ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMATIAN BAYI DENGAN ASFIKSIA DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO SANTI WANTI NIM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

KARAKTERISTIK BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB V PEMBAHASAN. bersalin umur sebanyak 32 ibu bersalin (80%). Ibu yang hamil dan

HUBUNGAN PARITAS DAN USIA IBU DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM INSANI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di Indonesia, dari

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN NILAI APGAR BAYI BARU LAHIR DI RSUD SUKOHARJO

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

FAKTOR RISIKO IBU HAMIL KUNJUNGAN PERTAMA DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PAJANGAN KABUPATEN BANTUL Ayu Cahyaningtyas 1, Sujiyatini 2,Nur Djanah 3

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN JENIS PERSALINAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Maolinda et al.,persalinan Tindakan...

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

PERBEDAAN BERAT BADAN LAHIR DAN NILAI APGAR BAYI PADA IBU PARITAS TINGGI DAN PARITAS RENDAH DI RSUD CILACAP TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Rendah. Veronica Magdalena Pinontoan 1, Sandra G.J Tombokan 2, 1. RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado 2,3, Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado

PERBEDAAN HASIL LUARAN BAYI ANTARA IBU PARITAS TINGGI DAN IBU PARITAS RENDAH

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL YANG MENJALANI PERSALINAN SPONTAN DENGAN ANGKA KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD SRAGEN TAHUN

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

LUARAN IBU BERSALIN MENOPOUSE. Outcome Maternal Labor In Menopousal Age

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM

HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD DR. SOESELO KABUPATEN TEGAL

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA PERIODE NASKAH PUBLIKASI

TINJAUAN DESKRIPTIF ANGKA KEMATIAN BAYI BARU LAHIR DI RS TELOGOREJO SEMARANG TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baru dilahirkan (Saifuddin, 2010:1). Keberhasilan penyelenggaraan. gerakan keluarga berencana (Manuaba, 2010:10).

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI BARU LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TANDA BAHAYA KEHAMILAN DESCRIPTION OF MOTHER KNOWLEDGE ABOUT EARLY DETECTION OF PREGNANCY RISK SIGN

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas fasilitas pelayanan kesehatan.

HUBUNGAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA KEHAMILAN DENGAN BERAT BAYI LAHIR DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dhihitung dari hari perama haid terakhir. Masalah kematian ibu adalah

HUBUNGAN UMUR KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSI SULTAN HADLIRIN JEPARA. Asmawahyunita, Ita Rahmawati, Sri Sundarsih Pasni

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD WATES KULON PROGO

Kata kunci : persalinan preterm dan aterm, apgar score, berat badan, panjang badan

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 4 No 1 - Januari 2017

Yulrina Ardhiyanti, Faktor Ibu yang Berhubungan dengan Kejadian Persalinan Lama di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

FAKTOR MATERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN BBLR

KARYA TULIS ILMIAH. Karakteristik Ibu Hamil yang Melahirkan Bayi Prematur Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Pada Tahun 2012.

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR SOEDIRMAN KEBUMEN

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN PERVAGINAM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARULAHIR

MATERNAL FACTOR THAT RELATED WITH LOW BIRTH WEIGHT BABIES AT THE REGIONAL GENERAL HOSPITAL PRINGSEWU YEAR Siti Indarti* ABSTRACT

LUARAN PARTUS LAMA DI BLU RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN NEONATUS RISIKO TINGGI

Prevalensi Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Lahir Prematur di Kamar Bayi Rumah Sakit Immanuel Periode Juli 2005-Juni 2006

BAB I PENDAHULUAN. perlu diperhatikan untuk ketahanan hidupnya (Muslihatun, 2010; h. 3).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. AKB sejak tahun Pada tahun 1991, diestimasikan AKB sebesar 68 per

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

The Relationship of Postterm Pregnancies dnd Premature Infants With Neonatal Asphyxia

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN UMUR IBU DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III TAHUN

STUDI DESKRIPTIF PENYEBAB KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA. Endang Wahyuningsih, Saifudin Zukhri 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan dan persalinan merupakan proses normal, alamiah dan. sehat. Namun bila tidak dipantau secara intensif dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

Hubungan Antara Partus Lama Dan Kondisi Air Ketuban Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir (Stady Kasus Di Rsud Kota Salatiga Tahun 2012)

HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 ABSTRAK

DETERMINAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN IBU NIFAS DALAM MELAKUKAN PERAWATAN TALI PUSAT BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWALO TAHUN 2015

PENGARUH UMUR, KOMPLIKASI LAIN DAN JENIS PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR PADA IBU PREEKLAMPSIA BERAT DI RSUDP MATARAM TAHUN

GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU HAMIL DI BPM NENENG MAHFUZAH, S.Si.T.,M.,M.Kes BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu. bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan (Sumarah, dkk. 2008:1).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG MEDICAL RECORD RSUD PARIAMAN

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN Elisa Damayanti 1, Ismarwati 2

HUBUNGAN TEKANAN DARAH PADA IBU DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO YULIANDARI PRASETYA NINGRUM

Transkripsi:

ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMATIAN BAYI DENGAN ASFIKSIA DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 Joyo Minardo, Kartika Sari, Tutik Susilowati, Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo joyo_minardo@yahoo.co.id ABSTRACT Asphyxia neonatorum is a condition in which the baby can not breathe spontaneously and regularly soon after birth due to several factors: maternal factors, factors from the placenta, fetal factors, factors of labor, and of multifactorial. This study aims to investigate the characteristics of mothers with infants died of asphyxia in Semarang district in 2012 and analyzes the factors that cause infant death due to asphyxia in Semarang district in 2012. This research is a retrospective study using cross-sectional approach. Subjects were mothers with infants died of asphyxia in Semarang Regency in 2012, time studies in January 2014. The research instrument using the checklist and perinatal mortality audit records. Technical analysis of the data using univariate analysis. Based on the research that the characteristics of pregnant women who have a baby die of asphyxia mostly aged between 20-35 years of age productive or as many as 29 ( 76 % ) of people, berparitas < 4 which is 36 people ( 95 % ), junior high school education is 21 people ( 55 % ), age at term pregnancy is 28 people ( 74 % ). The results showed 13 infants ( 34.2 % ) died due to asphyxia with the causes of fetal factors, 13 infants ( 34.2 % ) died due to asphyxia with the cause of multi- factor, 10 infants ( 26.3 % ) died due to asphyxia with a cause of the labor factor 2 infants ( 5 % ) died due to asphyxia with the causes of maternal factors, not the baby died because of asphyxia obtained with the causes of placental factors. Advice given is a health worker should be more thorough in examining pregnant women and more prudent in taking actions that can overcome the disstres fetal asphyxia not allow to happen. Keywords Library : asphyxia neonatorum, death in infant : 11 books PENDAHULUAN Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu dan Angka kematian Bayi. Kondisi derajat kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini masih memprihatinkan, antara lain ditandai dengan masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2007 Angka Kematian Bayi di Indonesia menunjukkan angka yang masih tinggi yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB di Jawa Tengah pada tahun 2011 mencapai 10,75 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan masalah tersebut ditetapkanlah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2009 dengan sasaran untuk menurunkan angka kematian bayi (AKB) dari 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2014, serta menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dari 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014. Pembangunan ini didasarkan pada target MDGs 2015 yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dan menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Dibandingkan dengan target MDGs ke-4 yaitu tentang penurunan AKB tahun 2015 menjadi sebesar 23 /1.000 kelahiran hidup maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sudah cukup baik karena telah melampaui target. Tetapi AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 10,75/1.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu sebesar 10,34/1.000 kelahiran hidup. Bayi lahir hidup di Kabupaten Semarang Tahun 2012 sebanyak 14101. Dari kelahiran bayi hidup tersebut terdapat kasus kematian bayi sebanyak 186 bayi atau 13,19 per 1000 kelahiran hidup. Dari jumlah tersebut 128 (68,8%) bayi mati saat berumur 0-7 hari yang terdiri dari : 60 (32,3%) bayi mati disebabkan oleh BBLR, 38 (20,4%) bayi mati disebabkan oleh asfiksia, 9 (4,8%) bayi mati disebabkan oleh infeksi, 9 (4,8%) bayi mati disebabkan oleh

aspirasi, 8 (4,3%) bayi mati disebabkan oleh kelainan kongenital, 4 (2,2%) bayi mati disebabkan oleh lain-lain. Dua belas (6,5%) bayi mati saat berumur 8-28 hari yang terdiri dari : 3 (1,6%) bayi mati yang disebabkan oleh BBLR, 2 (1,1%) bayi mati disebabkan oleh infeksi, 2 (1,1%) bayi mati disebabkan oleh aspirasi, 4 (2,2%) bayi mati disebabkan oleh kelainan kongenital, 1 (0,5%) bayi mati disebabkan oleh lain-lain. Empat puluhenam (24,7%) bayi mati saat berumur 28 hari-1 tahun yang terdiri dari : 9 (4,8%) bayi mati yang disebabkan oleh aspirasi, 2 (1,1%) bayi mati disebabkan oleh diare, 2 (1,1%) bayi mati disebabkan oleh DBD, 9 (4,8%) bayi mati disebabkan oleh pneumonia, 24 (12,9%) bayi mati disebabkan oleh lain-lain. Menurut Prawirohardjo (2011) penyebab terjadinya kematian bayi adalah sebagai berikut : asfiksia, trauma kelahira, infeksi,prematuritas, kelainan bawaan. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah deskriptif retrospective dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variable-variabel yang termasuk factor resiko dan variable-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama. Variabel dalam penelitian ini adalah factor-faktor penyebab kematian bayi karena aspiksia, yang meliputi gaktor ibu, factor plasenta, factor janin dan factor persalinan. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Semarang selama bulan Desember 2013 sampai dengan bulan Januari 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang mati karena asfiksia di Kabupaten Semarang selama tahun 2012. Bayi yang mati karena asfiksia di kabupaten Semarang selama 2012 sejumlah 38 bayi. Data yang digunakan adalah data sekunder dari profil kabupaten Semarang tahun 2012. Sampel diambil berdasarkan sampel jenuh yaitu semua kasus kematian bayi dengan asfiksia di kabupaten Semarang tahun 2012 sejumlah 38 bayi. Tehnik pengambilan sampel adalah tehnik samplinh sampling merupakan tehnik-tehnik tertentu atau cara yang digunakan dalam pengambilan sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasi.tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh yaitu pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sample. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Umur Ibu Umur Ibu Jumlah Persen Umur Reproduksi Sehat 29 orang 76,3% Umur Non Reproduksi sehat 9 orang 23,7% Tabel 4.2 Distribusi frekwensi Umur Ibu yang memiliki bayi mati karena asfiksia tahun 2012 di Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia antara 20-35 tahun atau usia produktif yaitu sebanyak 29 (76,3%) orang, responden yang berusia non produktif atau berusia <20 tahun dan usia >35 tahun berjumlah 9 (23,7%). Paritas Tabel 4.3 Distribusi frekwensi Paritas ibu yang mempunyai bayi mati karena asfiksia tahun 2012 di Kabupaten Semarang Paritas Jumlah Persen Paritas 4 36 94,7% Paritas > 4 2 5,3% Berdasarkan paritas responden dapat diketahui bahwa terdapat 2 orang (5,3%) paritas >4 dan 36 orang (94,7%) paritas <4.

Pendidikan Tabel 4.4 Distribusi frekwensi Pendidikan ibu yang mempunyai bayi mati karena asfiksia tahun 2012 di Kabupaten Semarang Pendidikan Jumlah Persen SD 10 26,3% SMP 21 55,3% SMA 7 18,4% Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMP yaitu 21 orang (55,3%), berpendidikan SD 10 orang (26,3%), dan berpendidikan SMA 7 orang (18,4%). Umur Kehamilan Tabel 4.5 Umur kehamilan ibu yang mempunyai bayi mati karena asfiksia tahun 2012 di Kabupaten Semarang Umur Kehamilan Jumlah Persen Aterm 28 73,7% Preterm 10 26,3% Berdasarkan umur kehamilan responden dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu yaitu 28 orang (73,7%) dengan kehamilan aterm dan 10 orang (26,3%) dengan kehamilan preterm. Penyebab Asfiksia Neonatorum Tabel 4.6 Distribusi frekwensi faktor-faktor penyebab kematian bayi karena asfiksia tahun 2012 di Kabupaten Semarang Faktor penyebab asfiksia Jumlah Persen Faktor Ibu 2 5,3% Faktor Janin 13 34,2% Faktor Placenta 0 0% Faktor Persalinan 10 26,3% Multi faktor 13 34,2% Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 38 bayi yang mati karena asfiksia terdapat 13 bayi (34,2%) mati karena asfiksia dengan penyebab dari janin, 13 bayi (34,2%) mati karena asfiksia dengan penyebab multi faktor, 10 bayi (26,3%) mati karena asfiksia dengan penyebab dari faktor persalinan, 2 bayi (5,3%) mati karena asfiksia dengan penyebab dari faktor ibu. Pembahasan Karakteristik Responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia antara 20-35 tahun yaitu wanita dengan usia reproduksi sehat. Wanita pada umur antara 20-35 tahun masih pada rentang sehat untuk usia reproduksi karena tidak beresiko tinggi. Menurut Manuaba (2010), karakteristik umur mempunyai pengaruh yang erat dengan perkembangan alat-alat reproduksi wanita, dimana reproduksi sehat bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun. Keadaan ini disebabkan karena pada umur kurang dari 20 tahun wanita pada umumnya secara fisik alat reproduksinya belum matang untuk menerima hasil konsepsi dan dari segi psikis seorang wanita yang berumur terlalu muda belum cukup dewasa untuk menjadi seorang ibu. Sedangkan pada umur lebih dari 35 tahun, elastisitas alat-alat panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnya mengalami kemunduran sehingga dapat mempersulit persalinan dan dapat menyebabkan lahirnya bayi dengan asfiksia (Manuaba,2010). Berdasarkan paritas responden paling banyak adalah kehamilan kurang dari 4 kali. Resiko terhadap ibu dan anak pada kelahiran bayi pertama cukup tinggi, kemudian resiko tersebut akan menurun pada kelahiran kedua dan ketiga serta meningkat lagi pada kelahiran keempat dan selanjutnya. Seorang ibu yang sudah mempunyai 4 anak atau lebih dan menjadi hamil lagi kesehatannya sudah nampak menurun dan sering mengalami anemia. Selama hamil sering terjadi perdarahan jalan lahir dan letak bayi sungsang atau melintang, akibat keadaan

tersebut persalinan menjadi sulit dan lama bahkan mengalami perdarahan dan infeksi. Keadaan tersebut dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir. Berdasarkan pendidikan responden paling banyak adalah SMP yaitu 55%. Menurut Djamarah (2007) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan pengetahuan dan sikap seseorang. faktor ibu Dari penelitian didapatakan 2 bayi (5,3%) mati karena asfiksia dengan penyebab dari faktor ibu yang meliputi : anemia, umur lebih 35 tahun, ibu hamil lebih dari 4x, tekanan darah ibu lebih dari 140/90 mmhg (hipertensi). Pada anemia, sel darah merah atau Hb yang berfungsi mengikat O 2 di dalam darah ibu berkurang. Berkurangnya sel darah merah menyebabkan gangguan aliran darah pada uterus, hal ini akan menyebabkan berkurangnya aliran O 2 ke placenta dan janin, sehingga akan menyebabkan hipoksia pada janin. Menurut Wafi Nur Muslihatun (2010) salah satu penyebab asfiksia pada saat lahir adalah dari faktor ibu dengan anemia. Pada hipertensi (tensi 140/90 mmhg), terjadi gangguan aliran darah pada uterus, hal ini akan menyebabkan berkurangnya aliran O 2 ke placenta dan janin, sehingga akan menyebabkan hipoksia pada janin. Menurut Wafi Nur Muslihatun (2010) salah satu penyebab asfiksia pada saat lahir adalah dari faktor ibu dengan hipertensi. Pada penyebab kematian bayi dengan asfiksia dari faktor ibu tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan hasil penelitian. faktor placenta Dari penelitian tidak didapatakan bayi mati karena asfiksia dengan penyebab dari faktor placenta. faktor janin Dari penelitian didapatakan 13 bayi (34,2%) mati karena asfiksia dengan penyebab dari faktor janin yang meliputi : prematur, BBLR, gemelli, lilitan tali pusat, dan cacat kongenital. Pada bayi prematur lahir dengan jumlah surfaktan yang sedikit. Surfaktan adalah suatu zat yang diproduksi oleh sel epithel tipe II yang berfungsi untuk mengurangi tegangan permukaan dalam alveoli, yang mencegah kolaps alveoli pada akhir ekshalasi. Bila surfaktan berkurang maka alveoli tidak bisa mengembang dengan sempurna yang akan mengakibatkan gangguan pertukaran O 2 dengan CO 2, sehingga bayi bisa mengalami asfiksia. Menurut Wafi Nur Muslihatun (2010) salah satu penyebab asfiksia pada saat lahir adalah dari faktor janin yaitu prematur. Pada bayi BBLR lahir dengan jumlah surfaktan yang sedikit. Bila surfaktan berkurang maka alveoli tidak bisa mengembang dengan sempurna yang akan mengakibatkan gangguan pertukaran O 2 dengan CO 2, sehingga bayi bisa mengalami asfiksia. Menurut Wafi Nur Muslihatun (2010) salah satu penyebab asfiksia pada saat lahir adalah dari faktor janin yaitu BBLR. Pada bayi gemelli biasanya akan lahir prematur. Bayi prematur lahir dengan jumlah surfaktan yang sedikit. Bila surfaktan berkurang maka alveoli tidak bisa mengembang dengan sempurna yang akan mengakibatkan gangguan pertukaran O 2 dengan CO 2, sehingga bayi bisa mengalami asfiksia. Menurut Wafi Nur Muslihatun (2010) salah satu penyebab asfiksia pada saat lahir adalah dari faktor janin yaitu gemelli. Pada janin dengan lilitan tali pusat terjadi penekanan pada tali pusat yang mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah tali pusat dan menghambat pertukaran gas O 2 dari ibu dan gas CO 2 dari janin, sehingga bayi akan mengalami asfiksia. Menurut Wafi Nur Muslihatun (2010) salah satu penyebab asfiksia pada saat lahir adalah dari faktor janin yaitu lilitan tali pusat.

Pada bayi dengan cacat kongenital yang memberi dampak pada depresi pusat pernafasan bayi akan menyebabkan bayi tidak bisa bernafas secara spontan sehingga bayi menderita asfiksia. Menurut Wafi Nur Muslihatun (2010) salah satu penyebab asfiksia pada saat lahir adalah dari faktor janin yaitu cacat kongenital. Pada penyebab kematian bayi dengan asfiksia dari faktor janin tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan hasil penelitian. faktor persalinan Dari penelitian didapatakan 10 bayi (26,3%) mati karena asfiksia dengan penyebab dari faktor persalinan yang meliputi : persalinan lama dan persalinan dengan tindakan. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan bersifat lebih mendadak dan hampir selalu mengakibatkan anoksia atau hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia bayi. Pada persalinan dengan tindakan (induksi) biasanya akan terjadi gangguan kontraksi uterus yang berakibat terjadinya gangguan peredaran darah pada uterus sehingga menyebabkan gangguan pertukaran gas antara ibu dan janin yang mengakibatkan terjadinya hipoksia pada janin dan berakhir dengan asfiksia pada bayi. Pada persalinan dengan tindakan (vakum dan forcep) terjadi penekanan pada kepala yang menyebabkan terjadinya depresi pusat pernafasan. Sedangkan pada persalinan dengan tindakan (SC) terjadi depresi pusat pernafasan janin karena pemakaian obat anaestesi pada ibu. Menurut Wafi Nur Muslihatun (2010) salah satu penyebab asfiksia pada saat lahir adalah dari faktor persalinan yaitu persalinan dengan tindakan. Diagnosa anoksia atau hipoksia dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah denyut jantung janin, mekonium dalam air ketuban, dan pemeriksaan darah janin (Prawirohardjo,2009). Pada penyebab kematian bayi dengan asfiksia dari faktor persalinan tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan hasil penelitian. multifactor Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 38 bayi yang mati karena asfiksia terdapat 13 bayi (34%) mati karena asfiksia dengan penyebab dari multi faktor yaitu beberapa faktor sekaligus terdapat pada satu kasus, misalnya ada faktor ibu dengan faktor janin atau faktor ibu dengan faktor persalinan. Menurut Wafi Nur Muslihatun (2010) penyebab asfiksia pada saat lahir mencakup : faktor ibu, faktor placenta, faktor janin, faktor persalinan. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan bersifat mendadak dan hampir selalu mengakibatkan anoksia atau hipoksia dan berakhir dengan asfiksia bayi. Pada penyebab kematian bayi dengan asfiksia dari multi faktor tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan hasil penelitian. Diagnosa anoksia atau hipoksia dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah denyut jantung janin, mekonium dalam air ketuban, dan pemeriksaan darah janin (Prawirohardjo,2009). SIMPULAN 1. Berdasarkan penelitian bahwa karakteristik ibu hamil yang mempunyai bayi mati karena asfiksia sebagian besar berusia antara 20-35 tahun atau usia produktif yaitu sebanyak 29 (76%) orang, berparitas < 4 yaitu 36 orang (95%), berpendidikan SMP yaitu 21 orang (55%), berumur kehamilan aterm yaitu 28 orang (74%). 2. Berdasarkan penelitian diketahui 13 bayi (34,2%) mati karena asfiksia dengan penyebab dari faktor janin, 13 bayi (34,2%) mati karena asfiksia dengan penyebab dari multi faktor, 10 bayi (26,3%) mati karena asfiksia dengan penyebab dari faktor persalinan 2 bayi (5%) mati karena asfiksia dengan penyebab dari faktor ibu, tidak didapatkan bayi mati karena asfiksia dengan penyebab dari faktor placenta.

DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. Buku acuan pelatihan pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar. Jakarta: Depkes; 2007. h. 9-1-9-12 Fraser DM, Cooper MA. Myles buku ajar bidan. Jakarta: EGC; 2009 Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan, dan KB untuk pendidikan Bidan. Jakarta: EGC; 2010. h. 421-424 Muslihatun WN. Asuhan neonatus bayi dan balita. Yogyakarta: Fitramaya; 2010. h. 29, 183-185 Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta: BP-SP; 2011. Prawirohardjo S. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: YBP-SP; 2009. h. 347-369 Rahmawati I. Intisari materi asuhan kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, BBL, dan KB). Jepara: Mitra Bagoes; 2010 Sari K, Susanti R. Buku ajar asuhan kebidanan neonatus, bayi, dan anak balita. Ungaran: Akbid Ngudi Waluyo; 2012 Siswanto Y. Modul mata kuliah statistik kesehatan untuk program studi D-III Kebidanan, Akademi Kebidanan, dan Akademi Keperawatan. Sudarti, Fauziah A. Asuhan kebidanan neonatus risiko tinggi dan kegawatan. Yogyakarta: Numed; 2013. h. 64-83