2014, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran N

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. Pelaksanaan. Kegiatan. Badan Promosi Pariwisata. Pedoman.

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.53/HM.001/MPEK/2013 TENTANG STANDAR USAHA HOTEL

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA RESTORAN

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA JASA PERJALANAN WISATA

2014, No.31 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL. BAB I K

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BALI,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia T

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA JASA IMPRESARIAT/PROMOTOR

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA JASA INFORMASI PARIWISATA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA WISATA SELAM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA KARAOKE

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KEPARIWISATAAN

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA ANGKUTAN JALAN WISATA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA KAWASAN PARIWISATA

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA PONDOK WISATA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA VILA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA ARENA PERMAINAN

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA KAFE

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA RUMAH MAKAN

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA JASA BOGA

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.63/UM.001/MPEK/2013 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2012 TENTANG KOORDINASI PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2013

2016, No Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 200

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA JASA KONSULTAN PARIWISATA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA BAR/RUMAH MINUM

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA TAMAN REKREASI

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA KELAB MALAM

NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN LEMBAGA KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2011, No.80 2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentan

TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF PELANGGARAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG LISENSI PRAMUWISATA

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG KOORDINASI STRATEGIS LINTAS SEKTOR PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.1279, 2013 KEMENTERIAN PARIWISATADAN EKONOMI KREATIF. Informasi. Dokumentasi. Pengelolaan. Pencabutan.

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DI KABUPATEN BANYUWANGI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Republik Indonesia Nomor 5262); 4. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik In

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA DISKOTIK

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

No. 1077, 2014 KEMENDAGRI. Peran Serta. Masyarakat. Perencanaan. Tata Ruang. Daerah. Tata Cara. Pencabutan.

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA WISATA MEMANCING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 01/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Neger

2017, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pe

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA JASA PRAMUWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PROMOSI PARIWISATA KABUPATEN BANYUWANGI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA SPA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembara

Transkripsi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.463, 2014 KEMENPARENKRAF. Perjalanan Wisata. Pengenalan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERJALANAN WISATA PENGENALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, perlu diatur lebih lanjut norma, standar, prosedur dan kriteria yang menjadi acuan dalam penyelenggaraan PerjalananWisata Pengenalan; b. bahwa Perjalanan Wisata Pengenalanmerupakan salah satu pilar utama dalam kegiatan promosi dan pencitraan dalam kerangka strategi pembangunan kepariwisataan nasional, sehingga penyelenggaraannya senantiasa perlu dilakukan secara berhasil-guna dan berdaya guna; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b,perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan Wisata Pengenalan;

2014, No.463 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); Menetapkan : 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5262); 5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55Tahun 2013; 6. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; MEMUTUSKAN : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERJALANAN WISATA PENGENALAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif ini yang dimaksud dengan :

3 2014, No.463 1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. 2. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. 3. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. 4. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. 5. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. 6. Perjalanan Wisata Pengenalan adalah kegiatan membawa orang atau sekelompok orang, berdasarkan program perjalanan tertentu, untuk mengunjungi daya tarik wisata dalam rangka pengenalan dan/atau promosi pariwisata. 7. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 8. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati dan/atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah. 9. Menteri adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. BAB II MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Pasal 2 Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi pemerintahdan pemerintah daerah yang menyelenggarakan kegiatan Perjalanan Wisata Pengenalan.

2014, No.463 4 Pasal 3 Peraturan Menteri ini bertujuan untuk: a. memberikan landasan bagi penyusunan dan penerapan standardisasi dalam rangkapenyelenggaraan Perjalanan Wisata Pengenalan secaraberhasilgunadanberdayaguna; b. mendorong terselenggaranya Perjalanan Wisata Pengenalan yang mampu membangun/meningkatkan citra positif pariwisata Indonesia, mempromosikan destinasi pariwisata dan produk baru pariwisata di Indonesia, serta mampu memperluas publikasi kegiatan pariwisata secaraberkelanjutan. Pasal4 Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi: a. prinsip-prinsip umum; b. ketentuan dan persyaratan penyelenggaraanperjalanan Wisata Pengenalan; c. tata cara penyelenggaraan Perjalanan Wisata Pengenalan; d. pelaporan dan evaluasi; e. pembinaan; dan f. pendanaan. BAB III PRINSIP-PRINSIPUMUM Pasal 5 Perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pemantauan hasil pelaksanaan Perjalanan Wisata Pengenalan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilakukan berdasarkan dan/atau dalam kerangka Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi dan/atau Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten/Kota. Pasal 6 (1) Penyelenggaraan Perjalanan Wisata Pengenalan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip umum dalam kerangka rencana strategi pemasaran pariwisata, sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2) Prinsip-prinsip umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. mengutamakan untuk mendatangkan peserta yang berasal dari negara-negara yang menjadi fokus pasar, tanpa mengurangi upaya

5 2014, No.463 mendatangkan peserta dari negara-negara potensial lainnya; b. mengutamakanuntuk melakukan kunjungan kedestinasi prioritas yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan kesesuaiannya dengan asal-usul dan tradisi dari peserta; dan c. mengutamakan untuk memperkenalkan kepada peserta berbagai produk unggulan pariwisata (minat khusus) di Indonesia, tanpa membatasi minat peserta terhadap produk atau daya tarik wisata unik lainnya yang ditemukandi destinasi wisata yang dikunjungi. Pasal 7 (1) Penyelenggaraan Perjalanan Wisata Pengenalan yang pesertanya berasal dari luar negeri atau cakupannya bersifat nasional, dilaksanakan oleh Pemerintah secara terkoordinasi dengan instansi pemerintah laindan/atau Pemerintah Daerah yang terkait. (2) Penyelenggaraan Perjalanan Wisata Pengenalan yang pesertanya berasal dari propinsi lainatau cakupannya bersifat antar kabupaten/kota dalam satu wilayah propinsi, dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi secara terkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota yang terkait. (3) Penyelenggaraan Perjalanan Wisata Pengenalan yang pesertanya berasal dari kabupaten/kota lain, dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/kota secara terkoordinasi dengan perangkat daerah yang terkait. Pasal 8 Pemerintah Daerah dapat menyelenggarakan Perjalanan Wisata Pengenalan yang pesertanya berasal dari luar negeri, setelah terlebih dahulu berkoordinasi denganpemerintah dan diselenggarakan berdasarkan Peraturan Menteri ini. BAB IV KETENTUAN DAN PERSYARATAN PENYELENGGARAAN PERJALANAN WISATA PENGENALAN Pasal 9 Penyelenggaraan Perjalanan Wisata Pengenalan dilaksanakan berdasarkan program yang disusun serta mendatangkan peserta, yang sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang diatur dalam Peraturan Menteri ini. Pasal 10 (1) Program Perjalanan Wisata Pengenalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, meliputisekurang-kurangnya tentang: a. daya tarik wisata;

2014, No.463 6 b. akomodasi; c. transportasi; d. makanan dan minuman; e. jadwal perjalanan(itinerary); f. buku panduan perjalanan; dan g. pemandu wisata. (2) Ketentuan dan persyaratan yang bersifat teknis tentang program Perjalanan Wisata Pengenalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah sebagaimana diuraikan dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 11 (1) Peserta PerjalananWisata Pengenalan meliputi : a. pembuat opini (opinion makers); dan b. penyedia bisnis (bussines provider). (2) Pembuat Opini (Opinion Makers) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a antara lain: a. wartawan; b. tokoh masyarakat; dan c. komunitasmediasosial. (3) Penyedia Bisnis (Bussines Provider) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi : a. biroperjalananwisata; dan b. agenperjalananwisata. (4) Ketentuan dan persyaratan yang bersifat teknis tentang peserta Perjalanan Wisata Pengenalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah sebagaimana diuraikan dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. BAB V TATA CARA PENYELENGGARAAN PERJALANAN WISATA PENGENALAN Pasal 12 (1) Penyelenggaraan Perjalanan Wisata Pengenalan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: a. persiapan materi; b. persiapan teknis;

7 2014, No.463 c. pelaksanaan; dan d. pelaporan dan evaluasi. (2) Ketentuan dan persyaratan yang bersifat teknis tentang tata cara penyelenggaraan Perjalanan Wisata Pengenalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah sebagaimana diuraikan dalam Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. BAB VI DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH Pasal 13 (1) Dalam rangka penyelenggaraan Perjalanan Wisata Pengenalan oleh Pemerintah, dapat melakukan kerjasama dengan Pemerintah Daerah (2) Dalam rangka penyelenggaraan Perjalanan Wisata Pengenalan oleh Pemerintah Daerah,Gubernur, Bupati dan/atau Walikota dapat melakukan kerjasama. Pasal 14 Dalam rangka mendukung penyelenggaraan PerjalananWisata Pengenalan, Gubernur, Bupati, dan/atau Wali Kotamelakukan upaya: a. fasilitasi pelaksanaan penyelenggaraanperjalanan Wisata Pengenalan; b. peningkatan kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan PerjalananWisata Pengenalan; c. memfasilitasipromosidestinasipariwisatadanprodukpariwisata yang berada di wilayahnya; dan d. pemberian ijin peliputan di daerahnya sesuai dengan kewenangannya. BAB VII PELAPORAN DAN EVALUASI Pasal 15 (1) Bupati atau Walikota menyampaikan laporan pelaksanaan kebijakan, program, serta kegiatan penyelenggaraan PerjalananWisata Pengenalan di daerahnya kepada Gubernur. (2) Gubernurmenyampaikan laporan pelaksanaan kebijakan, program, serta kegiatan penyelenggaraan Perjalanan Wisata Pengenalan di daerahnya kepada Menteri. (3) Pelaporan pelaksanaan kebijakan, program, serta penyelenggaraan Perjalanan Wisata Pengenalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.

2014, No.463 8 Pasal 16 (1) Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan evaluasi di daerahnya untuk menjamin sinergi berkesinambungan dan efektifitas langkah-langkah secara terpadu dalam pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatanpenyelenggaraan PerjalananWisata Pengenalan. (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan dan hambatan selama pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan penyelenggaraan Perjalanan Wisata Pengenalan, termasuk langkah-langkah perbaikannya. (3) Evaluasidilakukan mulai dari tahapan perencanaan penyelenggaaan Perjalanan Wisata Pengenalan sampai dengan tahap pelaporan. BAB VIII PEMBINAAN Pasal 17 (1) Menteri melakukan pembinaan atas pelaksanaan program dan kegiatan PerjalananWisata Pengenalan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. (2) Gubernur melakukan pembinaan atas pelaksanaan program dan kegiatan PerjalananWisata Pengenalan yang dilaksanakan oleh Bupati atau Walikota. (3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi: a. pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi; b. asistensi dan sosialisasi; c. pendidikan dan pelatihan; dan/atau d. kegiatan pemberdayaan lainnya. BAB IX PENDANAAN Pasal 18 (1) Pendanaan penyelenggaraan PerjalananWisata Pengenalan oleh Pemerintah bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negaradan sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. (2) Pendanaan penyelenggaraan PerjalananWisata Pengenalan oleh Pemerintah Daerah bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan sumber lain yang sah serta tidak mengikat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

9 2014, No.463 BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Terhitung sejak berlakunya Peraturan Menteri ini, istilah yang digunakan selama ini dengan penyebutan Widyawisata, Familiarization Trip, maupun istilah lainnya yang sejenis, untuk selanjutnya menjadi berbunyi Perjalanan Wisata Pengenalan. Pasal 20 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkandi Jakarta Padatanggal 7 April 2014 MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA, MARI ELKA PANGESTU Diundangkandi Jakarta Padatanggal 11 April 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN www.peraturan.go.id

2014, No.463 10 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERJALANAN WISATA PENGENALAN KETENTUAN DAN PERSYARATAN PERIHAL PROGRAM PERJALANANWISATA PENGENALAN 1. Program Perjalanan Wisata Pengenalan meliputi sekurang-kurangnya tentang: a. daya tarik wisata; b. akomodasi; c. transportasi; d. makanan dan minuman; e. jadwal perjalanan (itinerary); f. buku panduan perjalanan; dan g. pemandu wisata. 2. Daya tarik wisata yang akan dikunjungi oleh peserta Perjalanan Wisata Pengenalan meliputi : a. daya tarik wisata alam; b. daya tarik wisata budaya dan/atau; c. daya tarik wisata hasil buatan manusia. 3. Akomodasi yang digunakan peserta Perjalanan Wisata Pengenalan selama mengikuti program Perjalanan Wisata Pengenalan yaitu hotel berbintang atau penginapan yang layak di destinasi tujuan. 4. Transportasi yang digunakan peserta Perjalanan Wisata Pengenalan selama mengikuti program Perjalanan Wisata Pengenalan yaitu transportasi darat, laut dan/atau udara yang berada dalam kondisi yang layak, nyaman dan aman untuk digunakan, dan disesuaikan dengan pertimbangan jumlah peserta dan kondisi lapangan. 5. Makanan dan minuman untuk peserta PerjalananWisata Pengenalan yaitu makanan dan minuman yang layak, higenis, serta memperkenalkan kuliner nusantara. 6. Jadwal perjalanan (itinerary) untuk peserta PerjalananWisata Pengenalan yaitu informasi secara detail mengenai program yang akan di lakukan selama Perjalanan Wisata Pengenalan, waktu lama perjalanan, dan kondisi lapangan. 7. Buku Panduan perjalanan untuk peserta Perjalanan Wisata Pengenalan yaitu buku yang isinya menarik dan informatif, memuat informasi yang

11 2014, No.463 benar mengenai Indonesia, destinasi tujuan Perjalanan Wisata Pengenalan yang akan dikunjungi, peta Indonesia dan destinasi tujuan, ringkasan jadwal perjalanan (Itinerary), saran-saran selama dalam perjalanan, akomodasi, restoran, dan kontak darurat. 8. Pemandu wisata yang mendampingi peserta Perjalanan Wisata Pengenalan yaitu pemandu yang cakap dan kompeten dibidangnya dan menguasai bahasa asing yang diperlukan sesuai negara peserta Perjalanan Wisata Pengenalan serta diutamakan yang memiliki lisensi dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI). MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA, MARI ELKA PANGESTU

2014, No.463 12 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERJALANAN PENYELENGGARAAN WISATA PENGENALAN KETENTUAN DAN PERSYARATAN PERIHAL PESERTAPERJALANANWISATA PENGENALAN 1. Peserta Perjalanan Wisata Pengenalan meliputi : a. pembuat opini (opinion makers); dan b. penyedia bisnis (bussines provider). 2. Pembuat Opini (Opinion Makers) antara lain: a. wartawan media cetak, media elektronik, dan/atau media online; b. tokoh masyarakat antara lain aktor, aktris, dan/atau pemuka masyarakat lainnya; c. komunitasmediasosial antara lain blogger, facebooker, dan twitter. 3. Pembuat opini (Opinion makers) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. yang termasuk peringkat 5 (lima) besar dengan mengacu pada : sumber internet; 1) sumber lain yang dipercaya dan independen; dan/atau 2) rekomendasi Kedutaan Besar Republik Indonesia/Konsulat Jenderal Republik Indonesia dan Visit Indonesia Tourism Officers (VITO). b. merupakan tokoh masyarakat atau komunitas media sosial yang mempunyai pengaruh untuk dapa tmenggerakkan wisatawan ke dan di wilayah Indonesia; c. melengkapi persyaratan administrasi yang meliputi : 1) menyampaikan fotokopi Identitas diri antara lain KTP/paspor; 2) mengisi formulir registrasi; 3) menyampaikan profil perusahaan; 4) menandatangani surat kesepakatan (Letter of Commitment) bagi peserta dalam dan luar negeri; dan 5) surat rekomendasi dari Kedutaan Besar Republik Indonesia/Konsulat Jenderal Republik Indonesia setempat bagi peserta luar negeri.

13 2014, No.463 d. menulis dan mempublikasikan hasil liputan untuk mempromosikan pariwisata Indonesia berupa tulisan dan gambar dalam bentuk media cetak minimal 1 (satu) halaman / double spread page; e. menayangkan hasil liputan selama Perjalanan Wisata Pengenalan berupa video dengan durasi minimal 30 (tiga puluh) menit; f. menulis dan mempublikasikan hasil liputan untuk mempromosikan pariwisata Indonesia berupa tulisan dan gambar dalam bentuk media online minimal 2 (dua) artikel; g. mengirimkan hasil liputan baik hardcopy maupun softcopy kepada penyelenggara Perjalanan Wisata Pengenalan paling lambat 2 (dua) hari untuk media online, 2 (dua) minggu untuk surat kabar, 2 (dua) bulan untuk majalah, 6 (enam) bulan untuk media elektronik, dan setelah publikasi; h. memberikan testimoni berupa kesan dan pesan atau liputan yang bersifat positif tentang kunjungan di Indonesia; dan i. mematuhi jadwal yang telah disusun oleh penyelenggaran Perjalanan Wisata Pengenalan kecuali alasan keadaan kahar. 4. Penyedia Bisnis (Bussines Provider) meliputi : a. biroperjalananwisata; dan b. agenperjalananwisata. 5. Penyedia Bisnis (Business Providers) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. biro perjalanan wisata yang termasuk peringkat 10 (sepuluh) besar dan diutamakan yang telah menjual paket wisata ke Indonesia; b. agen perjalanan wisata yang termasuk peringkat 5 (lima) besar dan diutamakan yang telah menjual paket wisata ke Indonesia; c. melengkapi persyaratan administrasi yang meliputi : 1) menyampaikan fotokopi Identitas diri antara lain KTP/paspor; 2) mengisi formulir registrasi; 3) menyampaikan profil perusahaan; 4) menandatangani surat kesepakatan (Letter of Commitment) bagi peserta dalam dan luar negeri; dan 5) suratrekomendasidarikedutaanbesarrepublik Indonesia/KonsulatJenderalRepublik Indonesia setempatkhusus bagi pesertaluarnegeri. d. menyusun paket wisata berdasarkan pengalaman kunjungan yang kemudian dimasukkan dalam travel planner maupun brosur; e. mengirimkan paket wisata kepada penyelenggara Perjalanan Wisata Pengenalan, tidak lebih dari 2 (dua) bulan setelah pelaksanaan Perjalanan Wisata Pengenalan; f. memberikan testimoni berupa kesan dan pesan atau liputan yang bersifat positif tentang kunjungan di Indonesia; dan

2014, No.463 14 g. mematuhi jadwal yang telah disusun oleh penyelenggara Perjalanan Wisata Pengenalan kecuali alasan force majeure. MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA, MARI ELKA PANGESTU

15 2014, No.463 LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERJALANAN WISATA PENGENALAN KETENTUAN DAN PERSYARATAN PERIHAL TATA CARA PENYELENGGARAAN PERJALANAN WISATA PENGENALAN 1. Penyelenggaraan kegiatan Perjalanan Wisata Pengenalan dilakukan melalui tahapan, sebagai berikut : a. persiapan materi; b. persiapan teknis c. pelaksanaan; dan d. pelaporan dan evaluasi 2. Tahap persiapan materi meliputi : a. penetapan tema, destinasi dan program acara/rencana kegiatan; b. penetapan tanggal/jadwal perjalanan Perjalanan Wisata Pengenalan; c. penyediaan bahan promosi cetak dan elektronik; d. spanduk dan nametag pesertaperjalananwisata Pengenalan; e. buku panduan perjalanan dan peralatan peliputan; f. informasi mengenai profil destinasi pariwisata yang akan dikunjungi 3. Tahap persiapan teknis meliputi : a. jadwal perjalanan (itinerary); b. perekrutan peserta beserta persyaratan administrasi peserta Perjalanan Wisata Pengenalan; c. koordinasi secara intensif dengan Instansi terkait dalam penyediaan akomodasi, transportasi, makan dan minum, pramuwisata (guide) lokal dan perijinan; d. koordinasi persiapan acara dengan para peserta; 4. Tahap Pelaksanaan meliputi : a. program acara yang telah disepakati antara peserta dan penyelenggara tidak dapat diubah tanpa kesepakatan kedua belah pihak; b. program acara yang telah disepakati dapat dilakukan perubahan sepanjang tidak merubah jadwal penerbangan, kecuali alasan keadaan kahar;

2014, No.463 16 c. pengarahan kepada para pendamping Perjalanan Wisata Pengenalan; d. penjemputan peserta Perjalanan Wisata Pengenalan; e. penyambutan peserta Perjalanan Wisata Pengenalan (welcome reception); f. pertunjukan kesenian daerah; g. kunjungan ke berbagai instansi pemerintah dan industri pariwisata guna mendapatkan informasi yang diperlukan; h. aktifitas Perjalanan Wisata Pengenalan di destinasi pariwisata sesuai dengan rencana kegiatan; i. peliputan dan dokumentasi kegiatan Perjalanan Wisata Pengenalan; j. peserta Perjalanan Wisata Pengenalan wajib memberikan testimoni (pesan dan kesan) selama mengikuti kegiatan Perjalanan Wisata Pengenalan; k. pelepasan peserta Perjalanan Wisata Pengenalan. 5. Tahap Pelaporan dan Evaluasi meliputi : a. peserta Perjalanan Wisata Pengenalan wajib menyampaikan hasil liputan atau paket wisata di Indonesia kepada pihak penyelenggara dalam kurun waktu yang telah disepakati setelah pelaksanaanperjalanan Wisata Pengenalan; b. penyelenggara Perjalanan Wisata Pengenalan memantau penyebaran informasi oleh peserta PerjalananWisata Pengenalan dari luar negeri bekerjasama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) /Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) dan perwakilan promosi pariwisata Indonesia di luar negeri; c. penyelenggara Perjalanan Wisata Pengenalan memantau penyebaran informasi oleh peserta PerjalananWisata Pengenalan dari dalam negeri bekerjasama dengan Pemerintah Daerah; d. pendampingperjalanan Wisata Pengenalan berkewajiban menyusun laporan dan disampaikan kepada penyelenggara PerjalananWisata Pengenalan paling lambat 1 (satu) minggu setelah kembali dari penugasan; dan e. penyelenggara Perjalanan Wisata Pengenalan berkewajiban melakukan evaluasi terhadap kegiatan PerjalananWisata Pengenalanuntuk penyempurnaan penyelenggaraan Perjalanan Wisata Pengenalan selanjutnya. MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA, MARI ELKA PANGESTU