INSPIRASI MOTIF BATIK KAWUNG UNTUK PRODUK TEKSTIL DENGAN TEKNIK MODULAR INTERLOCK

dokumen-dokumen yang mirip
BATUAN AGATE SEBAGAI INSPIRASI PADA PERHIASAN KERAMIK MENGGUNAKAN KOMBINASI MATERIAL LOGAM DENGAN TEKNIK AGATEWARE

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

EKSPLORASI RAGAM HIAS NAVAJO DENGAN TEKNIK OLAH REKA LATAR PADA PRODUK FASHION

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

BAB IV KONSEP DAN PENERAPAN PADA PRODUK TEKSTIL

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia kaya dengan aset kebaharian. Terutama bagi

ABSTRAK. Keywords: Songket, Limasan, cutting, ready-to-wear. Universitas Kristen Maranatha

EKSPLORASI PENGGABUNGAN KAIN BATIK PEKALONGAN DENGAN KAIN TULLE UNTUK FASHION

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN RAGAM HIAS BATIK BANTEN DENGAN TEKNIK REKA LATAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

SEKOLAH TINGGI TEKSTIL BANDUNG

FASHION HOTEL. 1. Pendahuluan. 2. Proses Studi Kreatif. Kata Kunci : Bandung; Fashion; Hotel; Pendidikan; College

EKSPLORASI TEKNIK SUMINAGASHI PADA PRODUK FASHION

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

APLIKASI MOTIF BATIK JAWA TIMUR PADA BUSANA READY-TO-WEAR DENGAN TEKNIK DIGITAL PRINTING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

EKSPLORASI SERAT KAPUK SEBAGAI BAHAN BAKU TEKSTIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN

EKSPLORASI BOJAGI PADA PRODUK FASHION

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EKSPLORASI ORGANDI UNTUK PRODUK FASHION

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

ABSTRAK PERANCANGAN BRANDING SUTRA ALAM SEBAGAI PRODUSEN KAIN TENUN IKAT SUTRA GARUT. Oleh Widya Putri NRP

2015 BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan/Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

MUSEUM BATIK TULIS BAKARAN DI KOTA PATI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EKSPLORASI TEKSTUR PADA KAIN CHIFFON SINTETIK

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kerajinan merupakan suatu benda hasil karya seni manusia yang berkaitan

Kriya Hiasan Dinding Gorga Desa Naualu. Netty Juliana

APLIKASI MOTIF BATIK GARUT MOJANG PRIANGAN PADA ORGANZA

PENERAPAN RAGAM HIAS TORAJA MELALUI MEDIA KOMPUTERISASI TERHADAP ELEMEN TEKSTIL INTERIOR (VERTICAL BLIND)

MATERI AJAR PERKULIAHAN & TUGAS-TUGAS NIRMANA I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN.

TEKNIK MAKRAME MENGGUNAKAN BENANG KATUN UNTUK BUSANA PESTA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

EKSPLORASI TEKNIK LASER CUT PADA RAGAM HIAS BATIK SEBAGAI PRODUK FASHION

IV. KONSEP PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II METODE PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan busana yang terus meningkat pesat membuat para desainer. 1 Universitas Kristen Maranatha

PENGEMBANGAN MOTIF PARIJOTO PADA BATIK KUDUS

MOTIF MICROCONTROLLER PADA BUSANA HUMANE DALAM GAYA KONTEMPORER FUTURISTIS PENCIPTAAN. Vincentia Tunjung Sari NIM

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara agraris yang berpotensi menghasilkan Sumber

BAB III SURVEY LAPANGAN

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

PERHIASAN KONTEMPORER DENGAN SISTIM BONGKAR PASANG UNTUK WANITA URBAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.2 Asumsi Dasar 1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

Keywords : Bengkulu, feminine, kontemporer, Rafflesia Arnoldii, tie dye.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Tugas Akhir ~~ PERANCANGAN BUKU VISUAL DEWA RUCI ~~ Mahasiswa / RijalMuttaqin pembimbing / RahmatsyamLakoro,S.Sn,MT.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nur Akmalia, 2013

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain INSPIRASI MOTIF BATIK KAWUNG UNTUK PRODUK TEKSTIL DENGAN TEKNIK MODULAR INTERLOCK Hasri Haryani Direja Drs. Zaini Rais, M.Sn Program Studi Sarjana Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email: hasridireja@gmail.com Kata Kunci : batik kawung, modular interlock, produk tekstil Abstrak Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Batik sebagai salah satu kebudayaan di Indonesia menjadi identitas bangsa yang harus dilestarikan dan dikembangkan dalam banyak hal. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, pengemasan pelestarian budaya perlu dikemas dengan lebih atraktif dan dinamis. Tak terkecuali dengan budaya batik ini. Modular tekstil sebagai salah satu pembuatan tekstil yang lebih kekinian, mampu menjadi salah satu media pelestarian tersebut. Dengan mengaplikasikan motif batik dengan cara modular interlock, akan memunculkan kesan yang baru pada motif batik. Mengolaborasikan atara motif batik yang memiliki nilai budaya dan kerumitan yang tinggi dengan teknik interlock yang juga merupakan teknik tekstil kontemporer yang membutuhkan kecermatan, akan menambah nilai eksklusifitas karya tersebut. Abstract Indonesia is a rich country in culture. Batik as one of the Indonesian culture in the nation's identity should be preserved and developed in many ways. Along with the times and technology, packaging, preservation of culture needs to be packed with more attractive and dynamic. Including to this batik culture. Modular textiles as one of the more contemporary textile manufacturing, has become one of the preservation media. Applying this motif with interlocking modular way, will create an impression of the new motif. Combining batik patterns that have cultural value and high complexity with interlock technique which is also a contemporary textile techniques that require precision, will add value to the work of exclusivity. 1. Pendahuluan Batik memiliki tempat yang spesial di dunia tekstil. Tidak hanya di Indonesia, kain batik begitu dikagumi oleh masyarakat dunia. Nilai filosofis dari batik digambarkan melalui warna dan corak-coraknya. Kain batik yang merupakan harta warisan nenek moyang merupakan cerminan semangat dari para pembuatnya serta yang memakainya. Batik sebagai salah satu kekayaan kebudayaan bangsa merupakan aset yang harus dilestarikan dan dikembangkan dalam banyak hal. Teknik interlock memiliki keunikan dan kerumitan tersendiri dalam pembuatan tekstil. Keunikan tersebut menjadikan kain yang dibuat dengan teknik interlock ini bernilai sangat tinggi. Kecermatan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan tekstil dengan teknik interlock ini serupa dengan pembuatan kain batik yang juga memerlukan kecermatan dan ketelatenan agar didapatkan hasil yang sempurna. Mengolaborasikan atara motif batik yang memiliki nilai budaya yang tinggi dengan teknik interlock yang juga merupakan teknik tekstil kontemporer bisa menambah nilai eksklusifitas dari karya yang dibuat. Pada abad ke 18, kesultanan Yogyakarta dan Surakarta menetapkan beberapa motif yang terlarang pemakaiannya oleh kalangan umum. Motif larangan ini hanya bisa digunakan oleh kalangan keraton saja. Salah satu motif batik yang termasuk kedalam motif larangan adalah motif kawung. Hal ini menjadi pembatas tersendiri dalam penggalian ekplorasi motif kawung dan penempatan fungsi produk yang nanti akan digunakan. Sehingga didapatkan rumusan masalah dari penelitian kali ini, yaitu bagaimana cara mengolaborasikan antara nilai budaya yang pemiliki pakem-pakem lokal dengan teknik tekstil kontemporer agar proses dan hasil akhir yang didapat mampu sejalan dengan nilai budaya yang ingin disampaikan.

Gambar 1. Motif batik kawung Gambar 2. Produk interlock Dengan penelitian ini, diharapkan penerapan motif batik melalui pembuatan tekstil yang modern ini, mampu diaplikasikan pada banyak produk tekstil, sehingga semakin terasa kebermanfaatannya. Proses Studi Kreatif Kesadaran untuk menjaga budaya bangsa sudah mulai disadari oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Banyak nilai-nilai budaya bangsa yang kini mulai diangkat dan dilestarkan secara masiv oleh berbagai elemen masyarakat. Batik merupakan budaya bangsa yang popularitasnya cukup tinggi dibandingkan dengan budaya yang lain. Hal ini dibuktikan dengan sering dipakainya motif batik pada produk-produk yang didesain untuk mencerminkan identitas Bangsa Indonesia. Gambar 3. Seragam batik sekolah dan kerja Teknik modular adalah salah satu cara jitu untuk membuat karya tekstil yang bernilai eksklusif dan dihargai. Kecermatan pengerjaannya menjadikan karya yang menggunakan teknik modular menjadi sebuah karya yang mengesankan. Teknik modular sendiri mampu diterapkan dengan berbagai teknik pembuatan, yang intinya adalah menduplikasi sebuah modul untuk membentuk sebuah visual atau motif baru. Berikut adalah beberapa contoh karya modular dengan berbagai teknik. Gambar 4. Produk tekstil dengan teknik modular interlock Jika dua konsep ini dikolaborasikan, maka menjadi sebuah alternative desain bagi motif batik dan aplikasinya. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 2

Hasri H Direja 17209029 Gambar 5. Imageboard Tema karya : Adorable Kawung Image yang ingin dimunculkan melalui imageboard tersebut adalah sebuah ketenangan dan keeksklusifan dari karya tersebut. Warna biru memberikan kesan yang menenangkan dipadukan dengan warna broken white yang berkesan elegan dan bersih serta eksklusif. Biru juga memberikan ketenangan dan paling tepat untuk area yang membutuhkan konsentrasi atau suasana meditasi. Warna ini selalu mengasosiasikan kita terhadap air dan sesuatu yang bersifat dingin. Biru adalah warna yang paling sering digunakan untuk hal-hal yang memerlukan ketenangan dan waktu waktu dimana kita menginginkan untuk berhenti dan beristirahat. Secara psikologis, warna putih melambangkan kejujuran, ketulusan dan keikhlasan. Warna ini juga mengasosiasikan kita terhadap rasa bersih atau higienis, dan klinis. Warna putih membuat suatu produk terlihat jernih dan bersih. (Color Basic : 39) Perpaduan antara dua warna tersebut melahirkan sebuah kesan tentang ketenangan dan kejujuran. Sebuah situasi yang damai dan menenangkan. Produk dari karya akhir memiliki keunikan dan kerumitan yang menjadikan karya ini memiliki nilai keeksklusifan yang tinggi. Maka dari itu, produk ini memiliki target pasar kalangan menengah ke atas, yang memiliki tingkat mobilitas tinggi dengan segala aktivitasnya. Orang yang hidup di kota-kota besar dengan tingkat stress yang cukup tinggi. Itulah sebabnya produk ini dengan warna yang diaplikasikan padanya menjadikan kesan relaks pada pemakainnya. Pengaplikasiannya ini pada beragam produk tekstil, akan membuktikan bahwa teknik ini mampu diaplikasikan pada banyak alternatif produk. 2. Hasil Studi dan Pembahasan Penelitian ini melalui beberapa metoda penelitian. Metode deskriptif, yaitu mencari dan menjabarkan data dan sumber-sumber mengenai topik bahasan, baik dari buku, jurnal, ataupun laporan tugas akhir. Metode Observasi, yaitu perolehan data melalui metode observasi yaitu dengan turun ke lapangan guna mendapatkan informasi riil dan langsung yang berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan. Selanjutnya adalah metode eksploratif, yaitu melakukan beberapa eksperimen dengan menganalisis dan mengaplikasikan data riil di lapangan dan teoritis data primer, sekunder dan dokumentasi. Eksperimen juga berfungsi untuk mengeksplorasi material yang akan menghasilkan material baru yang dihasilkan dari penggabungan beberapa hasil eksperimen. Berikut adalah tabel eksplorasi bentuk dan material yang dilakukan; Material Teknik Penjelasan Hasil Eksplorasi Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 3

Kain Sintesis Despo Kain Sintesis Despo Kain Sintesis Despo Komposisinya terdiri dari modul kecil berbentuk dasar persegi dengan ujung setengah lingkaran yang berukuran sama besar dan saling overlapping. Warna disusun dari warna putih, menuju warna biru. Komposisinya terdiri dari modul berbentuk dasar segi enam dengan ujung berbentuk setengah lingkaran yang berukuran sama besar. Warna disusun beraturan bergantian antara biru dan putih. Komposisi bentuk dasar segi enam dengan ujung setengah lingkaran berukuran sama besar. Warna disusun acak Kain Denim Komposisi bentuk dasar segi enam dengan ujung segitiga. Disusun berkebalikan sehingga didapat warna dan tekstur yang berbeda Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 4

Kain Belacu Kain Denim Komposisi 3 jenis kain dengan 2 jenis kuncian interlock yang berbeda, namun bisa disusun bersambung. Hasri H Direja 17209029 Kain Belacu Kain kanvas Kain Belacu KAin Kanvas Kain Belacu Bordir tangan Penggabungan antara motif geometris dan organic. Perpaduan antara 2 jenis motif yang berbeda karakteristik Komposisi bentuk persegi dengan kain yang memiliki tekstur yang berbeda tekstur dan warna. Membuat sebuah motif baru. Komposisi bentuk persegi yang memiliki perbedaan warna, sehingga jika dikomposisikan berulang, akan membentuk sebuah motif baru. Kulit Imitasi Komposisi bentuk segi enam dengan ujung segitiga Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 5

Kain Belacu Kain Sintetis Despo Komposis bentuk segi empat dengan ujung berbentuk segitiga. Dikomposisikan berdasarkan pengaturn warna sehingga membentuk motif tertentu. Komposisi bentuk segiempat dengan ujung berbentuk setengah lingkaran. Komposisi antara modul yang berbeda ukuran. Kain Kanvas Komposisi bentuk dasar segiempat. Disusun berkebalikan sehingga didapat warna dan tekstur yang berbeda. Didapat motif yang berbentu kawung. Kain kanvas, Kain belacu Solder Perpaduan antara motif kawung dan bentuk kupukupu yang lebih organic. Kain yang digunakan untuk kupukupu lebih keras agar memiliki kekuatan untuk menimbulkan efek 3D. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 6

Kain Sintetis Despo, Kain Belacu, Kain denim Perpaduan motif kawung pada kain dengan 3 jenis yang berbeda. Hasri H Direja 17209029 Tabel 1. Proses eksplorasi bnetuk dan bahan Eksplorasi tersebut dipilih yang paling sesuai, kemudian diaplikasikan pada produk-produk yang akan dibuat. Produk yang akan dibuat meliputi produk fashion, aksesoris fashion, dan elemen interior. Berikut adalah sketsa dari masing-masing desain yang akan dikembangkan. Gambar 6. Sketsa desain produk yang akan dibuat Dari bentuk-bentuk tersebut dicari hasil eksplorasi yang cocok untuk diaplikasikan pada sketsa tersebut. Pemilihan hasil eksplorasi disesuaikan antara jenis bahan yang dipakai, kerumitan dan ketahanan dari modular interlock dengan fungsi dari produk tersebut. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 7

Berikut adalah hasil akhir dari produk-produk yang dibuat dalam tugas akhir ini. Gambar 7. Hasil akhir dari produk cape 1, dengan gambaran detailnya Gambar 8. Hasil akhir produk cape 2, dan produk tas dua macam Gambar 9. Gambaran peletakan produk interior dalam sebuah ruang Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 8

3. Penutup / Kesimpulan Hasri H Direja 17209029 Dari eksplorasi bentuk yang dilakukan dengan teknik modular interlock dapat disimpulkan bahwa motif batik Indonesia memiliki potensi untuk diekplorasi lebih lanjut. Satu jenis motif batik saja, yakni motif batik kawung, dapat menghasilkan beragam bentuk moduler. Pengembangan teknik ini bisa lebih jauh diperdalam melalui eksplorasi pewarnaan, hingga eksplorasi detail konstruksi dan destruksi teksil. Sehingga dengan teknik ini sangat memungkinkan untuk bisa mengemas motif-motif tradisional Indonesia dengan teknik yang rumit dan tidak lazim. Eksplorasi tekstil dengan teknik interlock ini memiliki prospek yang sangat luas dalam menjawab tantangan, baik dalam usaha mengoptimalkan sumber daya alam di Indonesia maupun menjadi sumber devisa negara. Terlebih jika material yang digunakan adalah material alam termasuk pewarna alam, maka ini akan semakin mengoptimalkan potensi kekayaan alam sekaligus budaya Indonesia. Saat ini produk-produk berbahan dasar alam sangan diminati oleh orang asing, terutama Eropa. Eksplorasi ini juga membuktikan bahwa dengan menggabungkan nilai tradisi Indonesia dengan pergerakan kontemporer/kekinian sehingga nilai kearifan lokal bisa terus lestari dan beradaptasi dengan pergerakan teknologi informasi serta pengaruh budaya asing. Diharapkan eksplorasi-eksplorasi ini dapat menjadi acuan bagi masyarakat untuk mengoptimalkan sumber daya alam yang ada dengan menggunakannya secara proporsional, serta menjadi inspirasi untuk membawa nilai-nilai kearifan lokal Indonesia agar tetap lestari dan mampu beradaptasi dengan pergerakan zaman. Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam Tugas Akhir Program Studi Sarjana Kriya Tekstil FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing sekaligus kordinator Tugas Akhir Drs. Zaini Rais, M.Sn Daftar Pustaka Tim penyusun. 1977. Pengetahuan Barang Tekstil. Institut Teknologi Tekstil. Gale, Elizabeth. 1971. From Fibers to Fabrics. Longdong : Mills & Boon/Allman&Son Trend Fashion 2013. 2013. BDA + Design Jack Lenor Larsen. 1975. Fabric For Interior Suardi, Dedy. 2000. Ornamen Geometris. Rosda Laporan Tugas Akhir Nisa Fardani, Eksplorasi Tenun Lombok Tengah, 2009. Laporan Tugas Akhir Gamia Dewanggamanik, Eksplorasi Ragam Hias pada Naskah Kuno Jawa dengan Aplikasi pada Produk Fashion, 2011 Laporan Tugas Akhir Sabila Nurul Afifi, Ekpslorasi Pewarna Indigo dan Bahan Kaos, 2011 Pengantar kuliah Rupa Dasar I, 2007 Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 9

Color Basic Christie, Archibald H, 1949, Pattern Design, An introduction to the study of formal ornament Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 10