LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN MISI KEMANUSIAAN DAN ADVOKASI PENANGANAN KORBAN GEMPA DAN TSUNAMI KEPULAUAN MENTAWAI SUMATERA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

Saya yang bernama Nanda Nugraha P. Lubis, mahasiswa tingkat akhir Departemen

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

No. 1411, 2014 BNPB. Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Manajemen. Pedoman.

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

MEMUTUSKAN ; Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PROSEDUR PENGGUNAAN DANA SIAP PAKAI UNTUK TANGGAP DARURAT BENCANA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

2 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

KODE UNIT : O JUDUL UNIT

BAB IV VISI, MISI,TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1554, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Distribusi. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGANBENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG

Powered by TCPDF (

1. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi; 2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; dan 3. Sub Bagian Keuangan. c. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, terdir

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya adalah proses dan fenomena alam yang menimpa manusia. Rentetan

Primary Health Care Disaster Management. VIDA RAHMI UTAMI FK Trisakti

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. respon terhadap penanggulangan bencana sangat berperan penting.

U R A I A N BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 10,262,024, BELANJA LANGSUNG 9,414,335,000.00

PERATURAN WALIKOTA TEGAL

PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK DAN PERALATAN PENANGGULANGAN BENCANA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

KEBIJAKAN PENGELOLAAN MASALAH PENANGGULANGAN BENCANA BIDANG KESEHATAN

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

Tahap Tanggap Darurat dan Pascabencana

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 3 Tahun 2014 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BENCANA ALAM GEMPA DAN TSUNAMI KEPULAUAN MENTAWAI PROVINSI SUMATERA BARAT 25 OKTOBER 2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2010 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

TENTANG MEKANISME KOORDINASI BANTUAN KESEHATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TUGAS POKOK & FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PENANGANAN DARURAT BENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN LOMBOK UTARA. Oleh : Ir, Tri Budiarto, M.Si (Direktur Tanggap Darurat BNPB)

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBERIAN BANTUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR KORBAN BENCANA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Kesehatan Lingkungan & Bencana PERTEMUAN 7

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN AKIBAT BENCANA DI KABUPATEN BLORA

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 62 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

: Unit ini menjelaskan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan bagi pekerja penanggulangan bencana.

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

B U P A T I T A N A H L A U T PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Transkripsi:

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN MISI KEMANUSIAAN DAN ADVOKASI PENANGANAN KORBAN GEMPA DAN TSUNAMI KEPULAUAN MENTAWAI SUMATERA BARAT LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA Pelaksanaan Kegiatan Tanggal 13 25 November 2010 LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA Jl. Langgar No. 23 RT. 04 RW. 010 Kramatjati Jakarta Timu 13510 Phone. +62 21 93724133; Fax. +62 21 7407758 E-mail. info@lksi.or.id; Website. www.lksi.or.id

I. PENDAHULUAN Sehubungan dengan adanya tragedi Gempa Bumi dan tsunami di Kepulauan Mentawai Sumatera Barat pada tanggal 25 Oktober 2010. Perhimpunan Advokasi Anak Indonesia (PERAN INDONESIA) dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Indonesia (LKSI) mengirimkan team relawan dari Relawan Dokter, Karyawan, Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Satyagama Jakarta, untuk melaksanakan misi kemanusiaan dan Advokasi Penanganan Korban Bencana dengan menamakan Tim Peduli Anda Untuk Solidaritas Bangsa (Tim PASB). Kegiatan ini bertujuan untuk dapat meringankan beban para korban akibat dari bencana gempa bumi tersebut dan melaksanakan advokasi penanganan korban. Kegiatan ini dilaksanakan sejak tanggal 13 25 November 2010 Sebelum mengirimkan Tim relawan ke Kepulauan Mentawai, dilakukan beberapa pencarian informasi dan assessment tentang kondisi dan situasi wilayah tersebut serta kebutuhan pengungsi, baik dengan memanfaatkan informasi internet, media cetak, media elektronik, dan beberapa lembaga yang sudah terlebih dahulu melaksanakan misi kemanusiaan. Setelah hasil assessment didapat dan dikembangkan, maka memutuskan untuk melaksanakan misi kemanusiaan dengan mengirimkan relawan yang dikirim melalui Padang dan melanjutkan perjalanan ke Kecamatan Sikakap Kabupaten Kepulauan Mentawai melalui jalur laut dengan menempuh 12 (dua belas) jam perjalanan untuk membantu proses Tanggap Darurat yang sedang dilaksanakan. Alasan utama pengiriman tim relawan kemanusiaan bencana ini dikarenakan Kepulauan Mentawai kurang mendapatkan perhatian dalam penanganan korban bencana daripada penanganan bencana diwilayah lain baik secara publikasi, informasi maupun penanganannya dan di beberapa wilayah masih belum atau terbatas dalam mendapatkan bantuan pasca bencana, baik itu bantuan logistik pangan orang dewasa dan anak, kesehatan medis, Sarana korban (tenda, alas tidur, selimut, dll), logistik non pangan, dan sebagainya. 1

Pada pelaksanaan kegiatan ini, Untuk membantu pelaksanaan tanggap kedaruratan pada Bencana Gempa dan Tsunami di Kepulauan Mentawai dengan melaksanakan kegiatan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan layanan kesehatan; 2. Pelaksanaan pendistribusian logistik; 3. Pelaksanaan Manajemen Kebencanaan; 4. Pelaksanaan trauma healing; 5. Advokasi penanganan korban. Relawan yang dikirim untuk melaksanakan misi kemanusiaan gempa sumatera hingga saat ini berjumlah 10 orang yang terdiri dari 1 (satu) orang dokter, 1 (satu) orang Pekerja Sosial, 1 (satu) orang penggiat sosial, dan 7 (tujuh) mahasiswa aktivis sosial. Pelaksanaan kegiatan difokuskan pada kamp pengungsian KM 44 yang berasal dari Dusun Bulasat Kecamatan Pagai Selatan, jumlah pengungsi di KM 44 ini berjumlah 53 Kepala Keluarga atau ± 250 jiwa. Alasan atau latar belakang memfokuskan kegiatan di KM 44 ini didasar atas informasi hasil dari rapat evaluasi gabungan antara pemerintah dan NGO/LSM bahwa pengungsian di KM 44 kurang mendapatkan perhatian terkait jauh dan sulitnya akses menuju ke tempat pengungsian tersebut sehingga koordinator tim memutuskan untuk melaksanakan kegiatan di pengungsian KM 44 meski dengan segala keterbatasan alat transportasi. II. LAPORAN KEGIATAN 1. Pendistribusian Logistik; Pendistribusian masih terbatas untuk dilaksanakan, yakni hanya melaksanakan pendistribusian susu, biskuit anak, bubur dan biskuit bayi, popok bayi, pembalut wanita, dan alat-alat media trauma healing yang distribusikan di kamp pengungsian KM 44. Keterbatasan pendistribusian logistik tersebut dikarenakan keterbatasan jumlah bantuan yang diterima. Namun keterbatasan tersebut bukan menjadi penghalang dalam melaksanakan kegiatan, disisi lain pendistribusian logistik tersebut sebagai stimulus bagi anak-anak korban bencana. 2

2. Layanan Kesehatan; Bantuan kesehatan yang dilaksanakan di Kamp Pengungsian KM 44 ini merupakan kegiatan yang pertama ada di Kamp pengungsian tersebut. Indikator ini bisa dicermati, ketika Tim Kesehatan membuka klinik darurat, begitu antuasias sambutan dari para pengungsi serta dari pengakuan beberapa pengungsi bahwa pasca gempa belum ada relawan kesehatan yang melaksanakan pengobatan di kamp 44. selama pelaksanaan bantuan kesehatan, menerima pasien sebanyak 59 orang mulai dari lanjut usia sampai anak-anak, karena keterbatasan ketersediaan obat-obatan, masih banyak pengungsi yang belum dapat ditangani oleh tim kesehatan PASB secara komperhensif dan hanya bersifat tindakan darurat pengobatan. Selain pelaksanaan kegiatan pengobatan, kegiatan layanan kesehatan juga memfokuskan pada kesehatan lingkungan dengan menjadi fasilitator/pendamping dalam pembuatan MCK darurat mengingat sejak terbangunnya kamp pengungsian hasil swadaya para warga korban ini belum ada MCK maupun sanitasi yang mendukung terpeliharanya kesehatan warga. 3. Pendampingan manajemen penanganan bencana; Kegiatan ini memfokuskan diri untuk memberikan pelatihan bagi pemuda yang bertujuan untuk mampu menolong dirinya dan masyarakat sekitar dalam menghadapi bencana dan pasca bencana seperti sekarang ini, memberikan penyuluhan atas manajemen pengaturan bantuan logistik yang diterima oleh pengungsi dan menyusun skala kebutuhan di pengungsian. Dari kegiatan ini, berdasar pengakuan pengungsi, mereka mendapatkan banyak manfaat yang didapat sehingga dapat meminimalisasi benturan atau konflik antara pengungsi itu sendiri. 4. Pendampingan rehabilitasi trauma korban Pelaksanaan kegiatan ini difokuskan pada anak-anak, karena mereka adalah salah satu komunitas yang rentan akan dampak dalam situasi darurat kebencanaan, seperti kehilangan hak pendidikan, memunculkan rasa trauma, jauh dari hak kesehatan maupun hak bermain. 3

Materi trauma healing yang dilaksanakan dalam kegiatan ini, antara lain: Mewarnai; Bernyanyi bersama; Permainan kelompok yang bertujuan untuk membangun solidaritas, motivasi diri, dan pendidikan kedaruratan; Mendongeng dan bercerita. 5. Advokasi Penanganan Korban Pelaksanaan advokasi selama menjalankan misi kemanusiaan tahap darurat pasca bencana gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai menemukan beberapa fakta dilapangan, antara lain: - Birokrasi koordinasi penanganan yang berbelit-belit, bahkan cenderung memunculkan dugaan Proyekisasi bantuan tahap tanggap darurat, ini didapatkan sendiri oleh tim PASB pada saat koordinasi dan konsultasi pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Tim PASB dengan memungut biaya sewa perahu/kapal beserta BBM dengan alasan bahwa pendistribusian logistik dan kegiatannya dilaksanakan sendiri tanpa ada penentuan tempat/lokasi pendistribusian yang ditunjuk oleh BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), sehingga koordinator TIM PASB memutuskan untuk tidak bersedia memberikan kompensasi apapun dan menarik diri dari segala koordinasi BPBD; - Pendistribusian logistik pada kamp pengungsian belum memperhatikan kebutuhan bagi anak dan perempuan, fakta dilapangan bahwa TIM PASB tidak/belum menemukan pendistribusian logistik bagi kebutuhan anak dan wanita khususnya kebutuhan nonpermakanan, pendistribusian logistik di pengungsian yang jauh dari rasa keadilan dan pemerataan; - Tidak adanya posko/klinik kesehatan darurat yang dapat diakses oleh pengungsi di kamp pengungsian, ini didasarkan dengan ditemukannya bayi penderita gizi buruk yang sudah masuk pada fase kritis sehingga diperlukan tindakan evakuasi cepat ke puskesmas kecamatan juga jauhnya akses layanan kesehatan bagi korban bencana, bahkan atas pengakuan warga pengungsian di lokasi KM 44 bahwa belum ada tim kesehatan yang masuk ke lokasi tersebut 4

sebelum Tim PSAB datang; tidak displin/mangkirnya dokter di puskesmas yang menangani korban dampak bencana; tidak adanya maupun jauhnya akses kebutuhan MCK bagi para pengungsi; tidak adanya sanitasi di lokasi pengungsian; - Tidak tersedianya akses pendidikan kedaruratan bagi anak-anak korban dampak bencana di lokasi pengungsian; - Tidak adanya pendampingan trauma healing bagi korban bencana, khususnya anak-anak yang mengakibatkan anak-anak kehilangan motivasi diri; - Tidak adanya kegiatan yang melibatkan peran serta pengungsi dalam pengelolaan pengungsian, sehingga para pengungsi tidak mampu untuk beraktivitas sebagai bagian membangkitkan potensi diri para pengungsi; - Menjadikan pengungsi sebagai obyek yang dipersalahkan ketika terjadi konflik di lokasi pengungsian, seperti kasus pencurian logistik di lokasi pengungsian maupun proses pendistribusian logistik; - Tidak adanya rencana kerja penanganan pengungsi yang terukur dan terencana, hal ini didasar atas tidak adanya perubahan kondisi dan situasi di lokasi pengungsiaan meski tahap tanggap darurat kedua berakhir. III. REKOMENDASI Dari hasil pelaksanaan kegiatan kemanusiaan yang dilaksanakan dan dari hasil faktafakta penanganan korban bencana yang sudah diuraikan pada bagian laporan kegiatan, ada beberapa hal yang harus menjadi bahan evaluasi oleh pemerintah dalam menyikapi penanganan dampak bencana bagi masyarakat korban, antara lain: 1. Perlunya kontrol, pengawasan, reformasi atas birokrasi koordinasi penanganan dampak bencana dengan mengeluarkan regulasi yang mengatur teknis tata cara koordinasi lintas sektor, sehingga dapat meminimalisir dugaan terjadinya Proyekisasi bantuan bencana khususnya pada tahap pemulihan maupun tahap reehabilitasi dan rekonstruksi atas dampak bencana di Kepulauan Mentawai; 2. Perlunya melakukan audit pelaksanaan manajemen penanganan kebencanaan pada tahap tanggap darurat pasca bencana gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai Sumatera Barat; 3. Perlunya konsepsi atau skema pendidikan anak di lokasi pengungsian maupun lokasi Hunian Sementara (Huntar) pasca bencana gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai. Dengan mengembangkan model-model pendidikan di daerah rawan bencana ke dalam kebijakan REMEDIAL SCHOOLING, dan memasukan kurikulum konseling psikososial dan bimbingan pemulihan jiwa anak (pasca trumatik) sebagai bagian dari proses tumbuh kembang anak baik secara psiko-motorik dan psiko-sosial anak pasca bencana; 5

4. Perlunya BNPB atau pemerintah pusat mengambil alih penanganan pada tahap pemulihan maupun tahap rehabilitasi dampak bencana, mengingat tidak adanya perkembangan atas kondisi maupun situasi penanganan korban meskipun tahap tanggap darurat dilaksanakan 2 (dua) kali; 5. Perlunya membuat pola pendataan, pemetaan, dan/atau assessment karakteristik korban bencana sesuai dengan klasifikasi usia, jenis kelamin, Jumlah Kepala Keluarga maupun kebutuhan pengungsi di tahap pemulihan agar pelaksanaan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi dapat dilaksanakan secara komprehensif. IV. PENUTUP Dalam laporan ini, Tim Peduli Anda Untuk Solidaritas Bangsa (PASB) mengucapkan terima kasih yang terhingga kepada: 1. Perhimpunan Advokasi Anak Indonesia; 2. Global Rescue Network Jakarta dan Padang; 3. Keluarga Besar Relawan Fakultas Teknik Universitas Indonesia; 4. Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Satyagama Jakarta; 5. Ikatan Mahasiswa Minang Universitas Indonesia; 6. Keluarga Besar Joni & Tanamas Law Firm 7. dr. Muharomi; 8. Keluarga Bapak Nasrul (Ateng) di Padang; 9. Sekretaris Desa Sikakap Kecamatan Sikakap kabupaten Kepulauan Mentawai; 10. dan pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan namun turut membantu pelaksanaan kegiatan ini. Demikianlah penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan MISI KEMANUSIAAN DAN ADVOKASI PENANGANAN KORBAN GEMPA DAN TSUNAMI KEPULAUAN MENTAWAI SUMATERA BARAT. 6

NAMA-NAMA RELAWAN TIM PEDULI ANDA UNTUK SOLIDARITAS BANGSA Kepulauan Mentawai Sumatera Barat NO NAMA STATUS/PROFESI/PEKERJAAN/ 1 Wilfun Afnan, S.Sos Pekerja Sosial 2 dr. Muharomi Dokter 3 Yasin Zidun Karyawan Swasta 4 Arif Fitra Rudiyansah Mahasiswa Universitas Satyagama Jakarta 5 Ade Sri Rahayu Mahasiswa Fak. Teknik Universitas Indonesia 6 Hendri Amirudin A Mahasiswa Fak. Teknik Universitas Indonesia 7 Agus Siswanta Mahasiswa Fak. Teknik Universitas Indonesia 8 Rahmat Hidayat Mahasiswa Fak. Teknik Universitas Indonesia 9 Maya Ayu Wulandari Mahasiswa Fak. Teknik Universitas Indonesia 10 Rani Nur Asriani Mahasiswa Fak. Teknik Universitas Indonesia 7

Laporan Besar Keuangan Penanganan Bencana Mentawai - Sumatera Barat 13-25 November 2010 NO TGL DESKRIPSI DEBET KREDIT SALDO Pemasukan 09-Nov-10Sumbangan IMAMI Rp 7,122,000 Sumbangan Relawan Teknik Rp 8,800,000 UI 11-Nov-10Sumbangan dari Ihya Ulumuddin 14-Nov-10Sumbangan Imapala Universitas Satyagama Jakarta 16-Nov-10Tambahan Sumbangan Relawan Teknik UI 25-Nov-10Sumbangan Joni & Tanamas Law Firm Rp 250,000 Rp 6,000,000 Rp 2,000,000 Rp 1,500,000 Sumbangan NN Rp 7,300,000 Total Penerimaan Dana Rp 32,972,000 Operasional Misi Kemanusiaan I Penanganan Korban 1 Belanja Obat-obatan Rp 8,000,000 II 2 Belanja Kebutuhan logistik pengungsi Rp 5,910,000 3 Transportasi keperluan dan Rp 350,000 pengangkutan logistik 4 Transportasi darat Relawan untuk Rp 200,000 pendampingan pengungsi 5 Transportasi laut relawan untuk pendampingan pengungsi Rp 1,830,000 Sub Total Rp 16,290,000 Pengeluaran Operasional Relawan 1 Pemberangkatan 10 relawan ke padang Rp 5,070,000 via pesawat 2 Boarding pass Rp 400,000 3 Biaya kelebihan bagasi pesawat Rp 462,000 4 Transportasi darat operasional angkut Rp 200,000 relawan 5 logistik dan permakanan relawan Rp 6,000,000 6 Pemulangan relawan via darat Padang - Jakarta Rp 4,550,000 Sub Total Rp 16,682,000 Total Pengeluaran Rp 32,972,000 Sisa Dana Rp - 8