JURNAL HUKUM TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENETAPAN BANK GAGAL BERDAMPAK SISTEMIK TERKAIT KEWENANGAN BANK INDONESIA SEBAGAI BANK SENTRAL YANG INDEPENDEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sudah dikenal di Indonesia sejak VOC mendirikan Bank

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENETAPAN BANK GAGAL BERDAMPAK SISTEMIK TERKAIT KEWENANGAN BANK INDONESIA SEBAGAI BANK SENTRAL YANG INDEPENDEN

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Kriteria bank gagal berdampak sistemik membutuhkan penilaian yang

PENANGANAN BANK GAGAL BERDAMPAK SISTEMIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi dunia dewasa ini menimbulkan banyak masalah

I. PENDAHULUAN. yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum yang mengalami kasus pailit, begitu juga lembaga perbankan.

Oleh Febriansyah Fredi Alsabah Siluh Putu Dawisni Manik Pinatih Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

BANK INDONESIA SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA BANK DENGAN NASABAH MELALUI MEDIASI PERBANKAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH DALAM LIKUIDASI BANK

HARMONISASI KEWENANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) TERHADAP BANK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN. Pertemuan 4

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bernegara bagi bangsa Indonesia terdapat dalam Pembukaan Undang-

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan tahun 1997, banyak kejadian-kejadian penting yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan upaya mewujudkan masyarakat

I. PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2011 tentang OJK. Pembentukan lembaga

UPAYA LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM MENGATASI PENYELESAIAN DAN PENANGANAN FAILING BANK

TANGGUNG JAWAB OTORITAS JASA KEUANGAN SEBAGAI PENGGANTI BANK INDONESIA DALAM PENGAWASAN LEMBAGA PERBANKAN

Sosialisasi UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. SAMARINDA, 2 juli 2015

Harapan Industri Perbankan Terhadap Undang Undang Jaring Pengaman Sistem Keuangan. Ketua Umum Sigit Pramono

BAB V P E N U T U P. 1. Terbentuknya Otoritas Jasa keuangan (OJK) sebagaimana Undang- Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2011 tentang OJK:

NASKAH PUBLIKASI PROBLEMATIK PERALIHAN KEWENANGAN PENGAWASAN PERBANKAN DARI BANK INDONESIA KE OTORITAS JASA KEUANGAN

ANALISA YURIDIS TUGAS KOMITE STABILITAS SISTEM KEUANGAN DALAM PENCEGAHAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DI INDONESIA

PERAN LPS DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN

BAB III PELAKSANAAN PENJAMINAN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SESUAI DENGAN UU RI NOMOR 7 TAHUN 2009

SEPUTAR FASILITAS PEMBIAYAAN DARURAT (FPD)

-2- Tahun Penanganan Bank Sistemik oleh Lembaga Penjamin Simpanan pada dasarnya juga bertujuan untuk memelihara stabilitas sistem perbankan. II.

NI MADE SEKAR PUTRI KINASIH N P M

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sektor hukum, ekonomi, politik, sosial, budaya, dan sebagainya. Sektor yang

Lisa Junia ( ) Kata Kunci: Transaksi Elektronik Perbankan, Tanggung Jawab Bank, dan Perlindungan Nasabah

Pelaksanaan Fungsi Bank Indonesia Sebagai Lender Of The Last Resort Dalam Stabilitas Sistem Keuangan Oleh: Muhammad Yusuf Sihite *

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang pembentukan Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ) bermula dari

PENJAMIN SIMPANAN DITINJAU DARI ASPEK HUKUM BISNIS. DR. H. M. Kamal Hijdaz, SH, MH Dosen pada Fakultas Hukum UMI Dan STIE YPUP

TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN BANK INDONESIA DALAM LIKUIDASI BANK

KEWENANGAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM LIKUIDASI BANK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

RANCANGAN POJK PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM

SKRIPSI IMPLEMENTASI KEWENANGAN BANK INDONESIA DALAM KEPAILITAN LEMBAGA PERBANKAN

Peran Lembaga Penjamin Simpanan Terhadap Klaim Dana Nasabah Bank Likuidasi

KEDUDUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara, peranan bank sangatlah penting. Pembangunan ekonomi di suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan memegang peranan yang penting dalam kehidupan

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS KEBERADAAN JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DALAM MENJAGA STABILITAS SISTEM KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat

SISTEM DAN KEBIJAKAN PERBANKAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.

Kata kunci: Laporan Keuangan Bank, Pencatatan Palsu,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /POJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang melambat, akan tetapi kualitas pertumbuhan ekonomi

Kebijakan pemberian fasilitas pembiayaan darurat oleh Bank Indonesia kepada bank umum bermasalah likuiditas berdampak sistemik di Indonesia

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis bank adalah bisnis yang rentan mengalami masalah secara tiba-tiba

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website :

INDEPENDENSI OJK TERUSIK? Oleh: Wiwin Sri Rahyani *

Kata Kunci: Standby Letter of Credit, Prinsip Kehati-hatian, Bank. Universitas Kristen Maranatha

KEPASTIAN HUKUM OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PROSES KEPAILITAN PERUSAHAAN EFEK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS OJK TERBITKAN TIGA PERATURAN TINDAK LANJUT UU PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN

PERTANGGUNGJAWABAN PERDATA DARI DIREKSI DAN PEMEGANG SAHAM BANK TERLIKUIDASI YANG BERBADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS

BAB I PENDAHULUAN. bank yang tidak mampu untuk tetap melanjutkan usahanya. Pertengahan tahun

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah

a. Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan

Retta Christina Sinaga et al., Aspek Hukum Pengalihan Pengawasan Perbankan Kepada Otoritas Jasa Keuangan

IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP STABILITAS SISTEM KEUANGAN

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN MAKALAH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENYIMPAN DANA MELALUI PENGAWASAN PERBANKAN 1 Oleh : YesayaTamburian 2

7. ASPEK HUKUM LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN ANDRI HELMI M, SE., MM.

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam agenda pembangunan nasional Tahun , secara politis dikatakan

I. PENDAHULUAN. nasional dan stabilitas industri perbankan yang mempengaruhi stabilitas

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan umum merupakan salah satu dari tujuan Negara Indonesia

JURNAL HUKUM IMPLEMENTASI KEWENANGAN BANK INDONESIA DALAM KEPAILITAN LEMBAGA PERBANKAN

KAJIAN PENDALAMAN. Perkara Nomor 1/PUU-XVI/2018

Fitrawati Muhammad Saifi Zahroh Z. A. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang ABSTRACT ABSTRAK

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

PELAKSANAAN TUGAS TIM LIKUIDASI DALAM HAL MASA KERJA TIM LIKUIDASI LAMPAU WAKTU

KEDUDUKAN BANK INDONESIA DAN OTORITAS JASA KEUANGAN BERDASARKAN PERUNDANG UNDANGAN TERHADAP PRODUK PERBANKAN

URGENSI PERALIHAN KEWENANGAN PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT TERHADAP BANK DARI BANK INDONESIA KE OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 31 Tahun 1992 TLN Nomor 3472, Pasal 4. Aditya Bakti, 2003), hal 86. Universitas Indonesia

KEDUDUKAN BANK INDONESIA SEBAGAI PEMOHON PAILIT BANK SETELAH BERDIRINYA OTORITAS JASA KEUANGAN RIKKI JOSUA SILITONGA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan Negara Kesatuan

SISTEM KEUANGAN DAN PERBANKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mendukung sistem perekonomian suatu negara. Jika industri perbankan dalam

JURNAL HUKUM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TAX AMNESTY TERHADAP LEMBAGA PERBANKAN DALAM MELAKSANAKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN

STIE DEWANTARA Pengertian Sistem & Lembaga Keuangan

KAJIAN HUKUM MENGENAI PERANAN LPS DALAM PENJAMINAN DANA NASABAH PADA PERBANKAN DI INDONESIA. Erna Susanti. Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

SISTEM KOORDINASI ANTARA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DENGAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS) DALAM PENANGANAN BANK GAGAL

Transkripsi:

JURNAL HUKUM TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENETAPAN BANK GAGAL BERDAMPAK SISTEMIK TERKAIT KEWENANGAN BANK INDONESIA SEBAGAI BANK SENTRAL YANG INDEPENDEN Diajukan oleh: Leonardus Reynald Martin NPM : 080509826 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Ekonomi dan Bisnis UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2015

I. Judul : Tinjuan Yuridis Terhadap Bank Gagal Berdampak Sistemik Terkait Kewenangan Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral Yang Independen II. Nama : Leonardus Reynald Martin III. Program Studi : Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta IV. Abstract The determination of Systemic Bank Failure, raises a variety of issues, one of which is the criteria of Systemic Bank Failure which is not clearly stipulated in the legislation. This research was used normative method through library research, which aims: (1) To identify and analyze the legally relevant criteria of Systemic Bank Failure, (2) To identify and analyze whether needed or not the criteria of Systemic Bank Failure expressly regulated provided in the legislation, and (3) To determine and analyze the importance of the role of institutions in determining the Systemic Bank Failure. The result of this research found that: (1) The criteria of Systemic Bank Failure was not expressly provided in the legislation, this is due, to formulate these criteria requires in-depth analysis of various factors, (2) Legal arrangements of Criteria Systemic Bank Failure, is not required to be set out clearly in the rules and regulations, consider the development of highly-situational economy that can cause new indicators, and can lead to moral hazard, (3) Bank Indonesia as an independent Central Bank requires the role of other agencies to achieve the goal of creating and maintaining monetary stability in Indonesia, in addition to the position of banking institutions are important in the national economy, makes the banking institutions need to be maintained its existence. Keyword: Systemic Bank Failure, Bank Indonesia, Central Bank.

V. Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Krisis perbankan akan berdampak langsung pada kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan, oleh sebab itu maka tingkat kesehatan suatu bank harus terus dijaga agar tetap dipercayai oleh masyarakat. Tingkat kesehatan bank dapat diukur dari beberapa faktor berikut antara lain: permodalan, kualitas aktiva produktif, kualitas manajemen, rentabilitas, dan likuiditas suatu bank. Dalam penilaian terhadap tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia diberi kewenangan untuk menentukan sistem penilaian kesehatan bank berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 jis. UU No. 3 Tahun 2004 jis. UU No. 6 Tahun 2009 Tentang Bank Indonesia dan UU No.7 Tahun 1992 jo. UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. 1 Bank yang tidak sehat akan kehilangan kepercayaan masyarakat, kelangsungan usaha bank tidak dapat dilanjutkan mengakibatkan bank tersebut menjadi bank gagal yang dapat dicabut ijin usahanya. Atas dasar pertimbangan tersebut, baik pemilik dan pengelolaan bank maupun otoritas yang terlibat dalam pengaturan dan pengawasan bank, harus bekerjasama mewujudkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan. 2 Suatu bank yang tidak dapat menjaga tingkat kesehatan bank disebut sebagai Bank Gagal, dalam Pasal 1 angka 7 UU No. 24 Tahun 2004 jo. UU No. 7 Tahun 2009 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan (UU LPS) mendefenisikan: Bank Gagal (failing bank) adalah bank yang mengalami kesulitan keuangan dan membahayakan kelangsungan usahanya serta dinyatakan tidak dapat lagi disehatkan oleh LPP sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya. 1 Theresia Anita Christiani, 2010, Hukum Perbankan Analisis Independensi Bank Indonesia, Badan Supervisi, LPJK, Bank Syariah, dan Prinsip Mengenal Nasabah, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, hlm. 34. 2 Dahlan Siamat, 2005, Manajemen Lembaga Keuangan; Kebijakan Moneter dan Perbankan, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, hlm. 177.

dalam UU LPS dikenal ada 2 jenis Bank Gagal, yaitu; Bank gagal tidak berdampak sistemik, dan bank gagal berdampak sistemik, hal ini dimuat dalam BAB V UU LPS. Kasus Bank Century yang ditetapkan sebagai bank gagal berdampak sistemik yang masih menuai pro dan kontra hingga saat ini dikarenakan tidak ada satu peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yang memberikan pengertian secara jelas tentang bank gagal berdampak sistemik tersebut, tidak adanya pengertian hukum yang jelas membuat berkurangnya kepastian hukum. Apalagi jika terjadi kesalahan dalam memahami pengertian hukum akan berakitbat fatal bagi pencari keadilan. 3 Pada saat itu ada Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (Perpu JPSK) yang dikeluarkan untuk menghadapi krisis perekonomian yang mengacam stabilitas sistem keuangan nasional, dalam Pasal 1 angka 4 Perpu JPSK memberikan pengertian Berdampak Sistemik: Berdampak Sistemik adalah suatu kondisi sulit yang ditimbulkan oleh suatu bank, LKBB, dan/atau gejolak pasar keuangan yang apabila tidak diatasi dapat menyebabkan kegagalan sejumlah bank dan/atau LKBB lain sehingga menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap sistem keuangan dan perekonomian nasional. Kriteria kondisi sulit yang dimaksud dalam Pasal di atas tidak dijelaskan dalam penjelasan Pasal tersebut, sehingga dalam penetapan status Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dipertanyakan dasar hukumnya, pada saat itu KSSK mengaku menetapkan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik dan menyerahkan penanganannya kepada LPS atas dasar rekomendasi Bank Indonesia yang pada saat 3 Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 109.

itu mengindentifikasi likuidasi Bank Century berdampak sistemik yang akan membahayakan perekonomian nasional. Lain sisi KSSK yang dalam Perpu JPSK, untuk mengambil suatu keputusan harus mengevaluasi skala dan dimensi permasalahan likuiditas yang ditenggarai berdampak sistemik, namun ada desakan dari Bank Indonesia yang menyatakan bahwa penetapan status bank gagal berdampak sistemik pada Bank Century harus segera dilakukan jika tidak maka akan terjadi krisis perbankan yang lebih besar, oleh sebab itu KSSK menetapkan status Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik dalam waktu singkat sehingga menuai pro dan kontra. Dengan melihat hal tersebut, maka dapat dikatakan ada benturan kelembagaan antara Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dengan lembaga lain seperti JPSK dalam penetapan status bank gagal berdampak sistemik sehingga menimbulkan hambatan tersendiri atas penetapan status bank gagal berdampak sistemik yang membutuhkan penanganan yang tepat dan cepat agar memberikan kepastian hukum baik kepada bank maupun kepada nasabah, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan tetap terjaga. Perpu JPSK rupanya tidak disetujui oleh DPR untuk menjadi Undang-Undang sehingga Perpu tersebut harus dicabut, namun ada Undang-Undang Nomor 21 Taun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keungan (UU OJK) yang membentuk Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) yang mirip dengan KSSK, namun tidak ada Pasal yang mengindentifikasi kriteria bank gagal berdampak sistemik. Pengaturan hukum yang tidak jelas tentang bank gagal berdampak sistemik dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat/nasabah terhadap lembaga perbankan, selain itu dengan kurangnya pemahaman masyarakat akan bank gagal

berdampak sistemik dapat menimbulkan efek berkelanjutan (efek domino) terhadap bank-bank lainnya sehingga merusak sistem perbankan yang juga akan berdampak langsung pada perekonomian nasional, dan menimbulkan krisis perekonomian yang lebih luas. Penggunaan dana APBN dalam penanganan bank gagal berdampak sistemik juga akan menimbulkan gejolak tersendiri di dalam masyarakat terhadap pertanggung jawaban pemerintah dan lembaga perbankan, APBN yang merupakan uang rakyat digunakan untuk menghidupkan bank dan mengganti uang nasabah. Banyaknya lembaga yang berperan dalam penetapan status suatu bank sebagai bank gagal berdampak sistemik dapat mengakibatkan lambannya penanganan, sehingga penanganan krisis menjadi kurang efektif dan efisien, maka penelitian hukum ini menjadi relevan untuk ditinjau sacara normatif agar menemukan suatu peraturan hukum yang baik terhadap penetapan bank gagal berdampak sistemik yang sesuai dengan norma, prinsip, dan aturan hukum yang berlaku di Indonesia saat ini, sehingga dalam penerapannya dapat memberikan kepastian hukum kepada lembaga perbankan dan kepada masyarakat sebagai nasabah, serta penanganan krisis yang baik. B. Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang Masalah, dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa kriteria suatu Bank dapat ditetapkan sebagai Bank Gagal Berdampak Sistemik? 2. Apakah kriteria bank gagal berdampak sistemik perlu diatur secara jelas dalam pengaturan hukum?

3. Apa pentingnya peran lembaga dalam penetapan bank gagal berdampak sistemik? VI. Isi Makalah HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRACT DAFTAR ISI PERNYATAAN KEASLIAN Bab I : Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep, metode penelitian, dan sistematika skripsi. Bab II : Pembahasan Bab ini berisi tinjauan yuridis tentang pengaturan hukum perbankan, bank gagal berdampak sistemik, dan kewenangan bank indonesia, serta analisis terkait kriteria bank gagal berdampak sistemik, perlu atau tidaknya pengaturan hukum yang jelas

terkait kriteria bank gagal berdampak sistemik, dan pentingnya peran lembaga dalam penetapan bank gagal berdampak sistemik. Bab III : Penutup Bab ini berisi kesimpulan dan saran. VII. Kesimpulan 1. Kriteria bank gagal berdampak sistemik membutuhkan penilaian yang mendalam dari berbagai indikator, baik indikator yang dapat diukur maupaun indikator-indikator yang tidak dapat diukur. Indikator yang dapat diukur seperti tingkat kesehatan bank yang berdasarkan pada penilaian aspek CAMELS, sedangkan indikator yang tidak dapat diukur seperti psikologi masa dan kestabilan perekonomian baik secara nasional maupun global, serta kegiatan usaha yang dilakukan suatu bank dapat mengganggu kesehatan bank-bank lainnya apabila bank tersebut mengalami kesulitan keuangan atau gagal. 2. Pengaturan hukum mengenai kriteria bank gagal berdampak sistemik tidak diperlukan untuk diatur secara jelas dalam Undang-Undang mengingat perkembangan ekonomi yang sangat bersifat situasional dan dapat menimbulkan indikator-indikator baru yang dapat mendorong terjadinya bank gagal berdampak sistemik, selain itu bank gagal berdampak sistemik dapat terjadi dalam waktu cepat yang membutuhkan penanganan yang cepat pula, selain itu apabila kriteria bank gagal berdampak sistemik diatur secara jelas dalam peraturan perundang-undangan, dikhawatirkan dapat menimbulkan moral hazard. 3. Pengaturan hukum yang tidak mengatur secara jelas terkait bank gagal berdampak sistemik membuat Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen yang berperan

dalam menjaga stabilitas sistem keuangan, menunjuk lembaga lain sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 28 PBI: 15/2/PBI/2013 untuk menetapkan status bank gagal berdampak sistemik, lembaga yang dimaksud adalah lembaga-lembaga seperti Lembaga Penjamin Simpanan yang menjamin dana nasabah dalam usaha perbankan, Otoritas Jasa Keuangan yang berperan dalam pengaturan dan pengawasan di sektor keuangan, yang tergabung dalam Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 45 UU OJK untuk membentuk kebijakan dan cara penanganan suatu masalah yang ditenggarai akan membahayakan stabilitas sistem keuangan. FKSSK itu sendiri beranggotakan Menteri Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, serta Lembaga Penjamin Simpanan, yang bekerjasama untuk tercapainya kestabilan sistem keuangan sehingga peran lembaga-lembaga tersebut menjadi penting. VIII. Daftar Pustaka Buku : Anita Christiani, Th., 2010, Hukum Perbankan Analisis Independensi Bank Indonesia, Badan Supervisi, LPJK, Bank Syariah, dan Prinsip Mengenal Nasabah, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta. Dahlan Siamat, 2005, Manajemen Lembaga Keuangan; Kebijakan Moneter dan Pebankan, Edisi V, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Kencana Pernada Media Group, Jakarta. Peraturan Perundang Undangan : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Bank Indonesia.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan.