BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

dokumen-dokumen yang mirip
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I LATAR BELAKANG

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB I BAB I.PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir di seluruh belahan dunia terutama negara tropik dan subtropik sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemorrhagic fever

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN. umum dari kalimat tersebut jelas bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak untuk

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

PENINGKATKAN KEMANDIRIAN DASA WISMA KELURAHAN SEKARAN DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengue adalah penyakit infeksi virus pada manusia yang ditransmisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

Hasil Uji Statistik Trombosit Range dengan. Perdarahan Kulit dan Perdarahan Mukosa 64

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk penyakit utama pada negara tropis dan subtropis. DBD terjadi akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus dan dapat menimbulkan kematian (Hallide & Ridd, 2008). Di seluruh dunia WHO memperkirakan 50 juta infeksi Dengue setiap, di antaranya 500 ribu kasus dan 22 ribu kematian, terinfeksi di antaranya anak-anak (Pang et al, 2012). Selama awal epidemi pada setiap negara penyakit DBD lebih banyak menyerang anak-anak dan kasus yang dilaporkan berumur kurang dari 15. Anak-anak merupakan kelompok risiko tinggi terhadap kejadian penyakit DBD dan lebih sering menimbulkan wabah (Soegijanto, 2006). Di beberapa negara Asia, DBD merupakan salah satu penyebab utama rawat inap dan kematian anak-anak di rumah sakit. Di Indonesia DBD termasuk dalam sepuluh besar penyakit rawat inap di rumah sakit di seluruh Indonesia, pada 2010 ada 325 kasus meninggal (Kemenkes RI, 2012). Kondisi alam Indonesia yang berada di daerah tropis sangat cocok untuk perkembangbiakan nyamuk termasuk Aedes aegypti, vektor utama DBD. Letak geografis Indonesia, laju pertambahan penduduk, perubahan iklim, tingkat kepedulian dan pengetahuan masyarakat yang rendah menyebabkan kasus DBD terus ada bahkan cenderung meningkat (Sintorini, 2006). Keadaan ini memudahkan penyebaran penyakit terutama melalui mobilitas penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain sehingga semua provinsi mempunyai kota yang endemik (Suroso, 2005). Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi akibat gigitan nyamuk yang terinfeksi virus Dengue mengakibatkan manifestasi perdarahan dengan demam 2-7 hari tanpa sebab yang jelas, test rumpel leede (+), petechiae, purpura, ekimosis, perdarahan konjungtiva, epistaksis, perdarahan hidung, perdarahan gusi, hemetemesis, melena dan hematuria. Dampak yang paling berbahaya dari DBD terutama pada anak adalah kematian (WHO, 2008). 1

2 Di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan data pada 2010, DBD masuk dalam 10 kasus penyakit terbanyak di rumah sakit dengan jumlah kasus 2.015 bahkan sampai menyebabkan kematian sebanyak 32 kasus (Kemenkes RI, 2012). Di wilayah Sumatera Selatan dari 15 kabupaten/kota kasus terbanyak berasal dari Kota Palembang. Berdasarkan data pada 2009 kasus DBD tertinggi berasal dari Kota Palembang sebanyak 965 kasus (Dinkes Provinsi Sumatera Selatan, 2010). Kejadian DBD di Kota Palembang berdasarkan data pada 2012 dari seluruh rumah sakit, jumlah kasus DBD dikelompokkan dalam batasan usia 1 berjumlah 35 kasus, usia 1-4 berjumlah 142 kasus, usia 5-9 berjumlah 284 kasus dengan 1 kasus meninggal, usia 10-14 berjumlah 185 kasus dan > 15 berjumlah 237 kasus. Data 2012 menunjukkan bahwa usia 8 sampai 9 dengan persentase 32,16% merupakan usia yang paling banyak menderita DBD (Dinkes Kota Palembang, 2012). Kasus 300 250 200 150 100 50 0 Kasus DBD Berdasarkan Kelompok Usia di Kota Palembang Tahun 2012 1 1-4 5-9 10-14 Gambar 1. Kasus DBD Berdasarkan Kelompok Usia Sumber. Dinkes Kota Palembang, 2012 > 15 Kasus 35 142 284 185 237 Meninggal 0 0 1 0 0 Anak usia sekolah merupakan golongan masyarakat yang diharapkan dapat tumbuh menjadi sumber daya manusia yang potensial di masa yang akan datang sehingga perlu diperhatikan dan dipersiapkan untuk dapat tumbuh dengan sempurna, akan tetapi berdasarkan data menunjukkan bahwa anak usia sekolah merupakan golongan yang lebih banyak menderita DBD (Soegijanto, 2006).

3 Demam Berdarah Dengue terjadi hasil interaksi multifaktorial. Ada 3 faktor penting yang mempengaruhi terjadinya penyakit DBD, yaitu agent, host dan environment (Soegijanto, 2006). Salah satu bagian dari host adalah perilaku. Pengetahuan akan mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang dan dapat dilihat melalui tindakan terhadap pencegahan penyakit DBD, sedangkan bagian dari environment adalah sanitasi lingkungan yang mempunyai peranan penting di dalam penyebaran vektor Aedes aegypti meliputi penyediaan air bersih dan pengelolaan sampah padat rumah tangga yang dapat berpotensi transmisi menimbulkan kejadian DBD (Soemirat, 2011). Perilaku anak Sekolah Dasar (SD) tentang pencegahan DBD masih tergolong rendah. Hal ini dapat terlihat dari data 2012 berdasarkan golongan anak usia sekolah 5-9 sebanyak 284 orang dengan 1 kasus meninggal dan usia 10-14 sebanyak 185 orang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan dari seorang anak yang berasal dari lingkungan untuk dapat diwujudkan melalui tindakan. Selain itu ketersediaan fasilitas untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti seperti penggunaan lotion anti nyamuk, menggunakan seragam sekolah panjang, tersedianya abate (temefhos) untuk membunuh jentik pada bak penampungan air di sekolah dan penyuluhan memberantasan sarang nyamuk (PSN) maupun promosi kesehatan yang disampaikan oleh petugas kesehatan juga mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku seorang anak SD. Di sekolah kegiatan tersebut termasuk dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang bertujuan menciptakan lingkungan sekolah yang sehat. Kegiatan ini diperlukan bantuan guru di dalam mempengaruhi perilaku anak SD sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan bagi anak didiknya (Notoatmodjo, 2007). Anak SD memulai aktivitas belajar pada pagi dan sore hari, anak yang bersekolah pagi dimulai dari pukul 07.00 pagi sampai jam 12.00 siang sedangkan yang bersekolah sore dimulai pukul 13.00 sampai jam 17.00 WIB. Jam belajar ini sesuai dengan aktivitas menggigit nyamuk Aedes aegypti yaitu pada pagi dan sore hari. Puncak menggigit pada pukul 08.00 sampai jam 12.00 siang dan sore jam 15.00 sampai jam 17.00 WIB (Depkes, 2003).

4 Kejadian DBD erat sekali kaitannya dengan masalah lingkungan diantaranya penyediaan air bersih. Berdasarkan data persentase keluarga yang memiliki sumber air bersih di Kota Palembang, meliputi berasal dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sebesar 87%, Sumur Pompa Tangan (SPT) 0%, Kemasan 0%, Sumur Gali (SGL) 1,69%, Penampungan Air Hujan (PAH) 0% dan lainnya 0,05% (Dinkes Kota Palembang, 2011). Di Kota Palembang hampir 87 % masyarakat menggunakan air yang berasal dari PDAM sehingga pendistribusian air ke seluruh wilayah tidak sama, ada jadwal pendistribusian pada pagi hari ada juga sore/malam hari yang baru bisa dialirkan air. Apalagi jika terkendala operasional PDAM maupun terjadinya kebocoran pipa mengakibatkan pendistribusian terkadang macet/kurang lancar begitu juga pada daerah-daerah dengan ketinggian tertentu. Kondisi ini menyebabkan masyarakat banyak yang menampung air bersih ke dalam bak mandi, drum, tempayan, jerigen maupun bak penampungan air lainnya sehingga dapat berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Hal ini diperkuat dari persentase rumah yang diperiksa dan bebas jentik nyamuk Aedes aegypti di Kota Palembang 2012. Jumlah rumah diperiksa sebesar 44.714 rumah, sedangkan rumah bebas jentik 39.906 dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) sebesar 89,25%. Data ini menunjukkan ABJ di wilayah Kota Palembang belum memenuhi syarat yaitu masih kurang dari 95% (Dinkes Kota Palembang, 2012). Pengelolaan sampah dilakukan oleh pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Kebersihan Kota. Pada pelaksanaannya petugas hanya mengangkut sampah yang berasal dari Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) yang ada pada jalan utama. Jumlah sampah secara kuantitas setiap harinya mengalami kenaikan, rata-rata timbulan sampah setiap hari mencapai 4.698 m 3. Dari timbulan sampah tersebut hanya sekitar 54%-58% saja yang dikelola dari total sampah secara keseluruhan. Masih rendahnya pengelolaan sampah, karena terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Dinas Kebersihan Kota yang tidak sesuai dengan standar kota metropolitan (Pemerintah Kota Palembang, 2002), sedangkan sampah yang berada di dalam gang gang dikelola sendiri oleh masyarakat

5 kemudian dikumpulkan di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang kemudian diangkut oleh petugas kebersihan dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Tidak semua wilayah perkampungan/perumahan memiliki keadaan seperti ini tergantung pada kemauan dari kepala keluarga, status sosial ekonomi karena cara ini disesuaikan dengan kemampuan membayar dimana kepala keluarga yang ekonomi lemah meskipun dengan biaya rendah mereka tetap beranggapan lebih baik uangnya untuk membeli atau memenuhi kebutuhan pokok yang lebih penting daripada untuk membayar sampah. Untuk mengetahui bagaimana perilaku anak SD meliputi pengetahuan dan tindakan serta bagaimana kondisi sanitasi lingkungan meliputi penyediaan air bersih dan pengelolaan sampah padat rumah tangga terhadap kejadian DBD perlu dilakukan penelitian, sehingga diperolehnya hasil dari penelitian dapat diketahui strategi intervensi secara efektif, efisien dan tepat guna sehingga dapat memberikan kontribusi penanggulangan kejadian DBD khususnya pada anak SD. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah pengetahuan anak SD tentang penyakit DBD berhubungan dengan kejadian DBD di Kota Palembang? 2. Apakah tindakan anak SD terhadap pencegahan DBD berhubungan dengan kejadian DBD di Kota Palembang? 3. Apakah penyediaan air bersih berhubungan dengan kejadian DBD pada anak SD di Kota Palembang? 4. Apakah pengelolaan sampah padat rumah tangga berhubungan dengan kejadian DBD pada anak SD di Kota Palembang?

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan perilaku dan sanitasi lingkungan dengan kejadian DBD pada anak SD di Kota Palembang. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan pengetahuan anak SD tentang penyakit DBD berhubungan dengan kejadian DBD di Kota Palembang? b. Mengetahui tindakan anak SD terhadap pencegahan DBD berhubungan dengan kejadian DBD di Kota Palembang? c. Mengetahui hubungan tempat penyediaan air bersih berhubungan dengan kejadian DBD pada anak SD di Kota Palembang? d. Mengetahui hubungan pengelolaan sampah padat rumah tangga berhubungan dengan kejadian DBD pada anak SD di Kota Palembang? D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi puskesmas dalam perencanaan program penanggulangan penyakit DBD khususnya pada anak SD. 2. Bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palembang Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palembang, di dalam Pemberantasan penyakit DBD di SD negeri dan swasta, Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan pondok pesantren. 3. Bagi Masyarakat Memberikan informasi tentang faktor risiko kejadian DBD dan upaya mencegah terjadinya penyakit DBD pada anak SD.

7 4. Bagi Akademik Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan yang akan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan serta dapat menjadi dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait dengan kejadian penyakit DBD sebagai berikut: 1. Pai et al (2005), meneliti perbedaan vektor dengue dan perilaku masingmasing keluarga dan atau tanpa terjadinya penyakit Dengue atau DBD. Persamaan dengan penelitian in adalah melihat hubungan antara perilaku dan pengetahuan dengan DBD. Perbedaan dengan penelitian ini adalah lokasi penelitian, rancangan penelitian, subyek penelitian. 2. Purba (2008), meneliti analisis hubungan kondisi sanitasi lingkungan dan perilaku penduduk dengan kepadatan vektor DBD di Kecamatan Sangatta Utara Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel independent melihat hubungan perilaku dan sanitasi lingkungan, perbedaannya adalah lokasi penelitian, rancangan penelitian, subyek penelitian. 3. Ariyadi (2012), meneliti hubungan keberadaan jentik nyamuk Aedes sp dan kondisi sanitasi lingkungan terhadap kejadian DBD di Kota Jambi. Persamaan dengan penelitian ini variabel independent kondisi sanitasi lingkungan dan perilaku, melihat keberadaan jentik, rancangan penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini adalah lokasi penelitian, subyek penelitian. 4. Suwanbamrung (2012), meneliti pengetahuan anak dan aktivitas untuk mengatasi masalah Dengue di sekolah agama Islam, Thailand Selatan. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel independent yaitu meneliti pengetahuan dan subyek penelitian. Perbedaannya lokasi penelitian, rancangan penelitian.