru, siswa menggunakan pengetahuan dan strategi sendiri yang bersifat situasional dan terbatas dalam pemecahan masalah kontekstual, 2. Jenjang referensial; dengan topangan guru, siswa membangun model situasi masalah untuk memecahkan masalah kontekstual, 3. Jenjang umum; dengan topangan guru, siswa membangun model penalaran matematik untuk memecahkan masalah-masalah yang konteksnya berbedabeda, 4. Jenjang formal; dengan topangan guru, siswa melakukan penalaran matematik formal, yaitu memakai model matematik formal dan baku untuk memecahkan masalah matematik. Model matematisasi berjenjang dikembangkan berdasarkan proses reinvensi terbimbing dengan memadukan pendekatan-pendekatan konstruktivis, kontekstual dan kolaboratif. Pendekatan konstruktivis diwujudkan dalam bentuk penyusunan kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan oleh siswa sendiri berdasarkan kegiatan pembelajaran sebelumnya dan dengan topangan dari guru. Pendekatan kontekstual diwujudkan dengan penyusunan kegiatan pembelajaran awal berupa kegiatan pemecahan masalah kontekstual. Pendekatan kolaboratif diwujudkan dalam bentuk variasi metode belajar siswa (Susento, 2008). Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Secara umum berpikir dapat didefinisikan sebagai suatu proses kognitif, yaitu suatu kegiatan mental untuk memperoleh pengetahuan. Dalam proses berpikir terjadi kegiatan yang kompleks, reflektif dan kreatif. Keterampilan merupakan suatu kemampuan melakukan sesuatu dengan baik. Kinerja

keterampilan meliputi pengetahuan mengenai yang harus dilakukan, kapan dilakukan, dan bagaimana melakukannya. Keterampilan berpikir adalah keterampilan-keterampilan yang relatif spesifik dalam memikirkan sesuatu yang diperlukan seseorang untuk memahami suatu informasi (gagasan, konsep, prinsip, teori, dsb), memecahkan masalah dan sebagainya. Pengetahuan dan keterampilan berpikir merupakan suatu kesatuan yang saling menunjang. Keterampilan berpikir dapat dikelompokkan menjadi keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks (Ahmad, 2002). Berpikir kreatif menurut Lawson (Ahmad, 2002) dimaknai sebagai suatu proses kreatif, yaitu merasakan adanya kesulitan, masalah, kesenjangan informasi, adanya unsur yang hilang, dan ketidakharmonisan, mendefinisikan masalah secara jelas, membuat dugaan-dugaan atau merumuskan hipotesis tentang kekurangankekurangan, menguji dugaan-dugaan tersebut dan kemungkinan perbaikannya, pengujian kembali atau bahkan mendefinisikan ulang masalah, dan akhirnya mengkomunikasikan hasilnya. Keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan kognitif untuk memunculkan dan mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagai pengembangan dari ide yang telah lahir sebelumnya dan keterampilan untuk memecahkan masalah secara divergen (dari berbagai sudut pandang). Keterampilan berfikir kreatif yang diukur mencakup empat aspek (William dalam Liliawati, 2010: 225) yaitu: (1) fluency (berpikir lancar), (2) flexibility (berpikir luwes), (3) originality (orisinalitas berpikir), (4) elaboration (penguraian). Implementasi Model pembelajaran kooperatif melalui matematisasi berjenjang Model pembelajaran koopertaif melalui matematisasi berjenjang dilaksanakan di kelas X-4 SMA Negeri 6 Semarang yang berjumlah 36 siswa. Tahapan-tahapan dari pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif melalui matematisasi berjenjang, yaitu sebagai berikut; Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti telah membagikan worksheet pada pertemuan pra tindakan dengan harapan siswa mempelajari materi dirumah sebagai bahan diskusi kegiatan belajarmengajar dengan model pembelajaran

kooperatif melalui matematisasi berjenjang. Materi worksheet berkaitan dengan penurunan rumus dasar aturan sinus dan kosinus. Peneliti memberikan apersepsi materi yang akan dipelajari. Hal ini dilakukan karena bagaimanapun peneliti tetap mempunyai peran meskipun tidak terlalu dominan dalam pembelajaran kooperatif ini. Dilanjutkan dengan diskusi kelompok, pada tahap awal matematisasi berjenjang adalah tahap situasional, dimana siswa menyelesaikan masalah kontekstual dalam kelompok 4-an dengan topangan guru bagi kelompok yang membutuhkan. Pada tahap situasional terjadi peningkatan hasil prestasi belajar pada siklus I ke siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh 69,31 sedangkan pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh 90,69. Pada pertemuan kedua, peneliti menanyakan kepada siswa apakah mereka sudah memahami materi yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Sebagian kecil, sekitar 8 12 siswa mengatakan bahwa mereka sudah memahaminya. Namun, sebagian besar siswa hanya berdiam diri, sehingga peneliti menganggap bahwa kurang menguasai materi sebelumnya. Sehingga pada pertemuan kedua, masih mengulang materi aturan sinus dan aturan kosinus yang dilanjutkan pada tahapan referensial, dimana siswa menyelesaiakan masalah kontekstual dalam kelompok 2-an dengan topangan guru bagi kelompok yang membutuhkan. Pada tahap referensial juga terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa walaupun tidak sebesar pada tahap situasional, 75,14 pada siklus I menjadi 88,19 pada siklus II. Dan tahap berikutnya dalah tahap umum, dimana siswa menyelesaikan masalah kontekstual secara individu akan tetapi setiap siswa bisa berdiskusi dengan temannya, dikarenakan soal yang diberikan sama. Pada setiap akhir tahapan, perwakilan 2 kelompok diberikan kesempatan mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, beserta teman lainnya dan dibantu peneliti membahas penyelesaian masalah kontekstual tersebut. Pada tahap umum juga terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa, pada siklus I diperoleh 86,25 menjadi 91,39 pada siklus II. Pada pertemuan ketiga, yaitu tahap formal yang sebelumnya diawali dengan tahap formal-latihan soal, dimana siswa menyelesaikan masalah kontekstual

dalam kelompok 4 besar (satu kelompok terdiri dari 8 10 orang) dengan harapan siswa mereview pemahaman materi yang dikerjakan secara klasikal bersama teman aggota kelompok lainnya. Pada tahap formal latihan soal mempunyai ratarata nilai yang mendekati sempurna baik pada siklus I maupun siklus II, hal ini dikarenakan penyelesaian masalah dapa didiskusikan dalam kelompok besar sehingga pertukaran ide gagasan pun semakin banyak dan berbobot. Nilai yang diperoleh pada siklus I sebesar 95,00 dan pada siklus II sebesar 97,78. Dilihat dari rata-rata nilai setiap tahapnya juga mengalami peningkatan sehingga memantapkan peneliti untuk mengakhiri siklus pada penelitian tindakan kelas dengan model pembelajaran kooperatif melalui matematisasi berjenjang. Dan tahap terakhir adalah tahap formal, dimana siswa menyelesaikan masalah kontekstual secara individu, masalah antara satu dengan yang lain berbeda. Pada tahap formal sekaligus dijadikan sebagai tes akhir siklus. Pada ratarata nilai akhir tes pun mengalami peningkatan antara siklus I dan siklus II, yang semula 85,83 menjadi 87,36. SIMPULAN Berdasakan penelitian yang dilakukan dikelas X-4 SMA Negeri 6 Semarang dan dari analisis data-data diperoleh kesimpulan sebagai berikut; 1. Pembelajaran kooperatif melalui matematisasi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya angka persentase kategori tinggi dan sangat tinggi pada aspek kemampuan berpikir kreatif dari 5,56% menjadi 25%. 2. Pembelajaran kooperatif melalui matematisasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata hasil belajar siswa pada pra PTK ke siklus I dari 66,31 ke 82,31 dan siklus I ke siklus II dari 82,31 menjadi 91,02. Selain itu persentase ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan, semula 81,06% menjadi 100%.

DAFTAR PUSTAKA Ahmad Abdul Jawwad, M. 2002. Mengembangkan Inovasi dan Kreativitas Berpikir. Bandung: Syaamil Cipta Media. Arikunto, S. 1987. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta; Rineka Cipta. Eveline Siregar. 2010. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia. Rudhito, M.A. 2005. Perancangan dan Pelaksanaan Model Pembelajaran Persamaan Kuadrat untuk kelas X SMA dengan Pendekatan Matematisasi Berjenjang. Widya Dharma, Vol. 16. No 1, pp.67-76. Slavin, Robert E., 2010. Cooperative Learning; Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Susento dan Rudhito M. Andy, Model Pembelajaran Matematisasi Berjenjang: Integrasi Pendekatan-pendekatan Konstruktivistik, Kontekstual dan Kolaboratif, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains 2008, Fakultas Sains dan Matematika UKSW, pp. P3-1-B3-17, Januari 2008. Tim, Pelatihan, Proyek, PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: DEPDIKBUD,Direktorat Jenderal Penguruan Tinggi. Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.