PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia. Luas areal kakao pada tahun 2007 mencapai 1.461.889 ha, yang didominasi oleh perkebunan rakyat (92,43 %) melibatkan sebanyak 1.400.636 KK dengan produksi 779.186 ton, sehingga menempatkan Indonesia sebagai produsen kakao terbesar kedua setelah Pantai Gading. Produktivitas kakao yang rendah (± 600 kg/ha/thn) disebabkan oleh pertanaman kakao yang umumnya berasal dari benih yang asal usulnya tidak jelas (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008). Bahan tanam unggul merupakan modal dasar untuk mencapai produksi yang tinggi. Dengan menerapkan budidaya dan pengelolaan benih yang tepat, maka akan dapat dicapai produksi tinggi seperti yang diharapkan. Perbanyakan tanaman kakao secara generatif paling sering digunakan karena merupakan cara paling efektif dan efisien dalam kegiatan pengembangan tanaman kakao di Indonesia (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2008). Perbanyakan secara generatif untuk perluasan tanaman kakao disarankan dengan menggunakan benih kakao hibria F1 terpilih yang dianjurkan dari kebun benih yang telah diatur pola pertanamannya dan telah direkomendasikan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2000). Penulisan ini bertujuan untuk menginformasikan mengenai teknik pembuatan bahan tanam kakao hibrida F1. II. Kakao Hibrida F1 Beberapa hibrida F1 unggul kakao yang dianjurkan antara lain : DR 1x Sca 6 / Sca 12, ICS 13 x Sca 6 / Sca 12, ICS 60 x Sca 6 / Sca 12, TSH 858 x Sca 6 / Sca 12, UIT 1 x Sca 6 / Sca 12. Benih-benih tersebut harus dikelola dengan baik, untuk dapat menghasilkan bibit tanaman kakao yang sehat dan bermutu tinggi. 2.1. Benih Kakao Bermutu Syarat untuk memperoleh benih yang bermutu antara lain : - Buah harus diperoleh dari kebun yang sudah bersertifikat. - Berasal dari tanaman klonal dengan luas lahan minimal 10 ha dan produksinya tinggi yaitu diatas 1 ton/ha/tahun. 1
- Buah sudah masak dengan kriteria sudah mengalami perubahan warna yaitu bila masih muda berwarna hijau sudah berubah menjadi kuning dan yang merah muda berubah menjadi oranye atau jingga. - Umur buah antara 150 172 hari dari sejak berbunga dan dompolan benih sudah terlepas dari kulit buah serta buah dipetik dari batang utama atau cabang primer dengan ukuran buah sedang. - Bebas dari serangan hama dan penyakit. 2.2. Pembuatan Benih Kakao Hibrida F1 Berikut tahapan dalam pembuatan benih kakao hibrida F1 : 1) Buah yang sudah masak dan sehat dipilih dan diambil dari kebun benih yang sudah ditetapkan kemudian dipecah dengan menggunakan pemukul dari kayu agar tidak sampai merusak benih. 2) Benih yang dilapisi daging buah (pulp) dimasukkan dalam larutan air kapur 2,5 % atau 25 gram/liter air selama 30 detik. Tujuan dari perendaman ini adalah untuk mengumpalkan daging buah. Setelah dilakukan perendaman benih dicuci sampai bersih dari kapur dengan air yang selanjutnya kulit benih dikupas dengan tangan dan dicuci lagi. 3) Untuk melindungi benih dari serangan jamur, benih direndam dalam 1 % fungisida sistemik selama 5 10 menit. Kemudian benih dikering-anginkan di tempat yang sejuk sehingga kadar air dalam benih tinggal 40 %. 4) Sebagai batasan bahwa kadar air sudah mencapai 40 % adalah apabila sudah tidak terdapat bintik bintik air pada permukaan benih dan bila dipijit sudah tidak mengeluarkan air lagi. 1. Buah Kakao Masak Fisiologis 2. Penggumpalan daging buah dengan kapur 3. Pengupasan kulit benih 4. Pemberian fungisida 5. Pengering anginan 6. Pengemasan Benih Kakao 2
Tabel 1. Standar Mutu Benih Kakao No. Tolok ukur Mutu benih 1. Mutu genetis Asal bahan tanam Kemurnian 100 % 2. Mutu fisiologis Kebun benih bersertifikat Daya kecambah Minimal 80 % Kesehatan benih 3. Mutu fisik Bebas OPT Kadar air 30-40 % Kemurnian fisik 98 % Kesehatan Bebas OPT 4. Perlakuan Benih direndam dalam larutan fungisida 0,5-1 % selama 5-10 menit. 5. Lama penyimpanan Maksimum 10 hari setelah panen (Sumber: SOP Pembibitan Kakao Seedling, 2006) 2.3. Teknik Mengecambahkan Benih Kakao Benih kakao yang baru dikeluarkan dari buah atau benih baru datang dari pengiriman harus segera dikecambahkan karena benih kakao tidak memiliki masa dormansi. Cara mengecambahkan kakao ada 2 yaitu : a. Perkecambahan dengan karung goni Cara perkecambahan dengan karung goni lebih praktis daripada dengan bedengan, tahapan kegiatannya sebagai berikut : 1) Tanah yang sudah diratakan di atasnya diberi selapis batu merah sesuai dengan luasnya karung goni. Hal tersebut untuk mempermudah meresapnya air siraman dan larutan pestisida dihamparkan di atasnya dari arah utar ke selatan. 2) Setiap karung goni dapat memuat sekitar 1.200 benih bila jarak tanamnya 2 x 3 cm kemudian di atasnya ditutup dengan karung goni yang sudah dibasahi. 3) Untuk memperoleh kecambah dengan kualitas baik maka perlu dilakukan penyiraman 2 kali (pagi dan sore) atau tergantung kondisi cuaca. Agar tidak mendapat sinar matahari langsung maka perlu diberi naungan sementara berupa jerami / daun kelapa / daun tebu. 4) Pada umumnya hari ke-2 sudah ada benih yang berkecambah dan hari ke-4 dianjurkan mulai dilakukan pemindahan ke polybag dan pemindahan sebelum perakaran melebihi dari 5 mm. 3
Pengecambahan Benih Kakao dengan Karung Goni Pengecambahan Benih Kakao dalam Bedengan b. Perkecambahan dalam bedengan, tahapannya sebagai berikut : 1) Tanah bedengan harus bebas dari gulma dan batuan kemudian diberi penguat dari kayu / bambu / batu merah pada tepi bedengan yang atasnya bedengan dilapisi pasir yang bersih dan halus dengan ketinggian 10 15 cm. 2) Bedengan diatur membujur dari utara ke selatan dan diberi naungan dari jerami / daun kelapa / daun tebu. 3) Kemudian benih diatur dengan jarak tanam 2 x 3 cm, kedalaman penyemaian sekitar 2-3 cm. 4) Untuk mencegah serangan hama dan panyakit dapat disemprot larutan pestisida dengan konsentrasi 0,2 %. 5) Benih yang sudah disemai atasnya dapat diberi selapis karung goni basah / cincangan jerami / rumput yang tidak berbenih. Penyiraman dilakukan 2 kali (pagi dan sore). 6) Pemindahan benih yang sudah berkecambah dilakukan bila kotiledon sudah muncul di atas pasir / sudah berumur 4 5 hari setelah semai. 2.4. Pembibitan Kakao Hibrida F1 Tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam melakukan pembibitan yaitu : 1) Menentukan lokasi pembibitan, diantaranya yaitu dekat dengan sumber air, mudah diawasi, tempatnya datar, drainasenya baik, terlindungi dari angin kencang dan sinar matahari langsung serta tidak terganggu hama. 2) Tempat pembibitan perlu naungan untuk menahan sinar matahari dan angin. Naungan tersebut bisa berupa tanaman hidup seperti lamtoro, gliricidae dan albazia, tanaman ini ditanam setahun sebelum penanaman kakao dan pada tahun ketiga jumlah dikurangi hingga tinggal 1 pohon pelindung untuk 3 pohon kakao (1 : 3) dengan jarak tanamnya 2 x 3,6 m dan naungan sementara berupa daun kelapa, tebu atau paranet (jarak tanamnya 1,8 x 2 m). 4
3) Menyiapkan media dengan perbandingan media dalam polybag antara tanah : pasir : pupuk kandang yaitu 1 : 1 : 1 atau 2 : 2 : 1. Ukuran polybag yang digunakan yaitu 30 x 20 cm, tebal 0,08 mm dengan lubang sebanyak 18 buah. 4) Sebelum diisi dengan kecambah, polybag diatur dengan jarak 15 x 15 cm atau 15 x 30 cm. Kemudian disiram sampai cukup lembab. 5) Benih yang sudah berkecambah di persemain segera ditanam di polybag yang sudah disiapkan. Untuk menjaga kelembaban maka bibit yang sudah ditanam dilakukan penyungkupan dengan plastik. Lokasi Pembibitan Benih Kakao dalam Polybag Bibit Kakao Baru Ditanam Kemudian dilakukan Penyungkupan Untuk memperoleh bibit yang baik perlu adanya pemeliharaan selama di kebun pembibitan. Berikut kegiatan yang dilakukan selama di pembibitan : 1) Penyiraman : dilakukan 2 kali sehari sampai umur bibit 2 bulan dan 1 kali sehari sampai umur bibit 6 bulan. 2) Penyiangan : tempat pembibitan harus dijaga kebersihannya dari gulma baik di dalam polybag dan lahan sekitarnya. 3) Pemupukan a. Dosis pupuk urea yang diberikan setiap polybag sekitar 1 gram dan diletakkan sekitar 5 cm dari bibit kemudian disiram. b. Pemupukan dilakukan pada umur 1 minggu setelah dipindahkan ke polybag. c. Bila menggunakan pupuk NPK dosis yang digunakan : umur 2 bulan : 1,5 gram / bibit umur 3 bulan : 2 gram / bibit umur 4 bulan : 2,5 gram / bibit umur 5 bulan : 3 gram / bibit umur 6 bulan : 3 gram / bibit 5
4) Pengaturan naungan Pada bulan pertama bibit kakao dalam polybag harus mendapat naungan yang penuh tetapi mulai umur 2 bulan kerapatan naungan mulai dikurangi dengan cara sebagai berikut : umur < 2 bulan penyinarannya 25 % - 30 % umur < 3 bulan penyinarannya 30 % - 40 % umur < 4 bulan penyinarannya 50 % - 70 % umur < 5 bulan penyinarannya 70 % 5) Pengendalian hama dan penyakit Hama dan penyakit yang sering menyerang pembibitan adalah ulat kantong, ulat jengkal, belalang, kutu putih, dan penggerek Zeuzera sp. Sedangkan penyakit yang sering menyerang pembibitan adalah VSD, Phytophthora palmivora, Colletotrichum gloeasporioides dan Corticium salmonicolor. 6) Sortasi Seleksi bibit harus dilakukan sejak benih akan disemaikan. Bibit yang dianggap baik antara lain : umur 3 bulan dengan diameter batang 1 1,5 cm dan tinggi 25 30 cm. umur 4 bulan dengan diameter batang 1,5 2 cm dan tinggi 40 cm. umur 5 bulan dengan diameter batang 2 2,5 cm dan tinggi 50 cm. Tabel 2. Standar Mutu Fisik Bibit Semaian Kakao (Seedling) No. Tolok ukur Persyaratan 1. Umur bibit 5 bulan setelah semai 2. Tinggi bibit Minimal 49 cm 3. Jumlah daun Minimal 10 lembar 4. Diameter batang Minimal 8 mm 5. Warna daun Hijau segar 6. Ukuran daun Lebar min.10 cm, panjang min. 30 cm 7. Kesehatan bibit Sehat / tanpa gejala (Sumber: SOP Pembibitan Kakao Seedling, 2006) Demikian tahapan-tahapan dalam membuat bibit tanaman kakao hibrida F1, dengan menerapkan sesuai prosedur diharapkan dapat diperoleh bibit kakao yang bermutu baik. 6
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Perkebunan. 2008. Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao. http://ditjenbun.deptan.go.id. Data diakses 26 Juni 2013. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2000. Sertifikasi dan Pembangunan Kebun Benih Kakao. Makalah disampaikan pada Pelatihan Pengawasan Mutu benih di Medan. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2008. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka. Standart Operasional Prosedur (SOP) Pembibitan Kakao Seedling. 2006. Kumpulan SOP. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya. 7