TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI PROVINSI JAMBI

dokumen-dokumen yang mirip
Teknologi Budidaya Kedelai

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

Pedoman Umum. PTT Kedelai

PENDAHULUAN. penting di Indonesia. Kandungan protein kedelai sangat tinggi, sekitar 35%-40%

Pedoman Umum. PTT Kedelai. Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) KEDELAI

Teknologi Produksi Benih Kacang Hijau

Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Kacang Hijau. Oleh : Rudi Iswanto Titik Sundari Didik Harnowo

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

Teknologi Produksi Kedelai

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai 1

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

HASIL PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN SL-PTT KEDELAI DI PROVINSI ACEH

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH MENDUKUNG PROGRAM KEMANDIRIAN BENIH KEDELAI DI DAERAH SENTRA PRODUKSI

(PTT) KEDELAI PETUNJUK TEKNIS

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGOLAHAN TANAH BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

Kata kunci : Rhizobium, Uji VUB kedelai, lahan kering

Pengembangan Kedelai Di Kawasan Hutan Sebagai Sumber Benih

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan seperti tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting, dkk., 2009).

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting

Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

Peluang Peningkatan Produktivitas Kedelai di Lahan Sawah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TEKNOLOGI PERTANIAN MENDUKUNG PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG DAN KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Jakarta

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

KOMPONEN TEKNOLOGI PIUHAN

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat

Teknologi Produksi Ubi Jalar

TEKNOLOGI BUDIDAYA DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI DI LAHAN PASANG SURUT

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Unggul Kedelai di Lahan Kering Kabupaten Ngawi Jawa Timur

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI. Oleh :

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

Pendampingan Teknologi Mendukung Swasembada Kedelai di Aceh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

KAJIAN PAKET TEKNOLOGI BUDI DAYA JAGUNG PADA LAHAN KERING DI PROVINSI JAMBI. Syafri Edi dan Eva Salvia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

Pedoman Umum. PTT Jagung

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Kajian Paket Teknologi Budidaya Jagung pada Lahan Kering di Provinsi Jambi

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

Abstrak

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

KERAGAAN KACANG TANAH VARIETAS KANCIL DAN JERAPAH DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting

Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Kacang Tanah. Oleh : Joko Purnomo Novita Nugrahaeni Titik Sundari Didik Harnowo

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN:

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

Transkripsi:

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI PROVINSI JAMBI Julistia Bobihoe, Endrizal dan Didiek Agung Budianto 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi 2) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT ABSTRAK Pengembangan areal tanam kedelai merupakan salah satu strategi peningkatan produksi kedelai menuju swasembada. Pengembangan kedelai dapat diarahkan pada lahan sawah semi intensif. Keuntungan bertanam kedelai di lahan sawah setelah panen padi adalah : a) tidak perlu mengolah tanah secara sempurna, b) perkembangan hama dan penyakit terhambat, karena jenis tanaman yang diusahakan tidak sama sepanjang tahun, c) pemakaian sarana produksi lebih efisien, terutama pupuk, d) dapat meningkatkan pendapatan petani dengan peningkatan produksi kedelai. Penelitian di beberapa lokasi menunjukkan bahwa penerapan teknologi produksi kedelai di lahan sawah semi intensif dapat memberikan hasil (1,70-3,0 ton/ha), sementara rata-rata produksi nasional baru mencapai 1,3 ton/ha. Diantara komponen teknologi produksi, varietas unggul memegang peranan penting dalam peningkatan produksi kedelai, tentunya dengan tidak mengabaikan teknologi budidaya kedelai seperti pemeliharaan, pemupukan berimbang serta pengendalian hama dan penyakit. Varietas unggul kedelai yang sesuai dikembangkan di lahan sawah semi intensif adalah varietas Kaba, Sinabung, Ijen, Panderman, Anjasmoro, dan Burangrang. Dengan penggunaan varietas unggul, selain dapat meningkatkan produksi lebih dari 2 ton/ha, tanaman kedelai juga berumur genjah,sehingga cocok diusahakan sebagai pola tanam setelah tanaman padi. Kata Kunci : Teknologi Produksi, VUB Kedelai, Lahan Sawah Semi Intensif PENDAHULUAN Kedelai merupakan komoditas yang memiliki peran yang strategis setelah padi karena dikonsumsi oleh masyarakat sebagai sumber protein, lemak dan nabati juga sebagai pakan ternak. Selain sebagai sumber protein, kedelai dapat digunakan sebagai bahan pangan yang dapat menurunkan kolesterol darah sehingga mencegah penyakit jantung, kedelai dapat pula berfungsi sebagai antioksidan dan mencegah penyakit kanker. Oleh karena itu, kebutuhan kedelai akan terus meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat tentang makanan sehat (Marwoto, 2007). Luas pengembangan kedelai khususnya di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi adalah 80 ha dengan luas panen 78 produksi 83 ton dengan produktivitas 1,06 ton/ha (BPS, 2005). Pengembangan kedelai di Kabupaten Tanjung Jabung Barat diarahkan ke lahan sawah setelah panen padi. Namun khususnya di desa Sri Agung produktivitasnya masih rendah dibawah 1 ton/ha (0,5 0,9 ton/ha) sementara produksi kedelai nasional (1,3 ton/ha), sedangkan hasil penelitian dapat mencapai (1,70-3,0 ton/ha) (Subandi, 2007). Dari data tersebut menunjukkan bahwa masih ada peluang peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas di tingkat petani. Penyebab rendahnya produktivitas kedelai di tingkat petani adalah tingkat penerapan teknologi yang masih rendah, diantaranya penggunaan benih bermutu (varietas unggul) masih rendah serta teknik budidayanya yang dilakukan belum optimal diantaranya : (1) Waktu tanam belum serempak, sehingga tanaman yang terlambat tanam sering terserang hama, tumbuh kerdil dan kekeringan, (2) Dalam penyiapan lahan bekas sawah tidak dibuat saluran drainase, sehingga benih tergenang atau tanaman muda terhambat pertumbuhannya, (3) Pengendalian hama dan penyakit belum dilakukan dengan baik, sehingga tingkat kerusakannya masih tinggi, (4) Pengendalian gulma sering tidak dilakukan atau terlambat dilakukan, (5) Penggunaan pupuk an organik dan organik belum dilakukan dengan optimal. Upaya peningkatan produksi kedelai dapat ditempuh disamping melalui peningkatan areal tanam/ panen dan peningkatan produktivitas, yang paling penting adalah penggunaan benih varietas unggul baru kedelai yang cocok/adaptif di lahan sawah semi intensif diantaranya varietas Kaba, Sinabung, Ijen, Panderman, Anjasmoro, dan Burangrang. Dengan penggunaan varietas unggul, selain dapat meningkatkan produksi lebih dari 2 ton/ha, tanaman kedelai juga berumur genjah, sehingga cocok

diusahakan sebagai pola tanam setelah tanaman padi (Badan Litbang Pertanian, 2006). Varietas unggul baru memiliki keunggulan yakni : 1) daya hasil tinggi, 2) tahan terhadap hama dan penyakit yang mendukung sistem pola tanam dan program pengendalian hama terpadu, 3) umur genjah untuk meningkatkan indeks pertanaman, 4) keunggulan mutu hasil panen sehingga sesuai dengan selera konsumen (Nugraha dan Hidajat, 2000 dalam Balitkabi, 2006). TEKNOLOGI PRODUKSI KEDELAI Varietas Unggul Varietas unggul sangat menentukan tingkat peroduktivitas tanaman dan merupakan komponen teknologi yang relatif mudah diadopsi oleh petani jika benihnya tersedia. Varietas unggul baru yang sesuai dikembangkan di lahan sawah antara lain ; Kaba, Sinabung, Ijen, Panderman, Anjasmoro, dan Burangang. Dengan penggunaan varietas unggul, selain dapat meningkatkan produksi lebih dari 2 ton/ha, tanaman kedelai juga berumur genjah,sehingga cocok diusahakan sebagai pola tanam setelah tanaman padi. Penggunaan benih dengan daya kecambahnya yang rendah selain menyebabkan populasi tanaman tidak optimal, juga memicu pertumbuhan gulma dimana diruang yang kosong karena benih kedelai tidak tumbuh umumnya ditumbuhi gulma.

Tabel 1. Karakteristik penting varietas unggul kedelai di lahan sawah Varietas Umur panen Hasil Ukuran Bobot biji Keterangan (hari) (t/ha) biji (100/g) Kaba 85 2,6 Sedang 10,4 Tahan rebah, polong tidak mudah pecah, agak tahan Sinabung 88 2,5 Sedang 10,7 Tahan rebah, polong tidak mudah pecah, agak tahan Ijen 83 2,5 Sedang 11 Tahan ulat grayak Panderman 85 2,4 Besar 18 Tahan rebah Anjasmoro 82,5-92,5 2,25 Besar 16 Tahan rebah, polong tidak mudah pecah, agak tahan Burangrang 80-82 2,5 Besar 16 Tahan rebah, tahan Sumber : Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Pemanfaatan bahan organik Penggunaan pupuk organik terbukti hanya mampu memperbaiki produktivitas tanah, sedangkan pupuk organik dapat memperbaiki kondisi fisik, kimia dan biologi tanah (Kuntyastuti dkk, 2000 dalam Riwanodja dan Adisarwanto, 2002). Penggunaan pupuk anorganik di lahan sawah yang cukup tinggi setiap tahun menyebabkan penumpukan unsur hara, terutama P dan K (Partohardjono dkk, 1994 dalam Riwanodja dan Adisarwanto, 2002). Hal ini ditunjukkan oleh kurang responnya kedelai terhadap pemupukan NPK. Untuk mengurangi pengaruh negatif dari penggunaan pupuk anorganik, maka perlu dilakukan upaya perbaikan kondisi fisik dan kimia tanah, misalnya dengan penggunaan bahan organik. Bahan organik mampu menyerap dan menahan air, meningkatkan ph tanah dan ketersediaan unsur hara Mg, P, dan K serta kapasitas tukar kation. Salah satu kendala penggunaan pupuk organik adalah jumlah yang dibutuhkan relatif banyak. Jumlah pupuk organik yang dianjurkan untuk pertanaman kedelai adalah 10 t/ha pupuk kandang (Badan Litbang Pertanian, 2006). Penggunaan pupuk kandang dapat meningkatkan jumlah polong isi, ukuran biji dan hasil biji kedelai (Melati dkk, 1991 dalam Riwanodja dan Adisarwanto, 2002). Penggunaan mulsa jerami padi Pemberian mulsa jerami padi sebanyak 5 ton/ha kering panen setelah benih kedelai ditanam dapat meningkatkan hasil sampai 30 %. Jerami padi sebagai mulsa dengan cara dihamparkan secara merata dengan ketebalan < 10 cm, tujuannya untuk mempertahankan kelembaban tanah dan sekaligus menekan pertumbuhan gulma, sehingga penyiangan cukup satu kali sebelum tanaman berbunga. Di daerah endemis lalat bibit, penggunaan mulsa juga dapat menghambat perkembangan hama ini. Di lokasi yang tidak banyak gulma, pembakaran jerami padi setelah benih kedelai ditanam bertujuan untuk menyeragamkan pertumbuhan awal tanaman kedelai dan dapat menggantikan pupuk kedelai.

Tabel 2. Hasil Pengujian Pemberian Mulsa Jerami Pada Tanaman Kedelai Pada Lahan Sawah, di Malang Tahun 1985. Perlakuan (5 ton/ha) Hasil biji (ton/ha) Tanpa Mulsa Tanpa Mulsa dan TOT Dengan Mulsa dan TOT Tanpa Mulsa, tanah diolah 1 x Dengan mulsa, tanah diolah 1 x Sumber : Puslitbangtan Bogor, 1992 Pengairan Budidaya kedelai pada lahan sawah setelah padi sering dihadapkan pada masalah kelebihan air pada awal pertumbuhannya, terutama pada tanah bertekstur liat (clay). Kedelai yang ditanam pada bulan Pebruari/Maret atau Maret/April atau pada tempat yang rendah sering mengalami kondisi tanah jenuh air, kelebihan air pengairan sulit dibuang ke daerah yang lebih rendah. Kondisi tersebut menyebabkan aerasi tanah jelek serta mengganggu penyerapan hara yang mengakibatkan pertumbuhan dan produktivitas kedelai tidak optimal (Taufiq dan Kuntyastuti, 2002). Sebaliknya pada saat mencapai fase generatif terjadi kekurangan air, yaitu pada umur 15-21 hari, saat berbunga (umur 25-35 hari), dan saat pengisian polong (umur 55-70 hari). Pada fase-fase tersebut tanaman harus dijaga agar tidak kekeringan. 0,95 1,37 1,89 1,84 1,97 Pengendalian Hama dan Penyakit Kedelai merupakan tanaman yang paling besar menghadapi ancaman hama dan penyakit. Salah satu ancaman terbesar adalah gangguan hama. Serangan hama dapat menurunkan hasil kedelai sampai 80 %, bahkan puso apabila tidak ada tindakan pengendalian. Hingga saat ini petani masih mengandalkan insektisida sebagai pengendalian hama di lapangan, namun teknik aplikasinya masih sering tidak memenuhi rekomendasi sehingga berakibat timbulnya resistensi, resurgensi, terbunuhnya musuh alami, dan keracunan pada ternak dan bahkan manusia. Tanaman kedelai sejak tumbuh dipermukaan tanah hingga tanaman tua tidak luput dari serangan hama. Besar kecilnya pengaruh kerusakan tanaman dan kehilangan hasil akibat serangan hama ditentukan oleh beberapa faktor : a) tinggi rendahnya populasi hama yang hadir di pertanaman, b) bagian tanaman yang rusak, c) tanggap tanaman terhadap serangan hama, dan d) fase pertumbuhan tanaman/umur tanaman (Marwoto, 2007). Dalam pengendalian hama, petani mengandalkan pada penggunaan pestisida buatan yang banyak dijual di pasaran/kios-kios di kota hingga pedesaan. Beberapa kendala yang menyebabkan gagalnya petani dalam menaggulangi hama antara lain karena : a) lemah dalam identifikasi hama dan gejala serangan, b) tindakan pengendalian terlambat, c) aplikasi insektisida kurang tepat, dan d) belum cukup informasi bioekologi hama yang menyerang kedelai. Pengendalian secara biologis antara lain dengan memanfaatkan musuh alami hama/penyakit seperti Trichogramma untuk penggerek polong Etiella sp. dan Helicoverpa armigera; Nuclear Polyhidrosis Virus (NPV) untuk ulat grayak Spodoptera litura (SINPV) dan Helicoverpa armigera (HaNPV) untuk ulat buah, serta penggunaan feromon seks untuk ulat grayak. Salah satu cara pengendalian hama yaitu pengendalian hama melalui kultur teknis, seperti penggunaan varietas tahan, pemberian mulsa jerami, pergiliran tanaman, tanam serempak dalam satu hamparan, dan penanaman tanaman perangkap. STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI Pengembangan teknologi produksi kedelai dapat dilaksanakan pada beberapa tipe lahan diantaranya lahan sawah semi intensif. Penanaman kedelai di lahan sawah dilaksanakan pada musim kemarau setelah tanaman padi. Keuntungan bertanam kedelai di lahan sawah setelah panen padi adalah : a) tidak perlu mengolah tanah secara sempurna, b) perkembangan hama dan penyakit terhambat, karena jenis tanaman yang diusahakan tidak sama sepanjang tahun, c) pemakaian sarana produksi lebih efisien, terutama pupuk, d) dapat meningkatkan pendapatan petani dengan peningkatan produksi kedelai.

Peningkatan produksi kedelai terdiri dari beberapa strategi penting diantaranya perbaikan proses produksi. Proses produksi yang mampu memberikan produktivitas yang tinggi, efisien, dan berkelanjutan yakni melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) agar pendapatan petani meningkat dan merupakan upaya penting untuk membangkitkan minat petani untuk menanam kedelai. Prinsip dasar PTT adalah : a) bersifat spesifik lokasi, b) melalui pendekatan partisipatif, c) mengintegrasikan komponen teknologi yang memberikan pengaruh secara sinergis, dan bersifat dinamis, dapat berubah sesuai dengan kebutuhan. Tabel 3. Rekomendasi Teknologi Dengan Pendekatan PTT Kedelai No. Rekomendasi Umum Rekomendasi Teknologi dengan Pendekatan PTT 1 2 3 1 Menggunakan Varietas Unggul - Varietas produktivitas tinggi - Varietas yang sesuai dengan lingkungan setempat - Sesuai selera pasar 2 Menggunakan Benih Benih bermutu/berlabel bermutu/berlabel 3 Olah Tanah Sempurna Pengolahan tanah sempurna atau TOT atau sesuai keperluan lingkungan 4 Populasi tanaman Populasi tanaman minimal 200.000/ha atau 160.000-250.000/ha 5 Dosis pemupukan umum : 50 kg Urea, 100 kg SP-36 dan %0 kg KCl/ha 6 Pengairan tanaman kedelai secara efektif dan efisien sesuai dengan kondisi tanah disesuaikan dengan kondisi setempat Sesuai dengan analisis tanah atau kebutuhan tanaman Penyiraman dilakukan pada saat pertumbuhan dan pengisisan polong (kondisi kapasitas lapang)

1 2 3 7 Pengendalian hama dan penyakit terpadu - Menggunakan komponen PHT secara tepat sesuai kebutuhan - Pemberian pestisida secara bijaksana 8 Pengendalian gulma secara baik - Melakukan penyiangan dan pembumbunan - Menggunakan herbisida secara bijaksana 9 Pemupukan bahan organik Pemberian bahan organik sesuai kebutuhan 10 Penanganan panen dan pasca panen - Panen secara tepat, polong kedelai warna coklat - Kadar air 11 % - Perontokan dengan treser - Pengeringan dengan sinar matahari dan dryer Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Departemen Pertanian, 2007 Dalam menerapkan PTT kedelai, harus dilaksanakan beberapa kegiatan penting, antara lain : Mempercepat proses diseminasi dan adopsi inovasi teknologi maju yang telah cukup tersedia Penyediaan benih bermutu dan varietas unggul dalam jumlah cukup dan mudah dijangkau oleh petani, untuk ini perlu ditumbuh-kembangkan penangkar-penangkar benih kedelai berbasis komunitas (Commnity based seed production) di pedesaaan, sebab pengusaha besar tidak akan tertarik pada produksi benih kedelai yang keuntungannya memang tidak besar, sebab hasil benih per hektar rendah (sekitar 1,00 1,25 ton/ha) dan harganya tidak tinggi. Penyediaan modal baik untuk petani ataupun penangkar benih karena biaya produksi kedelai cukup besar. Untuk tujuan konsumsi untuk menghasilkan sekitar 2,0 ton/ha dibutuhkan biaya sekitar 2,5 3,5 juta rupiah, sedang untuk tujuan benih besarnya mencapai 5,0 6,0 juta rupiah per hektar. Dalam upaya mendukung upaya revitalisasi penyuluhan pertanian oleh pemerintah diperlukan pendampingan petani oleh penyuluh secara terus menerus agar tercapai peningkatan produktivitas kedelai yang diinginkan. KESIMPULAN 1. Lahan sawah semi intensif potensial untuk pengembangan tanaman kedelai dengan pendekatan PTT kedelai diantaranya penggunaan benih varietas unggul baru, kedelai yang cocok/adaptif diantaranya varietas Kaba, Sinabung, Ijen, Panderman, Anjasmoro, dan Burangrang. 2. Penggunaan varietas unggul dapat meningkatkan produksi lebih dari 2 ton/ha dan berumur genjah, sehingga cocok diusahakan sebagai pola tanam setelah tanaman padi. 3. Pengembangan kedelai di lahan sawah semi intensif perlu didukung dengan ketersediaan benih berkualitas (benih varietas unggul), pupuk an organik dan organik, pendampingan petani oleh peneliti dan penyuluh serta pemasaran hasil di tingkat petani. DAFTAR PUSTAKA Dirjen Tanaman Pangan. 2007. Percepatan bangkit Kedelai. Dirktorat Jenderal Tanaman Pangan. Departemen Pertanian. Dirjen Tanaman Pangan. 2007. Budidaya Kedelai. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Departemen Pertanian. Badan Litbang Pertanian. 2006. Paket Teknologi Produksi Kedelai. Inovasi Teknologi Unggulan Tanaman Pangan Berbasis Agroekosistem Mendukung Prima Tani. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Balitkabi. 2006. Panduan Teknis Produksi Benih Sumber Kedelai, kacang Tanah dan Kacang Hijau. Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. BPS. 2005. Jambi Dalam Angka. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jambi. Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. Marwoto. 2007. Dukungan Pengendalian Hama Terpadu dalam Program Bangkit Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Riswanodja dan T. Adisarwanto. 2002. Aplikasi Pupuk Organik dan Organik NPK pada Kedelai di Lahan Sawah. Teknologi Inovatif Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Subandi. 2007. Teknologi Produksi dan Strategi Pengembangan Kedelai pada Lahan Kering Masam. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Taufiq Abdullah dan Kuntyastuti Henny. 2002. Produktivitas Kedelai pada Berbagai Tingkat Ketersediaan Air pada Beberapa Fase Pertumbuhan. Teknologi Inovatif Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.