Sosialisasi Program Pencegahan Gratifikasi Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

dokumen-dokumen yang mirip
KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 044 TAHUN 2015 TENTANG

KEMENDAGRI. Gratifikasi. Unit Pengendalian.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 16

2016, No sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang P

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

538 KOMPILASI KETENTUAN PIDANA DI LUAR KUHP

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

P e d o m a n. Pengendalian Gratifikasi

2015, No Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 90 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 Tahun 2014 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER -05/MBU/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

SOSIALISASI LHKPN, GRATIFIKASI DAN WHISTLEBLOWER MEMBANGUN PERINGATAN DINI DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS MANAJEMEN RISIKO PENGAWASAN INTERNAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 3502); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersi

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

2015, No.69 2 Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

SURAT - EDARAN NOMOR : SE 30 TAHUU 2017 TENTANG PROGRAM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 22. TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 3874), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

GUBERNUR SUMATERA BARAT

NO. PERTANYAAN JAWABAN

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU SAKU UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

UPATI BIREUEN PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PADA PEMERINTAH KABUPATEN BIREUEN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURANBUPATI BULUKUMBA NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

ETIK UMB. Tindakan Korupsi dan Penyebabnya. Pendahuluan. Modul ke: Daftar Pustaka. 12Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 19.a TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 052 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PENGERTIAN KORUPSI. Bab. To end corruption is my dream; togetherness in fighting it makes the dream come true. PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

Daftar Isi. 2. Tujuan. 5. Bab III. BATASAN GRATIFIKASI Batasan Penerimaan Hadiah/Cinderamata dan/atau Hiburan 10

2 Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Undang-U

POTENSI KORUPSI DANA DESA DAN SANKSI HUKUMNYA pada

TINDAKAN KORUPSI DAN PENYEBABNYA

Gratifikasi dilarang karena dapat mendorong Insan PTC

2017, No Keluarga Berencana Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dar

PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIMEULUE

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 50 TAHUN 2015

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN. PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR Nomor : 58 TAHUN 2016 TENTANG

Modul ke: Etik UMB. Tindakan Korupsi dan Penyebabnya - 1. Fakultas MKCU. Finy F. Basarah, M.Si. Program Studi MKCU.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 11 TINDAKAN KORUPSI DAN PENYEBABNYA

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II IDENTIFIKASI DATA

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PADA PEMERINTAH ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. UU No. 31 TAHUN 1999 jo UU No. 20 TAHUN 2001

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

Komisi Pemberantasan Korupsi. Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2015

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIAK

Dadit Herdikiagung - Inspektur II Inspektorat Jenderal Kementerian Ristek, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

BSN. Pengendalian Gratifikasi. Sistem.

2017, No Mengingat : 1. Undang- U n d a n g N o m o r 2 8 T a h u n t e n t a n g Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Ko

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PENDIDIKAN ANTIKORUPSI UNTUK KITA SEMUA Memahami Gratifikasi

-1- BUPATI MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pidana Korupsi di Indonesia Oleh Frans Simangunsong, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN 2015 s.d 2017 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT INSPEKTORAT JENDERAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI. Komisi Pemberantasan Korupsi

~ 1 ~ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

Inspektorat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sosialisasi Program Pencegahan Gratifikasi Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Oleh: Inspektur Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, 29 September 2016

PROGRAM PENCEGAHAN GRATIFIKASI ANTI KORUPSI GRATIFIKASI WHISTLEBLOWING SYSTEM (WBS) Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB); Pembangunan Zona Integritas (ZI) Menuju Wilayah Bebas Dari Korupsi (WBK) Dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBK)

PERAN APIP QUALITY ASSURANCE (Penjamin Kualitas) Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah (Assurance Activity) CONSULTING (Konsultan) Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah (Consulting Activity) Memberikan solusi yang bersifat jangka panjang WATCHDOG (Pengawas) Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi (Anti Corruption Activities) Memberikan solusi yang bersifat jangka pendek 3

KINERJA (TUSI) TEMATIK PROGRAM PENGAWASAN ITJEN WATCHDOG (Pengawas) AUDIT CONSULTING (Konsultan) REVIU QUALITY ASSURANCE (Penjaminan Kualitas) EVALUASI IMPLEMENTASI SAKIP (LAPORAN KINERJA) Pengawasan Kasus berindikasi KKN Audit Investigasi Penanganan Pengaduan Masyarakat Satker Yang direkomendasikan Berpredikat WBK LAPORAN KEUANGAN RKAKL ESELON I PEMANTAUAN PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN SPIP PEMANTAUAN KINERJA

INSPEKTORAT I WILAYAH KERJA INSPEKTORAT INSPEKTORAT II INSPEKTORAT III INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT INVESTIGASI 1) Inspektorat Jenderal (1 Satker) 2) Ditjen KSDAE (6 Satker) 3) Ditjen P2KL (6 Satker) Serta Instansi LHK di Pulau Sumatera PPPE : 1 Satker UPT : 51 Satker Dekon : 28 Satker 4) Ditjen Pengendalian DAS dan HL (6 Satker) 5) Ditjen PSKL (5 Satker) 6) Badan PPSDM (5 Satker) Serta Instansi LHK di P Jawa, Bali dan Nusra PPPE : 2 Satker UPT : 52 Satker Dekon : 22 Satker 7)Ditjen PHPL (6 satker) 8) Badan Litbang dan inovasi (5 satker) 9) Ditjen PSL & B3 (6 satker) 10) Dirjen Gakum LHK (5 satker) Serta Instansi LHK di P Kalimantan dan Papua PPPE : 2 Satker UPT : 46 Satker Dekon : 18 Satker TP : 3 Satker 11) Ditjen PKTL (6 satker) 12) Setjen (12 Satker) 13) Ditjen PPI (6 satker) Serta Instansi LHK di P. Sulawesi, Maluku dan Malut PPPE : 1 Satker UPT : 41 Satker Dekon : 24 Satker Total 93 Satker Total 92 Satker Total 91 Satker Total 90 Satker (seluruh unit eselon I dan UPT-nya ) Total Satker KLHK : 366 Satker Tahun 2016 Tahun 2017 Satker yang di Audit Sebanyak 212 Satker (58%) Satker yang di Audit Sebanyak 220 Satker (60%) 5

Audit investigasi 1. Kasus di TN Kutai 2. Kasus di BPDAS Mahakam Berau 3. IUPHHK HTI Sari mutiara Hijau 4. Offset Harimau dan ilegal Loging TN Berbak 5. Peredaran Hasil hutan di Kaimana 6

Korupsi Mencari untung dengan cara melawan hukum dan merugikan negara (Pasal 2 dan Pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999 jo UU Nomor 20 Tahun 2001) Unsur-unsur: 1. Setiap Orang 2. Memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada. 3. Dengan cara melawan hukum 4.Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Tindak Pidana Korupsi (UU No. 31 Tahun 1999 jo UU Nomor 20 Tahun 2001) 1. Suap-menyuap 2. Penggelapan Dalam Jabatan 3. Pemerasan 4. Perbuatan Curang 5. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan 6. Gratifikasi

Jenis Suap dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam menurut KPK Suap untuk mendapat manfaat langka dan menghindari biaya (misal: mendapat konsesi) Suap untuk mendapatkan diskresi yang menguntungkan (misal: pengurangan pembayaran Pajak dan PNBP) Suap untuk layanan Cepat atau Informasi di dalam (misal: mempercepat perizinan) Suap untuk menghambat persaingan usaha (misal: membayar aparat pemerintah untuk menggeledah pabrik/usaha kompetitor)

Pengertian Gratifikasi menurut penjelasan pasal 12B UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor:P.86/Menhut-II/2014 Tentang Pengendalian Gratifikasi Di Lingkungan Kementerian Kehutanan Pemberian dalam arti luas yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik

GRATIFIKASI Pasal 12B ayat (1) UU No.31/1999 jo UU No. 20/2001, berbunyi Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, Pengecualian : Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Pasal 12 C ayat (1): Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

BUKTI SUAP DAN GRATIFIKASI

12 11

SUAP-menyuap 1. Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang menerima pemberian atau janji terkait dengan jabatannya; 2. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang terkait;

Penggelapan dalam Jabatan Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau uang/surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut; memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan adminstrasi; menggelapkan, merusakkan atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya; membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut; membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut;

Pemerasan Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri; pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan atau penyerahan barang, memotong pembayaran kepada Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang. seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;

Perbuatan Curang Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang; Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau menyerahkan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang;

Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan atau persewaan yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Bab I pasal 2, meliputi : 1. Pejabat Negara dalam Lembaga Tertinggi Negara 2. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara 3. Menteri 4. Gubernur 5. Hakim Pejabat Negara lainnya : 1. Duta Besar 2. Wakil Gubernur 3. Bupati/ Walikota dan Wakilnya Pejabat lainnya yang memiliki jabatan strategis: 1. Komisaris, direksi, dan Pejabat Struktural pada BUMN dan BUMD 2. Pimpinan Bank Indonesia 3. Pimpinan Perguruan Tinggi 4. Pimpinan Eselon Satu dan Pejabat lainnya yang disamakan pada lingkungan sipil dan Militer 5. Jaksa 6. Penyidik 7. Panitera Pengadilan 8. Pimpinan Proyek atau Bendaharawan Proyek 9.Pegawai Negeri Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999, sebagaimana telah diubah dengan No. 20 Tahun 2001 meliputi : Pegawai pada: 1. MA, MK 2. Pegawai pada Kementerian/Departemen & LPND 3. Pegawai pada Kejagung 4. Pegawai pada Bank Indonesia 5. Pimpinan dan Pegawai pada Kesekretariatan MPR/DPR/DPD/DPRD Propinsi/Dati II 6. Pegawai pada Perguruan Tinggi 7. Pegawai pada Komisi atau Badan yang dibentuk berdasarkan UU, Keppres, maupun PP 8. Pimpinan dan Pegawai pada Sekr. Presiden, Sekr. Wk. Presiden, Sekkab, Sekmil 9. Pegawai pada BUMN dan BUMD 10.Pegawai pada Badan Peradilan 11.Anggota TNI dan POLRI serta Pegawai Sipil di lingkungan TNI dan POLRI 12.Pimpinan dan Pegawai dilingkungan Pemda Dati I dan Dati II

Pembentukan UPG (Kepmenhut No. SK.468/Menhut-II/2013) Menunjuk Inspektur Jenderal sebagai penanggung jawab, dan para Sekretaris ITJEN, DITJEN dan Badan sebagai anggota Tugas UPG adalah: 1. Mensosialisasikan kewajiban PNS Lingkup Kementerian Kehutanan (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) untuk melaporkan penerimaan gratifikasi; 2. Menfasilitasi pelaporan gratifikasi PNS; 3. Mengelola pelaporan penerimaan gratifikasi PNS; 4. Melaporkan setiap penerimaan gratifikasi yang berhubungan dengan jabatan dan yang berlawanan dengan kewajiban tugas PNS kepada KPK paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal penerimaan gratifikasi tersebut dilaporkan; 5. Menyampaikan laporan perkembangan pelaporan penerimaan gratifikasi kepada Menteri setiap 3 (tiga) bulan sekali Evaluasi UPG SETIAP SATKER BELUM MENYAMPAIKAN LAPORAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI KEPADA UPG

Pengendalian Gratifikasi (PERMENHUT NO. P. 86/MENHUT-II/2014) Setiap PNS wajib melaporkan kepada UPG atas: penerimaan gratifikasi yang dianggap suap dan gratifikasi dalam kedinasan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak penerimaan gratifikasi. penolakan pemberian gratifikasi selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak penolakan pemberian gratifikasi. pemberian pihak ketiga yang tidak sesuai dengan ketentuan pemberian selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak pemberian gratifikasi. permintaan dari penyelenggara negara yang menjurus kepada pemerasan dan/ atau pemaksaan yang terkait dengan kelancaran proses kerja instansi paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak permintaan gratifikasi. Pasal 14 Ayat 5 Setiap satuan kerja di bawah Setjen, Itjen, Ditjen dan Badan lingkup Kementerian Kehutanan wajib menyampaikan laporan pengendalian gratifikasi terkait proses pemeriksaan dan pengadaan barang dan jasa secara berkala

Apa saja yang harus dilaporkan? 1. Gratifikasi yang dianggap suap 2. Gratifikasi terkait kedinasan 3. Penolakan Gratifikasi yang dianggap suap

Apa saja yang tidak perlu dilaporkan? 1. Pemberian karena hubungan keluarga, yaitu kakek/nenek, bapak/ibu/mertua, suami/istri, anak/menantu, cucu, besan, paman/bibi, kakak/adik/ipar, sepupu, dan keponakan. 2. Hadiah langsung/tanpa diundi, hadiah hasil undian, diskon/rabat, voucher, point rewards, souvenir, atau hadiah lainnya yang Berlaku Umum. 3. Hidangan atau sajian yang Berlaku Umum. 4. Cindramata dan oleh-oleh bukan dalam bentuk uang dengan nilai maksimal Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) 5. Hadiah (tanda kasih) dalam bentuk uang atau barang yang memiliki nilai jual dengan batasan nilai keseluruhan paling banyak Rp1000.000,00 (satu juta rupiah) 6. Prestasi akademis atau non akademis yang diikuti dengan menggunakan biaya sendiri seperti kejuaraan, perlombaan atau kompetisi. 7. Keuntungan atau bunga dari penempatan dana, investasi atau kepemilikan saham pribadi yang Berlaku Umum. 8. Kompensasi atau penghasilan atas profesi di luar kedinasan yang tidak terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi dari penerima Gratifikasi dan telah mendapatkan izin tertulis dari atasan langsung atau pihak lain yang berwenang. (Pasal 2 PERMENHUT P.86/MENHUT-II/2014)

Faktor Penyebab Korupsi 1. Kurang keteladanan dan kepemimpinan elite bangsa, 2. Rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil, 3. Lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum dan peraturan perundangan, 4. Rendahnya integritas dan profesionalisme, 5. Mekanisme pengawasan internal di semua lembaga perbankan, keuangan, dan birokrasi belum mapan, 6. Kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan masyarakat, dan 7. Lemahnya perencanaan anggaran 8. Lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan etika.

Peran Inspektorat Jenderal Dalam Pencegahan dan Pemberantasan TIPIKOR Merancang kebijakan dan penguatan SPIP di tingkat Satker Melakukan pengawasan mulai tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaksanaan kegiatan ditingkat Satker Sosialisasi anti korupsi dan mendorong terwujudnya zona integritas wilayah bebas dari korupsi di tingkat Satker Penanganan pengaduan TIPIKOR (Bekerja sama dengan aparat penegak hukum (APH)) Menjadi leader UPG

Pagi Sore TEPAT WAKTU TANPA MANIPULASI TUNJANGAN KINERJA

SELESAI