APLIKASI MOTIF BATIK GARUT MOJANG PRIANGAN PADA ORGANZA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : Peony, bunga, sulam, Cina, feminin. Universitas Kristen Maranatha

BAB III SURVEY LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

ABSTRAK. Keywords: Songket, Limasan, cutting, ready-to-wear. Universitas Kristen Maranatha

Keyword: dynamic, modern, ready-to-wear deluxe, fabric painting, Patrakomala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan busana yang terus meningkat pesat membuat para desainer. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... vi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

ABSTRAK. Kata Kunci: Kutub Selatan, ready-to-wear, wax-dye, modern, minimalis. i Universitas Kristen Maranatha

Kata Kunci: Pakaian siap pakai, rotan, Suku Dayak Iban, Obnasel, Bordir

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II. Metodologi Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

1.2 Asumsi Dasar 1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia.

Keywords : Bengkulu, feminine, kontemporer, Rafflesia Arnoldii, tie dye.

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: busana siap pakai, arsitektur Mamluk, masjid Sultan Hassan, urban

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAKSI. Keywords :chic, modern dan sophisticated. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : Victorian, Mekanika, Khayalan, Teknologi. Universitas Kristen Maranatha

BATUAN AGATE SEBAGAI INSPIRASI PADA PERHIASAN KERAMIK MENGGUNAKAN KOMBINASI MATERIAL LOGAM DENGAN TEKNIK AGATEWARE

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN

ABSTRAK. Keywords : Baroque, motif, bordir, hitam, emas. vii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Koleksi busana wanita berjudul Metamorphic Cityscape ini diangkat dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

EKSPLORASI PENGGABUNGAN KAIN BATIK PEKALONGAN DENGAN KAIN TULLE UNTUK FASHION

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Misi. Tujuan. Visi. Memberikan pendidikan terjangkau di bidang fesyen untuk semua lapisan masyarakat

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK. Kata-kata kunci: strong, feminim, bold. i Universitas Kristen Maranatha

BAB IV KONSEP DAN PENERAPAN PADA PRODUK TEKSTIL

PENGEMBANGAN RAGAM HIAS BATIK BANTEN DENGAN TEKNIK REKA LATAR


Kata kunci: fantasi, colorful, ready-to-wear deluxe, Alice in Wonderland, VirtuaLuxe

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

APLIKASI MOTIF BATIK JAWA TIMUR PADA BUSANA READY-TO-WEAR DENGAN TEKNIK DIGITAL PRINTING

EKSPLORASI RAGAM HIAS NAVAJO DENGAN TEKNIK OLAH REKA LATAR PADA PRODUK FASHION

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. kontemporer dengan sumber ide space invaders sebagai busana remaja laki-laki

ABSTRAK. Kata Kunci : anggun, busana siap pakai, bersih, ceria, sederhana. vi Universitas Kristen Maranatha

KEBAYA DENGAN TEKNIK SULAM USUS

ABSTRAK. Keywords: asymmetric, batik, casual UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK. Kata kunci koleksi Line Burn : Minimalis, feminin, modern, komtemporer dan ready to wear. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

Tugas Akhir. Eksplorasi Motif Batik Sekar Jagad Cirebon Pada Pakaian Kontemporer

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

ABSTRAK. Keyword : dinamis, feminin, maskulin, futuristik

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

PENGEMBANGAN MOTIF BATIK DI UD. BATIK SATRIO MANAH KABUPATEN TULUNGAGUNG

ABSTRAK. UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA - i

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain APLIKASI MOTIF BATIK GARUT MOJANG PRIANGAN PADA ORGANZA UNTUK BUSANA READY TO WEAR Cikita Wildainy Yan Yan Sunarya, S.Sn., M.Sn Program Studi Sarjana Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email: cikitawildainy@yahoo.com Kata Kunci : motif batik garut, mojang priangan, organza, ready to wear Abstrak Batik adalah warisan budaya yang dimiliki Indonesia. Setiap daerah di Indonesia memiliki corak batik yang khas dan berbeda dari daerah lainnya. Dahulu, batik hanya digunakan sebagai sandang oleh masyarakat. Namun sekarang, batik sudah menjadi kebutuhan tersier oleh masyarakat Indonesia. Busana batik dengan gaya yang kontemporer bermunculan, salah satunya adalah dengan mengaplikasikan corak batik pada kain organza. Organza adalah kain transparan tipis yang terbuat dari sutra atau polyester. Corak yang digunakan dalam aplikasi ini adalah corak bat ik Mojang Priangan yang berasal dari Garut, Jawa Barat. Aplikasi yang dilakukan menggunakan berbagai macam teknik jahit. Dengan kata lain, aplikasi ini membuat surface design pada kain organza. Produk yang dihasilkan adalah busana ready to wear untuk wanita. Abstract Batik is Indonesia's cultural heritage. Every region in Indonesia has an unique and different batik patterns from other regions. Previously, batik is only used as clothing by the public. But now, batik has become a necessity tertiary Indonesian society. Thus, the development of batik is very rapidly in fashion world. Batik outfit with contemporary style start popping up, one of them is by applying batik patterns on organza. Organza is a thin transparent fabric made of silk or polyester. The pattern used in this application is batik patterns of Mojang Priangan from Garut, West Java. Applications which do use a variety of sewing techniques. In other words, this application makes surface design on organza fa bric. The final product is a ready to wear clothing for women. Keywords: batik garut motif, mojang priangan, organza, ready to wear 1. Pendahuluan Kebutuhan manusia dapat dibedakan atas kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tersier. Kebutuhan primer adalah kebutuhan pertama yang harus segera dipenuhi agar kelangsungan hidup dapat berjalan dengan baik. Sandang atau pakaian adalah kebutuhan primer manusia selain makanan dan tempat tinggal. Namun kini, pakaian sudah menjadi gaya hidup dalam kehidupan masyarakat. Maka, pakaian terus berkembang mulai dari bentuk dan bahan yang digunakan. Salah satu contohnya adalah pakaian yang terbuat dari batik. Kain batik yang digunakan pada industri fashion juga memiliki motif yang beragam, salah satunya adalah kain batik Mojang Priangan yang berasal dari kota Garut. Pada umumnya, kain tersebut hanya dipakai sebagai sinjang atau kebutuhan sandang sehari-hari oleh masyarakat Garut. Warna-warna khas batik Garut adalah warna gumading (krem), biru tua, merah tua, hijau tua, coklat kekuningan, dan ungu tua. Warna sogan batik Garut adalah coklat muda agak kekuningan, dan warna ini menjadi ciri khas batik Garutan. Warna-warna lain seperti merah darah, merah muda, ungu muda, biru muda dan sebagainya merupakan pengaruh dari daerah lain, terutama pekalongan. Kebanyakan warna latar pada batik Garut adalah warna gumading. Ragam hias batik Garut bersifat naturalistis dan banyak mengambil motif dari dunia flora dan fauna sekitarnya. Setelah tahun 1985 hingga sekarang, batik Garut mengalami pasang surut peminat meskipun batik ini adalah warisan turun-temurun dan pernah mengalami masa kejayaan setelah kemerdekaan Indonesia. Bahkan, masyarakat awam di Indonesia banyak yang belum mengetahui bentuk batik Garut. Untuk lebih meningkatkan eksistensi batik Garut, pemerintah kota Garut pernah mengadakan lomba kreasi batik Garut pada tahun 2006. Selain itu, usaha yang dilakukan pemerintah adalah mengadakan pameran batik Garut dan fashion show yang mengguakan kain batik Garut dengan model busana yang disesuaikan dengan tren mode saat ini. Pergantian mode yang cenderung cepat, dan daya beli masyarakat yang semakin meningkat, menjadi salah satu faktor utama kemajuan industri fashion di Indonesia (Bisnisukm, 2012). Para pelaku industri fashion akan bergerak cepat dalam menciptakan desain-desain baru dalam busana ready to wear. Begitu juga dengan batik kini telah menjadi tren fashion di Indonesia. Saat ini busana batik telah mengalami pergeseran menjadi kebutuhan tersier. Desain batik saat ini sangat beragam karena sekarang busana batik bisa dirancang sedemikian rupa sehingga batik dapat dipakai dalam segala suasana. Inovasi dalam merancang busana

batik sangat dibutuhkan, selain dapat bersaing di era modern juga dapat mempertahankan dan memperkenalkan motif - motif batik kepada masyarakat awam. Gambar 1. Batik Garut Mojang Priangan Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan kembali batik Garut Mojang Priangan dengan gaya yang modern menggunakan teknik surface design. Kain yang digunakan untuk di surface adalah kain organza yang polos. Dalam buku Kenali Tekstil oleh Belinda Gunawan pada tahun 2012, Organza adalah kain tenun tipis dari sutra atau benang sintesis semacam polyester atau nilon. Sifat kain tersebut adalah tipis membayang. Semula, organza hanya dibuat dari benang sutra, sedikit lebih berat dan garing dari kain sutra. Ia juga mirip chiffon, tapi lebih berat dan mantap. Organza ditenun dengan teknik open wave, yaitu cara menenun di mana benang-benang lungsi tidak pernah menyatu, sehingga meninggalkan celah. Organza mirip dengan organdi. Namun bedanya ada dalam penggunaan benang. Organd i biasanya menggunakan katun atau nilon, sementara organza dibuat dari sutra, polyester, atau rayon. Selain itu, dalam cara menenunnya juga ada perbedaan. Organza ditenun dengan teknik open wave, sementara organdi menggunakan cara plain wave. Sekalipun sama-sama tipis, organza ditenun secara lebih ketat, dan sering kali digunakan sebagai pelapis untuk busana-busana yang lebih berbentuk, atau sebagai lapisan-lapisan di bawah rok tule supaya diperoleh kesan lebih penuh. (Gunawan, 2012:43-45). Dari sifatnya yang transparan, muncullah ide untuk mengolah permukaannya. Kain organza tersebut akan diaplikasikan dengan bentuk-bentuk yang ada pada kain batik Mojang Priangan dengan teknik surface design. Teknik surface design yang digunakan adalah dengan bordir dan sulam. Sulam adalah seni membuat hiasan motif dengan teknik menjahit, memadukan dekorasi sulaman pada kain dengan alat bantu jarum dan benang (Jumanta, 2005:2). Sulam tangan memiliki kelemahan yaitu keterbatasan waktu dan pengerjaan yang cenderung membutuhkan konsentrasi dan ketekunan penyulam. Hal ini membuat proses produksi yang terhambat jika ingin membuat usaha berskala besar. Namun kelebihan dari teknik sulam adalah penyulam dapat bebas berkreasi dengan bentuk dan teknik jahitan. (Jumanta, 2005:3). Gambar 2. Kain organza memiliki sifat tipis dan transparan. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 2

2. Proses Studi Kreatif Cikita Wildainy Untuk menghasilkan produk tekstil dan busana yang diinginkan, dibutuhkan proses studi kreatif. Proses ini mencakup kegiatan eksplorasi, pemilihan konsep, dan tema yang cocok untuk sebuah karya. Secara keseluru han, teknik yang dipakai adalah bordir dan sulam tangan. Inspirasi tekstil berasal dari salah satu koleksi desainer Christopher Kane yang menggunakan kain organza yang ditempel motif bentuk bunga dengan warna kontras pada permukaannya. Tema besar pada karya ini adalah Identity of Garut in Modernity. Tema ini menggambarkan sebuah identitas Garut pada era Gambar 3. Image board dengan warna khas batik Garut. modern, dimana ciri khas Garut masih terlihat dan terasa oleh masyarakat. Komposisi Motif terinspirasi dari komposisi yang ada pada batik Garut Mojang Priangan, lace, dan komposisi motif-motif floral dari para desainer dunia. Pada batik Garut Mojang Priangan, terlihat bunga-bunga dan daun saling berhubungan dalam satu tangkai. Komposisi seperti itu yang akan digunakan. Lace juga menjadi inspirasi komposisi karena komposisi pada lace tidak pernah penuh, melainkan terdapat bagian yang sengaja dibiarkan bolong. Selain batik Mojang Priangan dan lace, komposisi-komposisi floral yang dibuat oleh para desainer dunia juga menjadi inspirasi. Komposisi floral dari Valentino menjadi salah satu inspirasi yang digunakan. Konsep yang akan digunakan adalah motif-motif pada kain Mojang Priangan dianatomi agar mengetahui bentuk-bentuk apa saja yang ada dalam satu kain. Kemudian, motif-motif tersebut akan disusun kembali dengan gaya kontemporer untuk mendapatkan kesan modern. Namun, meskipun memiliki konsep kontemporer, karya tetap ada yang menunjukkan motif dan warna yang tradisional. Selain itu, karya juga menunjukkan transformasi komposisi dan warna dari tradisional ke modern. Motif-motif yang telah dipilah, dibuat komposisi untuk diletakkan pada kain dan busana. Komposisi juga tidak penuh karena sifat transparan dari kain harus tetap ada. Begitu juga pada busana, yang nantinya komposisi tersebut, akan tetap memperlihatkan lekuk tubuh pada bagian-bagian kain yang tidak bermotif. Hal ini akan menyerupai busana berbahan lace. Namun, tidak sama seperti lace yang hanya terdiri dari motif yang dibordir atau di sulam semata, melain kan dengan motif yang diprint pada kain kemudian dibordir pada tepi-tepinya. Kemudian, isenisen pada motif batik tersebut akan memiliki tekstur agar tidak terkesan flat (datar). Produk akhir yang dibuat adalah tiga buah busana ready to wear yang memiliki bentuk unik dan tiga lembar kain ukuran 2m x 1m. Namun, bisa dipakai sehari-hari, bahkan dapat menimbulkan kesan yang fashionable. Produk akhir dirancang berdasarkan tiga image board. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 3

3. Hasil Studi dan Pembahasan Eksplorasi dilakukan untuk melihat seberapa jauh karakter bentuk dan tekstur yang dihasilkan. Setiap motif dari kain batik Mojang Priangan diberi tekstur pada isen-isennya. Tekstur dibuat dengan berbagai macam teknik sulam diantaranya adalah sulam rantai, jelujur, tusuk buhul, tusuk simpul, dan lain-lain. Selain itu, terdapat bahan lain yang mampu membuat tekstur yaitu berupa cat kental yang sering disebut dimensional fabric paint. Gambar 4. Hasil eksplorasi tekstur pada isen-isen motif batik. Setelah konsep di susun, langkah selanjutnya adalah membuat sketsa produk. Sketsa terdiri dari 3 buah sketsa baju dan 3 buah sketsa kain. Gambar 5. Sketsa produk busana. Dalam membuat karya, ada tahap-tahap yang dilakukan. Berikut adalah tahap-tahap yang dilakukan: 1. Motif-motif batik Garut yang akan dipakai sebagai motif, di print pada kain taffeta putih. Kemudian, kain yang telah diprint tersebut di gunting menjadi motif-motif yang terpisah. 2. Kain dipotong menjadi 2x1 meter. Kain tersebut hanya untuk produk berupa lembaran kain saja. Setelah dipotong, kain dibentangkan untuk selanjutnya disusun motif-motif batik yang telah digunting sesuai sketsa pada permukaannya. Pengerjaan ini memakan waktu kurang lebih 3-4 hari. 3. Setelah kain-kain tersebut telah bermotif, kain dibawa ke tukang bordir untuk dibordir pada bagian sulur dan outline dari motif. Pengerjaan pembordiran ini memakan waktu kurang lebih satu minggu. 4. Diwaktu yang bersamaan saat kain sedang di kerjakan oleh tukang bordir, kain yang masih polos diserahkan kepada tukang jahit untuk dibuatkan pola bajunya terlebih dahulu. Pengerjaan pembuatan pola memakan waktu kurang lebih satu minggu. 5. Jika semua proses pemberian motif pada permukaan kain selesai, langkah selanjutnya adalah memberi tekstur pada motif. Bagian yang diberi tekstur hanya bagian isen-isen pada batik. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 4

Cikita Wildainy Produk jadi berupa busana ready to wear dan kain berukuran 2m x 1m. Setelah produk jadi, produk di foto secara profesional untuk menunjukkan bentuk dan detail yang ada pada baju. Gambar 6. Hasil produk busana ready to wear. Gambar 7. Hasil produk berupa lembaran kain. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 5

4. Penutup / Kesimpulan Inovasi pada pengelohan permukaan kain dapat dilakukan pada kain jenis apapun, termasuk salah satunya adalah kain organza. Sifat yang transparan dari kain organza, dapat di mainkan dengan memberi motif dipermukaannya. Hal ini membuat permukaan kain menjadi ada yang memiliki bagian transparan dan ada juga yang tidak. Selain memberikan motif pada permukaan, kain organza juga dapat diberikan tekstur dengan teknik bordir. Namun, saat mengerjakan pembordiran, perajin harus teliti dan memperhatikan ketegangan benang dan kain. Jika perajin mampu memperhatikan hal-hal tersebut, hasil bordir pada permukaan kain akan sangat halus dan kain tidak mengkerut. Kain organza yang pada umumnya dipakai sebagai bahan untuk membuat kebaya, ternyata bisa dipakai untuk bahan busana ready to wear yang modern. Model potongan baju untuk busana tersebut juga bisa disesuaikan sesuai selera atau mode yang sedang tren. Bentuk baju yang dapat dihasilkan dari pengaplikasian motif batik Garut pada kain organza ini bisa lebih luas. Kain tersebut bisa dibuat gaun-gaun malam dengan menambahkan embelishment yang mengkilap. Selain itu, ukuran-ukuran motif bisa lebih diperkecil sehingga komposisi motif tersebut dapat lebih rumit dan kompleks. Untuk pengaplikasian warna yang digunakan, bisa memakai warna -warna pastel sebagai variasi yang lain. Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam Tugas Akhir Program Studi Sarjana Kriya FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Yan Yan Sunarya, S.Sn., M.Sn. Daftar Pustaka Christina Andhika Setyanti. 2013. www.fimale.kompas.com. Gunawan Belinda. 2012. Kenali Tekstil. Jakarta: Dian Rakyat Irawan Chandra. 1984. Pola Batik. Jakarta Pusat: CV. Aka Doma. Jumanta. 2005. Pesona Bunga untuk Sulam dan Bordir. Jakarta: Puspa Swara. Pradito Didit dkk. 2010. The Dancing Peacock. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Shaeffer Chlaire. 2003. Sew Any Fabric. USA: Krause Publications. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 6