I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L.) termasuk famili Leguminoceae yang berasal dari

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Bagan Penelitian a Keterangan : a (Jarak antar blok) = 50 cm. b (Jarak antar plot) = 30 cm. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Penanaman Benih F 3 Hasil Hibridisasi Varietas Anjasmoro x Genotipa Tahan Salinitas. Pengamatan Berdasarkan Karakter Fisiologi daun

Sumber : Suhartina Deskripsi varietas unggul kacang-kacangan dan umbiumbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbiumbian,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

Lampiran 1. Deskripsi Kedelai Varietas Grobogan

FK = σ 2 g= KK =6.25 σ 2 P= 0.16 KVG= 5.79 Keterangan: * : nyata KVP= 8.53 tn : tidak nyata h= Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN. Vatietas Kedelai Grobogan

Universitas Sumatera Utara

Lampiran. Deskripsi Varietas Kedelai Anjasmoro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Analisis Awal Contoh Tanah Inceptisol Kwala Bekala. Lampiran 2. Hasil Analisis Limbah Pabrik Industri Tempe

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

LAMPIRAN. A. Penanaman (Trapping) Kedelai Pada Tanah Gambut. Pengambilan sampel tanah gambut. Penanaman Kedelai. Pemanenan kedelai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

Lampiran 1. Bagan Percobaan

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PENYIMPANAN KONSORSIUM PGPR HASIL ISOLASI TUMBUHAN PANTAI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI DI LAHAN PASIR PANTAI

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

Lampiran 1. Hasil analisis tanah awal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai memiliki biji berbentuk polong, setiap polong berisi 1-4 biji.

P0 P0 P0. 50 cm. 50 cm P5 P1 P2

I. TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili:

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan tanaman pangan yang. sedangkan produksi dalam negri belum mencukupi, untuk mengatasinya

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Kedelai. Varietas Anjasmoro

V3G1 V3G4 V3G3 V3G2 V3G5 V1G1 V1G3 V1G2 V1G5 V1G4 V2G2 V2G5 V2G3 V2G4

Lampiran 1 Deskripsi sifat varietas pembanding (Deptan 2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

Tanaman kedelai mempunyai akar yang terdiri dari akar lembaga, akar tunggang dan akar cabang berupa akar rambut yang dapat membentuk bintil akar dan

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Kedelai Hitam

PENDAHULUAN. krim, susu kedelai, tepung kedelai, minyak kedelai, pakan ternak,dan bahan baku

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peningkatan Produksi Kedelai Melalui Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) pada Sawah Tadah Hujan di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Deptan (2006) sistematika tumbuh-tumbuhan, kacang tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN 1

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

Lampiran 2 Pengaruh kombinasi varietas, aplikasi mulsa, serta aplikasi PGPR terhadap insidensi penyakit busuk pangkal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

TINJAUAN PUSTAKA. Perakaran kedelai akar tunggangnya bercabang-cabang, panjangnya

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman kedelai adalah : Kingdom : Plantae, Divisio :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.) Merrill

METODE PELAKSANAAN. Percobaan ini dilaksanakan di lahan kering BPTP Sumatera Barat kebun

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasinya termasuk Divisio: Spermathopyta, Subdivisio: Species: Glycine max (L.) Merrill (Sumarno dan Harnoto, 1983).

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rata-rata kebutuhan kedelai di dalam negri setiap tahun adalah ton. Untuk memenuhi

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

Transkripsi:

Laporan Tugas Akhir 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L.) termasuk famili Leguminoceae yang berasal dari Manshukuo Cina, kemudian menyebar sampai ke Jepang, Korea, Asia Tenggara, dan Indonesia. Penyebaran kedelai di Indonesia pertama kali di Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Lampung, Sumatera Selatan dan Bali. Indonesia merupakan negara penghasil kedelai terbesar keenam di dunia setelah Amerika Serikat, Brazil, Argentina, Cina, dan India (Ampnir, 2011). Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan harganya yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein hewani. Kandungan gizi kedelai dalam 100 g yaitu 331.0 kkal kalori, 34.9 g protein, 18.1 g lemak, 34.8 g karbohidrat, 4.2 g serat, 227.0 mg kalsium, 585.0 mg fosfor, 8.0 mg besi, dan 1.0 mg vitamin B1(Bakhtiar, Taufan, Hidayat, dan Jufri, 2014). Kedelai merupakan salah satu kelompok leguminoseae yang memiliki kandungan protein tinggi, sehingga kedelai banyak dikonsumsi dalam bentuk olahan seperti tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai, dan berbagai bentuk makanan ringan, disamping sebagai bahan makanan juga digunakan sebagai bahan industri dan pakan ternak (Ayu, Rosmayati, dan Luthfi, 2013). Produksi kedelai nasional masih rendah yaitu hanya 1,1 t/ha. Produksi tersebut masih dapat ditingkatkan lagi menjadi 1,5-2,5 t/ha dengan beberapa teknologi yaitu

Laporan Tugas Akhir 2 penggunaan pupuk secara berimbang, waktu tanam yang tepat dan sesuai dengan daya dukung lahan, serta penggunaan varietas unggul (Marliah, Hidayat dan Husna, 2012). Varietas berperan penting dalam produksi kedelai, karena untuk mencapai hasil yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi genetik. Potensi hasil di lapangan dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik dengan pengelolaan kondisi lingkungan. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, potensi hasil yang tinggi dari varietas unggul tersebut tidak dapat tercapai (Marliah dkk, 2012). Menurut Marliah dkk (2012) varietas unggul yang beredar di masyarakat, diantaranya varietas Grobogan dan Anjasmoro. Varietas Grobogan memiliki potensi hasil 2,7 t/ha, bobot biji 18 g/100 biji, dan umur panen 76 hari. Varietas Anjasmoro memiliki potensi hasil 2,25 t/h, bobot biji 16 g/100 biji, dan umur panen 83-93 hari. Budidaya kedelai umumnya dilakukan di lahan sawah setelah tanaman padi sebagai upaya untuk menghindari resiko kekeringan. Penggunaan teknologi jerami pada tanaman kedelai dimaksudkan sebagai mulsa. Penggunaan mulsa bertujuan untuk mencegah kehilangan air dari tanah sehingga kehilangan air dapat dikurangi dengan menjaga temperatur dan kelembaban tanah. Aplikasi mulsa merupakan salah satu upaya menekan pertumbuhan gulma, menjaga kelembaban dan suhu tanah serta menciptakan kondisi yang sesuai bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Setelah terdekomposisi penggunaan mulsa jerami padi pada kedelai dapat memperbaiki kesuburan dan struktur tanah, selain itu akan mempengaruhi suplai CO2 yang menentukan jumlah nodul terbentuk, suhu dan

Laporan Tugas Akhir 3 kelembaban tanah terjaga, dan membantu menambah unsur hara P. Unsur hara seperti P berperan dalam merangsang Rhizobium menginfeksi akar, pembintilan, penyerapan unsur Ca, Mg, Fe, B, K, Mo, dan S dalam penggunaan hasil fiksasi. Selain penggunaan mulsa jerami, penggunaan varietas unggul dapat meningkatkan produksi (Somantri, 2014). 1.2 Tujuan Tujuan dari penulisan Laporan Tugas Akhir adalah : 1. Melihat pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro yang ditanam di Lahan bekas sawah. 2. Membandingkan pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah.

Laporan Tugas Akhir 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Tanaman Kedelai berikut: Sistematika kedelai menurut Adisarwanto (2005) diklasifikasikan sebagai Kingdom Divisi Sub-divisi Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Rosales : Leguminoceae : Papilionaceae : Glycine Species : Glycine max L. Tanaman kedelai memiliki akar yang muncul dari belahan kulit biji di sekitar mikrofil. Calon akar kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil. Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil (Adisarwanto, 2005) Menurut Sukmawati (2013) tanaman kedelai memiliki bintil akar yang dapat mengikat nitrogen di atmosfer melalui aktivitas bakteri pengikat nitrogen yaitu

Laporan Tugas Akhir 5 Rhizobium japonicum. Nodul atau bintil akar tanaman kedelai umumnya dapat mengikat nitrogen dari udara pada umur 10 12 hari setelah tanam tergantung kondisi lingkungan tanah dan suhu. Hipokotil pada kedelai merupakan bagian batang pada proses perkecambahan, mulai dari pangkal akar sampai kotiledon. Hipokotil dan dua keping kotiledon yang masih melekat pada hipokotil akan terangkat ke permukaan tanah. Bagian batang kecambah yang berada diatas kotiledon tersebut dinamakan epikotil. Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe yaitu determinate dan indeterminate. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga sedangkan indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Semideterminate dikategorikan gabungan dari determinate dan indeterminate (Somantri, 2014). Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga. Bentuk daun kedelai ada dua yaitu bulat atau oval dan lancip. Bentuk daun dipengaruhi oleh faktor genetik (Adisarwanto, 2005). Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu. Tangkai bunga tumbuh dari ketiak tangkai daun. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam antara 2-25 bunga tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai. Bunga pertama yang terbentuk umumnya pada buku kelima, keenam, atau pada buku yang lebih tinggi (Sukmawati, 2013).

Laporan Tugas Akhir 6 Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam antara 1-10 buah dalam setiap kelompok (Sukmawati, 2013). Biji kedelai terbagi menjadi dua bagian utama yaitu kulit biji dan embrio. Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar atau hilum yang berwarna coklat, hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil berupa lubang kecil yang terbentuk pada saat proses pembentukan biji. Warna kulit biji bervariasi, mulai dari kuning, hijau, coklat, hitam, atau kombinasi campuran dari warna-warna tersebut. Biji kedelai tidak mengalami masa dormansi sehingga setelah proses pembijian selesai biji kedelai dapat langsung ditanam. Biji kedelai memiliki kandungan gizi yang cukup banyak yaitu kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, besi, vitamin B1, dan air. Pada Tabel 1 dapat dilihat kandungan gizi kedelai tiap 100 g (Adisarwanto, 2005). Tabel 1. Kandungan gizi biji kedelai kering tiap 100 g Komponen Biji kedelai Kalori (Kkal) 331,0 Protein (g) 34,9 Lemak (g) 18,1 Karbohidrat (g) 34,8 serat (g) 4,2 Kalsium (mg) 227,0 Fosfor (mg) 585,0 Besi (mg) 8,0 Vitamin B1 (mg) 1,0 Sumber: Muchtadi (2010)

Laporan Tugas Akhir 7 2.2 Varietas Kedelai Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk dan pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakter atau kombinasi genotip. Secara botani varietas adalah suatu populasi tanaman dalam satu spesies yang menunjukkan ciri morfologi yang jelas (Ampnir, 2011). Ditmbahkan oleh Ayu dkk (2013) varietas kedelai jumlahnya sangat banyak dan memiliki sifat yang beragam baik mengenai potensi produksi, daya adaptasi terhadap lingkungan, tipe pertumbuhan, bentuk dan ukuran biji, warna biji, umur panen, dan tinggi tanaman. Varietas Grobogan dan Anjasmoro merupakan varietas ungggul. Grobogan dilepas tahun 2008, bentuk daun lancip atau lanceolate, tinggi tanaman 50-60 cm, umur berbunga 32 hari, dan bunga berwarna ungu, sedangkan Anjasmoro dilepas tahun 2001, bentuk daun oval, tinggi tanaman 64-68 cm, umur berbunga 39 hari, dan bunga berwarna ungu (Fattah, 2010). Menurut Ayu dkk (2010) varietas kedelai yang mempunyai produksi tinggi yaitu kedelai varietas Grobogan dengan produksi 2,7 t/h, berat biji 18,83 g/100 biji, umur masak sekitar 76 hari, warna bunga ungu, dan jumlah polong 57.90 polong/tan sedangkan Anjasmoro memiliki produksi 2,25 t/h, berat biji 16,09 g/100 biji, umur masak 92 hari, warna bunga ungu, dan jumlah polong 53.85 polong/tan. Varietas kedelai yang mempunyai umur genjah dapat dijadikan varietas untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan baik pada lahan sawah maupun lahan kering. Lahan sawah yang kosong 2,5 bulan dapat ditanami kedelai untuk membantu

Laporan Tugas Akhir 8 penyumbang nitrogen sedangkan pada pemanfaatan lahan kering yang mempunyai curah hujan yang pendek sekitar 150-200 mm dapat dimanfaatkan untuk menanam kedelai (Fattah, 2010). 2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai Menurut Rukmi (2011) tanaman kedelai dapat tumbuh baik sampai pada ketinggian 100-1.200 meter di atas permukaan laut. Pada daerah dataran tinggi umur tanaman kedelai menjadi lebih panjang. Tanaman kedelai merupakan tanaman semusim yang dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah Alluvial, Regosol, Grumosol, Latosol, atau Andosol. ph tanah yang baik untuk pertumbuhan kedelai adalah 6-6,6. Tersedianya air tanah selama pertumbuhan tanaman sangat menentukan daya hasil kedelai dengan curah hujan 300-400 mm/bulan. Suhu optimum bagi pertumbuhan kedelai antara 20-30 0 C, dan kelembaban 60%. Berdasarkan data statistik Desa Sumberejo berada pada ketinggian 400-500 meter di atas permukaan laut, curah hujan 110 mm/bulan, suhu 28,4 0 C, kelembaban 80%, dan ph 6-7.

Laporan Tugas Akhir 9 III. METODE PELAKSANAAN 3.1 Waktu dan Tempat Pengalaman Kerja Praktek Mahasiwa (PKPM) dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2015 di Desa Sumberejo, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang. Luas lahan yang ditanami kedelai varietas Grobogan yaitu 200 m 2 dan varietas Anjasmoro yaitu 200 m 2. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada budidaya kedelai yaitu tugal, sabit bergerigi, hand sprayer, power threasher, dan cangkul. Bahan yang digunakan yaitu benih kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro, pupuk Urea, pupuk Phonska, insektisida Lannate 40 SP, dan Dursban 20 EC. 3.3 Metode Metode yang digunakan adalah membandingkan antara dua perlakuan yaitu: 1. Tanaman kedelai (Glycine Max L.) dengan varietas Grobogan 2. Tanaman kedelai (Glycine Max L.) dengan varietas Anjasmoro Luas lahan yang digunakan adalah 200 m 2 pada masing-masing varietas. Jumlah sampel sebanyak 20 tanaman yang diambil secara acak, untuk mengetahui perbedaan variabel pengamatan antara kedelai varietas Grobogan dengan kedelai varietas Anjasmoro, data pengamatan dianalisis dengan uji t pada taraf 5% dan 1%, dengan rumus sebagai berikut :

Laporan Tugas Akhir 10 ( ) ( ) Dimana: Keterangan : X y Mx, My N = Nilai masing-masing variabel pada kedelai varietas Grobogan = Nilai masing-masing variabel pada kedelai varietas Anjasmoro = Rata-rata nilai variabel x dan y = Jumlah sampel tanaman SDx, SDy = Standar deviasi variabel x dan y Ho = Terdapat perbedaan yang tidak nyata antara kedelai varietas Grobogan dengan kedelai varietas Anjasmoro yang ditanam di lahan bekas sawah terhadap komponen hasil dan produksi kedelai (t hitung < t tabel 5%). H1 = Terdapat perbedaan yang nyata antara kedelai varietas Grobogan dengan kedelai varietas Anjasmoro yang ditanam di lahan bekas sawah terhadap komponen hasil dan produksi kedelai (t hitung < t tabel 5%). 3.4 Pelaksanaan 3.3.1 Penyiapan Benih Varietas kedelai yang digunakan dalam budidaya kedelai yaitu varietas Grobogan dan Anjasmoro. Kedua varietas kedelai yang digunakan merupakan benih

Laporan Tugas Akhir 11 bersertifikat. Kebutuhan benih kedelai per hektar 6 kg, sehingga untuk luasan lahan 200 m 2 pada varietas Grobogan yaitu 120 g dan Anjasmoro yaitu 120 g. 3.3.2 Pembersihan lahan Pembersihan lahan dan pematang dari gulma dilakukan dengan menggunakan cangkul, lalu gulma diangkut ke luar lahan dan dibakar. 3.3.3 Penanaman Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman 2 cm. Jarak tanam penanaman yang dibuat adalah 25 x 25 cm sesuai dengan jarak tanam padi yang ditanam ditengah-tengah jarak tanam padi. Setiap lubang tanam diisi dengan benih kedelai 1 biji per lubang tanam. 3.3.4 Pembabatan jerami Pembabatan jerami dilakukan setelah kegiatan penanaman benih kedelai selesai seluruhnya. Pembabatan jerami dilakukan menggunakan mesin babat. Tujuan pembabatan jerami yaitu dijadikan sebagai mulsa pada per tanaman kedelai. 3.3.5 Pemeliharaan A. Penyulaman Penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam. Penyulaman dilakukan dengan menggunakan tugal. Benih yang digunakan untuk penyulaman pada varietas Grobogan yaitu 26 biji sedangkan varietas Anjasmoro yaitu 16 biji.

Laporan Tugas Akhir 12 B. Pemupukan Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pupuk dasar dan pupuk susulan. Dosis pupuk yang diberikan yaitu 75 kg/ha Urea dan 100 kg/ha NPK Phonska. Pupuk dasar diberikan pada umur satu minggu setelah tanam dengan dosis 750 g/200 m 2 Urea dan 1 kg/200 m 2 NPK Phonska sedangkan pupuk susulan diberikan pada umur 40 hari setelah tanam dengan dosis 750 g/200 m 2 Urea dan 1 kg/ 200 m 2 NPK Phonska. C. Pengendalian hama dan penyakit Hama yang menyerang kedelai yaitu ulat penggerek pada umur 40 hari setelah tanam. Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan Lannate 40 SP 0,5 g/200 m 2 dan Dursban 20 EC 8,5 ml/200 m 2. D. Panen dan pascapanen Panen kedelai varietas Grobogan dilakukan pada umur 76 hari setelah tanam sedangkan varietas Anjasmoro pada umur 92 hari setelah tanam dengan melihat kriteria sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, daun gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan, dan batang berwarna kuning agak coklat. Cara panen kedelai yang dilakukan adalah dengan menggunakan sabit bergerigi dengan menyabit batang kedelai. Batang kedelai dipotong 10 cm dari permukaan tanah, setelah batang dipotong lalu diletakkan di barisan tanam kedelai agar polong kedelai cepat kering dan mempermudah dalam pembalikan. Pembalikan kedelai dilakukan dua hari setelah panen kedelai. Setelah selesai dibalik maka kedelai dibiarkan lagi selama dua hari agar polong kedelai kering

Laporan Tugas Akhir 13 merata. Setelah dua hari kedelai dikumpulkan dan dipisahkan biji dari polongnya dengan menggunakan Power threaser atau Grendel. E. Pengamatan 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan meteran. Pengukuran kedelai diukur dari leher akar sampai titik tumbuh pada tanaman sampel. Pengukuran dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam sampai tanaman memasuki umur generatif. 2. Jumlah cabang primer Penghitungan jumlah cabang primer dilakukan dengan menghitung jumlah cabang yang muncul dari batang utama seluruhnya pada tanaman sampel. Penghitungan dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam sampai tanaman memasuki umur generatif. 3. Jumlah daun tripoliat Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan menghitung jumlah daun tripoliat seluruhnya pada tanaman sampel. Penghitungan dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam sampai tanaman memasuki umur generatif. 4. Jumlah polong/tanaman Penghitungan jumlah polong per tanaman dilakukan dengan cara menghitung jumlah polong per tanaman pada tanaman sampel. Penghitungan dilakukan setelah panen.

Laporan Tugas Akhir 14 5. Persentase polong bernas Penghitungan persenatse polong bernas dilakukan dengan cara menghitung polong bernas pada tanaman sampel. Penghitungan dilakukan setelah panen dengan rumus: x 100% 6. Jumlah biji/polong Penghitungan jumlah biji/polong dilakukan dengan cara mengupas polong, lalu menghitung biji dalam satu polong pada tanaman sampel. Penghitungan dilakukan setelah panen. 7. Bobot 100 biji Penghitungan bobot 100 biji dilakukan dengan cara menghitung biji sampai 100 biji setelah itu biji ditimbang dan dicatat. Penghitungan dilakukan setelah panen pada tanaman sampel. 8. Produksi Penghitungan produksi dilakukan dengan cara menghitung komponen hasil seluruhnya. Penghitungan dilakukan setelah panen dengan menggunakan rumus: Jumlah tanaman/ha x jumlah polong/tanaman x jumlah biji/polong x bobot 100 biji x persentase polong bernas

Laporan Tugas Akhir 15 3.5 Layout Lahan PKPM Varietas Grobogan Varietas Anjasmoro x x x x x x x x x x x x x x x x x a x x x x x x x x m x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x 10 m e d c b 20 m 20 m keterangan : a. Jarak antar tanaman : 25 cm b. Tanaman kedelai c. Bekas tanaman padi d. Jarak antar baris : 25 cm e. Jarak tanaman dari pematang : 25 cm

Laporan Tugas Akhir 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1. Pertumbuhan vegetatif Hasil pengamatan pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah Pengamatan Varietas kedelai Tinggi Jumlah Jumlah tanaman (cm) Cabang primer (buah) daun tripoliat (buah) Grobogan 58,8 5,5 6,8 Anjasmoro 63,1 5,6 7,6 Uji t ns ns ns Ket: s) berbeda nyata menurut uji t hs) berbeda sangat nyata menurut uji t ns) berbeda tidak nyata menurut uji t Perbandingan pertumbuhan vegetatif kedelai pada varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah menggunakan uji t didapatkan hasil berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah daun tripoliat dari kedua varietas yang berbeda.

Tinggi tanaman (cm) Laporan Tugas Akhir 17 Grafik pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah dapat dilihat pada Gambar 1. Tinggi tanaman Hasil pengamatan tinggi tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah dapat dilihat pada Gambar 1. 140 120 58.8 Grobogan Anjasmoro 100 80 60 30.8 63.1 40 20 0 16.3 11.1 28 19.9 13.5 2 3 4 5 MST Gambar 1. Rata-rata tinggi tanaman kedelai umur 2-5 MST Berdasarkan Gambar 1 terlihat laju pertumbuhan tinggi tanaman kedelai varietas Anjasmoro pada umur 2-5 minggu setelah tanam lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai varietas Grobogan.

Jumlah cabang primer (buah) Laporan Tugas Akhir 18 Jumlah cabang primer Hasil pengamatan jumlah cabang primer tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah dapat dilihat pada Gambar 2. 12 10 8 5.5 Grobogan Anjasmoro 6 4 2 2.6 2.33 5.6 0 0 0 2 3 4 5 MST Gambar 2. Rata-rata jumlah cabang primer tanaman kedelai umur 2-5 MST Berdasarkan Gambar 2 terlihat rata-rata jumlah cabang primer tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro pada umur 2-3 minggu setelah tanam belum muncul cabang primer, selanjutnya pada umur 4-5 minggu setelah tanam jumlah cabang primer kedelai varietas Anjasmoro lebih banyak dibandingkan dengan varietas Grobogan.

Jumlah daun tripoliat (buah) Laporan Tugas Akhir 19 Jumlah daun tripoliat Hasil pengamatan jumlah daun tripoliat tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah dapat dilihat pada Gambar 3. 16 14 6.8 Grobogan Anjasmoro 12 10 8 6 4 2 2.4 2.5 2.75 3.1 5.6 6 7.6 0 2 3 4 5 MST Gambar 3. Rata-rata jumlah daun tripoliat tanaman kedelai umur 2-5 MST Berdasarkan Gambar 3 menunjukkan rata-rata jumlah daun tripoliat tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro relatif sama.

Laporan Tugas Akhir 20 4.1.2. Pertumbuhan generatif Hasil pengamatan pertumbuhan generatif tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komponen hasil dan produksi tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah Pengamatan Varietas kedelai Jumlah polong/ tanaman Persentase polong bernas Bobot 100 biji (g) Jumlah biji/polong Produksi t/ha Grobogan 42,2 81,3 18,5 2,8 2,8 Anjasmoro 47,3 76,8 16,8 2,5 2,4 Uji t ns ns s s - Ket: s) berbeda nyata menurut uji t hs) berbeda sangat nyata menurut uji t ns) berbeda tidak nyata menurut uji t Perbandingan pertumbuhan generatif tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro dengan menggunakan uji t didapatkan hasil berbeda tidak nyata pada jumlah polong per tanaman, persentase polong bernas, dan bobot 100 biji. Hasil berbeda nyata terlihat pada jumlah biji dan bobot 100 biji. Komponen hasil tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro dapat dilihat pada Gambar 4..

Laporan Tugas Akhir 21 Anjasmoro Grobogan 100 80 76.8 81.3 60 47.3 42.2 40 20 2.5 2.8 18.5 16.8 2.8 2.4 0 Jumlah polong/tan % polong bernas Jumlah biji/polong Bobot 100 biji Produksi t/ha Gambar 4. Komponen hasil tanaman kedelai Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa jumlah polong per tanaman yang terbanyak pada kedelai varietas Anjasmoro yaitu 47,3 polong. Persentase polong bernas terbanyak pada kedelai varietas Grobogan yaitu 81,3%. Jumlah biji per polong terbanyak pada kedelai varietas Grobogan yaitu 2,8 biji per polong. Bobot 100 biji yang terberat pada kedelai varietas Grobogan yaitu 18,5 g. Produksi tertinggi pada kedelai varietas Grobogan yaitu 2,8 t/ha sedangkan kedelai dengan varietas Anjasmoro yaitu 2,4 t/ha. 4.2. Pembahasan Berdasarkan Tabel 2 hasil pengamatan vegetatif tanaman kedelai pada varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah yang diuji dengan menggunakan uji t didapatkan hasil berbeda tidak nyata pada tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah daun tripoliat.

Laporan Tugas Akhir 22 Berdasarkan data statistik di Desa Sumberejo berada pada ketinggian 400-500 meter di atas permukaan laut, curah hujan 110 mm/bulan, suhu 28,4 0 C, kelembaban 80%, dan ph 6-7 sedangkan syarat tumbuh yang baik untuk kedelai yaitu 100-1.200 meter di atas permukaan laut, curah hujan 300-400 mm/bulan, suhu 20-30 0 C, kelembaban 60%, dan ph tanah 6-6,6. Syarat tumbuh yang baik dapat membantu varietas kedelai dalam menyesuaikan diri pada lingkungan. Kondisi lingkungan seperti tinggi tempat, jenis tanah, suhu, kelembaban, curah hujan, dan ph dapat meningkatkan produksi kedelai (Budi dan Hajoeningtijas, 2008). Perbedaan respon yang ditunjukkan pada kedua varietas disebabkan karena adanya perbedaan sifat genetik dari kedua varietas. Perbedaan sifat genetik ini menyebabkan terjadinya perbedaan tanggap kedua varietas tersebut terhadap berbagai kondisi lingkungan, sehingga aktivitas pertumbuhan yang ditunjukkan berbeda. Dalam menyesuaikan diri, tanaman akan mengalami perubahan fisiologis ke arah yang sesuai dengan lingkungan barunya. Varietas tanaman yang berbeda akan menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang berbeda walaupun ditanam pada kondisi lingkungan yang sama (Marliah, Hidayat, dan Husna, 2012). Hasil uji t berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman disebakan oleh adanya perbedaan genetik dari kedua varietas dimana varietas Anjasmoro memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Grobogan sehinggga sesuai dengan deskripsi varietas. Tingginya tanaman pada varietas Anjasmoro berpengaruh pada jumlah cabang dan jumlah daun sehingga jumlah cabang dan jumlah daun pada varietas Anjasmoro lebih banyak. Semakin tinggi tanaman maka semakin banyak jumlah buku per tanaman. Banyaknya jumlah buku per tanaman berpengaruh pada

Laporan Tugas Akhir 23 banyaknya jumlah daun. Meningkatnya jumlah daun berpengaruh pada banyaknya jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun (Bakhtiar dkk, 2014 ; Fattah, 2010 ; Pakpahan, 2009). Suhu udara di Desa Sumberejo yaitu 28,4 0 C. Suhu yang terlalu tinggi pada areal pertanaman kedelai dapat dimodifikasi dengan menggunakan mulsa jerami. Pemberian mulsa jerami dapat merubah suhu tanah dan iklim mikro sehingga dapat menghindari kehilangan air melalui penguapan maka dapat mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman serta meningkatkan produksi tanaman kedelai. Mulsa jerami berfungsi untuk mempertahankan agregat tanah dari hantaman air hujan, memperkecil erosi pemukaan tanah, mencegah penguapan air, dan melindungi tanah dari terpaan sinar matahari. Mulsa jerami juga dapat membantu memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah sehingga memperbaiki stabilitas agregat tanah (Damanik, 2010). Selanjutnya Mansyur (2011) menyatakan bahwa penggunaan mulsa jerami dapat mencegah penguapan air tanah yang berlebihan, dapat mencegah pencucian hara, mengendalikan kelembaban tanah serta melindungi agregat tanah dari daya rusak butiran air hujan. Mulsa jerami dapat menstabilkan air untuk tanaman dan mengurangi penguapan, maka translokasi unsur hara untuk tanaman dapat berlangsung dengan baik sehingga berpengaruh pada pembelahan sel dan perpanjangan ruas. Berdasarkan pengamatan komponen hasil pada tanaman kedelai dengan varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah didapatkan hasil uji t berbeda nyata pada jumlah biji per polong dan bobot 100 biji sedangkan hasil berbeda tidak nyata

Laporan Tugas Akhir 24 pada jumlah polong per tanaman, dan persentase polong bernas. Produksi kedelai varietas Grobogan yaitu 2,8 t/ha sedangkan varietas Anjasmoro yaitu 2,4 t/ha. Hasil uji t berbeda tidak nyata pada jumlah polong disebabkan oleh adanya perbedaan genetik dari kedua varietas terhadap tinggi tanaman. Berdasarkan deskripsi varietas Anjasmoro lebih tinggi dibandingkan varietas Grobogan. Semakin tinggi tanaman maka semakin banyak jumlah buku per tanaman. Banyaknya jumlah buku per tanaman berpengaruh pada banyaknya jumlah polong, hal ini dikarenakan polong muncul pada setiap ketiak tangkai daun. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam antara 1-10 buah dalam setiap kelompok (Adisarwanto, 2005). Variabel pengamatan jumlah biji per polong pada varietas Grobogan yang telah diuji dengan uji t menunjukkan berbeda nyata. Banyaknya jumlah biji per polong disebabkan oleh sifat genetik dari tanaman dimana jumlah biji per polong pada varietas Grobogan rata-rata 3 biji per polong serta adanya kemampuan yang optimal dalam menyerap unsur hara. Menurut Ratnasari, Bangun, Iskandar, dan Damanik (2015) kandungan hara jerami padi yaitu 40.87% bahan organik, 1.01% nitrogen, 0.15% posfor, 1.75% kalium, 4.2%, dan kalsium, dan 0,27% magnesium. Unsur hara kalsium mempengaruhi pembentukan polong sehingga dapat meningkatkan jumlah polong per tanaman dan menyebabkan pertumbuhan generatif menjadi lebih baik, unsur nitrogen dapat membantu pembentukan klorofil dan berfungsi untuk menyerap cahaya matahari sedangkan unsur kalium dapat meningkatkan penyerapan CO2 yang berkaitan dengan membuka dan tertutupnya stomata daun selanjutnya karbohidrat

Laporan Tugas Akhir 25 tersebut disimpan pada saat memasuki fase reproduktif, dengan meningkatkannya serapan hara maka dapat meningkatkan jumlah biji per polong. Hasil uji t berbeda nyata pada bobot 100 biji kedelai varietas Grobogan bahkan mengalami peningkatan bobot. Bobot 100 biji varietas Grobogan yaitu 18,5 g dan Anjasmoro yaitu 16,8 g sedangkan berdasarkan deskripsi varietas Grobogan yaitu 18 g dan Anjasmoro yaitu 14,8-15,3 g. Perbedaan bobot 100 biji pada kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro karena sifat genetik dari tanaman, dimana sifat genetik kedelai varietas Grobogan memiliki sifat ukuran biji yang lebih besar dengan besarnya ukuran biji maka bobot 100 biji semakin berat. Bertambahanya bobot 100 biji disebabkan sumbangan hara dari terdekomposisinya bahan mulsa jerami. Terdekomposisinya bahan mulsa jerami dapat mensuplai unsur hara bagi tanaman dan ketersediaan air. Ketersedian air yang cukup pada saat pertumbuhan generatif dapat meningkatkan bobot biji karena bobot biji sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang diberikan dalam musim tanam (Adisarwanto, 2005). Hasil produksi kedelai varietas Grobogan yaitu 2,8 t/ha dan Anjasmoro yaitu 2,4 t/ha. Berdasarkan deskripsi kedelai varietas Grobogan memiliki hasil produksi 2,7 t/ha dan varietas Anjasmoro memiliki hasil produksi 2,25 t/ha. Tingginya hasil produksi kedelai yang ditunjukkan pada varietas kedelai Grobogan disebabkan karena meningkatnya jumlah biji per polong dan bobot 100 biji sehingga produksi meningkat. Meningkatnya jumlah biji per polong dan bobot 100 biji karena adanya perbedaan sifat genetik dari kedua varietas dan perbedaan tanggap kedua varietas tersebut terhadap berbagai kondisi lingkungan sehingga hasil produksi yang ditunjukkan berbeda (Sukmawati, 2013). Kedua varietas ini cocok ditanam di lahan

Laporan Tugas Akhir 26 bekas sawah karena varietas ini mampu beradaptasi dengan baik, hal ini dapat dilihat dari produksi di lapangan yang mendekati dengan produksi pada deskripsi, ditambahkan oleh Marliah dkk (2012) menyatakan bahwa kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro cocok ditanam di lahan bekas sawah.

Laporan Tugas Akhir 27 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap jumlah biji per polong dan bobot 100 biji, namun berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah daun tripoliat, jumlah polong per tanaman, dan persentase polong bernas. Produksi kedelai varietas Grobogan yaitu 2,8 t/ha sedangkan Anjasmoro 2,4 t/ha. 5.2. Saran Berdasarkan pelaksanaan pengalaman kerja praktek mahasiswa yang telah dilakukan terhadap perbandingan tanaman kedelai dari varietas Grobogan dan Anjasmoro sebaiknya untuk dapat meningkatkan hasil produksi yang lebih tinggi dapat menggunakan varietas Grobogan.

Laporan Tugas Akhir 28 DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto. 2005. Budidaya dengan pemupukan yang efektif dan pengoptimalan peran bintil akar kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta. 107 hal. Ampnir, M,L. 2011. Inventarisasi jenis-jenis hama utama dan ketahanan biologi pada beberapa varietas kedelai (Glycine max L. Merril ) di percobaan mangoapi Manokwari. Skripsi. Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua, Manokwari. Ayu, M., Rosmayati, dan Luthfi. 2013. Pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai terhadap inokulasi bradyrhizobium. Univeritas Sumatera Utara, Medan. Jurnal Agroekoteknologi vol 1.no 2. ISSN No. 2337-6597. Bakhtiar, Taufan, Hidayat, dan Y. Jufri. 2014. Keragaan pertumbuhan dan komponen hasil beberapa varietas unggul kedelai di Aceh Besar. Universitas Syiah Kuala, Aceh. Jurnal Floratek 9: 46 52. Budi, G.P., O.D. Hajoeningtijas.2008. Kemampuan kompetisi beberapa varietas kedelai (Glycine max) terhadap gulma alang-alang (Imperata cylindrica) dan teki (Cyperus rotundus). Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto. Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Fattah, A. 2010. Uji adaptasi varietas unggul baru kedelai dalam mendukung program SL-PTT di Sulawesi Selatan, Sulawesi Selatan. Litbang Deptan. Marliah, A., T. Hidayat., N. Husna. 2012. Pengaruh varietas dan jarak tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.). Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Jurnal Agrista Vol. 16 No. 1, 2012. Muchtadi, D. 2010. Kedelai komponen untuk kesehatan. Alfabeta, Bandung. 187 hal. Pakpahan, G.T. 2009. Evaluasi karakter agronomi beberapa varietas tanaman kedelai (Glycine max L.). Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan. Ratnasari, D., M.K. Bangun., dan R.I. Damanik. 2015. Respons dua varietas kedelai (Glycine max L.) pada pemberian pupuk hayati dan NPK majemuk. Univeersitas Sumatera Utara, Medan. Jurnal Agroekoteknologi vol 3. Rahmatullah. 2011. Peningkatan produktivitas kedelai (Glycine max L.) dalam sistem agroforestri berbasis tegakan eukaliptus melalui pemupukan N dan P. Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Rukmi. 2011. Pengaruh pemupukan kalium dan fosfat terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Staf Pengajar Universitas Muria Kudus, Jawa Tengah.

Laporan Tugas Akhir 29 Somantri, R.U. 2014. Optimalisasi lahan sub optimal untuk pengembangan kedelai di Sumatera Selatan melalui penerapan inovasi teknologi. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembanng. ISBN : 979-587-529-9. Sukmawati. 2013. Respon tanaman kedelai terhadap pemberiaan pupuk organik inokulasi FMA dan varietas kedelai di tanah pasiran. Universitas Nahdlatul Wathan Mataram, Riau. Jurnal volume 7, No. 4, Juli 2013. ISSN No. 1978-3787. Sumadri. 2014. Pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kedelai (Glycine max L.) terhadap jenis pupuk pelengkap cair. Skripsi. Universitas Tamansiswa Padang, Sumatera Barat.

Laporan Tugas Akhir 30 Lampiran 1. Profil kelompok tani Dirgantara Desa Sumberejo Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi Kelompok tani Ketua kelompok tani Penyuluh Letak di Atas Permukaan : Sumberejo : Pagar Merbau : Deli Serdang : Sumatera Utara : Dirgantara : Tukijan : Yakup : 0-500 m Kelembapan udara : 80% Curah hujan Suhu : 110 mm/bulan : 28 0 C ph tanah : 6-7 Penguapan : 4,35 mm/bulan

Laporan Tugas Akhir 31 Lampiran 2. Deskripsi varietas kedelai Grobogan Nama Varietas : Grobogan SK : 238/Kpts/SR.120/3/2008 Tahun : 2008 Tetua : Pemurnian populasi lokal Malabar Grobogan Potensi Hasil : 2,77 t/h Rataan Hasil : 3.40 t/h Karakter : polong masak tidak mudah pecah, dan pada saat panen daun luruh 95-100%. Pemulia : Suhartina, M. Muchlish Adie, T. Adisarwanto, Tino Sumarsono, Sunardi, Tjandramukti, Ali Muchtar, Sihono, SB. Purwanto, Siti Khawariyah, Murbanto, Alrodi, Vihara, Farid Mufhti, dan Suharno. Warna Hipokotil : Ungu Warna Epikotil : Ungu Warna Bunga : Ungu Warna daun : Hijau Warna Bulu : coklat Warna Kulit Biji : Kuning muda Bentuk Daun : lanceolate Tipe Pertumbuhan : Determinate Umur Berbunga : 30-32 hari Umur Masak : ±76 hari Tinggi Tanaman : 50-60 cm Berat 100 biji : ±18 g Daerah Sebaran : beradaptasi baik pada beberapa kondisi lingkungan tumbuh yang berbeda cukup besar, pada musim hujan dan daerah beririgasi baik. Pengusul : Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan, BPSB Jawa Tengah, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah.

Laporan Tugas Akhir 32 Lampiran 3. Deskripsi varietas kedelai Anjasmoro Nama varietas : Anjasmoro Kategori : Varietas ungggul nasional (released variety) SK : 537/Kpts/TP.240/10/2001 tanggal 22 Oktober tahun 2001 Tahun : 2001 Tetua : Seleksi massa dari populasi galur murni MANSURIA Potensi hasil : 2,25-2,03 t/h Pemulia :Takashi Sanbuichi, Nagaaki Sekiya, Jamaludin M, Susanto, Darman M.Arsyad, Muchlis Adie Nomor galur : MANSURIA 359-49-4 Warna Hipokotil : Ungu Warna epikotil : Ungu Warna daun : Hijau Warna Bulu : Putih Warna Bunga : Ungu Warna polong masak : Coklat muda Warna kulit biji : Kuning Warna Hilum : Kuning kecoklatan Tipe tumbuh : Determinate Bentuk Daun : Oval Ukuran daun : Lebar Perkecambahan : 78-76% Tinggi Tanaman : 64-68 cm Jumlah cabang : 2,9-5,6 Jumlah buku pada batang utama : 12,9-14,8 Umur Berbunga : 35,7-39,4 Hari Umur masak : 82,5-92,5 hari Bobot 100 biji : 14,8-15,3 g Ketahanan terhadap kerebahan : Tahan rebah Ketahanan terhadap karat daun : Sedang Ketahanan terhadap pecah polong : Tahan

Laporan Tugas Akhir 33 Lampiran 4. Dokumentasi kegiatan PKPM Pengukuran Ph tanah Pengolahan tanah dan penugalan Pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai

Laporan Tugas Akhir 34 Pengamatan vegetatif Panen kedelai Penjemuran sampel kedelai Grobogan dan Anjasmoro

Laporan Tugas Akhir 35 Perbandingan jumlah biji per polong dan warna polong Perbandingan ukuran biji dari kedua varietas

Laporan Tugas Akhir 36 Lampiran 5. Pengamatan tinggi tanaman setiap minggu Tinggi Tanaman Grobogan Anjasmoro Nomor 2 3 4 5 2 3 4 5 mst mst mst mst mst mst mst mst 1 11 22 24 64 12 24 26 65,3 2 7 12 26 37 15,5 16 27 67,3 3 12,5 28 32 58 15 17 23 60 4 10 11 26 49,2 16,5 22 27 72 5 10 30 28 60 14 19 37 79,5 6 11 13 30 56 12 14 28 77 7 9 12 42 62 19,5 18,3 28,4 68 8 12 13 42 63 13 20 40 67 9 11,5 18 47 56 13 22 26 56,8 10 12 13 26 62 11 26 34 75,8 11 9 17 46 54 14,5 18 20 71,9 12 11 12 34 62 11,5 17,5 26 61,5 13 10 17 33 62 13 17 19 58,6 14 14 16 26 63 12 27 31 55 15 10 19 29 62,3 14,5 19 31 56,5 16 11 13 25 58 13 25 28 57,3 17 12 17 28 56 17 21 31 60,1 18 14 14 16 64 14 17 21 46,5 19 13 14 25 59 13 16 28 45 20 13 15 30 58 17 19 18,3 60 Jumlah 199 326 615 1059 189 359 503 504 Rata-rata 11.1 16.3 30.8 58.8 13,5 19,9 28 63,1

Laporan Tugas Akhir 37 Lampiran 6. Pengamatan jumlah cabang primer setiap minggu Jumlah Cabang Grobogan Anjasmoro Nomor 2 3 4 5 2 3 4 5 mst mst mst mst mst mst mst mst 1 - - 3 7 - - 1 5 2 - - 4 7 - - - 6 3 - - - 5 - - - 6 4 - - - 6 - - 3 5 5 - - - 6 - - 2 5 6 - - 2 7 - - 1 5 7 - - - 4 - - 3 4 8 - - 2 5 - - 1 6 9 - - 3 4 - - - 6 10 - - - 3 - - - 7 11 - - - 4 - - 2 4 12 - - 1 6 - - 4 5 13 - - 3 5 - - - 4 14 - - - 6 - - 3 5 15 - - 2 6 - - - 7 16 - - - 5 - - - 7 17 - - - 7 - - 1 5 18 - - 2 5 - - 4 7 19 - - - 6 - - - 6 20 - - 4 6 - - 3 7 Jumlah 0 0 26 110 0 0 28 112 Rata-rata 0 0 2.6 5.5 0 0 2.33 5.6

Laporan Tugas Akhir 38 Lampiran 7. Pengamatan jumlah daun tripoliat setiap minggu Jumlah daun Tripoliat Grobogan Anjasmoro Nomor 2 3 4 5 2 3 4 5 mst mst mst mst mst mst mst mst 1 2 4 9 9 2 3 6 6 2 2 3 10 10 2 3 5 7 3 2 2 8 8 2 3 3 5 4 3 2 3 4 4 4 9 9 5 4 5 6 5 2 1 7 8 6 5 5 6 6 3 3 6 6 7 3 3 8 8 2 3 7 7 8 2 3 3 5 2 3 6 8 9 2 3 6 7 4 4 5 8 10 2 2 7 7 3 3 3 7 11 2 3 3 6 3 3 7 7 12 3 3 7 8 3 2 8 8 13 3 3 6 7 2 2 6 8 14 2 4 8 8 2 1 3 8 15 1 2 3 4 2 2 4 4 16 2 3 5 7 2 2 7 9 17 2 3 4 7 2 3 6 9 18 2 3 6 6 2 2 5 8 19 3 3 6 6 2 4 5 10 20 3 3 6 7 2 4 4 10 Jumlah 50 62 120 137 48 55 112 152 Rata-rata 2.5 3.1 6 6.85 2.4 2.75 5.6 7.6

Laporan Tugas Akhir 39 Lampiran 8. Hasil uji t tinggi tanaman Nomor Nilai Sampel X Y X-rerata x Y-rerata y x² y² 1 64 65.2 5 2.2 27.30 4.62 2 37 67.3-22 4.3 474.15 18.06 3 58 60-1 -3.0 0.60 9.30 4 49.2 72-10 9.0 91.68 80.10 5 60 79.5 1 16.5 1.50 270.60 6 56 77-3 14.0 7.70 194.60 7 62 68 3 5.0 10.40 24.50 8 63 67 4 4.0 17.85 15.60 9 56 56.8-3 -6.2 7.70 39.06 10 62 75.8 3 12.8 10.40 162.56 11 54 71.9-5 8.9 22.80 78.32 12 62 61.5 3-1.5 10.40 2.40 13 62 58.6 3-4.4 10.40 19.80 14 63 55 4-8.0 17.85 64.80 15 62.3 56.5 4-6.5 12.43 42.90 16 58 57.3-1 -5.7 0.60 33.06 17 56 60.1-3 -2.9 7.70 8.70 18 64 46.5 5-16.6 27.30 273.90 19 62 45 3-18.1 10.40 325.80 20 65 60 6-3.0 38.75 9.30 Rerata 58.8 63.1 Ʃ 0.00 0.0 807.9 1678.0 Ʃ ² 807.9 1678.0 Mean 59 63 N 20 20 SD 6.4 9.2 Df 38 T hitung -1.67 Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5% t hitung t tab 1 % Hasil 2.02-1.67 2.71 NS H0 = Terdapat perbedaan yang tidak nyata antara kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan sawah ( t hitung < t table 5%)

Laporan Tugas Akhir 40 Lampiran 9. Hasil uji t jumlah cabang primer Nomor Nilai Sampel X Y X-rerata x Y-rerata y x² y² 1 7 5 2-0.6 2.40 0.30 2 7 6 2 0.5 2.40 0.20 3 5 6 0 0.5 0.20 0.20 4 7 5 2-0.6 2.40 0.30 5 6 5 1-0.6 0.30 0.30 6 7 5 2-0.6 2.40 0.30 7 4 4-1 -1.6 2.10 2.40 8 5 6 0 0.5 0.20 0.20 9 4 6-1 0.5 2.10 0.20 10 3 7-2 1.5 6.00 2.10 11 4 4-1 -1.6 2.10 2.40 12 6 5 1-0.6 0.30 0.30 13 4 4-1 -1.6 2.10 2.40 14 6 5 1-0.6 0.30 0.30 15 6 7 1 1.5 0.30 2.10 16 5 7 0 1.5 0.20 2.10 17 7 5 2-0.6 2.40 0.30 18 5 7 0 1.5 0.20 2.10 19 5 6 0 0.5 0.20 0.20 20 6 6 1 0.5 0.30 0.20 Rerata 5.5 5.6 Ʃ 0.00 0.0 29.0 19.0 Ʃ ² 29.0 19.0 Mean 5 6 N 20 20 SD 1.2 1.0 df 38 T hitung -0.28 Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5% t hitung t tab 1 % Hasil 2.02-0.28 2.71 NS H0 = Terdapat perbedaan yang tidak nyata antara kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan sawah ( t hitung < t table 5%)

Laporan Tugas Akhir 41 Lampiran 10. Hasil uji t jumlah daun tripoliat Nomor Nilai Sampel X Y X-rerata x Y-rerata y x² y² 1 99 6 87-1.0 7525.56 1.00 2 10 7-2 0.0 5.06 0.00 3 9 5-3 -2.0 10.56 4.00 4 7 9-5 2.0 27.56 4.00 5 7 8-5 1.0 27.56 1.00 6 6 6-6 -1.0 39.06 1.00 7 9 7-3 0.0 10.56 0.00 8 8 8-4 1.0 18.06 1.00 9 7 8-5 1.0 27.56 1.00 10 7 7-5 0.0 27.56 0.00 11 6 7-6 0.0 39.06 0.00 12 8 8-4 1.0 18.06 1.00 13 7 6-5 -1.0 27.56 1.00 14 9 7-3 0.0 10.56 0.00 15 6 4-6 -3.0 39.06 9.00 16 7 7-5 0.0 27.56 0.00 17 6 8-6 1.0 39.06 1.00 18 8 8-4 1.0 18.06 1.00 19 9 9-3 2.0 10.56 4.00 20 10 5-2 -2.0 5.06 4.00 Rerata 6.8 7.6 Ʃ 0.00 0.0 7953.8 34.0 Ʃ ² 7953.8 34.0 Mean 12 7 N 20 20 SD 19.9 1.3 df 38 T hitung 1.15 Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5% t hitung t tab 1 % Hasil 2.02 1.15 2.71 NS H0 = Terdapat perbedaan yang tidak nyata antara kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan sawah ( t hitung < t table 5%)

Laporan Tugas Akhir 42 Lampiran 11. Hasil uji t jumlah polong per tanaman Nomor Nilai Sampel X Y X-rerata x Y-rerata y x² y² 1 51 25 9-22.3 78.32 497.29 2 45 44 3-3.3 8.12 10.89 3 47 65 5 17.7 23.52 313.29 4 22 51-20 3.7 406.02 13.69 5 37 18-5 -29.3 26.52 858.49 6 46 58 4 10.7 14.82 114.49 7 26 26-16 -21.3 260.82 453.69 8 40 44-2 -3.3 4.62 10.89 9 28 65-14 17.7 200.22 313.29 10 40 52-2 4.7 4.62 22.09 11 36 46-6 -1.3 37.82 1.69 12 34 58-8 10.7 66.42 114.49 13 25 47-17 -0.3 294.12 0.09 14 48 40 6-7.3 34.22 53.29 15 66 40 24-7.3 568.82 53.29 16 38 60-4 12.7 17.22 161.29 17 50 64 8 16.7 61.62 278.89 18 89 35 47-12.3 2194.92 151.29 19 33 54-9 6.7 83.72 44.89 20 42 54 0 6.7 0.02 44.89 Rerata 42.2 47.3 Ʃ 0.00 0.0 4386.6 3512.2 Ʃ ² 4386.6 3512.2 Mean 42 47 N 20 20 SD 14.8 13.3 Df 38 T hitung -1.13 Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5% t hitung t tab 1 % Hasil 2.02-1.13 2.71 NS H0 = Terdapat perbedaan yang tidak nyata antara kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah ( t hitung < t table 5%)

Laporan Tugas Akhir 43 Lampiran 12. Hasil uji t persentase polong bernas Nomor Nilai Sampel X Y X-rerata x Y-rerata y x² y² 1 88 68 7-8.8 44.89 77.44 2 81 84 0 7.2 0.09 51.84 3 89 75 8-1.8 59.29 3.24 4 73 69-8 -7.8 68.89 60.84 5 85 83 4 6.2 13.69 38.44 6 80 64-1 -12.8 1.69 163.84 7 83 88 2 11.2 2.89 125.44 8 84 71 3-5.8 7.29 33.64 9 89 75 8-1.8 59.29 3.24 10 86 87 5 10.2 22.09 104.04 11 82 85 1 8.2 0.49 67.24 12 61 79-20 2.2 412.09 4.84 13 72 96-9 19.2 86.49 368.64 14 86 83 5 6.2 22.09 38.44 15 88 88 7 11.2 44.89 125.44 16 81 77 0 0.2 0.09 0.04 17 85 84 4 7.2 13.69 51.84 18 79 51-2 -25.8 5.29 665.64 19 87 62 6-14.8 32.49 219.04 20 67 67-14 -9.8 204.49 96.04 Rerata 81.3 76.8 Ʃ 0.00 0.0 1102.2 2299.2 Ʃ ² 1102.2 2299.2 Mean 81 77 N 20 20 SD 7.4 10.7 df 38 T hitung 1.50 Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5% t hitung t tab 1 % Hasil 2.02 1.50 2.71 NS H0 = Terdapat perbedaan yang tidak nyata antara kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah ( t hitung < t table 5%)

Laporan Tugas Akhir 44 Lampiran 13. Hasil uji t jumlah biji per polong Nomor Nilai Sampel X Y X-rerata x Y-rerata y x² y² 1 3 3 0 0.5 0.06 0.28 2 2 3-1 0.5 0.58 0.28 3 2 2 0-0.5 0.17 0.23 4 2 2-1 -0.4 1.02 0.19 5 3 2 0-0.5 0.06 0.22 6 3 2 0-0.1 0.08 0.02 7 3 2 0-0.3 0.06 0.09 8 3 2 0-0.5 0.03 0.27 9 2 2 0-0.7 0.17 0.47 10 3 3 0 0.5 0.06 0.28 11 3 2 1-0.3 0.47 0.10 12 3 3 0 0.5 0.07 0.28 13 3 3 0 0.0 0.02 0.00 14 2 3-1 0.1 0.27 0.02 15 3 2 0-0.6 0.03 0.31 16 3 2 0-0.5 0.04 0.22 17 3 3 0 0.5 0.06 0.28 18 3 3 0 0.5 0.06 0.28 19 3 3 0 0.5 0.06 0.28 20 3 3 0 0.5 0.06 0.28 Rerata 2.8 2.5 Ʃ 0.00 0.0 3.4 4.4 Ʃ ² 3.4 4.4 Mean 3 2 N 20 20 SD 0.4 0.5 df 38 T hitung 2.02 Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5% t hitung t tab 1 % Hasil 2.02 2.02 2.71 S H1 = Terdapat perbedaan yang nyata antara kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah ( t hitung > t table 5%)

Laporan Tugas Akhir 45 Lampiran 14. Hasil uji t bobot 100 biji (g) Nomor Nilai Sampel X Y X-rerata x Y-rerata y x² y² 1 14.8 19.5-4 2.7 13.84 7.21 2 19.5 18.9 1 2.1 0.96 4.35 3 19.8 17.2 1 0.4 1.64 0.15 4 18.7 18.6 0 1.8 0.03 3.19 5 19.5 16.9 1 0.1 0.96 0.01 6 20.1 16.7 2-0.1 2.50 0.01 7 18.4 13.2 0-3.6 0.01 13.07 8 16.4 14.8-2 -2.0 4.49 4.06 9 18.6 14.7 0-2.1 0.01 4.47 10 16.2 16.4-2 -0.4 5.38 0.17 11 21.5 18.6 3 1.8 8.88 3.19 12 17.1 17.6-1 0.8 2.02 0.62 13 18.1 15.7 0-1.1 0.18 1.24 14 20.2 18.2 2 1.4 2.82 1.92 15 13.9 16.1-5 -0.7 21.34 0.51 16 18.7 17.1 0 0.3 0.03 0.08 17 19.8 19.3 1 2.5 1.64 6.18 18 19.7 17.6 1 0.8 1.39 0.62 19 18.9 18.8 0 2.0 0.14 3.94 20 20.5 10.4 2-6.4 3.92 41.15 Rerata 18.5 16.8 Ʃ 0.00 0.0 72.2 96.1 Ʃ ² 72.2 96.1 Mean 19 17 N 20 20 SD 1.9 2.2 df 38 T hitung 2.56 Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5% t hitung t tab 1 % Hasil 2.02 2.56 2.71 S H0 = Terdapat perbedaan yang nyata antara kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah ( t hitung < t table 5%)

Laporan Tugas Akhir 46