BAB I PENDAHULUAN. melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Pasal 1 Undang- perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

BAB I PENDAHULUAN. diimplementasikan dalam bentuk kebijakan publik, yang bisa dikaji dari

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu

BAB II PENCATATAN KELAHIRAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN A. Pengertian Pencatatan Kelahiran Menurut Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya seorang anak dilahirkan sebagai akibat dari hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama/kerohanian sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon atau makhluk sosial.

FUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, untuk

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar tahun Hal ini berarti bahwa dalam

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Pencatatan Nama Orang Tua Bagi Anak Yang Tidak Diketahui Asal-usulnya

BUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan setiap kelahiran anak yang dilakukan oleh pemerintah berasas non

KEDUDUKAN HUKUM ANAK LUAR KAWIN YANG DIAKUI. Oleh: Mulyadi, SH., MH. ( )

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. 5 Dalam perspektif

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan gizi tetapi juga masalah perlakuan seksual terhadap anak (sexual abuse),

BAB I PENDAHULUAN. tersebut belum mempunyai kemampuan untuk melengkapi serta. kepentingan pribadi mereka masing-masing.

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PENTINGNYA PENCATATAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB II PENGESAHAN ANAK LUAR KAWIN DARI PASANGAN SUAMI ISTRI YANG BERBEDA KEWARGANEGARAAN BERDASARKAN PARTICULARS OF MARRIAGE

I. PENDAHULUAN. suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 28 TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ke arah yang lebih baik yaitu arah yang menunjukkan kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sekaligus juga merupakan harapan bangsa. Orang tua adalah orang pertama

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa negara hukum (rechtsstaat)

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap keluarga yang hidup di dunia ini selalu mendambakan agar keluarga itu

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

BAB V PENUTUP. Di daerah Tana Toraja, perkawinan disebut rampanan kapa, dimana. masyarakat adat Tana Toraja yang melangsungkan perkawinan secara hukum

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

FORMULIR DAN BUKU YANG DIGUNAKAN DALAM PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya anak dilindungi harkat, martabat serta hak haknya sebagai. pemenuhan hak haknya tanpa perlakuan diskriminatif.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. sebaik-baiknya dan merupakan tunas-tunas bangsa yang akan meneruskan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG FORMULIR DAN BUKU YANG DIGUNAKAN DALAM PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia di dunia, yang berlainan jenis kelaminnya (lakilaki dan perempuan) secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lain untuk dapat hidup bersama, dan membentuk sebuah keluarga atau yang disebut dengan perkawinan. Di dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 B berisi ketentuan bahwa setiap orang berhak melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Pasal 1 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan berisi ketentuan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan ditentukan, bahwa suatu perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum dan masing-masing agamanya dan kepercayaannya. Di samping itu setiap perkawinan harus dicatatkan menurut perundang-undangan yang berlaku. Pencatatan tiap-tiap perkawinan adalah sama halnya dengan pencatatan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan seorang misalnya kelahiran dan kematian yang dinyatakan dalam surat-surat keterangan, akte 1

resmi yang juga dimuat dalam daftar pencatatan.(penjelasan Umum Undang- Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan). Umumnya masyarakat menganggap tujuan utama dari perkawinan adalah memiliki keturunan yaitu anak, karena anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga. Anak harus dijaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Dalam lingkungan keluarga seorang dibesarkan, dididik dan diarahkan agar kelak kemudian hari menjadi manusia dan anggota masyarakat yang beriman, bertakwa, berilmu pengetahuan, berteknologi dan berwawasan nusantara (Moh Zahid 2002:1). Anak memiliki hak dan hak anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah mencantumkan tentang hak anak. Pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara untuk memberikan perlindungan pada anak masih memerlukan suatu undang-undang mengenai perlindungan anak sebagai landasan yuridis bagi pelaksanaan kewajiban dan 2

tanggung jawab tersebut. (Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak). pada tingkat kelurahan/desa. Untuk itu setiap orang tua wajib mendaftarkan identitas diri anak sejak kelahirannya, hal ini merupakan pertanggungjawaban keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara merupakan kegiatan yang dilaksanakan terus menerus demi terlindunginya Salah satu Hak Asasi Anak adalah hak anak untuk mendapatkan identitas yang dibuktikan dengan akta kelahiran. Dalam Pasal 28 D ayat (4) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ditentukan, bahwa setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan status kewarganegaraan, begitu pun dengan anak berhak mendapatkan status indentitas yang dibuktikan dengan akta kelahiran. Hak anak baik dalam Konvensi Hak Anak maupun dalam Pasal 53 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, ditentukan bahwa setiap anak sejak kelahirannya berhak atas suatu nama dan stasus kewarganegaraan. Pasal 5, Pasal 27, dan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak berisi ketentuan, bahwa sejak lahir anak harus diberikan identitas diri yang dituangkan dalam akta kelahiran. Pasal 28 ayat (1) ditentukan bahwa, pembuatan akta kelahiran menjadi tanggung jawab pemerintah yang dalam pelaksanaannya diselenggarakan serendah-rendahnya hak-hak anak. 3

Penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak yang meliputi : 1. non diskriminasi; 2. kepentingan yang terbaik bagi anak; 3. hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan 4. penghargaan terhadap pendapat anak. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan berlaku bagi setiap warga negara Indonesia. Adanya Undang-Undang tersebut belum berarti bahwa di dalam pelaksanaan perkawinan di kalangan masyarakat sudah terlepas dari pengaruh hukum adat. Ritual perkawinan di Indonesia masih diliputi hukum adat sebagai hukum rakyat yang hidup dan tidak tertulis dalam bentuk peraturan perundang-undangan negara.daerah di Indonesia juga memiliki latar belakang sejarah perkembangan yang berbeda-beda. Ritual perkawinan yang ada di Indonesia, meliputi berbagai macam corak adat istiadat dan kebudayaan, sehingga disebut Bhineka Tunggal Ika. Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa, di antara samudera Lautan Teduh dan samudera Indonesia. Penduduk yang berdiam dan berasal dari pulau-pulau itu bermacam ragam adat budaya dan hukum adatnya. (Hilman Hadikusuma,1977:11). Hal ini mengingatkan bahwa hukum adat merupakan hukum masyarakat yang tumbuh berkembang secara turun temurun (JB. Daliyo dkk, 2001:1). 4

Ritual Perkawinan Adat di Indonesia berbeda-beda, tetapi masih dapat ditarik persamaan dalam hal-hal yang pokok. Hampir di semua lingkungan masyarakat adat menempatkan masalah perkawinan sebagai urusan keluarga dan masyarakat. Pasal 18 B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia, ditentukan bahwa negara mengakui kesatuan-kesatuan hukum adat serta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Masyarakat adat memandang perkawinan sebagai suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena di dalamnya ada unsur-unsur hak dan kewajiban masing-masing pihak yang harus dihormarti dan dipenuhi, baik hak dan kewajiban suami isteri maupun hak anak. Salah satu hak anak adalah identitas diri. Sampai saat ini masih banyak anak Indonesia yang identitasnya tidak/belum tercatat dalam akta kelahiran. Secara de jure keberadaannya dianggap tidak ada oleh negara. Hal ini mengakibatkan anak yang lahir tersebut tidak tercatat namanya, silsilah dan kewarganegaraannya serta tidak terlindungi keberadaanya. Banyak permasalahan yang terjadi berpangkal dari manipulasi identitas anak. Semakin tidak jelas identitas seorang anak, maka semakin mudah terjadi eksploitasi terhadap anak seperti anak menjadi korban perdagangan bayi dan anak, tenaga kerja dan kekerasan. Seperti dalam fakta sosial di daerah Tana Toraja masih banyak anak yang haknya tidak terpenuhi terkait untuk mendapatkan identitas diri, Data penduduk yang tidak memiliki akta kelahiran (Sensus BPS Toraja Utara, 2005), sebanyak 52,62% 5

(www.karebatoraja.co.id) hal tersebut disebabkan karena orangtua mereka yang melangsungkan perkawinan secara hukum adat di Tana Toraja yang disebut dengan rampanan kapa. Masyarakat Tana Toraja memuliakan adat perkawinan, karena menganggapnya sebagai bentuk kebudayaan, sebagaimana suku bangsa lainnya di Indonesia. Proses pelaksanaan rampana kapa ini berbeda dengan proses perkawinan di daerah lain, karena yang mengesahkan perkawinan di Tana Toraja bukan penghulu agama, melainkan pemerintah adat yang dinamakan ada. Adapun peraturan yang dipegang bersumber dari ajaran aluk to dolo (kepercayaan animisme) yang dinamakan aluk rampanan kapa. Rampanan kapa adalah semata-mata adanya persetujuan yang kemudian disahkan dengan perjanjian. Semua dilakukan di hadapan pemerintah adat dan seluruh keluarga. Perjanjian tersebut merupakan aturan hukum yang juga memuat sanksi-sanksi bagi kedua belah pihak. Perkawinan ini tanpa campur tangan pemerintah daerah, dan perkawinan ini tidak dicatatkan di catatan sipil. sehingga perkawinan ini dianggap tidak sah secara hukum nasional. Menurut Boyke (Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil Kabupaten Toraja Utara) sekitar 75% keluarga di Toraja Utara yang tidak memiliki akte perkawinan, minimnya keluarga yang memiliki akte perkawinan, disebabkan oleh kurangnya kesadaran warga untuk mencatatkan perkawinan mereka ke catatan sipil. Berikutnya, ada kebiasaan di Toraja yang hingga saat ini belum berubah, yakni dua orang warga sudah bisa disebut 6

pasangan suami istri apabila sudah dilakukan perkawinan secara adat. (www.palopopos.co.id/vi=detail&nid=44260). Penulis mengambil lokasi penelitian di Tana Toraja karena penulis melihat begitu banyaknya anak-anak di Toraja yang tidak mendapatkan akta kelahiran dikarenakan orangtuanya yang melangsungkan perkawinan secara adat. dan hal ini ditindak lanjuti dengan perkawinan massal yang diselenggarakan oleh pemerintah Daerah. Hal ini menimbulkan problematika di dalam kehidupan masyarakat Tana Toraja. Berdasarkan keseluruhan dari permasalahan dalam latar belakang masalah, maka diajukan penelitian tentang hak anak atas identitas diri dalam perkawinan hukum adat Tana Toraja. 1. Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang Masalah maka, Rumusan Masalah sebagai berikut : a. Bagaimanakah hak anak atas identitas diri dalam perkawinan berdasarkan hukum adat Tana Toraja? b. Bagaimanakah peran pemerintah daerah dalam menyikapi perbedaan pengaturan dalam rangka memberi perlindungan terhadap hak anak atas identitas diri? 7

2. Batasan Masalah Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penulisan ini sebagai berikut : 1) Hak Anak atas identitas diri khususnya dalam perkawinan hukum adat Tana Toraja, karena Perkawinan adat Tana Toraja yang disebut dengan Rampanan Kapa, perkawinan ini tidak dicatatkan di catatan sipil, sehingga perkawinan ini dianggap tidak sah secara hukum nasional berdampak kepada hak anak untuk mendapatkan identitas diri yang dibuktikan dengan akta kelahiran. 2) Peran Pemerintah Daerah dalam menyikapi hak anak atas identitas diri dalam perkawinan hukum adat Tana Toraja, yakni pada peran pemerintah dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak untuk mendapatkan identitas diri yang orang tuanya melangsungkan perkawinan secara hukum adat, diperlukan pembinaan kesadaran hukum terhadap orang tua yang melangsungkan perkawinan secara adat, akan pentingnya hak anak untuk mendapatkan identitas diri yang dibuktikan dengan akta kelahiran Berdasarkan penulisan tesis ini maka, batasan konsep dari judul yang diteliti adalah sebagai berikut: 1) Hak atau subjectief recht adalah kepentingan yang dilindungi hukum. Kepentingan adalah tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. (Sudikno Mertokusumo : 2003 : 11). 8

2) Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. ( Pasal 1 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak). Yang dimaksud di dalam penulisan ini kecuali anak yang masih di dalam kandungan karena anak tersebut belum berhak mendapatkan akta kelahiran. 3) Hak Anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara ( Pasal 1 angka 12) Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak). 4) Identitas Diri adalah ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang. ( Marcia 1993 :26 ) merupakan komponen penting yang menunjukkan identitas personal individu. Dalam penulisan ini identitas diri anak menurut ketentuan Pasal 27 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yaitu Akta Kelahiran. 5) Perkawinan menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 6) Perkawinan Hukum Adat Tana Toraja yang disebut dengan Rampanan Kapa merupakan salah satu Upacara adat Rambu 9

Tuka, adalah acara yang berhubungan dengan acara syukuran, menghadirkan semua rumpun keluarga, dari acara ini membuat ikatan kekeluargaan di Tana Toraja semakin erat. Perkawinan hukum adat Tana Toraja tidak disahkan oleh penghulu agama, melainkan pemerintah adat yang bersumber dari ajaran aluk to dolo (kepercayaan animisme). 3. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan penulis belum ada karya tulis yang membahas hak anak atas identitas diri menurut perkawinan hukum adat tana toraja. Beberapa karya tulis dari para penulis lainnya yang memiliki kaitan dengan hak anak atas identitas diri adalah : a. Tesis yang ditulis oleh Margareth Eveline, Nomor Mahasiswa: 4B 007 130, Magister kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang tahun 2009, judul tesis adalah : Perlindungan hukum terhadap anak yang dilahirkan dari perkawinan yang tidak dicatatkan dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak di kota bekasi. Permasalahan dalam tesis ini, Pertama yaitu bagaimana peran pemerintah memberikan perlindungan hukum terhadap anak yang dilahirkan dari perkawinan yang tidak dicatatkan. Kedua yaitu bagaimana perlindungan hukum terhadap anak yang dilahirkan dari perkawinan yang tidak dicatatkan dihubungkan dengan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Tujuan penelitian 10

pertama Untuk mengetahui, memahami dan meneliti akibat hukum perkawinan yang tidak dicatatkan terhadap anak dihubungkan dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Kedua Untuk mengetahui, memahami dan meneliti pelaksanaan perlindungan hukum terhadap hak anak yang dilahirkan dari perkawinan yang tidak dicatatkan dihubungkan dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Hasil penelitian adalah akibat hukum apabila suatu perkawinan tidak dicatatkan terhadap anak, maka kedudukan anak tersebut menjadi anak tidak sah, anak tersebut hanya memiliki hubungan perdata dengan ibunya, anak tersebut hanya punya hak waris dari ibu dan keluarga ibunya. Upaya hukum yang dapat dilakukan agar seorang anak yang lahir dari perkawinan yang tidak dicatatkan, untuk memperoleh status menjadi anak sah bagi pasangan yang beragama Islam adalah mengajukan permohonan Itsbat Nikah Kepengadilan Agama Bekasi dengan maksud agar Pengadilan Agama Bekasi menetapkan engesahan perkawinan. Sementara itu untuk Perkawinan bagi pasangan selain Islam yang pencatatannya dilakukan di Kantor Catatan Sipil, upaya yang dapat dilakukan apabila perkawinannya hanya dilakukan menurut agama saja dan tidak dicatatkan di kantor sipil, pengesahan anak hanya 11

dapat dilakukan apabila orang tuanya mencatatkan perkawinannya pada kepaniteraan pengadilan negeri. Tesis tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penulis, persamaannya adalah sama-sama membahas tentang pentingnya hak anak yang berupa akta kelahiran, dan perbedaannya adalah contoh tesis tersebut lebih fokus kepada perlindungan hukum terhadap anak yang dilahirkan dari perkawinan yang tidak dicatatkan di Kota Bekasi, sedangkan penulis lebih fokus kepada hak anak atas identitas diri dalam perkawinan adat khususnya dalam perkawinan adat Tana Toraja. b. Tesis yang ditulis Martinus Agus Hutoro, No.Mahasiswa : 105201522, Magister ilmu hukum universitas Atma Jaya Yogyakarta tahun 2013, judul tesis adalah : Tanggung jawab pemerintah dalam pemenuhan hak anak atas identitas diri berupa akta kelahiran. Rumusan Masalah pertama, bagaimana tanggung jawab pemerintah dalam pemenuhan hak anak atas identitas diri berupa akta kelahiran. Kedua, apa saja yang menjadi kendala bagi pemerintah dalam upaya melaksanakan tanggung jawab memenuhi hak anak atas identitas diri berupa akta kelahiran. Ketiga, bagaimanakah harmonisasi ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan terhadap Undamg- Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang mengamanatkan tanggung jawab pemerintah dalam pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan pencatatan kelahiran serendah-rendahnya pada tingkat kelurahan/desa. Tujuan penelitian pertama, untuk 12

mengetahui dan mengevaluasi tanggung jawab Pemerintah dalam pemenuhan hak anak ataas identitas diri berupa akta kelahiran. Kedua, untuk mengetahui dan mengevaluasi apa yang menjadi kendala bagi Pemerintah dalam upaya melaksanakan tanggung jawab memenuhi hak anak atas identitas diri berupa akta kelahiran. Ketiga, untuk mengetahui dan mengevaluasi keharmonisan ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan terhadap Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang mengamatkan tanggung jawab pemerintah dalam pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan pencatatan kelahiran serendah-rendahnya pada tingkat kelurahan/desa. Hasil penelitian adalah Pertama, Pemenuhan Hak Anak atas Identitas Diri berupa Akta Kelahiran termasuk pemerintah pusat, dalam menjalankan fungsi kekuasaan diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Presiden selaku pemegang kekuasaan tertinggi atas pemerintahan negara sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 ayat (4) bertanggung jawab dalam mengesahkan Undang- Undang. Ada 3 (tiga) Undang-Undang yang menjadi landasan dalam upaya pemenuhan hak anak atas identitas diri berupa akta kelahiran yaitu : 1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 13

2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. 3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Kedua, Tanggung jawab pemerintah daerah untuk melaksanakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Pemerintah Kota Yogyakarta membentuk Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sebagai dasar pelaksana penyelenggaraan pencatatan sipil sebagaiman telah diganti dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan Ketiga, Kendala bagi Pemerintah dalam Upaya Melaksanakan Tanggung Jawab memenuhi Hak Anak atas Identitas Diri berupa Akta Kelahiran salah satunya adalh aturan hukum tentang asas peristiwa menimbulkan permasalahan apabila penduduk yang mengalami peristiwa kelahiran berdomisili di luar daerah dan belum melapor di daerah tempat melahirkan tetapi sudah terlanjur kembali ke tempat domisili. Penduduk tersebut kemudian menghendaki untuk dicatat di tempat domisili. Keempat, harmonisasi ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dengan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 14

Membandingkan dua ketentuan yakni Undang-Undang tentang Administrasi Kependudukan dan Undang-Undang Perlindungan Anak tersebut dalm hal tanggung jawab Pemerintah dalam pembuatan akta kelahiran maka dapat dikatakan bahwa keduanya telah berjalan secara harmonis. Tesis tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penulis. Persamaannya adalah sama-sama menuliskan tentang peran pemerintah dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak yang dalam kaitannya dalah akta kelahiran. Dan perbedaannya adalah contoh tesis tersebut lebih fokus mengevaluasi keharmonisan ketentutan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dalam pelaksanaan tanggung jawab pemerintah untuk pelaksanaan pelayanan pencatatan kelahiran serendah-rendahnya pada tingkat kelurahan/desa. Penulis lebih fokus kepada hak anak atas identitas diri dalam perkawinan adat khususnya dalam perkawinan adat Tana Toraja. c. Tesis yang ditulis Abdullah Wasian, No.Mahasiswa : B4B008110, Magister kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang tahun 2010, judul tesis adalah : Akibat hukum perkawinan siri ( tidak dicatatkan ) terhadap kedudukan istri, anak dan harta kekayaannya tinjauan hukum Islam dan undang-undang perkawinan. Permasalahan dalam tesis ini, pertama, bagaimana konsep perkawinan siri menurut hukum Islam dan 15

undang-undang perkawinan. kedua bagaimana akibat hukum perkawinan siri terhadap kedudukan istri, anak, dan harta kekayaannya. Tujuan penelitian pertama untuk mengetahui konsep perkawinan siri menurut hukum islam dan undang-undang perkawinan. Kedua untuk mengetahui akibat hukum perkawinan siri terhadap kedudukan istri, anak, dan harta kekayaannya. Hasil penelitian adalah pertama, pada dasarnya istilah nikah siri dalam hukum Islam ditemukan di beberapa kitab fiqh konvensional yang dapat diartikan sebagai pernikahan yang disembunyikan karena kurang memenuhi ketentuan rukun dan syarat sahnya pernikahan dan berlatar belakang tradisi negara Arab pada waktu itu. Perkawinan siri dalam Undang-Undang perkawinan tidak dikenal. Undang-Undang Perkawinan menyebutkan perkawinan adalah sah apabila dilangsungkan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dan dicatat menurut perundang-undangan yang berlaku. Kedua, kedudukan istri dalam hukum Islam sama kedudukannya dengan perkawinan yang dicatatkan akan tetapi negara tidak mengakuinya, pengakuan ini penting untuk pasangan mendapatkan perlindungan hukum ( hak keperdataan ). Kedudukan anak dalam perkawinan hukum Islam tetap mendapat pengakuan seperti kedudukannya dengan perkawinan yang dicatatkan akan tetapi dalam pandangan hukum negara dengan tidak adanya akte perkawinan kedua orangtuanya maka, dalam akte kelahiran anak tersebut tidak tercantum 16

nama ayah biologisnya hanya tercantum nama ibu yang melahirkan. Akibat hukum perkawinan siri terhadap kedudukan harta kekayaan menurut hukum Islam akan diperhitungkan sesuai Syari at Islam. Tesis tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penulis. Persamaannya adalah menuliskan tentang akibat perkawinan terhadap anak. Dan perbedaannya yaitu contoh tersebut lebh fokus terhadap akibat hukum dari perkawinan siri ( tidak dicatatkan) terhadap istri dan anak untuk mendapatkan warisan yang dikaji menurut hukum islam dan hukum perkawinan Indonesia. 4. Manfaat Penelitian a. Manfaat secara teoretis Secara teoretis, menambah wawasan baru dalam bidang hukum, khususnya terkait dengan hak anak atas identitas diri dalam perkawinan hukuk adat Tana Toraja dan peran pemerintah daerah dalam menyikapi hak anak atas identitas diri dalam perkawinan adat Tana Toraja. b. Manfaat secara praktis Memberikan masukan kepada pemerintah, masyarakat luas, khususnya masyarakat hukum adat tentang pentinganya perlindungan terhadap hak anak atas identitas diri. 17

B. Tujuan Penelitian Sesuai dengan Rumusan Masalah maka Tujuan Penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui dan mengkaji hak anak atas identitas diri dalam perkawinan hukum adat Tana Toraja. 2) Untuk mengetahui dan mengkaji peran pemerintah daerah dalam menyikapi hak anak atas identitas diri dalam perkawinan hukum adat Tana Toraja. C. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Keaslian Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Tujuan Penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang hak anak atas identitas diri, perkawinan menurut undang-undang nomor 1 tahun 1974, perkawinan berdasarkan hukum adat. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang, Jenis penelitian hukum normatif yang membahas tentang pendekatan politik hukum dan pensdekatan sosiologi hukum. Bahan hukum membahas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.metode pengumpulan data membahas studi kepustakaan, dan wawancara. Metode analisis data, dan Proses berpikir. 18

BAB IV : PEMBAHASAN Bab ini akan membahas dan menganalisis tentang,monografi daerah masyarakat Hukum Adat Tana Toraja, hak anak atas identitas diri dalam perkawinan berdasarkan hukum adat Tana Toraja, dan peran pemerintah daerah dalam menyikapi perbedaan pengaturan dalam rangka memberi perlindungan terhadap hak anak atas identitas diri. BAB V : PENUTUP Bab ini menguraikan tentang kesimpulan yang merupakan jawaban permasalahan dan saran. 19