BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

Oleh: Ernawati SMA Negeri 1 Gondang, Tulungagung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. sains tersebut (Gallagher, 2007). Dengan demikian hasil belajar sains diharapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur. perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi.

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Predict Observe Explain (POE) tugas utama yaitu memprediksi, mengamati, dan memberikan penjelasan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beragam gaya mengajar yang dilakukan dengan khas oleh masing-masing guru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

Oleh: Sugeng SD Negeri I Malasan, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari Bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

PENINGKATKAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DI KELAS III SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II KAJIAN TEORI. Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2000:26). Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri. waktu yang relatif lama (Sugiyo, 2000:26).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mulyono (dalam Aunurrahman 2011:9) mengemukakan bahwa aktivitas artinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Djamarah (2005:66), guru perlu menciptakan suatu masalah untuk

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara

PENGARUH PENGGUNAAN E-LEARNING MOODLE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NEGERI 2 BERAU

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

II. TINJAUAN PUSTAKA. medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses penyampaian pesan dari guru sebagai sumber pesan kepada siswa yang

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN MENGGUNAKAN MODEL TALKING STICK KELAS IV SD NEGERI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari Freudenthal Institute, Urecht University di negeri Belanda. kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam proses pembelajaran, aktivitas belajar memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler (dalam Winataputra, 2008:1.5) menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, keterampilan, dan sikap. Menurut Juliantara (2010 :1), menjelaskan bahwa aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen.

Dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dinyatakan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan mengolah pengalaman dan atau praktik dengan cara mendengar, membaca, menulis, mendiskusikan, merefleksikan rangsangan, dan memecahkan masalah. Sardiman (2004: 37) menyatakan bahwa a ktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi. Diedrich (dalam Sardiman, 2004: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang digolongkan ke dalam 8 kelompok: 1. Kegiatan-kegiatan visual, yang didalamnya membaca, melihat gambargambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. 2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), seperti mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi. 3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, seperti mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio.

4. Kegiatan-kegiatan menulis, seperti menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket. 5. Kegiatan-kegiatan menggambar, seperti menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. 6. Kegiatan-kegiatan metrik, seperti melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun. 7. Kegiatan-kegiatan mental, seperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan. 8. Kegiatan-kegiatan emosional, seperti minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain. Aktivitas-aktivitas dalam belajar tersebut dapat dibedakan lagi menjadi aktivitas yang televan dengan pembelajaran (on task) dan aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran ( off task). Aktivitas yang relevan dengan pembelajaran ( on task) contohnya adalah memperhatikan penjelasan guru, melakukan diskusi, dan mencatat. Aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran ( off task), contohnya adalah tidak memperhatikan penjelasan guru dan mengobrol dengan teman. Siswa aktif dalam pembelajaran apabila siswa melakukan aktivitas yang relevan dengan kegiatan pembelajaran ( on task), dengan melakukan banyak aktivitas yang relevan dengan pembelajaran, maka siswa mampu memahami, mengingat, dan menerapkan konsep yang

telah dipelajari. Aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran ( off task) akan lebih mudah diamati ketika proses pembelajaran berlangsung jika dibandingkan dengan aktivitas yang relevan dengan pembelajaran ( on task). Jadi siswa dikatakan aktif dalam kegiatan pembelajaran jika siswa sedikit melakukan aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran. Dari penjelasan tentang aktivitas belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif. B. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai dan suatu usaha belajar juga merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan kegiatan belajar. Menurut Arikunto (2001: 73), Hasil belajar merupakan kemampuan penguasaan materi yang dicapai siswa dan dapat dinyatakan dengan nilai atau angka ketercapaian suatu pembelajaran dimana salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang diukur melalui tes. Dimyati (1999: 3) menyatakan Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan tindakan mengajar. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari diri siswa merupakan puncak proses belajar. Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yang sedang belajar, meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologi dan faktor kelelahan. b. Faktor eksternal yaitu faktor yang bersumber dari luar diri siswa yang sedang belajar, meliputi faktor keluarga, sekolah dan faktor masyarakat. Sedangkan menurut Anitah (2009: 2.19), hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Dari penjelasan tentang hasil belajar dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar, baik kemampuan intelektual maupun kemampuan sosial. C. Media Kartu Soal Dalam Ruminiati (2007: 2.11) secara harafiah kata media berasal dari bahasa Latin medio, yang merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti perantara atau pengantar. Secara khusus kata tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi dari satu sumber kepada penerima. Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar kepada siswa. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru. Matematika merupakan mata pelajaran yang berorientasi pada pembelajaran aktif dan kreatif. Aktivitas dalam pembelajaran matematika diupayakan untuk

meningkatkan kemampuan siswa, baik pemahaman materi maupun keterampilan. Sistematika dan inovasi pembelajaran matematika harus dilengkapi dengan media pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah media kartu soal. Berliana (dalam Tarjo, 2012: 1) mengemukakan bahwa media kartu soal adalah sarana agar siswa dapat belajar secara aktif terlibat dalam kegiatan belajar, berfikir aktif dan kritis di dalam belajar dan secara inovatif dapat menemukan cara atau pembuktian teori matematika. Pembelajaran matematika dengan menggunakan media kartu soal menerapkan proses belajar kelompok dalam bentuk kegiatan mencatat konsep materi matematika untuk meningkatkan pemahaman siswa. Belajar kelompok dengan media kartu soal bertumpu pada dua hal sebagai berikut: a. Mengoptimalkan interaksi antara semua elemen pembelajaran yaitu guru, siswa, dan media. b. Mengoptimalkan keikutsertaan seluruh sense siswa yaitu panca indra, rasa dan karsa. Dengan demikian, penggunaan kartu soal dalam pembelajaran matematika bertujuan untuk memudahkan siswa berinteraksi dalam belajar. Yamin (dalam Tarjo, 2012: 1) menyatakan interaksi antara siswa dan guru adalah proses komunikasi yang dilakukan secara timbal balik dalam menyampaikan pesan kepada siswa. Guru dalam hal ini adalah sebagai penyampai pesan dan siswa sebagai penerima pesan. Pesan yang dimaksud

adalah bahan atau materi pelajaran. Untuk itu, penyampaian materi pelajaran tentunya membutuhkan sarana penunjang yang tepat agar siswa dapat menyerap materi dengan baik. Sarana tersebut berupa media pembelajaran. Berdasarkan pemikiran tersebut media kartu soal digunakan untuk meningkatkan interaksi belajar dan pemahaman konsep materi pelajaran matematika. Media kartu soal dapat dibuat menggunakan kertas manila atau sejenisnya dengan ukuran 10 cm x 15 cm. Mengingat media ini berorientasi untuk mengaktifkan kelompok maka dalam proses pembelajarannya tidak terlepas dari kegiatan diskusi antar siswa dengan bimbingan dan arahan guru. Guru menjelaskan inti materi yang sesuai dengan bahan ajar yang diberikan. Setelah guru menerangkan, siswa dan kelompoknya diberi kartu soal yang masing-masing berisi soal yang telah dibuat. Pada akhir pembelajaran kelompok diharapkan dapat mempresentasikan hasil dari diskusi di depan kelas sehingga hasil dari setiap kelompok dapat dibandingkan tingkat pemahamannya. Setiap media pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri. Hal tersebut bisa diperhatikan dari cara pembuatan, penggunaan dan cara penilaian terhadap media yang digunakan. Untuk kelebihan dan kelemahan media kartu soal, dapat peneliti kemukakan berdasarkan proses pembelajaran yang dilakukan. Berikut adalah kelebihan dan kelemahan media kartu soal menurut Berliana (dalam Tarjo, 2012: 4), yaitu: a. Kelebihan 1) Mengubah kebiasaan belajar teacher centered menjadi student activity.

2) Mengefektifkan proses cooperative learning 3) Menumbuhkan suasana kreatif dan enjoyfull learning 4) Membuat siswa trampil mengerjakan soal-soal sendiri dan belajar mengatasi masalah b. Kelemahan 1) Siswa terkadang saling mengandalkan dalam mengerjakan soal yang terdapat dalam kartu soal. 2) Suasana yang belajar yang dibentuk dalam permainan terkadang membuat siswa ada yang bermain-main dalam belajar 3) Kartu soal sering dijadikan bahan permainan oleh siswa 4) Banyak waktu yang dibutuhkan Berdasarkan uraian tersebut, dapat diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan media kartu soal dalam proses pembelajaran pada intinya adalah upaya guru memodifikasi cara penyampaian materi pelajaran. Cara penyampaian tersebut diupayakan semaksimal mungkin dibantu dengan suatu media yang terbuat dari benda-benda yang mudah didapat. Dengan bahan yang sederhana untuk membuat media pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran tentunya akan meningkatkan prestasi atau hasil belajar siswa itunsendiri. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan media kartu soal adalah sebagai berikut (Sudarmono, 2008: 9):

a. Setiap siswa diberi kartu soal berupa kertas manila berukuran 10 cm x 15 cm untuk menuliskan soal cerita sesuai materi yang dibahas. b. Kartu yang telah berisi soal yang ditulis oleh siswa dikumpulkan kembali pada guru. c. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas 3 s.d. 4 orang siswa. d. Salah seorang siswa diminta untuk mengocok kartu soal yang telah berisi pertanyaan kemudian membagikannya secara acak kepada teman temannya dan masing masing mendapat satu buah kartu. e. Setiap kelompok memecahkan soal yang telah diterima secara bersama sama. f. Koreksi jawaban atas tugas kelompok. g. Pembahasan bersama terutama soal soal yang tidak dapat dikerjakan dengan benar. h. Siswa bertanya tentang hal hal yang belum dipahami. i. Guru bersama sama dengan siswa membuat kesimpulan tentang hal yang baru dipelajari j. Tes untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita. D. Kerangka Pikir Aktivitas siswa menjadi hal yang penting selama proses pembelajaran. Hal ini penting bagi guru untuk memilih metode pembelajaran yang tepat dan bervariatif untuk meningkatkan aktivitas siswa. Dari deskripsi teori didapatkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media kartu soal dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga berpengaruh positif terhadap prestasi belajar matematika siswa. Dengan media kartu soal maka siswa menjadi lebih memahami soal matematika sehingga dapat mengerjakannya dengan baik yang pada gilirannya akan meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Dalam proses pembelajaran keaktivan siswa dapat dibuktikan dengan prestasi atau hasil belajar yang dicapai setelah diadakan evaluasi pembelajaran di kelas. Dari uraian tersebut dengan penggunaan metode bermain kartu soal dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Sejalan dengan itu peningkatan hasil belajar siswa pun akan terpenuhi. Dengan kata lain pembelajaran dengan metode bermain kartu soal dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika. E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Bahwa pembelajaran dengan menggunakan media kartu soal dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Sukadadi tahun pelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran matematika. 2. Bahwa pembelajaran dengan menggunakan media kartu soal dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Sukadadi tahun pelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran matematika.