Partisipasi Masyarakat dalam Rehabilitasi Mangrove di Beberapa Desa Pesisir Kabupaten Rembang: Tinjauan Berdasarkan Tahap Perencanaan

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Rehabilitasi Mangrove Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir Kabupaten Rembang Diah Auliyani 1,*, Boedi Hendrarto 2, Kismartini 2

Tesis. Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Ilmu Lingkungan DIAH AULIYANI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian. 1. Letak. timur adalah 51 Km dan dari utara ke selatan adalah 34 Km (dalam Peta Rupa

BAB I PENDAHULUAN. Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

BAB I PENDAHULUAN. Pesisir merupakan daratan pinggir laut yang berbatasan langsung dengan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Rembang. geografis Kabupaten Rembang terletak pada garis koordinat

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB I PENDAHULUAN. dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I - 1

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. sepanjang km (Meika, 2010). Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti

adalah untuk mengendalikan laju erosi (abrasi) pantai maka batas ke arah darat cukup sampai pada lahan pantai yang diperkirakan terkena abrasi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan yang terdapat di daerah pantai dan

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Gambar 6. Peta Kabupaten Karawang

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

I. PENDAHULUAN. dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut (Mulyadi dan Fitriani,

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sejarah Desa Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PERENCANAAN (DATA)

I. PENDAHULUAN. 16,9 juta ha hutan mangrove yang ada di dunia, sekitar 27 % berada di Indonesia

MODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN.

4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Tabel 4 Luas wilayah studi di RPH Tegal-Tangkil

Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

Gambar 3. Peta Resiko Banjir Rob Karena Pasang Surut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

Respon Masyarakat Pesisir Terhadap Pentingnya Pengolahan Air Sungai Menjadi Air Siap Pakai di Desa Sungsang III Banyuasin Sumatera Selatan

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Asahan secara geografis terletak pada ,2 LU dan ,4

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Pematang Pasir menjadi desa definitif relatif masih baru yaitu pada tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

KARAKTERISTIK WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

KUESIONER. Lampiran 1. Judul Penelitian : Analisis kesesuaian Lahan dan Kebijakan Permukiman Kawasan Pesisir Kota Medan

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

Oleh. Firmansyah Gusasi

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat. Selain keunikannya, terdapat beragam fungsi yang dapat dihasilkan

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,

REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MAJUNYA GARIS PANTAI YANG DIAKIBATKAN OLEH PROSES SEDIMENTASI DI SEPANJANG PANTAI PERAIRAN KABUPATEN REMBANG

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Sejarah Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an yang

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

ANALISA SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH DI SEKITAR LAGUNA SEGARA ANAKAN KABUPATEN CILACAP - PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II PROFIL WILAYAH

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

Transkripsi:

Maspari Journal, 2014, 6 (1), 13-19 http://masparijournal.blogspot.com Partisipasi Masyarakat dalam Rehabilitasi Mangrove di Beberapa Pesisir Kabupaten Rembang: Tinjauan Berdasarkan Tahap Perencanaan Diah Auliyani 1*, Boedi Hendrarto 2 dan Kismartini 2 1 Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP 2 Staf Pengajar Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana UNDIP * Email : d_auliyani@yahoo.com Received 16 November 2013; received in revised form 22 November 2013; accepted 18 Desember 2013 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan di beberapa desa pesisir Kabupaten Rembang. Lokasi penelitian dipilih secara purposive, yaitu Tunggulsari, Pasarbanggi, dan Dasun. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, kuisioner, dan studi pustaka. Tingkat partisipasi diperoleh dengan menggunakan teknik skoring, dan perbandingan desa pesisir berdasarkan partisipasinya dilihat dengan menggunakan cluster analysis. Dari penelitian ini diketahui bahwa tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan mulai dari yang paling baik secara berurutan adalah Tunggulsari, Dusun Kaliuntu, Pasarbanggi, dan Dasun. Berdasarkan tingkat partisipasinya, terdapat dua kelompok yang memiliki kemiripan, yaitu kelompok pertama yang terdiri atas Dasun dan Pasarbanggi, dan kelompok kedua yang terdiri atas Tunggulsari dan Dusun Kaliuntu. Kata Kunci : mangrove, sosial ekonomi, masyarakat Corresponden number: Tel. +62711581118; Fax. +62711581118 E-mail address: jurnalmaspari@gmail.com Copyright 2014 by PS Ilmu Kelautan FMIPA UNSRI, ISSN: 2087-0558

14 Maspari Journal Volume 6, Nomor 1, Januari 2014: 13-19 I. PENDAHULUAN Pertambahan jumlah penduduk yang tinggal di kawasan pesisir menyebabkan tekanan terhadap ekosistem mangrove yang ada. Sebagaimana yang terjadi di Kabupaten Rembang, luas mangrove yang ada mengalami penurunan yang drastis seiring dengan tingginya aktivitas ekonomi di kawasan ini. Penurunan luas tersebut semakin memperparah kondisi pesisir Kabupaten Rembang yang merupakan daerah abrasi. Upaya penanaman kembali telah dilakukan sejak lama untuk memulihkan keseimbangan lingkungan di kawasan pesisir Kabupaten Rembang. Hendrarto and Nitisuparjo (2010) menjelaskan bahwa program rehabilitasi mangrove yang dilaksanakan di Rembang dalam dekade terakhir menunjukkan hasil yang signifikan, dengan adanya partisipasi yang baik dari masyarakat. Namun demikian, tidak semua masyarakat pesisir memiliki tingkat partisipasi yang sama terhadap upaya rehabilitasi yang dilakukan, terutama pada tahap perencanaan. Perencanaan sangat penting untuk dicermati karena dapat dijadikan penilaian bagi kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi dalam rehabilitasi mangrove. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan di beberapa desa pesisir Kabupaten Rembang. II. METODE PENELITIAN Penelitian yang bersifat deskriptif ini dilakukan pada Juni-Juli 2013. Lokasi penelitian dipilih secara secara purposive. Responden ditetapkan sebanyak 93 orang dan pemilihan dilakukan secara acak, yaitu 17 orang dari Tunggulsari, 60 orang dari Pasarbanggi (19 orang diantaranya dari Dusun Kaliuntu), dan 16 orang dari Dasun. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, kuisioner, dan studi pustaka. Variabel yang diamati adalah (1) faktor internal, meliputi umur, lama mukim, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan persepsi; (2) faktor eksternal, meliputi jarak rumah terhadap mangrove, peran pemerintah, dan aktivitas kelompok; serta (4) partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan. Tingkat partisipasi diperoleh dengan menggunakan teknik skoring, dan perbandingan desa pesisir berdasarkan partisipasinya dilihat dengan menggunakan cluster analysis. III. HASIL DAN DISKUSI 3.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Rembang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di pesisir Pantura Jawa Tengah yang secara geografis terletak pada 111 00 111 30 BT dan 6 30-7 06 LS. Secara administratif, berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur di sebelah timur, Kabupaten Pati di sebelah barat, dan Kabupaten Blora di sebelah selatan. Setyawan dan Winarno (2006) menuliskan bahwa pesisir utara Kabupaten Rembang, secara geomorfologi terbagi dalam dua bentangan yang sangat berbeda. Pada kaki Gunung Lasem ke arah timur terbentuk dataran bergelombang yang tersusun atas batu kapur dan berbatasan langsung dengan laut Jawa, di antara kaki perbukitan kapur tersebut terbentuk pantai-pantai berpasir, termasuk pantai pasir putih akibat pelapukan koral di laut. Sebaliknya kawasan di sebelah barat Gunung Lasem merupakan dataran lumpur/aluvial (tidal flat) sebagai akibat sedimentasi. Lebih lanjut disebutkan bahwa ekosistem mangrove di pesisir Kabupaten Rembang tidak hanya terbentuk di kawasan muara sungai namun terutama terbentuk pada lokasi-lokasi tertentu yang terlindung dari gelombang laut, yakni tempat sedimen dari sungai dan laut terendapkan dan membentuk tidal flat. Oleh karena itulah, mangrove di Kabupaten Rembang terpusat di sebelah barat dari Gunung Lasem, meliputi Kecamatan Kaliori, Rembang dan Lasem.

Auliyani et al, Partisipasi masyarakat dalam... 15 Tunggulsari Kecamatan Kaliori Termasuk dalam wilayah Kecamatan Kaliori, posisi Tunggulsari berbatasan langsung dengan Kabupaten Pati di sebelah barat dan selatan, sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan tambak Agung Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang. seluas 62.260 ha yang sebagian besar kawasannya merupakan tambak (42.245 ha) ini berjarak 1.5 km dari ibu kota kecamatan. Jumlah penduduk di desa ini mencapai 868 orang terdiri atas 453 laki-laki dan 415 perempuan yang tinggal di tepi Sungai Randugunting. Sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai nelayan (91 %) dan banyak anggota keluarga terutama istri nelayan yang terlibat dalam kegiatan ekonomi. Pasarbanggi Kecamatan Rembang Pasarbanggi merupakan salah satu desa pesisir yang berjarak sekitar 11 km dari ibu kota kecamatan Rembang. Laut Jawa merupakan batas sebelah utara dari desa ini, sedangkan sebelah selatan, timur, maupun barat berbatasan dengan desa lain yang masih dalam lingkup Kecamatan Rembang. Bila dibandingkan dengan dua desa lainnya yang menjadi lokasi penelitian, Pasarbanggi merupakan desa yang memiliki wilayah terluas (410.905 ha), garis pantai terpanjang (2.7 km) dan jumlah penduduk terbanyak (2949 orang). Komposisi penduduk terdiri atas 1485 laki-laki dan 1464 perempuan. Meskipun sebagian besar warganya bermatapencaharian pokok sebagai nelayan (71 %), namun banyak juga yang berprofesi sebagai petani maupun buruh tani (11 %) mengingat hampir 275 ha dari luas desa ini merupakan areal persawahan. Terdapat tiga sungai yang bermuara langsung ke Laut Jawa, yaitu Sungai Sepeking, Sungai Pasarbanggi, dan Sungai Ploso. ini memiliki 1 dukuh yaitu Dukuh Kaliuntu. Dasun Kecamatan Lasem Berada pada jarak 3 km dari ibu kota Kecamatan Lasem, Dasun juga merupakan desa pesisir dengan panjang garis pantai sekitar 1.7 km. Laut Jawa merupakan batas sebelah utara dari desa ini, sedangkan sebelah selatan, timur, maupun barat berbatasan dengan desa lain yang masih dalam lingkup Kecamatan Lasem. Sungai Babagan yang alirannya terpengaruh oleh pasang surut air laut berada di sebelah barat Dasun sekaligus sebagai pembatas dengan Gedongwulyo Kecamatan Lasem. Luas lahan yang digunakan sebagai kawasan pemukiman hanya sekitar 5 % dari luas Dasun (127.111 ha). Dasun dihuni oleh penduduk sebanyak 800 orang dengan komposisi 416 laki-laki dan 384 perempuan. Meskipun berada di kawasan pesisir, namun 63 % penduduknya bermatapencaharian pokok sebagai petani maupun buruh tani dan hanya sekitar 17 % saja yang berprofesi sebagai nelayan. 3.2. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Perencanaan Saribanon dan Pranawa (2008) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif yang inisiatifnya diambil oleh komunitas, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) sehingga mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Keterlibatan seperti ini merupakan partisipasi yang paling ideal karena mengarah pada tumbuhnya kemampuan mereka untuk lebih berdaya dalam menghadapi tantangan hidup tanpa harus bergantung pada orang lain. Perencanaan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mempersiapkan segala sesuatu secara sistematis supaya hasilnya mampu dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu, pertemuan atau rapat perlu dilakukan untuk menyusun perencanaan sebelum penanaman mangrove dilaksanakan. Melalui rapat-rapat perencanaan tersebut diharapkan mampu menghasilkan keputusan secara mufakat berdasarkan aspirasi dari setiap warga. Berdasarkan hasil kuisioner, terdapat 36 orang responden (38.71 %) yang menyatakan tidak pernah mengikuti rapat terkait perencanaan. Jumlah tersebut lebih sedikit dari pada jumlah responden yang bukan merupakan anggota kelompok pelaksana rehabilitasi mangrove (57 orang atau 61.29 %). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang mengikuti rapat terkait perencanaan bukan hanya mereka yang tergabung dalam anggota kelompok, namun juga warga lainnya secara umum.

16 Maspari Journal Volume 6, Nomor 1, Januari 2014: 13-19 Partisipasi masyarakat dinilai dengan teknik skoring yang terdiri atas : 1) sangat rendah, 2) rendah, 3) sedang, 4) tinggi, dan 5) sangat tinggi. Tabel 1. Partisipasi masyarakat pesisir dalam perencanaan Rata-rata Skor No Uraian Tunggulsari Pasarbanggi Dusun Kaliuntu Dasun 1 Inisiatif pelaksanaan rapat 3.94 2.71 3.95 2.31 perencanaan 2 Kehadiran dalam rapat 4.71 1.83 3.63 2.13 perencanaan 3 Keaktifan menyampaikan 3.82 1.71 2.58 2.13 pendapat dalam rapat perencanaan 4 Penentuan lokasi penanaman 3.18 3.05 3.37 3.00 Rata-rata 3.91 2.33 3.38 2.39 Tingkat partisipasi masyarakat Tunggulsari dalam tahap perencanaan adalah yang tertinggi (skor 3.91) dibandingkan dengan lokasi lain. Berdasarkan skor setiap indikator dalam perencanaan, kehadiran masyarakat Tunggulsari dalam rapat perencanaan (skor 4.71) memberikan pengaruh paling besar terhadap tingkat partisipasinya. Semakin tinggi skor untuk indikator tersebut, maka akan semakin banyak pula jumlah masyarakat yang terlibat dalam rapat perencanaan. Hasil wawancara dengan masyarakat Tunggulsari, diketahui bahwa seluruh warga desa ini terbiasa untuk selalu menghadiri setiap pertemuan yang diselenggarakan, apabila mereka berhalangan hadir maka kehadirannya akan diwakili oleh istri atau anggota keluarganya yang lain. Kebiasaan seperti ini tidak ditemui di lokasi lainnya. Kehadiran seluruh warga dalam setiap rapat maupun pertemuan merupakan bentuk kepedulian terhadap perkembangan yang terjadi terutama di desa mereka. Melalui kebiasaan ini, arus informasi antar warga terkait perencanaan rehabilitasi mangrove menjadi lebih mudah. Berdasarkan keterangan dari warga, rapat biasanya diselenggarakan di balai desa ataupun fasilitas umum berupa balai pertemuan yang ada di desanya. Sebanyak 57 responden menyatakan pernah mengikuti rapat tersebut, dan 55 orang diantaranya menyatakan menyampaikan pendapat mengenai kegiatan yang direncanakan dengan tingkat keaktifan yang bervariasi. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa keterlibatan masyarakat dalam tahap ini sebagian besar berupa pikiran (ide/pendapat/gagasan) yang diperlukan untuk menghasilkan keputusan bersama terkait kegiatan yang akan dilaksanakan. Skor untuk indikator keaktifan responden dalam menyampaikan pendapat dalam rapat perencanaan, Tunggulsari adalah yang tertinggi (3.82) dibandingkan lokasi lain (yang kesemuanya lebih kecil dari 3/nilai rata-rata). Semakin tinggi skornya, berarti bahwa masyarakat lebih aktif dalam rapat perencanaan yang mereka hadiri. Semakin tinggi skornya juga berarti bahwa kepedulian masyarakat terkait kegiatan yang direncanakan juga semakin tinggi. Hal ini diwujudkan melalui berbagai pendapat yang muncul dalam rapat untuk mencapai kesepakatan bersama sebagai pilihan alternatif terbaik dari setiap pendapat yang ada. Tingkat partisipasi masyarakat Dusun Kaliuntu dalam tahap perencanaan berada dalam urutan kedua setelah Tunggulsari. Skor untuk kedua wilayah ini masih berada di atas rata-rata, dengan asumsi bahwa skor 3 (kategori sedang) merupakan skor rata-rata untuk setiap tahap. Di Dusun Kaliuntu, indikator pertama (inisiatif pelaksanaan rapat perencanaan) memiliki skor paling tinggi di antara indikator lainnya, yaitu 3.95. Nilai

Auliyani et al, Partisipasi masyarakat dalam... 17 tersebut hampir sama dengan Tunggulsari (3.94). Semakin tinggi skor untuk indikator ini, maka dapat disimpulkan bahwa keterlibatan pemerintah dalam rapat perencanaan semakin kecil, sebaliknya masyarakat semakin berperan dalam pengambilan inisiatif penyelenggaraan rapat perencanaan. Sebagian besar rehabilitasi mangrove yang dilakukan di lokasi penelitian merupakan kegiatan yang bersumber dari pihak lain, dalam hal ini adalah pemerintah. Dalam pelaksanaannya, pemerintah menunjuk masyarakat sebagai pelaksana kegiatannya. Penunjukan ini dilakukan dengan mempertimbangkan usulan kegiatan yang diajukan oleh masyarakat. Usulan diwujudkan dalam bentuk proposal yang mampu mencerminkan keseriusan masyarakat untuk melaksanakan program terkait rehabilitasi mangrove yang telah dianggarkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa inisiatif mengenai kegiatan rehabilitasi mangrove telah datang dari masyarakat sendiri selaku pelaksana kegiatan. Masyarakat pesisir Rembang merupakan warga asli setempat yang telah bertempat tinggal cukup lama di kawasan tersebut. Kehidupan sehari-hari dari masyarakat yang seperti ini dicirikan dengan eratnya hubungan mereka dengan sumberdaya laut dan pesisir yang ada di sekitarnya, termasuk mangrove. Oleh masyarakat, rehabilitasi mangrove diharapkan dapat membantu perekonomian mereka. Berbagai manfaat juga dapat diperoleh dengan keberadaan mangrove, seperti ikan, udang, kepiting, maupun kemampuan mangrove untuk melindungi tambak dari ancaman abrasi. Hal tersebut menjadi motivasi masyarakat untuk mengambil inisiatif rehabilitasi mangrove, dibuktikan dengan usulan yang diajukan kepada pemerintah. Bagi pemerintah, rehabilitasi mangrove di Kabupaten Rembang merupakan kegiatan rutin yang anggarkan setiap tahunnya. Untuk memudahkan pemantauan, instansi tersebut akan menunjuk kelompok-kelompok yang telah ada di masyarakat sebagai pelaksana. Oleh karena itu, masyarakat yang tergabung dalam kelompok akan lebih sering terlibat pada tahap ini dari pada yang bukan anggota kelompok. Dalam penelitian ini, penentuan lokasi penanaman menjadi salah satu indikator pada tahap perencanaan. Berdasarkan skornya, penentuan lokasi penanaman di Dusun Kaliuntu adalah yang tertinggi (3.37). Semakin tinggi skornya, berarti bahwa masyarakat semakin berperan dalam penentuan lokasi penanaman, atau peran pemerintah semakin berkurang. Dari empat lokasi penelitian, diketahui bahwa kesemuanya memiliki skor di atas rata-rata, dengan asumsi bahwa skor 3 (kategori sedang) merupakan skor rata-rata. Hal ini mengindikasikan bahwa aspirasi dari masyarakat selalu menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi penanaman. 3.3. Perbandingan Pesisir Berdasarkan Variabel Pengamatan Variabel penelitian dinilai dengan memberikan skor yang terdiri atas 5 kategori yaitu : 1) sangat rendah, 2) rendah, 3) sedang, 4) tinggi, dan 5) sangat tinggi. Berdasarkan hasil skoring, diperoleh skor rata-rata untuk setiap variabel pada masing-masing desa pesisir. N o Variabel Tabel 2. Skor lokasi untuk setiap variabel pengamatan Rata-rata Skor Tunggulsari Pasarbanggi Dusun Kaliunt u Dasun 1 Umur 2.18 3.02 3.00 2.81 2 Lama mukim 2.82 3.56 2.95 2.75 3 Tingkat pendidikan 3.29 3.12 3.11 3.88 4 Jumlah anggota keluarga 3.12 2.98 2.89 2.88 5 Persepsi terkait manfaat 3.41 2.88 4.16 2.63

18 Maspari Journal Volume 6, Nomor 1, Januari 2014: 13-19 6 Jarak rumah 1.24 1.39 3.05 2.56 7 Peran pemerintah 3.86 3.10 3.37 3.00 8 Aktivitas kelompok 3.41 2.90 4.34 1.78 9 Partisipasi tahap perencanaan 3.91 2.32 3.38 2.39 0 Pasarbanggi Dasun Kaliuntu Tunggulsari 0.3 0.6 0.9 1.2 Distance 1.5 1.8 2.1 2.4 2.7 3 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 Gambar 1. Perbandingan lokasi penelitian Lokasi penelitian dikelompokkan dalam klaster yang sama karena memiliki kemiripan skor dari setiap variabel yang diamati. Dalam hal ini, variabel pengamatan meliputi : umur, lama mukim, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, persepsi terkait manfaat mangrove, jarak rumah terhadap mangrove, peran pemerintah, aktivitas kelompok, dan partisipasi pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan. Dalam dendogram yang dihasilkan (Gambar 1), diketahui terdapat dua klaster utama, yaitu klaster pertama yang terdiri atas Pasarbanggi dan Dasun, dan klaster kedua yang terdiri atas Tunggulsari dan Dusun Kaliuntu. Kedua klaster tersebut masih memiliki kemiripan variabel satu sama lain meskipun dalam tingkat yang lebih rendah.

Auliyani et al, Partisipasi Masyarakat dalam... 19 IV. KESIMPULAN Tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan mulai dari yang paling baik secara berurutan adalah Tunggulsari, Dusun Kaliuntu, Pasarbanggi, dan Dasun. Berdasarkan tingkat partisipasinya, terdapat dua kelompok yang memiliki kemiripan, yaitu kelompok pertama yang terdiri atas Dasun dan Pasarbanggi, dan kelompok kedua yang terdiri atas Tunggulsari dan Dusun Kaliuntu. DAFTAR PUSTAKA Hendrarto, B and M. Nitisuparjo. 2010. Biodiversity of Benthic Diatom and Primary Productivity of Benthic Micro- Flora in Mangrove Forests on Central Java. Journal of Coastal Development. 14 (1) : 131-140. Saribanon, N. dan Pranawa, S. 2008. Strategi dan Mekanisme Perencanaan Sosial Partisipatif dalam Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis Masyarakat di DKI Jakarta. Jurnal Kajian Politik dan Masalah Pembangunan 4 (2) : 337-353.