II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) : Monocotyledonae. : Pandanus

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap nyamuk Ae. aegypti pada berbagai konsentrasi.

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD), merupakan penyakit yang masih sering

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. : Dicotyledoneae. perdu yang memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Aedes sp. ,

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

bio.unsoed.ac.id MENGENAT DAN MEMAHAMI NYAMUK DEMAM BERDARAH ( Aedes aegypti ) DTS,DARSONO,MSi KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAT

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. 2.1 Tanaman Bunga Pagoda (Clerodendrum squamatum Vahl) Deskripsi Morfologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSAKA. Mahoni merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedudukan Taksonomi dan Morfologi Cabai Rawit (Capsicum frutescen)

BAB II LANDASAN TEORI. Spesies : Allium fistulosum L. (Plantamor, 2011; USDA, 2006) banyak dibudidayakan di negara-negara Asia Timur, seperti Jepang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di negaranegara. subtropis. Penyakit ini endemik dibeberapa negara

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Anatomi dan Morfologi Nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB IV PENGGUNAAN METODE SEMI-PARAMETRIK PADA KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PULAU JAWA DAN SUMATERA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di. Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung Januari hingga 14

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

Proses Penularan Penyakit

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut

BAB II TINJAUAN DEMAM BERDARAH DENGUE

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK TEMU LAWAK (Curcuma xanthorrhiza) TERHADAP JUMLAH NYAMUK Aedes aegypti YANG HINGGAP PADA TANGAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor. yang membawa penyakit demam berdarah dengue.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN MENGENAI AEDES AEGYPTI

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam klasifikasi sebagai berikut: : Spermatophyta. : Dicotyledonae. : Myrtaceae

TINJAUAN PUSTAKA. Salam adalah nama tumbuhan yang merupakan penghasil rempah dan. merupakan salah satu tanaman obat di Indonesia (Joshi dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bionomik Nyamuk Aedes aegypti 2.2 Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti

I. PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berada di daerah tropis, sehingga. merupakan daerah endemik bagi penyakit-penyakit yang penyebarannya

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Urutan klasifikasi dari nyamuk Aedes aegypti menurut Djakaria (2006)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes agypti yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

Transkripsi:

8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 1. Klasifikasi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) Klasifikasi Pandan Wangi (P. amaryllifolius) menurut Van Steenis (1997) adalah sebagai berikut: Regnum Divisio Classis Ordo Familia Genus Species : Plantae : Spermatophyta : Monocotyledonae : Pandanales : Pandanaceae : Pandanus : Pandanus amaryllifolius Roxb. 2. Morfologi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) Pandan wangi merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh di daerah tropis. Tumbuhan ini banyak ditanam di halaman atau kebun dan dapat tumbuh secara liar. Berbentuk pohon atau perdu, bercabang lebar dan kadangkadang berbatang banyak dengan tinggi 3-7 m. Batangnya bulat,

9 bercabang dan berwarna coklat. Daunnya tunggal, berbentuk pita dengan ujung runcing dan tepi rata. Panjang daun ± 2 m dan lebar ± 10 cm, licin dan berwarna hijau. Bunga dari tumbuhan ini termasuk dalam bunga majemuk, berbentuk bongkol, dan berumah dua. Sedangkan buahnya termasuk dalam buah batu dengan bentuk bola, menggantung, berdiameter 4-7,5 cm berwarna jingga dan memiliki akar tunggang berwarna putih kekuningan (Van Steenis, 1997). Gambar 1. Pandan Wangi (P. amaryllifolius) (Koleksi Pribadi) 3. Penyebaran Tumbuhan pandan wangi dapat dijumpai di daerah tropis dan banyak ditanam di halaman, di kebun dan di pekarangan rumah atau tumbuh liar di tepi-tepi selokan yang teduh. Selain itu, tumbuhan ini dapat tumbuh liar ditepi sungai, rawa, dan tempat-tempat lain yang tanahnya agak lembab dan dapat tumbuh subur dari daerah pantai sampai daerah ketinggian 500 m dpl (dibawah permukaan laut) (Dalimartha, 1999).

10 4. Sifat dan Khasiat Menurut Dalimartha (1999), daun pandan memiliki banyak khasiat yaitu bermanfaat pada makanan dan pada manusia. Daun pandan yang dimanfaatkan pada makanan yaitu sebagai pewangi makanan dan pengharum kue karena aroma yang dihasilkannya. Selain itu, digunakan juga sebagai sumber warna hijau (pewarna) makanan selain menggunakan daun suji dan sebagai komponen hiasan dalam menyajikan makanan. Tradisi ini biasa dilakukan di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara. Khasiat lain dari daun pandan adalah sebagai obat lemah saraf, penambah nafsu makan, bahan baku kosmetika, bahan baku pembuatan minyak wangi, menghitamkan rambut, menghilangkan ketombe, rematik, pegal linu dan sakit disertai gelisah (Mohsin, 2008). 5. Kandungan Senyawa Kimia Tanaman pandan merupakan tumbuhan yang berasal dari famili Pandanaceae yang mengandung senyawa kimia berupa senyawa pahit, yaitu alkaloida, saponin, sterol, terpenoid, flavonoida, tanin, polifenol, minyak atsiri dan zat warna yang merupakan macam-macam senyawa metabolik sekunder (Rohmawati 1995 dalam Susanna, 2003) Senyawa metabolik sekunder adalah suatu senyawa kimia pertahanan yang dihasilkan oleh tumbuhan di dalam jaringan tumbuhan, senyawa ini bersifat toksik dan berfungsi sebagai alat perlindungan diri dari gangguan pesaingnya (hama) (Kardinan 2002 dalam Mardalena 2009).

11 Pandan wangi memiliki aroma yang khas pada daunnya, sehingga banyak digunakan dalam makanan. Komponen aroma dasar dari daun pandan wangi itu berasal dari senyawa kimia 2-acetyl-1-pyrroline (ACPY) yang juga terdapat di tumbuhan jasmin, hanya saja konsentrasi ACPY pada daun pandan wangi lebih tinggi daripada tumbuhan jasmin (Laksanalamai 1993 dalam Cheetangdee, 2006). Selain itu, ditemukan juga senyawa pandamarilactonine-a dari pyrrolidine alkaloid sebagai komponen aroma dasar daun pandan wangi (Takayama, 2005). Gambar 2. Pandamarilactonine-A Kandungan Senyawa Kimia Dari Tumbuhan Pandan Wangi (P. amaryllifolius) (Takayama, 2005).

12 Gambar 3. Senyawa Kimia 2-acetyl-1-pyrroline (ACPY) Komponen Aroma Dasar Dari Daun Pandan Wangi (P. amaryllifolius) (Wikipedia, 2009a) B. Nyamuk Aedes aegypti L. 1. Klasifikasi Menurut Borror, dkk (1992) klasifikasi nyamuk Ae. aegypti adalah sebagai berikut : Kingdom Phylum Classis Ordo Familia Sub familia Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Diptera : Culicidae : Culicinae : Aedes Species : Aedes aegypti L.

13 2. Morfologi Nyamuk Aedes aegypti Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu jenis serangga yang masuk ke dalam famili Culicidae yang merupakan 1 kelompok serangga yang penting, besar, banyak dan terkenal. Seperti serangga pada umumnya, tubuh nyamuk ini pun dibagi menjadi tiga tagma, yaitu kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen) (Borror dkk, 1992). Menurut Wijaya (1982), nyamuk dewasanya memiliki warna coklat kehitaman dengan strip-strip putih pada bagian abdomen, thoraks dan ekstremitasnya. Ciri-ciri tersebut memberi kesan seperti macan loreng, karena itu nyamuk ini sering dijuluki "tiger mosquito". Gambar 4. Nyamuk dewasa Ae. aegypti (Wikipedia, 2009b) Selain itu, terdapat satu tanda amat karakteristik pada nyamuk dewasa Ae. aegypti dan dapat dijadikan sebagai patokan dalam membedakan nyamuk ini dengan spesies-spesies Aedes lainnya, yaitu "Lyre Marking" (suatu gambaran strip putih keperakan dibagian dorsal pada thoraks, dan warna keputihan pada segmen terakhir daripada kaki belakang) (Wijana, 1982).

14 Gambar 5. Tampak Jelas Tanda Karakteristik (Lyre Marking) Pada Nyamuk Dewasa Ae. aegypti (Zettel, 2009). Dalam membedakan antara nyamuk jantan dan betina dapat dilihat dari ukuran tubuh dan tipe antenanya. Nyamuk jantan memiliki bulu yang panjang dan lebat pada antenanya yang disebut tipe plumose, sedangkan nyamuk betina memiliki bulu yang pendek dan jarang-jarang pada antenanya yang disebut tipe pilose. Nyamuk jantan juga memiliki palpus yang panjang dan ujungnya membengkok kearah lateral, sedangkan yang betina memiliki palpus yang pendek. Pada bagian tengah mulut nyamuk mengalami modifikasi menjadi alat penusuk dan penghisap yang langsing dan panjang yang disebut probosis (Borror dkk, 1992). Menurut Zettel (2009), nyamuk memiliki sepasang antena yang berfungsi sebagai organ peraba dan pembau. Karena itu, nyamuk cukup sensitif terhadap bau disekitarnya. Ada beberapa elemen kimia tertentu dalam kulit kita yang dapat menarik nyamuk untuk mendekat. Salah satunya, orang-orang dengan kadar steroid

15 yang tinggi juga kolesterol yang ada di permukaan kulit sangat disukai oleh nyamuk. Nyamuk juga menyukai orang yang kelebihan zat asam, seperti asam urat. Karena zat kimia ini mampu merangsang penciuman nyamuk dan memikat nyamuk untuk mendarat di kulit serta karbondioksida yang dihembuskan dari napas kita (Hadi, 2008). 3. Sifat-Sifat Nyamuk Aedes aegypti Menurut Wijana (1982), nyamuk Ae. aegypti memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu : a. Antrofilik dan menggigit berulang (multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat dan mempermudah pemindahan virus. b. Aktivitas menggigit pagi sampai dengan petang dengan puncak aktivitas pukul 09.00-10.00 dan pukul 16.00-17.00. c. Kemampuan terbang nyamuk betina 40-100 meter. Namun karena angin atau terbawa kendaraan, nyamuk ini bisa berpindah lebih jauh. d. Kebiasaan istirahat serta menggigit dalam rumah (indoor). Tempat hinggap dalam rumah adalah barang-barang yang bergantungan seperti baju, gorden, kabel, peci dan lain-lain. e. Nyamuk ini lebih senang warna gelap daripada terang. f. Nyamuk dapat mencium mangsanya dari jarak 50 meter.

16 4. Siklus Hidup Aedes aegypti Nyamuk Ae. aegypti merupakan salah satu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Daur hidupnya meliputi stadium telur, larva, pupa dan dewasa. Stadium telur, larva dan pupa dihabiskan di dalam air. Pada umumnya telur nyamuk ini akan menetas dalam kurun waktu kurang lebih 2 hari setelah telur terendam dalam air. Pada stadium larva, biasanya akan berlangsung selama 6-8 hari dan pada stadium pupa akan berlangsung selama 1-3 hari. Jadi, rata-rata pertumbuhan nyamuk Ae. aegypti dari telur sampai menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari. Sedangkan umur nyamuk betina bisa mencapai 2-3 bulan (Nusa 2007 dalam Depkes RI, 2007). Telur Nyamuk Larva Nyamuk Nyamuk Dewasa Pupa Nyamuk Gambar 6. Siklus Hidup Aedes aegypti (Wikipedia, 2009c) Nyamuk Ae. aegypti jantan menghisap cairan tumbuhan atau sari bunga sebagai sumber makanan. Sedangkan nyamuk betina lebih menyukai darah manusia dari pada binatang (antrofilik). Darah tersebut diperlukan nyamuk betina untuk pembentukan telur agar bisa dibuahi oleh sperma

17 nyamuk jantan. Nyamuk betina akan mencari mangsanya pada siang hari. Waktu aktivitas menggigit biasanya dimulai dari pagi sampai petang hari dan mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik (waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perkembangan telur, sampai telur dikeluarkan), karena itu nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit (Nusa 2007 dalam Depkes RI, 2007). Jika selesai menghisap darah, nyamuk ini akan beristirahat di dalam rumah atau terkadang di luar rumah yang dekat dengan tempat perindukannya yaitu tempat yang agak gelap dan lembab. Di tempat ini nyamuk akan menunggu pematangan telurnya dan selanjutnya meletakkan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di atas permukaan air (Nusa 2007 dalam Depkes RI, 2007). 5. Habitat dan Kebiasaan Hidup Menurut Supartha (2008), nyamuk Ae. aegypti mempunyai dua habitat yaitu aquatik (perairan) untuk fase pradewasanya (telur, larva dan pupa) dan daratan atau udara untuk serangga dewasa. Walaupun habitat nyamuk dewasa lebih banyak di daratan atau udara, namun nyamuk ini juga mencari tempat di dekat permukaan air untuk meletakkan telurnya. Jika telur tersebut tidak terkena sentuhan air atau kering maka akan mampu bertahan hidup antara 3 bulan sampai satu tahun (Supartha, 2008). Dengan pola pemilihan habitat dan kebiasaan hidup dari nyamuk dewasa tersebut maka nyamuk ini dapat berkembang biak di tempat penampungan

18 air bersih seperti bak mandi, tempayan, tempat minum burung dan barangbarang bekas yang dibuang sembarangan yang ketika hujan akan terisi air (Supartha, 2008). 6. Penyebaran Penyebaran nyamuk Ae. aegypti ini tersebar luas di daerah tropis dan subtropis. Nyamuk golongan ini mampu hidup dan berkembangbiak sampai ketinggian daerah kurang lebih 1000 meter dari permukaan laut. Namun pada daerah di atas ketinggian tersebut, nyamuk tidak dapat berkembangbiak. Hal ini dikarenakan, suhu udara yang terlalu rendah, sehingga tidak memungkinkan bagi nyamuk Ae. aegypti untuk berkembangbiak (Nusa 2007 dalam Depkes RI, 2007). Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter, maksimal 100 meter. Namun tidak menutup kemungkinan nyamuk ini akan berpindah lebih jauh karena terbawa angin atau kendaraan. Di Indonesia nyamuk ini tersebar luas, baik dirumah-rumah maupun di tempat umum (TTU) (Nusa 2007 dalam Depkes RI, 2007). 7. Tempat Perkembangbiakan Menurut Nusa 2007 dalam Depkes RI (2007), nyamuk Ae. aegypti pada umumnya tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. Karena itu, ada 3 jenis tempat yang sering digunakan nyamuk ini untuk berkembangbiak, yaitu tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari (drum, tangki reservoir, bak

19 mandi/toilet dan ember), tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari (tempat minum burung, pot bunga/vas bunga, kaleng bekas, botol bekas dan lainnya) dan yang terakhir tempat penampungan air alamiah (lubang pohon, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu). 8. Penularan Demam Berdarah Dengue Penyakit Demam Berdarah Dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini mendapat virus Dengue ketika mengigit dan mengisap darah orang yang sakit Demam Berdarah Dengue atau tidak sakit tetapi didalam darahnya terdapat virus dengue. Seseorang yang didalam darahnya telah mengandung virus dengue merupakan sumber penularan penyakit demam berdarah. Virus ini berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah tersebut akan ikut terisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, nyamuk Ae. aegypti yang telah mengisap virus dengue itu menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk/mengigit, sebelum mengisap darah akan mengeluarkan air liur

20 melalui alat tusuknya (proboscis) agar darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain (Lestari, 2007).