Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STRATEGI TEAM QUIZ PADA POKOK BAHASAN HIMPUNAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Berkaitan dengan tujuan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011).

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH DIVERGEN SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

JURNAL. Oleh: DANIK RATNAWATI Dibimbing oleh : 1. Drs. Darsono, M.Kom. 2. Feny Rita Fiantika, S.Pd.

Jurnal Pendidikan Berkarakter ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 April 2018, Hal

BAB V PEMBAHASAN. A. Berpikir Kreatif Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi Mapel. Kreatif pada Tingkat 4 (Sangat Kreatif)

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB II KAJIAN TEORITIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN PERBEDAAN JENIS KELAMIN ( ABILITY OF PROBLEM SOLVING FROM DIFERENCES OF SEX )

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan

Key Words: Identification Strategies, Problem solving, Surface Area and Volume Beams

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Kemudian

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA (THE THINKING ABILITY OF STUDENTS IN SOLVING MATHEMATICS STORY PROBLEMS)

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN SISWA TENTANG INTEGRASI MATEMATIKA DALAM PERMAINAN TRADISIONAL ANAK-ANAK SIDOARJO

TINGKAT KREATIVITAS MAHASISWA PGSD ANGKATAN 2015 DALAM PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PADA MATERI SEGITIGA DI SMP

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA POKOK BAHASAN PELUANG

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN TERBALIK (RECIPROCAL TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR MAHASISWA PADA MATAKULIAH ANALISIS REAL

BAB I PENDAHULUAN. Fery Ferdiansyah, Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. berpikir matematis tingkat tinggi (higher order thinking), yang diharapkan dapat

Unnes Journal of Mathematics Education IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN PBL DENGAN TUGAS PENGAJUAN MASALAH

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kata kunci: pemecahan masalah matematika, proses berpikir kreatif, tahapan Wallas, tingkat berpikir kreatif

BAB II LANDASAN TEORI

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DENGAN PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Pengaruh Permainan Harta Karun terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dhias Mei Artanti, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VIIIA SMP N 3 SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan bangsa yang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan

BAB I PENDAHULUAN. standar isi menyatakan bahwa, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki sebuah proyek dari sudut pandang yang tidak biasa.

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, tiap individu senantiasa menghadapi masalah, dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Etik Andriani Aunillah Kusno. STKIP PGRI Sidoarjo Jl.Jenggala Kotak Pos 149 Kemiri Sidoarjo

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S 1 Pendidikan Matematika. Oleh : DARI SUPRAPTI A

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal

BAB II LANDASAN TEORI

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write, Kemampuan Awal, Kemampuan Pemahaman Konsep.

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

BAHAN KULIAH Orientasi Baru Dalam Psikologi

ANALISIS METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH DIMENSI TIGA

Diniatul Hidayani Sipahutar 1, Dinda Kartika Prodi Pendidikan Matematika Unimed Medan.

IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN TUGAS PENGAJUAN MASALAH

BAB II KAJIAN TEORITIK

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN. (Artikel) Oleh NINDY PROFITHASARI

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran biologi pada Sekolah Menengah Atas berdasarkan Standar

HAYATI

Linda K. et al., Identifikasi Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah...

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA GAYA BELAJAR VISUAL DALAM MEMECAHKAN MASALAH PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

KETERAMPILAN INFERENSI PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI EKSPONEN DAN LOGARITMA UNTUK SISWA KELAS X SMA KARTIKA 1-5 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. dan mengerti tentang konsep dasar matematika. Matematika menjadi salah

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK PGRI 2 SIDOARJO MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED

Abstrak. Kata Kunci: adversity quotient, adversity response profile, siswa climber, proses berpikir, pemecahan masalah matematika.

HASIL ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR PESERTA DIDIK SMK ANTARTIKA 1 SIDOARJO

Bella Agustin Hariyanto Bambang Soerjono. Program Sarjana, STKIP PGRI Sidoarjo Jalan Kemiri Sidoarjo. Abstak

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik yang dikehendaki dunia kerja (Career Center Maine Department

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu ilmu yang dapat meningkatkan

Transkripsi:

BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASAR MASALAH MATEMATIKA (STUDENT S CREATIVE THINKING IN THE APPLICATION OF MATHEMATICAL PROBLEMS BASED LEARNING) Anton David Prasetiyo Lailatul Mubarokah Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Sidoarjo Jalan Jenggala Kotak Pos 149 Kemiri Sidoarjo Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan berpikir kreatif siswa dengan penerapan model pembelajaran berdasar masalah matematika. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan mengelompokkan siswa menjadi 3 kelompok, yaitu kategori nilai matematika tinggi, sedang dan rendah. Analisis data dalam penelitian ini meliputi: mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan data dari hasil tes soal dan wawancara siswa. Terdapat empat indikator berpikir kreatif, yaitu berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinil dan kemampuan mengelaborasi. Siswa dengan kategori matematika tinggi mencapai 4 indikator. Siswa dengan kategori matematika sedang memenuhi tiga indikator. Sedangkan siswa dengan kategori matematika rendah memenuhi satu indikator. Kata Kunci: berpikir kreatif, pembelajaran berdasar masalah, berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinil, kemampuan mengelaborasi. Abstract This research aimed to describe the creative thinking with the application of mathematical problem-based learning model. This research is a descriptive study using a qualitative approach. The research was conducted by grouping students into three groups, namely the category of math scores high, medium and low. Analysis of the data in this study include : reducing the data, present the data, and draw conclusions from the data about the test results and interview students. There are four indicators of creative thinking, the fluent thinking, flexible thinking, original thinking, and elaboration ability. Students with high math category up to 4 indicators. Students with math category three indicators. While students with low math category meet the indicators. Key Words: creative thinking, problem based learning, fluent thinking, flexible thinking, original thinking, elaboration ability. Pendahuluan 9

10 Dalam sebuah proses pembelajaran, siswa seharusnya didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Oleh karena itu program pendidikan yang dikembangkan perlu menekankan pada pengembangan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif yang harus dimiliki siswa. Berpikir kreatif dapat ditumbuh kembangkan melalui perancangan suatu pembelajaran yang menekankan pada pengeksplorasian kemampuan siswa. Karena pada dasarnya, masing-masing siswa mempunyai potensi kreatif yang berbeda sehingga dalam memecahkan masalah siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan dengan caranya sendiri. Menurut Lindren (dalam Yamin, 2013:127) Berpikir kreatif yaitu memberikan macam-macam kemungkinan jawaban atau pemecahan masalah berdasarkan informasi yang diberikan dan mencetuskan banyak gagasan terhadap suatu persoalan. Pengertian ini memfokuskan pada banyak cara dalam suatu pemecahan masalah dan memunculkan ide-ide baru tentang suatu persoalan. Setiap siswa mempunyai bakat kreatif yang berbeda sehingga kemungkinan penyelesaian atau jawaban dari suatu masalah juga akan beragam. Proses individu untuk memunculkan ide baru merupakan penggabungan ideide sebelumnya yang belum diwujudkan atau masih dalam pemikiran. Pengertian berpikir kreatif ini ditandai adanya ide baru yang dimunculkan sebagai hasil dari proses berpikir tersebut. Menurut Hamruni (2012:104) salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa adalah dengan menggalakkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memacu proses berpikir. Dalam pengertian ini konsep masalah atau pertanyaanpertanyaan digunakan untuk memunculkan budaya berpikir pada diri siswa. Dalam mendorong berpikir kreatif siswa, guru meminta siswa menghubungkan informasiinformasi yang diketahui dan informasi tugas yang harus dikerjakan. Oleh karena itu keberadaan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat membantu guru mengisi tugasnya mengarahkan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Indikator berpikir kreatif dapat dilihat dari produksi divergen yang meliputi fleksibilitas, keaslian dan kelayakan. Model pembelajaran pembelajaran berdasar masalah adalah sebuah model pembelajaran yang dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-

11 masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran. Pada pembelajaran berdasarkan masalah disajikan tugas-tugas atau permasalahan yang otentik dan relevan yang direpresentasikan melalui suatu konteks. Cara tersebut bertujuan agar siswa memiliki pengalaman sebagaimana nantinya mereka menghadapi kehidupan profesionalnya. Aspek penting dalam model pembelajaran berdasarkan masalah adalah bahwa pembelajaran dimulai dengan permasalahan yang akan menentukan arah pembelajaran. Dengan menyajikan permasalahan sebagai batu loncatan pembelajaran, siswa didorong untuk mencari informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan. Di sini, guru menyajikan masalah, membimbing dan memberikan sedikit petunjuk kepada siswa dalam memecahkan masalah. Evans (dalam Siswono, 2008: 14) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan yang terus menerus, sehingga ditemukan kondisi yang benar atau sampai seseorang itu menyerah.dalam pengertian ini ditekan tentang bagaimana suatu kondisi yang dianggap benar ditemukan dengan menghubungkan informasi yang diterima menggunakan pengetahuan yang dimiliki.karena dalam proses ini bertujuan untuk menemukan yang dianggap benar yang belum diketahui sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan mental ini bertujuan menemukan sesuatu yang baru. Menurut Siswono (2008: 16) berpikir kreatif merupakan suatu kebiasaan dari pemikiran yang tajam dengan intuisi, menggerakkan imajinasi, mengungkapkan (to reveal) kemungkinan-kemungkinan baru, membuka selubung (unveil) ide-ide yang menakjubkan dan inspirasi ide-ide yang tidak diharapkan.dalam berpikir kreatif, seseorang cenderung mempunyai gagasan-gagasan baru tentang sebuah hal. Gagasangagasan tersebut dituangkan dalam ide-ide kreatif untuk menyelesaikan sebuah hal (masalah). Dalam pengertian ini, intuisi diartikan sebagai pemikiran akal sehat dalam suatu pemecahan masalah tanpa melalui langkah-langkah analisis. Jadi siswa mencari pemecahan masalah tanpa mengetahui apakah formula yang digunakan benar atau salah. Menggerakkan imajinasi yang dimaksud dalam pengertian tersebut adalah mendorong daya pikir untuk membayangkan atau menciptakan gambaran-gambaran berdasarkan kenyataan atau pengalaman diri. Imajinasi berkaitan dengan keinginan

12 yang sangat kuat. Dengan pemikiran tajam, imajinasi dapat membantu siswa untuk berpikir jauh ke depan sehingga mampu menciptakan ide-ide baru dalam pemecahan masalah dan dapat mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru yang belum pernah terwujud. Jadi, berpikir kreatif merupakan proses pemecahan masalah dengan pemikiran yang tajam tanpa melalui langkah-langkah analisis yang mendorong kekuatan imajinasi untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru sehingga mampu menciptakan hal-hal atau ide-ide baru yang belum pernah terwujud. Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009:34) tiga kondisi dari pribadi kreatif adalah: 1) Keterbukaan terhadap pengalaman. 2) Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (Internal locus of evaluation). 3) Kemampuan untuk bereksperimen, untuk bermain dengan konsep-konsep. Uraian diatas dapat juga diartikan bahwa pada pribadi kreatif seseorang, jika sudah memiliki kondisi pribadi dan lingkungan yang menunjang atau lingkungan yang memberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif maka diprediksikan akan muncul kreativitas. Seseorang yang memiliki kreativitas selain dia sebagai pemikir yang konvergen atau intelegensi (memperoleh pengetahuan dan pengembangan keterampilan) juga sebagai pemikir divergen yang mampu menggabungkan unsur-unsur dengan cara yang tidak terduga. Untuk menilai kemampuan berpikir kreatif menggunakan acuan yang dibuat, Munandar (2009:192) yang mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kreatif dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan aspek aspek sebagai berikut: a. Berpikir lancar (Fluent thinking) atau kelancaran yang menyebabkan seseorang mampu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan. b. Berpikir luwes (Flexible thinking) atau kelenturan yang menyebabkan seseorang mampu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi. c. Berpikir Orisinil (Original thinking) yang menyebabkan seseorang mampu melahirkan ungkapan-ungkapan yang baru dan unik atau mampu

13 menemukan kombinasi-kombinasi yang tidak biasa dari unsur-unsur yang biasa. d. Keterampilan mengelaborasi (Elaboration ability) yang menyebabkan seseorang mampumemperkaya dan mengembangkan suatu gagasan. Berdasarkan uraian indikator tersebut, maka peneliti menggunakan indikatorindikator kemampuan berpikir kreatif siswa dengan penjelasan sebagai berikut: 1) Berpikir lancar (Fluent thinking) Berpikir lancar adalah ketika seseorang mampu memikirkan cara menyelesaiakan sebuah permasalahan dengan cepat. Misalnya, siswa yang berpikirnya lancar akan dengan cepat menyelesaikan soal yang dikerjakannya. 2) Berpikir luwes (Flexible thinking): Berpikir luwes adalah ketika seseorang mampu memikirkan lebih dari satu ide dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Misalnya, seorang siswa bisa menyelesaikan satu soal matematika dengan lebih dari satu cara. 3) Berpikir Orisinil (Original thinking): Berpikir orisinil adalah kemampuan untuk memikirkan gagasan atau ide baru dalam sebuah permasalahan. Misalnya, seseorang dapat memberikan banyak gagasan atau usul dalam sebuh rapat kerja. 4) Kemampuan mengelaborasi (Elaboration ability): Kemampuan mengelaborasi adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan sebuah hal sederhana ke definisi yang lebih luas. Dalam hal ini untuk mengetahui proses berpikir kreatif siswa dalam penerapan model pembelajaran berdasar masalah dilakukan dalam tahap-tahap, yaitu : Tabel 1. langkah-langkah pembelajaran berdasar masalah Langkah Kegiatan yang dilakukan guru Kegiatan yang dilakukan oleh guru

14 1. Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, hal-hal yang dianggap perlu,dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam melakukan kegiatan pemecahan masalah. 2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar 3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Membagi siswa dalam kelompok dan membantu siswa dalam mengidentifikasikan serta mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan masalah. Mendorong siswa dalam mengumpulkan informasi yang diperlukan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk dapatmenjelaskan dan menyelesaikan masalah. Membantu siswa dalam merencanakan dan mempersiapakan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagai tugas dengan temannya. Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses yang digunakan. (Sumber: Trianto, 2011:71-72) Penelitian ini menggunakan soal tes dan wawancara sebagai alat untuk menjawab rumusan masalah sehingga tercapai tujuan penelitian. Soal tes diberikan kepada siswa dan dilakukan wawancara. Hasil jawaban soal tes dan wawancara dianalisis dan data-data hasil disusun. Hasil dan Pembahasan Indikator berpikir kreatif yang dicapai oleh siswa dengan kategori matematika tinggi, mencapai 4 indikator, yaitu: berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir original dan keterampilan mengelaborasi.

15 Gambar 1. Jawaban soal 1 (siswa kategori matematika tinggi) Siswa tersebut menuliskan langkah-langkah pada penyelesaian pertanyaan tersebut, dengan menggambar dan mengaplikasikan rumus yang ia ketahui. Gambar 2. Jawaban soal 2 (siswa kategori matematika tinggi) Dalam menjawab pertanyaan nomor 1, siswa dengan kategori matematika tinggi mampu menyelesaikan soal dalam waktu 15 menit. Langkah dan proses yang diambil siswa tersebut juga tepat. Dalam mengerjakannya siswa tersebut mengerjakan pertanyaan 1 dengan cara menggunakan bangun persegi panjang. Siswa dengan kategori tinggi menjawab dengan menggunakan bangun yang sederhana, seperti persegi panjang. Dalam sekali menjawab, langkah dan hasil yang ia berikan benar dan tepat. Dari pemaparan tersebut, siswa dengan kategori matematika tinggi dapat memenuhi 4 indikator berpikir kreatif, yaitu berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinil dan kemampuan mengelaborasi. Siswa dengan kategori matematika sedang memberikan hasil jawaban yang sudah benar dan tepat. Siswa tersebut mengaplikasikan rumus keliling persegi. Kemudian, siswa tersebut membagi panjang keliling yang diketahui dengan angka 4. Sehingga siswa tersebut dapat menentukan panjang sisi-sisi persegi yang akan digambarkan. Setelah menentukan panjang sisi persegi, siswa tersebut menggambar

16 persegi dan membuat bentuk dua diagonal bidang persegi. Siswa tersebut juga dapat menjelaskan langkah-langkah yang ia gunakan untuk mengerjakan pertanyaan tersebut. Dari pemaparan diatas, tampak bahwa siswa dengan kategori sedang dapat memenuhi indikator berpikir lancar. Siswa dengan kategori matematika sedang juga dapat mengemukakan ide lain dalam menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti. Terbukti pada jawaban siswa pada pertanyaan nomor 2. Siswa tersebut dapat memberikan jawaban yang berbeda dari jawaban pertanyaan nomor 1. Siswa tersebut memberikan jawaban dengan cara yang hampir sama dengan jawaban dari pertanyaan nomor satu. Dengan cara mengapilkasikan rumus bangun yang ia ketahui, ia mampu memberikan jawaban dari pertanyaan kedua. Siswa tersebut memilih bangun belah ketupat untuk jawaban dari pertanyaan selanjutnya (pertanyaan nomor 2). Kemudian keliling yang diketahui dibagi dengan angka 4, sehingga menghasilkan panjang sisi-sisi yang harus ia tuliskan pada setiap sisi bangun tersebut. Siswa tersebut dapat menjelaskan langkah dari ide lain yang ia tuliskan sebagai jawaban dari pertanyaan nomor dua. Hasil pemaparan menunjukkan bahwa siswa dengan kategori matematika sedang telah mencapai indikator berpikir luwes. Pada jawaban pertanyaan nomor 2, siswa dengan kategori matematika sedang dapat memenuhi indikator berpikir orisinil. Terlihat pada perbedaan jawaban dari pertanyaan satu dan dua. Gambar 3. Jawaban soal 1 (siswa kategori matematika sedang)

17 Gambar 4. Jawaban soal 2 (siswa kategori matematika sedang) Siswa dengan kategori matematika sedang belum memenuhi indikator kemampuan mengelaborasi, karena masih belum bisa mengungkapkan ide-ide dan gagasan-gagasan baru yang dapat menyederhanakan permasalahan yang rumit, seperti soal tes yang telah diberikan oleh peneliti pada siswa tersebut. Kesimpulan dari pemaparan tersebut, siswa dengan kategori matematika sedang dapat memenuhi 3 indikator berpikir kreatif, yaitu berpikir lancar, berpikir luwes dan berpikir orisinil. Siswa dengan kategori matematika rendah dapat memenuhi satu indikator, yaitu berpikir lancar. Terlihat pada hasil pekerjaan yang ia berikan. Gambar 5. jawaban 1 (siswa kategori matematika rendah) Siswa dengan kategori matematika rendah mengerjakan dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Siswa tersebut membutuhkan waktu lebih lama untuk berpikir dan mengerti setiap soal yang telah diberikan, terlihat ketika siswa tersebut mengerjakan soal, raut mukanya berubah menjadi kebingungan. 20 menit setelah memberikan soal, peneliti mendekati siswa tersebut dan mengetahui siswa tersebut masih belum menyelesaikan soal yang pertama. Setelah 30 menit berlalu, siswa tersebut dapat mengerjakan soal yang pertama dengan menggambar pesegi dan membuat diagonal

18 bidang. Kemudian menuliskan ukuran setiap sisi persegi tersebut. Jawaban yang diberikan siswa tersebut sudah benar. Tetapi dalam wawancara siswa tersebut kurang dapat menjelaskan langkah-langkah yang ia gunakan dalam mengerjakan soal tes berpikir kreatif tersebut. Siswa dengan kategori rendah tidak dapat menyelesaikan soal kedua. Siswa tersebut hanya mampu menjawab satu soal saja. Dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kategori rendah dapat mencapai satu indikator, yaitu berpikir lancar. Simpulan Setelah diterapkan model pembelajaran berdasar masalah, dapat diketahui tentang profil berpikir kreatif siswa berdasarkan kemampuan matematika. Siswa yang terpilih dengan kategori matematika tinggi mencapai 4 indikator yaitu berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinil, dan kemampuan mengelaborasi. Siswa yang terpilih dengan kategori matematika sedang memenuhi tiga indikator berpikir kreatif, yaitu berpikir lancar, berpikir luwes dan berpikir orisinil. Sedangkan siswa yang terpilih dengan kategori matematika rendah memenuhi satu indikator berpikir kreatif, yaitu berpikir lancar. Daftar Rujukan Hamruni. (2012). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani. Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Siswono, T.Y.E. (2008). Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa Uniersity Press. Trianto. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Yamin, M. (2013). Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Referensi GP Press Group.