BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING)

PROSES GURDI (DRILLING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY

MAKALAH MESIN BUBUT DAN MESIN GURDI

BAB 8 MENGENAL PROSES GURDI (DRILLING)

TEKNIK PEMESINAN JILID 2 SMK. Widarto, dkk

TEKNIK PEMESINAN JILID 2 SMK. Widarto, dkk

BAB VIII MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR

MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR

DRIL I LIN I G N SEMESTER 2

Tugas 2 Proses Produksi Mesin Frais. Jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Garut 2017

MESIN BOR. Gambar Chamfer

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING

PROSES PERMESINAN. (Part 2) Learning Outcomes. Outline Materi. Prosman Pengebor horisontal JENIS MESIN GURDI

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAB VI MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

Mesin Perkakas Konvensional

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGEBOR DAN MELUASKAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH :

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU

TEKNIK PEMESINAN JILID 2

diunduh dari

BAB IV MESIN BUBUT. Gambar 2. Pembubut mesin tugas berat.

PBAB II MESIN BUBUT. (Laboratorium Teknik Industri Universitas Gunadarma, 2011) Gambar 2.1 Mesin Bubut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING)

BAB II LANDASAN TEORI

1. Base (Dudukan) Base ini merupakan penopang dari semua komponen mesin bor. Base terletak paling bawah menempel pada lantai, biasanya dibaut.

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

commit to user BAB II DASAR TEORI

MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

Jumlah Halaman : 20 Kode Training Nama Modul` Simulation FRAIS VERTIKAL

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

TEKNIK PEMESINAN JILID 2

Dalam menentukan ukuran utama mesin skrap ini, hal yang berpengaruh antara lain:

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. gambar kerja sebagai acuan pembuatan produk berupa benda kerja. Gambar

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

FM-UII-AA-FKU-01/R0 MESIN BUBUT 2.1. TUJAN PRAKTIKUM

M O D U L T UT O R I A L

c. besar c. besar Figure 1

MODUL 10 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGETAP DAN MENYENAI ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH :

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Ruang Lingkup Penggunaan mesin sekrap Penggunaan alat-alat perkakas tangan

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan

BAB II Mesin Bubut I II. 1. Proses Manufaktur II

2. Mesin Frais/Milling

MODUL 8 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MEMAHAT) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs.

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari

Gambar 1.1 Hasil-hasil dari pembubutan

TUGAS TEKNIK PERAWATAN MESIN MAKALAH MESIN BUBUT, SEKRAP DAN FRAIS

BAB IV MESIN SEKRAP. Laporan Akhir Proses Produksi ATA 2010/2011. Pengertian Mesin Sekrap

PROSES SEKRAP ( (SHAPING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT Mesin FT UNY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan bagian yang terpenting dari mesin milling. Tempat untuk mencekam alat potong. Di bagi menjadi 3 jenis :

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1)

SOAL LATIHAN 6 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I MODUL PM-03 PROSES GURDI

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

MODUL PROSES PEMESINAN I SEKSI MESIN BUBUT. Oleh : Purgiyanto

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III MESIN FRAIS. ( Gambar-gambar Mesin. 2011) Gambar 3.1 Bentuk-bentuk Hasil Frais

2.6. Mesin Router Atas

Materi Kuliah PROSES GERINDA. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY

SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. identifikasi dari masing-masing komponen Mesin Pemoles pada casing

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB X MESIN KETAM DAN MESIN SERUT

MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS. Yefri Chan,ST.MT (Universitas Darma Persada

BAB III Mesin Milling I

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Gurdi Proses gurdi adalah proses permesinan yang paling sederhana diantara proses permesinan yang lain. Biasanya dibengkel atau workshop proses ini dinamakan proses bor, walaupun istilah ini sebenarnya kurang tepat. Proses gurdi dimaksudkan sebagai proses pembuatan lubang bulat dengan menggunakan mata bor (twist drill). Sedangkan proses bor (boring) adalah proses meluaskan/memperbesar lubang yang bisa dilakukan dengan batang bor (boring bar) yang tidak hanya dilakukan pada mesin gurdi, tetapi bisa dengan mesin bubut, mesin frais, atau mesin bor. Gambar 2.1 Proses gurdi (drilling) 1 Proses gurdi digunakan untuk pembuatan lubang silindris. Pembuatan lubang dengan bor spiral didalam benda kerja yang pejal merupakan suatu proses pengikisan dengan daya penyerpihan yang besar. Jika terhadap benda kerja itu dituntut kepresisian yang tinggi (ketepatan ukuran atau mutu permukaan) pada dinding lubang, maka diperlukan pengerjaan lanjutan dengan pembenam atau penggerek. Pada proses gurdi, benam (chips) harus keluar melalui alur helix pahat gurdi keluar lubang. Ujung pahat menempel pada benda kerja yang terpotong, sehingga proses pendinginan menjadi relatif sulit. Proses pendinginan biasanya dilakukan 1 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 244) 5

dengan menyiram benda kerja yang dilubangi dengan cairan pendingin, disemprot dengan caira pendingin, atau cairan pendingin dimasukkan melalui lubang ditengah mata bor. Karakteristik proses gurdi agak berbeda dengan proses permesinan yang lain, yaitu : 1. Beram harus keluar dari lubang yang dibuat. 2. Beram yang keluar dapat menyebabkan masalah ketika ukurannya besar dan atau kontinyu. 3. Proses pembuatan lubang bisa sulit jika membuat lubang yang dalam. 4. Untuk pembuatan lubang dalam pada benda kerja yang besar, cairan pendingin dimasukan kepermukaan potong melalui tengah mata bor. Gambar 2.2 Proses pengeboran 2 Mengebor adalah suatu cara kerja dengan pengambilan tatal, yang digunakan untuk membuat lubang yang berbentuk silinder. Karena mata bor adalah perkakas yang menghasilkan tatal, maka bentuk dasar dari sisi potong mata bor harus memiliki bentuk baji. Sudut potong (β), sudut tatal (γ) dan sudut bebas (α) tergantung dari kekerasan dan jenis bahan kerja. Pengeboran benda kerja tergantung dari bentuk geometris sisi potong mata bor. Gambar 2.3 Sudut potong, Sudut tatal dan Sudut bebas 3 2 Modu Dasar Teknik Pengerjaan Logam 15, (BBLKI Serang: Serang, 2000, Hal 11) 3 Modu Dasar Teknik Pengerjaan Logam 15, (BBLKI Serang: Serang, 2000, Hal 11) 6

Pada pengeboran dengan mesin bor, perkakas bor berputar pada spindel dan melaksanakan gerakan pemakanan pada benda kerja. Benda kerja ditahan atau dikencangkan pada mesin bor dengan menggunakan pagum atau klem. Pada pengeboran dengan mesin bubut, gerakan sayat dilakukan oleh benda kerja yang berputar, perkakas tetap diam dan dicekam didalam kepala bebas serta melakukan gerakan pemakanan. 2.1.1 Bagian Bagian Bor Spiral 1. Lereng runcing penuntun: supaya pada pengeboran yang menggesek pada dinding sepanjang alur hanya bidang runcingan penuntun. Lereng runcingan penuntun dikeraskan permukaannya dan diasah. Digunakan untuk menuntun bor didalam benda kerja, besarnya ialah garis tengah nominal mata bor. 2. Tepi penyayat: melakukan pekerjaan penyayatan. Pada pengasahan kembali harus diperhatikan secara seksama bahwa tepi ini sama panjangnya. Jika panjangnya tidak sama maka bor mendapatkan tekanan kesamping yang menyebabkan penyimpangan dan dapat menyebabkan mata bor patah. Pada pengasahan yang benar, tepi penyayat jika dilihat dengan memandang pucuk mata bor, Nampak seperti garis lurus. 3. Sudut pucuk: berpedoman pada bahan yang akan dibor dan berkisar 30 0-140 0. Sudut pucuk tidak dapat diasah dengan ketajaman atau ketumpulan sembarangan. Bentuk alur bor dipilih oleh pembuat sedemikian rupa sehingga hanya sudut pucuk yang sesuai akan menghasilkan penyayatan yang lurus. 4. Penyayat lintang: semakin pendek mata bor akibat pengasahan kembali maka penyayat lintang akan menjadi semakin lebar. Pada mata bor yang diasah dengan benar, penyayat lintang harus membentuk sudut sebesar 55 0. 7

Gambar 2.4 Sudut pucuk mata bor 4 Penyayat lintang mempunyai efek yang tidak menguntungkan terhadap pengerjaan penyayatan. Akibat sudut serpih yang negative penyayat lintang menggesek dan mangambil 30%-40% dari seluruh gaya laju untuk pendesakan mata bor. Pada pengeboran lubang berdiameter besar, maka untuk mengurangi tekanan laju (keawetan bor) hendaknya pertama-tama tentukan pemboran awal dengan mata bor yang berdiameter bor kecil. Dengan pengeboran awal dapat dicegah penyimpangan diameter lubang yang lebih besar. Diameter bor awal tidak boleh terlalu lebih besar dari lebar penyayat lintang bor berikutnya, karena akan mengakibatkan kerja yang tidak tenang. 5. Sudut ulir/sudut serpih: sudut yang dibentuk oleh alur bor dengan sumbu mata bor. Melalui alur serpih, media pendingin dapat masuk dan serpih dapat keluar dengan bebas. Sudut serpih ditetapkan oleh ulir mata bor, disesuaikan dengan bahan yang akan dikerjakan dan tidak dapat diubah dengan pengasahan. Kemiringan ulir menentukan besarnya sudut tatal dan sudut potong. Pada sudut asah relief untuk mencapai keleluasaan kerja penyayat dan menghindarikemacetandidalam lubang. 6. Sudut bebas: pada sudut bebas yang terlalu kecil, bor menggesek pada benda kerja akibatnya mata bor menjadi macet (terjepit benda kerja). Pada sudut bebas yang terlalu besar, bor tersangkut karena bekerja terlalu besar. 4 Modu Dasar Teknik Pengerjaan Logam 15, (BBLKI Serang: Serang, 2000, Hal 14) 8

Tabel 2.1 Tipe twist drill Bahan Sudut Spiral Sudut Pucuk Jenis Bentuk Fisik Baja, besi 20 0-30 0 118 0 N tuang, dll. Kuningan, 10 0-15 0 130 0 W brons, dll. AL paduan 35 0-40 0 140 0 W (paduan MG tembaga) Bahan 10 0-15 0 80 0 H sintetik keras termal Bahan sintetik termo plastik 35 0-40 0 80 0 H _ Type N (normal) : digunakan untuk mengerjakan material normal, misal St. 37, St. 60. Sudut spiral (γ) berkisar antara ( 16 0 30 0 ) dengan sudut puncak 118 0. Untuk nikel, sudut puncaknya 140 0. Type twist drill ini digunakan untuk pengerjaan pada material normal, dilihat dari segi kekerasan dan keuletannya. _ Type H : digunakan untuk mengerjakan material yang cukup keras (material keras dan rapuh). Sudut spiral (γ) berkisar antara ( 10 0 13 0 ) dengan sudut puncak 118 0. Untuk material cetakan plastik, batu, sudut puncaknya 80 0. Twist drill ini digunakan untuk pengerjaan pada material yang keras dan getas. _ Type W : digunakan untuk mengerjakan material yang lunak dan ulet, misalnya alumunium, tembaga, kuningan. Sudut spiral (γ) berkisar antara ( 35 0-40 0 ) dengan sudut puncak tergantung dari materialnya. Untuk alumunium dan tembaga, γ = 140 0, seng γ = 118 0. Twist drill ini digunakan untuk pengerjaan pada material yang lunak. Keuntungan mata bor spiral : 1. Garis tengah bor tidak berubah setelah pengasahan. 2. Penuntunan yang baik berkat bidang runcing dank arena itu penyayatan lebih tenang. 3. Lubang dapat dihasilkan dalam waktu yang singkat. 9

4. Sudut serpih bor spiral yang positif menimbulkan efek penyayatan yang baik, ukuran bor (garis tengah, panjang, bentuk gang) telah ditetapkan secara terperincioleh standar. Tenaga mata bor ditentukan oleh : Kecepatan potong (m/min) Asutan (mm/put) Jenis bahan pendingin 2.1.2 Kecepatan potong Sisi potong mata bor mengambil tatal dengan kecepatan tertentu. Kecepatan ini ditimbulkan oleh gerakan utama yang berputar dan beban paling tinggi terdapat pada ujung-ujung sisi potong. Kecepatan putaran yang diizinkan tergantung pada bahan perkakas dan benda kerja. Rumus : Kecepatan potong (m/min) Keterangan : v = kecepatan potong (m/min) d = diameter bor (mm) = 3.14 (konstanta) n = jumlah putaran (rpm) 2.1.3 Asutan Asutan adalah panjang langkah mata bor yang masuk kedalam benda kerja pada tiap satu putaran penuh spindel. Besarnya asutan penting untuk menentukan umur pemakaian mata bor serta hasil dari pengeboran. Apabila dalam pengeboran terlalu kuat menekan (asutan terlalu besar) dapat menyebabkan tepi pemotongannya pecah, sebaliknya jika terlalu lambat (asutan terlalu kecil) yang mana ujung mata 10

potong bergesekan dengan bidang potong, sehingga menjadi panas dengan cepat dan tumpul. 2.1.4 Bahan Pendingin dan Bahan Pelumas Penggunaan bahan pendingin dan pelumas yang sesuai akan berpengaruh terhadap perkakas dan hasil pengerjaan pada benda kerja. Bahan pendingin pada pengerjaan permesinan mempunyai tugas sebagai berikut : 1. Mengurangi gesekan antara perkakas dan benda kerja (pelumasan). 2. Mengurangi panas yang terjadi pada waktu pengerjaan (pendinginan). 3. Mengatur penyaluran tatal. 4. Memperpanjang umur perkakas. 5. Memperbaiki mutu perkakas. Sebagai bahan pendingin yang digunakan adalah dengan pencampuran antara minyak bor dan air (1:10). Table 2.2 Daftar Tabel Bahan dan Jenis Bahan Pendingin (coolant) Daftar Tabel 1 Bahan dan jenis bahan pendingin (coolant) 11

2.2 Mesin Bor (drilling machine) dan Jenis-jenisnya 2.2.1 Mesin Bor (drilling machine) Mata bor adalah sebuah pahat pemotong yang ujungnya berputar dan memiliki satu atau beberapa sisi potong dan galur yang berhubungan continue di sepanjang badan mata bor. Galur ini, yang dapat lurus atau helix, disediakan untuk memungkinkannya lewatnya serpihan atau fluida pemotong. Meskipun mata bor pada umumnya memiliki dua galur, tetapi mungkin juga digunakan tiga atau empat galur. Maka mata bor kemudian dikenal sebagai mata bor inti. Mata bor semacam ini tidak dipakai untuk memulai sebuah lubang, melainkan untuk meluaskan lubang atau menyesuaikan lubang yang telah dibor atau diberi inti. Mesin yang digunakan untuk melakukan proses pengeboran adalah mesin bor (drilling machine). Proses pembuatan lubang bisa dilakukan untuk satu pahat saja atau dengan dengan banyak pahat (Gambar 2.5). dalam proses produksi permesinan sebagian besar lubang dihasilkan dengan menggunakan mesin bor. Gambar 2.5 Proses pembuatan lubang dengan mesin bor bisa dilakukan satu persatu atau dilakukan untuk banyak lubang sekaligus 5 5 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 245) 12

2.2.2 Jenis-Jenis Mesin Bor Mesin bor dikelompokan menurut konstruksi, umumnya : a. Mesin bor portable b. Mesin bor peka 1. Pasangan bangku 2. Pasangan lantai c. Mesin bor vertical 1. Tugas ringan 2. Tugas berat 3. Mesin bor gang (kelompok) d. Mesin bor radial e. Mesin bor turet f. Mesin bor spindel jamak 1. Unit tunggal 2. Jenis pemindah g. Mesin bor produksi otomatis 1. Meja pengarah 2. Jenis pemindah h. Mesin bor lubang dalam i. Mesin bor horizontal 2.2.3 Ukuran Mesin Bor Unit mesin bor portable dispesifikasikan menurut diameter pengeboran maksimum yang dapat dipegangnya. Ukuran dari mesin bor tegak biasanya ditentukan oleh diameter benda kerja yang paling besar yang dapat dibor. Jadi, sebuah mesin 600 mm adalah mesin yang memiliki paling tidak ruang bebas sebesar 300 mm antara garis tengah pengeboran dengan rangka mesin. Unit yang lebih kecil dari jenis ini dikelompokan menurut ukuran pengeboran yang dapat ditampung. Ukuran mesin bor radial didasarkan dengan panjang lengannya dalam meter. Ukuran yang umum adalah 1.2 m, 1.8 m, 2.4 m. dalam beberapa kasus, diameter dari tiang dalam millimeter juga digunakan dalam menyatakan ukuran. 13

2.2.4 Beberapa Mesin Bor Yang Dipakai Pada Proses Produksi a. Mesin Bor Portable Dan Peka Mesin bor portable (gambar 2.6) adalah mesin bor kecil yang terutama digunakan untuk operasi pengeboran yang tidak dapar dilakukan dengan mudah pada mesin bor biasa. Yang paling sederhana adalah pengeboran yang dioperasikan dengan tangan. Mesin bor ini mudah dijinjing, dilengkapi dengan motor listrik kecil, beroperasi pada kecepatan putaran tinggi, dan mampu mengebor sampai diameter 12 mm. mesin bor serupa, yang menggunakan udara tekan sebagai daya, digunakan kalau bunga api dari motor dapat menimbulkan bahaya kebakaran. Mesin bor peka adalah mesin kecil berkecepatan tinggi dengan konstruksi sederhanayang mirip dengan kempa bor tegak biasa (gambar 2.7). mesin ini terdiri atas sebuah standar tegak, sebuah meja horizontal dan sebuah spindel vertical untuk memegang dan memutar mesin bor. Mesin jenis ini memiliki kendali hantaran tangan, biasanya dengan penggerak batang gigi dan pinyon pada selongsong yang memegang spindel putar. Mesin bor ini dapat digerakan langsung dengan motor, dengan dengan sabuk atau dengan piring gesek. Penggerakan piring gesek yang mempunyai pengaturan kecepatan pengaturan sangat luas, tidak sesuai kecepatan rendah dan pemotongan berat. Kempa mesin bor peka hanya sesuai untuk pekerjaan ringan dan jarang yang mampu untuk memutar mesin bor lebih dari diameter 15 mm. Gambar 2.6 Mesin bor portable 6 Gambar 2.7 Mesin bor peka 7 6 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 246) 7 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 246) 14

b. Mesin bor vertikal Mesin bor vertikal, mirip dengan mesin bor peka, mempunyai mekanisme hantaran daya untuk mesin bor putar dan dirancang untuk kerja yang lebih berat. Gambar 2.8 menunjukan mesin dengan tiang bentuk bulat. Mesin bor semacam ini dapat dipakai untuk mengetap maupun mengebor. Gambar 2.8 Mesin bor vertikal 8 c. Mesin Bor Gang (kelompok) Kalau beberapa spindel mesin bor dipasangkan pada meja tunggal, ini disebut sebagai mesin bor gang atau kelompok. Jenis ini sesuai untuk pekerjaan produksi yang harus melakukan beberapa operasi. Benda kerja dipegang dalam sebuah jig yang dapat diluncurkan pada meja dari satu spindel kespindel berikutnya. Kalau beberapa operasi harus dilakukan, misalnya mengebor dua lubang yang ukurannya berbeda dan perlu meluaskannya, maka dipasangkan empat spindel. Dengan kendali hantaran otomatis, maka dua atau lebih dari operasi ini dapat bejalan serempak dengan hanya diawasi oleh seorang operator. Pengaturannya, mirip dengan mengorasikan beberapa kempa bor. d. Mesin Bor Radial Mesin bor radial dirancang untuk pekerjaan besar, untuk pekerjaan dengan benda kerja tidak memungkinkan berputar dan untuk pekerjaan mengebor beberapa lubang. Mesin ini, yang ditunjukan pada Gambar 2.9., terdiri atas sebuah tiang vertikal yang menyangga sebuah lengan yang membawa kepala bor. Lengannya dapat berputar berkeliling kesembarang kedudukan diatas bangku kerja, dan kepala bor mempunyai penyetelan disepanjang lengan ini. Penyetelan ini memungkinkan operator untuk menempatkan mesin bor dengan cepat disembarang titik diatas benda kerja. Mesin jenis ini hanya dapat mengebor dalam bidang vertikal. Pada mesin semi 8 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 246) 15

vertikal kepalanya dapat diputar pada lengan untuk mengebor lubang pada berbagai sudut dalam bidang vertikal. Mesin universal mempunyai tambahan penyetelan putar pada kepala maupun lengan dan dapat mengebor lubang pada sembarang sudut. Gambar 2.9 Mesin bor radial 9 e. Mesin Turet Mesin turet mengatasi keterbatasan ruang lantai yang ditimbulkan oleh kempa bor kelompok. Sebuah kempa bor delapan stasiun turet ditunjukan dalam Gambar 2.10. stasiunnya dapat disetel dengan bebagai perkakas. Gabar 2.10 Mesin turet 10 9 Drs.B.M.Subakty, Menyekrap/Mengebor/Menggerinda, (Jakarta, Hal 65) 10 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 247) 16

f. Mesin Bor Spindel Jamak Mesin bor spindel jamak, seperti yang ditunjukan dalam Gambar 2.11 untuk mengebor beberapa lubang secara serempak. Mesin bor ini mampu mengebor banyak suku cadang dengan ketepatan sedemikian rupa sehingga semua suku cadang mampu tukar. Biasanya, sebuah plat yang dilengkapi dengan selongsong yang dikeraskan sangat dibutuhkan untuk memandu mesin bor secara tepat kebenda kerja. Disain yang umum dari mesin ini memiliki rakitan kepala dengan sejumlah spindel atas tetap yang digerakan dari pinyon yang menggelinding roda gigi pusat. Spindel yang berhubungan ditempatkan dibawah roda gigi dan dihubungkan dengan spindel yang diatas dengan poros penggerak tabung dan dua sambungan universal. Tiga spindel bawah, yang membawa mesin bor, dapat disetel meliputi daerah yang luas. Mesin bor spindel jamak sering menggunakan sebuah hantaran meja untuk membantu gerakan dari mekanisme kepala beroda gigi yang berat ketika memutar mesin bor. Ini dapat dilakukan dengan beberapa cara : dengan penggerak batang gigig dan pinion, dengan ulir pengarah, atau dengan nok plat putar. Metode yang tersebut terakhir memeberikan gerakan bervariasi yang menghasilkan hantaran yang mendekat dengan cepat dan seragam, serta pengembalian cepat ke kedudukan awal. Gambar 2.11 Mesin bor spindel jamak 11 11 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 248) 17

g. Mesin Bor Produksi Penis Perpindahan Mesin bor yang dirancang sebagai mesin otomatis, dilengkapi suatu rangkaian operasi permesinan pada stasiun yang berurutan. Prinsipnya adalahgaris produksi dari mesin yang berhubungan disinkronisasikan dalam operasi, sehingga benda kerja setelah dipasang pada mesin pertama, akan maju secara otomatis melalui berbagai stasiun untuk penyelesaiannya. Penggunaan mesin otomatis dari jenis meja pengarah atau jenis perpindahan, dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Meja Pengarah Benda kerja yang hanya memerlukan sedikit operasi sesuai untuk mesin meja pengarah, dengan dibuat unit vertikal maupun horizontal dan diberi jarak di sekeliling tepi meja pengarah. 2) Jenis Perpindahan Ciri utama dari mesin perpindahan yaitu adanya alat penanganan atau perpindahan yang sesuai di antara stasiun. Metode yang paling sederhana dan paling ekonomis dari penanganan suku cadang adalah dengan menggerakkannya pada rel atau ban berjalan di antara stasiun. Kalau ini tidak dimungkinkan, karena bentuk dari benda kerja, diperlukan sebuah pemegang tetap untuk tempat pengepitan benda kerja. Gambar 2.13 menunjukkan sebuah mesin perpindahan otomatis 35 stasiun yang melakukan berbagai operasi pada kotak transmisi. Pemegang benda kerja berbentuk bangku kecil memegang ketat kotak transmisi selama operasi. Mesin perpindahan berkisar dari unit terkecil yang hanya memiliki dua atau tiga stasiun sampai mesin lurus panjang dengan lebih dari 100 stasiun. Penggunaannya terutama dalam industri mobil. Dengan memadatkan jadwal produksi, dimungkinkan untuk menekan biaya produksi yang tinggi dengan jalan pengurangan karyawan. Produk yang diproses dengan mesin itu termasuk blok silinder, kepala silinder, badan kompresor lemari es, dan suku cadang lain yang serupa. Gambar 2.12 Mesin perpindahan dengan 35 stasiun untuk kotak transmisi 12 12 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 249) 18

h. Mesi Bor Lubang Dalam Beberapa masalah yang tidak dijumpai dalam operasi pengeboran biasa, dapat muncul dalam pengeboran lubang yang panjang/dalam misalnya pada saat mengebor laras senapan, spindel panjang, batang engkol, dan lain-lain. Dengan bertambahnya panjang lubang, akan makin sulit untuk menyangga benda kerja dan mata bor secara baik. Pengeluaran serpihan dengan cepat dari operasi penggurdian diperlukan untuk memastikan operasi yang baik dan ketepatan dari pengeboran. Kecepatan putar dan hantaran juga harus ditentukan dengan teliti, karena kemungkinan terjadi lenturan lebih besar dibanding penggurdi yang lebih pendek. Untuk mengatasi hal ini, telah dikembangkan mesin gurdi lubang dalam. Disain mesin ini dikembangkan dari jenis horizontal maupun vertikal, bisa konstruksi spindel tunggal maupun spindel jamak, dan mungkin bervariasi dalam hal apakah benda kerja atau mata bor yang harus berputar. Mesin yang banyak dipakai pada umumnya konstruksinya horizontal, menggunakan sebuah bor pistol pemotongan pusat yang mempunyai mata potong tunggal dengan alur lurus sepanjang bor. Minyak bertekanan tinggi diberikan kepada mata potong melalui sebuah lubang dalam mata bor. Pada mata bor pistol, hantaran harus ringan untuk mencegah pelenturan dari mata bor. i. Mesin Bor Horizontal Mesin bor Horizontal memiliki poros spindel yang sejajar dengan meja mesin. Memungkinkan putaran spindel yang lebih besar dari pada jenis bor yang lainnya. Digunakan untuk pengerjaan benda kerja yang relatif lebih besar. Sistem penggerak menggunakan 2 motor yang terpasang pada spindel dan eretan. 19

Gambar 2.13 Mesin bor horizontal 13 2.3 Perkakas Mesin Bor Perkakas sebagai kelengkapan mesin gurdi di antaranya ragum, klem set, landasan (blok paralel), pencekam mata bor, sarung pengurang, pasak pembuka, boring head, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.15, dan mata bor seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.16. 1. Ragum Ragum untuk mesin gurdi digunakan untuk mencekam benda kerja pada saat akan di bor. 2. Klem set Klem set digunakan untuk mencekam benda kerja yang tidak mungkin dicekam dengan ragum. 3. Landasan (blok paralel) Digunakan sebagai landasan pada pengeboran lubang tembus, untuk mencegah ragum atau meja mesin turut terbor. 4. Pencekam mata bor Digunakan untuk mencekam mata bor yang berbentuk silindris. Pencekam mata bor ada dua macam, yaitu pencekam dua rahang dan pencekam tiga rahang. 13 Sucahyo Bagyo, Pekerjaan Logam Dasar, (Grasindo: Jakarta, 2004, Hal 197) 20

5. Sarung bor (drill socket, drill sleeve) Sarung bor digunakan untuk mencekam mata bor yang bertangkai konus. 6. Pasak pembuka Digunakan untuk melepas sarung pengurang dari spindel bor atau melepas mata bor dari sarung pengurang. 7. Boring head Digunakan untuk memperbesar lubang baik yang tembus maupun yang tidak tembus. 8. Mata bor Mata bor merupakan alat potong pada mesin bor, yang terdiri dari bor spiral, mata bor pemotong lurus, mata bor untuk lubang yang dalam (deep hole drill), mata bor skop (spade drill), dan mata bor stelite. a. b. c. d. e. f. g. h. Gambar 2.14 Perkakas mesin gurdi(a) ragum, (b) klem set, (c) landasan (block parallel), (d) pencekammata bor, (e) cekam bor pengencangan dengan tagan dan kunci,(f) sarung pengurang, (g) pasak pembuka, dan (h) boring head 14 14 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 250) 21

a. Bor spiral Digunakan untuk pembuatan lubang yang diameternya sama dengan diameter mata bor. b. Mata bor pemotong lurus Digunakan untuk material yang lunak seperti kuningan, tembaga, perunggu, dan plastik. c. Mata bor untuk lubang yang dalam (deep hole drill) Digunakan untuk membuat lubang yang relatif dalam. d. Mata bor skop (spade drill) Digunakan untuk material yang keras tetapi rapuh. Mata potong dapat digantiganti. e. Mata bor stelite Digunakan untuk membuat lubang pada material yang telah dikeraskan. Mata bornya mempunyai bentuk segitiga dan terbuat dari baja campuran yang tahan panas. a. b. c. d. e. Gambar 2.15 Perkakas mesin gurdi (a) bor spiral, (b) mata bor pemotong lurus, (c) mata bor untuk lubang yang dalam, (d) mata bor skop, dan (e) mata bor stelite 15 15 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 250) 22

2.4 Geometri Mata Bor Nama-nama bagian mata bor ditunjukkan pada Gambar 2.17. Di antara bagianbagian mata bor tersebut yang paling utama adalah sudut helix (helix angle), sudut ujung (point angle/lip angle, 2Xr), dan sudut bebas (clearance angle, α). Untuk bahan benda kerja yang berbeda, sudut-sudut tersebut besarnya bervariasi (Tabel 1.1). Gambar 2.16 Nama-nama bagian mata bor dengan sarung tirusnya 16 Gambar 2.17 Mata bor khusus untuk pengerjaan tertentu 17 Ada beberapa jenis mata bor untuk jenis pekerjaan yang berbeda. Bahan benda kerja dapat juga mempengaruhi jenis dari mata bor yang digunakan. Bentuk beberapa mata bor khusus untuk pengerjaan tertentu ditunjukkan pada Gambar 2.18. Penggunaan dari masing-masing mata bor tersebut sebagai berikut. 1. Mata bor helix besar (high helix drills): mata bor ini memiliki sudut helix yang besar,sehingga meningkatkan efisiensi pemotongan, tetapi batangnya lemah. Mata bor ini digunakan untuk memotong logam lunak atau bahan yang memiliki kekuatan rendah. 16 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 250) 17 Sucahyo Bagyo, Pekerjaan Logam Dasar, (Grasindo: Jakarta, 2004, Hal 191) 23

2. Mata bor helix kecil (low helix drills): mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas atau terpegang benda kerja ketika membuat lubang pada material kuningan dan material yang sejenis. 3. Mata bor kerja berat (heavy-duty drills): mata bor yang digunakan untuk menahan tegangan yang tinggi dengan cara menebalkan bagian web. 4. Mata bor tangan kiri (left hand drills): mata bor standar dapat dibuat juga untuk mata bor kiri. Digunakan pada pembuatan lubang jamak yang mana bagian kepala mesin bor didesain dengan sederhana yang memungkinkan berputar berlawanan arah. 5. Mata bor dengan sisi sayat lurus (straight flute drills) adalah bentuk ekstrim dari mata bor helix kecil, digunakan untuk membuat lubang pada kuningan dan plat. 6. Mata bor poros engkol (crankshaft drills): mata bor yang didesain khusus untuk mengerjakan poros engkol, sangat menguntungkan untuk membuat lubang dalam pada material yang ulet. Memiliki web yang tebal dan sudut helix yang kadangkadang lebih besar dari ukuran normal. Mata bor ini adalah mata bor khusus yang banyak digunakan secara luas dan menjadi mata bor standar. 7. Mata bor panjang (extension drills): mata bor ini memiliki batang/shank yang panjang yang telah ditemper, digunakan untuk membuat lubang pada permukaan yang secara normal tidak akan dapat dijangkau. 8. Mata bor ekstra panjang (extra-length drills): mata bor dengan badan pahat yang panjang, untuk membuat lubang yang dalam. 9. Mata bor bertingkat (step drills): satu atau dua buah diameter mata bor dibuat pada satu batang untuk membuat lubang dengan diameter bertingkat. 10. Mata bor ganda (subland drills): fungsinya sama dengan mata bor bertingkat. Mata bor ini terlihat seperti dua buah mata bor pada satu batang. 11. Mata bor solid carbide: untuk membuat lubang kecil pada material paduan ringan, dan material bukan logam, bentuknya bisa sama dengan mata bor standar. Proses pembuatan lubang dengan mata bor ini tidak boleh ada beban kejut, karena bahan carbide mudah pecah. 12. Mata bor dengan sisipan karbida (carbide tipped drills): sisipan karbida digunakan untuk mencegah terjadinya keausan karena kecepatan potong yang tinggi. Sudut 24

helix yang lebih kecil dan web yang tipis diterapkan untuk meningkatkan kekakuan mata bor ini, yang menjaga keawetan karbida. Mata bor ini digunakan untuk material yang keras, atau material nonlogam yang abrasif. 13. Mata bor dengan lubang minyak (oil hole drills): lubang kecil di dalam bilah pahat bor. dapat digunakan untuk mengalirkan minyak pelumas/pendingin bertekanan ke ujung mata bor. Mata bor ini digunakan untuk membuat lubang dalam pada material yang liat. 14. Mata bor rata (flat drills): batang lurus dan rata dapat digerinda ujungnya membentuk ujung mata bor. Hal tersebut akan memberikan ruang yang besar bagi beram tanpa bagian helix. Mata bor ini digunakan untuk membuat lubang pada jalan kereta api. Berdasarkan batangnya, mata bor memiliki 2 jenis yaitu: batang lurus dan batang tirus. a. Batang lurus Mata bor yang memiliki batang lurus pada umumnya berkisar 1-13mm. untuk batang berbentuk lurus digunakan penjepit (tool holder) drill chuck. Karena drill chuck memiliki rahang jepit yang lurus serta mempunyai batas pencekaman bor. Gambar 2.18 Drill Chuck 18 18 Sucahyo Bagyo, Pekerjaan Logam Dasar, (Grasindo: Jakarta, 2004, Hal 198) 25

b. Batang tirus Batang bor yang berbentuk tirus, memungkinkan daya jepit mata bor yang kuat karena memiliki sulubung yang tirus dan pengunci yang kuat pada ujungnya. Dalam ilmu teknik disebut sleeve/reducer. Pemakaian untuk bor berdiameter besar yang mempunyai batang tirus saja. Lidah penyingkir tidak berfungsi sebagai pembawa putaran, melainkan untuk melepaskan mata bor dengan menggunakan baji pendorong. Baji dimasukan kedalam lubang poros bor sampai lidah kerucut. Dengan cara memukul ringan pendorong maka mata bor akan jatuh keluar. Gambar 2.19 Mata bor batang tirus dan reducer 19 Bahan Untuk Bor Spiral Mata bor dari baja cepat dan baja cepat berdaya tinggi paling banyak dipergunakan dalam pengerjaan. Baja ini dipadu dengan Wolfram, Chrom, Molybden, Vanadium dan sebagainya. a. Baja SS : Penggunaan untuk baja konstruksi yang berkekuatan 1200 N/mm 2, untuk kecepatan menengah dan tinggi serta laju yang lebih besar dari pada bor dari baja perkakas. b. Baja HSS : Untuk pengeboran baja campuran dengan efek keausan dan kekerasan yang tinggi, terutama untuk baja yang tahan aus, tahan panas dan tahan karat dan sebagainya. 19 Modu Dasar Teknik Pengerjaan Logam 15, (BBLKI Serang: Serang, 2000, Hal 22) 26

Jika baja cepat biasa tidak menghasilkan waktu tahan yang mencukupi. Penggunaannya untuk baja yang kekuatannya melampaui 1200N/mm 2. Daya tahan kekerasan suhu pada penyayat tidak boleh melampaui 550 0 C (SS) dan 600 0 C (HSS). Nilai rata-rata daya keseluruhan sebuah bor baja cepat (kecepatan sayat dan laju) kirakira 2-3 kali nilai sebuah bor baja perkakas : kecepatan putaran (V) 2.5 kali dan laju (S) 1.2-1.5 kali. Tabel 2.3 Data material, kecepatan potong, sudut mata bor HSS, dan cairan pendingin proses pengeboran. 27

15. Mata bor dengan tiga atau empat sisi potong: mata bor ini digunakan untuk memperbesar lubang yang telah dibuat sebelumnya (dengan mata bor atau dipunch). Mata bor ini digunakan karena memiliki produktivitas, akurasi, dan kualitas permukaan yang lebih bagus daripada mata bor standar pada pengerjaan yang sama. 16. Bor senter (center drill): merupakan kombinasi mata bor dan countersink yang sangat baik digunakan untuk membuat lubang senter (Gambar 2.21). Gambar 2.20 Bor senter (center drill) 20 2.5 Pengasahan Kembali Mata Bor Pengasahan kembali dapat dilakukan pada mesin asah bor atau peralatan perlengkapan asah serta bisa juga dengan tangan. 1. Pengasahan sempurna penyayat hanya dapat dicapai dengan mesin asah bor atau perlengkapan asah (Gambar 2.21). Keuntungannya, kehilangan bahan perkakas akibat pengasahan minimal dan ketepatan sudut penyayat semakin akurat. Mesin ini dapat disetel sesuai dengan sesuai garis tengah bor dan panjang bor. Dengan memiringkan bor atau perlengkapan asah, maka setiap sudut ujung dan sudut bebas yang dikehendaki atau koreksi bor tertentu, dapat diasah secara tepat. 2. Jika bor diasah dengan menggunakan tangan (secara cara manual), maka dibutuhkan banyak latihan, pengetahuan, dan konsentrasi. Pada pengasahan secara manual, mata bor harus didinginkan secara intensif dengan cara mencelupkan mata bor ke cairan pendingin. Jika dalam keadaan terpaksa/darurat dilakukan pengasahan kering, maka bor tidak boleh dipanasi melebihi daya tahan panas tangan, karena ini dapat mengakibatkan hangus dan bahaya retak pengasahan. 20 Sucahyo Bagyo, Pekerjaan Logam Dasar, (Grasindo: Jakarta, 2004, Hal 195) 28

Gambar 2.21 Pengasahan mata bor dengan mesin asah 21 Pengasahan mata bor dengan tangan (Gambar 2.22), mata bor didekatkan pada cakram dengan sudut penyetelan yang besarnya setengah sudut pucuk. Mata bor yang diasah harus diberi dudukan mendatar dan pucuk bor diposisikan sedikit di atas sumbu cakram. Pada kedudukan ini bor dibimbing ke atas dan ke bawah. Bidang penyayat mata bor pertama diasah, kemudian diputar 180 dan bidang penyayat kedua diasah. Gambar 2.22 Pengasahan dengan tangan 22 Penera/mal asahan digunakan untuk memeriksa kebenaran hasil pengasahan (Gambar 2.23), yang diperiksa ialah sudut pucuk, sudut asah relief, dan sudut penyayat lintang. Penera yang digunakan ialah penera tetap dan penera yang dapat disetel untuk macam-macam sudut pucuk. Pengujian dilakukan menurut metode celah cahaya. Penera asah harus diletakkan dengan benar pada bor. 21 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 253) 22 Drs.B.M.Subakty, Menyekrap/Mengebor/Menggerinda, (Jakarta, Hal 74) 29

Gambar 2.23 Penggunaan penera tetap 23 Kesalahan yang dapat ditimbulkan akibat pengasahan dengan tangan sebagai berikut. 1. Sudut pucuk tidak sama (Gambar 2.24a). Pucuk bor memang berada di tengah, namun yang melaksanakan penyayatan hanya satu penyayat. Akibatnya, bor dibebani sepihak, penyayat cepat aus, bor melenceng, sehingga lubang bor menjadi tidak tepat dan kasar. 2. Panjang penyayat tidak sama (Gambar 2.24b), namun kedua sudut pucuknya sama besar, pucuk bor tidak terletak di tengah. Akibatnya, garis tengah lubang lebih besar daripada garis tengah bor. 3. Sudut pucuk dan panjang penyayat tidak sama (Gambar 2.24c), bor dibebani sepihak. Akibatnya, lubang lebih besar dan tidak bersih, bor cepat tumpul, dan penyayat bisa retak. 4. Pengasahan relief terlalu kecil. Akibatnya, bor dapat tersandung dalam lubang, sehingga diperlukan tekanan laju yang lebih besar. 5. Pengasahan relief terlalu besar. Akibatnya, bor bisa tersangkut dan patah. Pedoman dasar: Kedua penyayat harus senantiasa sama panjang dan memiliki sudut yang sama besar. 23 Drs.B.M.Subakty, Menyekrap/Mengebor/Menggerinda, (Jakarta, Hal 74) 30

Gambar 2.24 Kesalahan pengasahan (a) sudut pucuk tidak sama, (b) panjang penyayat tidak sama, (c) sudut pucuk dan panjang penyayat tidak sama, dan (d) pembentukan serpih merata pada penyayat yang panjangnya sama dan sudut pucuk yang sama 24 2.6 Pencekaman Mata Bor dan Benda Kerja Cekam mata bor yang biasa digunakan adalah cekam rahang tiga (Gambar 2.25a). Kapasitas pencekaman untuk jenis cekam mata bor ini maksimal diameter 13 mm. Apabila diamater mata bor lebih besar dari 13 mm, maka untuk memasang mata bor tersebut tidak menggunakan cekam. Apabila mata bor terlalu kecil untuk dimasukkan pada tempat pahat bor maka perlu disambung dengan sarung tirus/drill sleeve (Gambar 2.25b). Apabila masih kurang besar karena diameter lubang pada mesin terlalu besar, sarung tirus tersebut disambung lagi dengan sambungan sarung tirus/drill socket. Gambar 2.25 Cekam bor terpasang pada batang tirus, sarung tirus (drill sleeve), dan sambungan sarung tirus (drill socket), dan mata bor yang dipasang pada dudukan pahat gurdi 25 24 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 254) 25 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 255) 31

Benda kerja yang akan dikerjakan pada mesin bor bentuknya bisa bermacammacam. Untuk benda berbentuk kotak, pencekaman benda kerja bisa menggunakan ragum (Gambar 2.26.). Benda kerja yang tidak terlalu besar ukurannya biasanya dicekam dengan ragum meja (table vise) atau ragum putar (swivel vise). Apabila diinginkan membuat lubang pada posisi menyudut pencekaman bisa menggunakan ragum sudut (angle vise). Benda kerja yang dipasang pada ragum hendaknya diatur supaya bagian yang menonjol tidak terlalu tinggi (Gambar 2.27). Selain itu, agar pada waktu benda kerja ditekan oleh mata bor tidak berubah posisi, maka di bawah benda kerja perlu didukung oleh dua buah balok paralel. Standard Macine Table vise Swivel vise Angle vise Gambar 2.26 Ragum meja (table vise), Ragum putar (swivel vise), dan Ragum sudut (angle vise) untuk mencekam benda kerja pada mesin bor 26 26 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 255) 32

Gambar 2.27 Pemasangan benda kerja sebaiknya tidak terlalu tinggi, dan didukung oleh dua buah parallel 27 Agar ragum tidak bergetar atau bergerak ketika proses pembuatan lubang, sebaiknya ragum diikat dengan klem C (Gambar 2.28). Beberapa alat bantu pencekaman yang lain bisa juga digunakan untuk mengikat benda kerja pada meja mesin bor. Benda kerja dengan bentuk tidak teratur, terlalu tebal atau terlalu tipis tidak mungkin bisa dipegang oleh ragum, maka pengikatan pada meja mesin bor dilakukan dengan alat bantu pencekaman dengan bantuan beberapa buah baut T. Gambar 2.28 Alat bantu pencekaman benda kerja pada meja mesin gurdi: pelat siku (Angle Plate), Blok dan klem (V-Block and Clamp), Klem V (V-Clamp), Klem C (C-Clamp), Blok bertingkat (Step-Block), Klem ekor melengkung (Bent-tail Machine Clamp), Klem jari (Finger Machine Clamp), dan Klem pengikat (Machine Strap Clamp) 28 27 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 256) 28 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 256) 33

Pengikatan benda kerja yang benar (correct) dan yang tidak benar (incorrect) dapat dilihat pada Gambar 2.29. 2.7 Pengencangan Bor Gambar 2.29 Cara pengikatan benda kerja di meja mesin gurdi dengan bantuan klem dan baut T 29 Bor dengan gagang silindris (Gambar 2.30) pada umumnya dibuat sampai garis tengah 16 mm. Model khusus dengan lidah pembawa untuk gaya puntir yang lebih besar hanya cocok untuk kepala bor yang sesuai, ia tidak dapat berputar di dalam kepala bor, sehingga dengan demikian gagang dan dagu penjepit lebih awet. Bor dengan gagang segi empat digunakan untuk mesin bor tangan (uliran bor, palang bor, dan sebagainya). Gambar 2.30 Mata bor spiral dengan gagang silindris dan kepala bor 30 29 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 257) 30 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 257) 34

Aturan-aturan kerja pada pengencangan mata bor. a. Perhatikan pengencangan mata bor yang benar. Hanya bor yang tidak goyah dan duduk erat, memberi jaminan kerja yang tepat dan bersih. Jika bor tidak duduk dengan erat di dalam kepala bor, maka ia dapat macet di dalam benda kerja yang dibor atau terbawa disertai kejutan bahayanya bisa patah! Jika hal ini terjadi, maka gagang bor tergesek dan terbentuk tarikan yang merupakan penyebab kenyataan bahwa bor tidak dapat lagi dikencangkan tepat senter, ia bergetar, member lubang yang tidak tepat, dan seterusnya. b. Bor dengan gagang silindris harus ditancapkan sampai menumpu pada dasar kepala bor (Gambar 2.31). Jika ia tidak menyentuh dasar, pada saat pemboran ia akan bergeser ke arah sumbu. Akibatnya, ukuran kedalaman lubang bor tidak tepat, bor terpeleset, tersangkut, dan patah. c. Kepala penjepit harus dibersihkan dari waktu ke waktu, diperbaiki dan bila perlu diganti. Pengerjaan dengan kepala bor yang rusak tidak dibolehkan. d. Bor dengan gagang kerucut. Gagang kerucut dan kerucut dalam harus bersih. Tidak boleh terdapat serpih, lekukan, debu, minyak atau gemuk pada gagang atau kerucut dalam, karena hal ini dapat mengakibatkan bergetarnya atau terpelesetnya bor (Gambar 2.32). e. Selubung reduksi. Biasanya tidak boleh dipasangkan lebih dari dua selubung bertumpukan karena dapat mengakibatkan bergetarnya bor dan tidak bundar putarannya. Periksa setelah pengencangan apakah bor berputar tepat bundar! Gambar 2.31 Bor harus dikencangkan dengan benar 31 Gambar 2.32 Kerucut perkakas dibersihkan 32 31 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 257) 32 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 257) 35

2.7.1 Pengencangan Benda Kerja Gaya puntir spindel bor yang muncul bisa berakibat memutar benda kerja. Untuk menghindarkan kecelakaan (luka tangan, Gambar 2.33), benda kerja harus dikencangkan dengan erat waktu pemboran. Gambar 2.33 Kencangkan benda kerja dengan erat 33 Aturan kerja pada pengencangan benda kerja sebagai berikut. a. Sebelum dilakukan pengencangan, bersihkan meja bor dan bidang alas benda kerja, alat pengencang, perlengkapan bor dan sejenisnya secara teliti dari serpih/kotoran supaya didapat landasan yang tepat dan aman. b. Amankan benda kerja dari benda yang tidak dipakai. Benda-benda kerja yang tidak dikencangkan dengan erat akan tergoncang, lubang bor menjadi lebih besar dan tidak tepat. Terutama oleh bor spiral pendek benda kerja yang tidak dikencangkan atau pengencanganya buruk, akan mudah terseret ke atas. Bahaya ini terutama terdapat juga pada pemboran pelat logam. Akibatnya, kerusakan benda kerja atau bor patah. c. Benda kerja (contohnya baja U, siku, dan pipih) tidak boleh bergetar pada saat pemboran, karena bor akan bergetar. Akibatnya, penyayat retak dan cepat menumpul. d. Pengencangan benda kerja bukan hanya bila lubang yang dibor besar, semua pemboran benda kerja harus dipegang kuat secara meyakinkan. 33 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 258) 36

Contoh pengencangan: Pelat logam dan sejenisnya harus diamankan dengan menahannya pada jepitan kikir (Gambar 2.34), untuk itu benda kerja tersebut diletakkan di atas alas kayu. Benda kerja yang pendek dan kecil harus dijepitkan pada ragum (Gambar 2.35). Ragum mesin dapat dilengkapi dengan dagu penjepit yang lurus dan sejajar. Dengan sebuah dagu penjepit yang dapat dikencangan, benda kerja (Gambar 2.36) dapat diputar dengan skala derajat, atau dapat diputar untuk pemboran lubang pada berbagai arah. Pengencangan dilakukan oleh baut ulir dengan engkol atau kunci (Gambar 2.37). Pada produksi massa, pengencangan secara cepat dan waktu pengencangan yang singkat, pengencangan dilakukan dengan engkol tangan eksentris atau dengan udara kempa. Benda kerja silindris dikencangkan di dalam catok penyenter (Gambar 2.38), dengan penjepit (Gambar 2.39) atau dengan sebuah prisma bor. Gambar 2.40 kanan memperlihatkan sebuah prisma bor yang dapat disetel, sehingga dapat melakukan pemboran tembus secara leluasa. Gambar 2.34 Pengencangan plat logam 34 Gambar 2.35 Penjepitan pada ragum 35 34 Drs.B.M.Subakty, Menyekrap/Mengebor/Menggerinda, (Jakarta, Hal 100) 35 Drs.B.M.Subakty, Menyekrap/Mengebor/Menggerinda, (Jakarta, Hal 100) 37

Gambar 2.36 Ragum mesin dengan penjepit yangdapat diputar 36 Gambar 2.37 Ragum mesin penyenter 37 Perhatikan! Benda kerja harus dijepit di tengah-tengah ragum (Gambar 2.33). Pada pengencangan benda kerja yang rendah harus digunakan alas yang sama tingginya, jika tidak benda kerja akan terperosok ke bawah akibat tekanan. Periksa posisi benda kerja dengan siku sebelum dikencangkan. Penyiapan pusat lubang benda kerja dapat dilakukan dengan sebuah penitik (penyenter) yang dijepitkan di dalam spindel bor. betul salah betul salah Gambar 2.38 Penjepitan yang betul dan yang salah 38 Gambar 2.39 Penjepit 39 Gambar 2.40 Prisma bor yang dapat disetel 40 36 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 259) 37 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 259) 38 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 260) 39 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 260) 40 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 260) 38

Benda kerja yang berat dan memakan tempat dikencangkan pada meja bor, misalnya dengan besi penjepit dan ganjal (Gambar 2.41) serta unsur penjepit lainya. Perhatikan! Meja bor harus bersih dan bebas dari serpih besi atau kaki penjepit harus mendekap rapat pada benda kerja dan alas pengganjal. Alas harus mantap dan besi penjepit harus kuat. Sekrup pengencang harus disusun sedekat mungkin pada benda kerja (Gambar 2.42), supaya tekanannya merata. Pada pengencangan yang tidak tepat, benda kerja dapat terlontar, sehingga tidak hanya perkakas dan mesin yang rusak, melainkan dapat juga menimbulkan kecelakaan berat bagi operator mesin. Pada lubang tembus harus diperhatikan bahwa bor tidak sampai melubangi meja pengencang, tetapi masuk ke dalam lubang serpih atau kayu alas pengganjal. Pengencangan di dalam peralatan pelengkap bor, benda kerja yang akan dibor dimasukkan dalam sebuah rangka (peralatan pelengkap) dan dikencangkan dengan erat. Bor diberi jalur penuntun yang sangat tepat di dalam sebuah lubang dudukan bor (Gambar 2.43). Penggunaannya pada produksi berantai. Peralatan pelengkap bor memungkinkan penghematan waktu karena penggoresan lubang tidak perlu dilakukan. Jika banyak lubang yang dikerjakan pada benda kerja yang rumit penghematan waktu dan ketepatan yang tinggi itu akan jauh lebih besar dibandingkan dengan melalui proses penggoresan. Selain itu, tiap benda kerja benarbenar sama dengan benda kerja lainya, mereka dapat dipertukarkan. Gambar 2.41 Pengencangan yang betul dan yang salah dengan ganjal besi pengencang 41 41 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 260) 39

Gambar 2.42 Pengencangan dengan Gambar 2.43 a. Pemboran tanpa penuntunan besi pengganjal 42 b. Pemboran penuntunan 43 2.8 Elemen Dasar Proses Gurdi Parameter proses gurdi dapat ditentukan berdasarkan gambar proses gurdi (Gambar 2.44), rumus-rumus kecepatan potong, dan gerak makan. Parameter proses pengeboran pada dasarnya sama dengan parameter proses pemesinan yang lain, akan tetapi dalam proses pengeboran selain kecepatan potong, gerak makan, dan kedalaman potong perlu dipertimbangkan pula gaya aksial, dan momen puntir yang diperlukan pada proses gurdi. Parameter proses pengeboran tersebut sebagai berikut. 2.8.1 Kecepatan Potong 2.1 Gambar 2.44 Gambar skematis proses gurdi/drilling 44 42 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 261) 43 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 261) 44 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 261) 40

2.8.2 Gerak Makan (Feed) a. Untuk mesin gurdi jenis gerak makan dilakukan secara manual (Hand-feed Drilling Machine), tidak ada rumus tertentu yang digunakan, karena proses pemakanan dilakukan berdasarkan perkiraan operator mesin. b. Untuk mesin gurdi dengan gerak makan dilakukan secara otomatis oleh tenaga motor listrik (Power-feed Drilling Machine) gerak makan bisa ditentukan berdasarkan Tabel 2. Tabel 2.4 Putaran mata bor dan gerak makan pada beberapa jenis bahan 41

Selain menggunakan Tabel 2, gerak makan bisa diperkirakan dengan rumus empiris berikut. Untuk baja: f = 0,084 3 d ; mm/put 2.2 Untuk besi tuang: f = 0,13 3 d ; mm/put 2.3 2.8.3 Kedalaman Potong a = d/2; mm 2.4 2.8.4 Waktu Pemotongan tc = lt/2fn ; menit 2.5 2.8.5 Kecepatan Pembentukan Beram Z = π d 2 2 fn/4 1.000 cm3/menit 2.6 2.9 Perencanaan Proses Pengeboran Mesin gurdi bisa membuat lubang dengan jangkauan diameter 1/16 inchi sampai dengan 2 inchi (sekitar 1,6 mm sampai dengan 50 mm). Perencana proses pengeboran hendaknya merencanakan langkah pembuatan lubang terutama untuk lubang dengan diameter relatif besar (di atas 10 mm). Hal tersebut perlu dilakukan karena pada mata bor yang relatif besar, ujungnya tumpul, sehingga pada tengah pahat tidak terjadi penyayatan tetapi proses ekstrusi. Selain itu pada sumbu pahat (diameter mata bor = 0), kecepatan potongnya adalah nol (rumus 2.1), sehingga penekanan pahat ke bawah menjadi sangat berat (Gambar 2.45). Berdasarkan uraian di atas maka untuk membuat lubang dengan diameter relatif besar hendaknya diawali dengan mata bor yang memiliki diameter lebih kecil dulu. Misalnya untuk membuat lubang diameter 20 mm, diawali dengan mata bor 5 mm, kemudian 8 mm, dan 16 mm. Proses pembuatan lubang menggunakan mata bor biasanya adalah lubang awal, yang nantinya akan dilanjutkan dengan pengerjaan lanjutan, sehingga ketelitian dimensi lubang bukan menjadi tuntutan utama. Ketelitian proses pengeboran adalah pada posisi lubang yang dibuat terhadap bidang yang menjadi basis pengukuran maupun 42

terhadap lubang yang lain. Permasalahan yang terjadi pada proses pengeboran 90 persen disebabkan karena kesalahan penggerindaan ujung mata bor. Kesalahan penggerindaan tersebut bisa menimbulkan sudut ujung salah/ tidak simetris, dan panjang sisi potong yang tidak sama (Gambar 2.46). Hal tersebut mengakibatkan posisi lubang tidak akurat. Gambar 2.45 Proses gurdi konvensional, pada sumbu pahat kecepatan potong adalah nol. Kecepatan potong membesar ke arah diameter luar. 45 Gambar2.46 (a) Mata bor dengan sudut sisi potong sama tetapi panjangnya berbeda, dan (b) mata bor dengan sudut sisi potong dan panjang sisi potong tidak sama 46 45 Modu Dasar Teknik Pengerjaan Logam 15, (BBLKI Serang: Serang, 2000, Hal 14) 46 Modu Dasar Teknik Pengerjaan Logam 15, (BBLKI Serang: Serang, 2000, Hal 14) 43

2.9.1 Macam-Macam Pekerjaan Yang Dapat Dilakukan Pada Mesin Bor a. Drilling (melubang) b. Meluas lubang c. Core drilling d. Boring e. Counter boring f. Counterinking g. Reamering h. Burnishing (meluaskan dan meratakan sekaligus menghaluskan dinding lubang i. Tapping j. Spocfacing (meratakan permukaan diatas lubang k. Sheet metal crepanning (membuat lubang dengan memotong melingkar) l. Recessing (mengubah bentuk dasar lubang dari aksial menjadi radial) Gambar 2.47 Macam-macam pengeboran 47 Lubang yang dibuat dengan mata bor, apabila nantinya dibuat ulir dengan proses pengetapan harus diperhitungkan diameternya agar diperoleh ulir yang sempurna. Rumus diameter lubang atau diameter mata bor untuk ulir dengan kisar dan diameter tertentu sebagai berikut. 47 Sucahyo Bagyo, Pekerjaan Logam Dasar, (Grasindo: Jakarta, 2004, Hal 197) 44

TDS = OD 1/N... (2.7) Keterangan: TDS = Tap drill size/ukuran lubang (inchi) OD = Outside Diameter/diameter luar N = jumlah ulir tiap inchi Untuk ulir metris, rumus diameter mata bor adalah: TDS = OD p... (2.8) Keterangan: p = kisar ulir (mm) Hasil perhitungan rumus tersebut dapat dilihat pada Tabel. Tabel 2.5 Kisar ulir dan ukuran diameter mata bor 45

Tabel 2.6 Kisar ulir dan ukuran diameter mata bor 46

Proses pembuatan lubang dengan mesin gurdi biasanya dilakukan untuk pengerjaan lubang awal. Pengerjaan selanjutnya dilakukan setelah lubang dibuat oleh mata bor (Gambar 2.48). Proses kelanjutan dari pembuatan lubang tersebut misalnya: reaming (meluaskan lubang untuk mendapatkan diameter dengan toleransi ukuran tertentu), taping (pembuatan ulir), dan counterboring (lubang untuk kepala baut tanam). a b c Gambar 2.48 Proses kelanjutan setelah dibuat lubang dengan: (a) reaming, (b) tapping, dan (c) counterboring 48 48 Robert Harding, Mengenal Proses Gurdi, (Hal 265) 47