LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN MISI KEMANUSIAAN DAN ADVOKASI PENANGANAN KORBAN GEMPA DAN TSUNAMI KEPULAUAN MENTAWAI SUMATERA BARAT LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA Pelaksanaan Kegiatan Tanggal 13 25 November 2010 LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA Jl. Langgar No. 23 RT. 04 RW. 010 Kramatjati Jakarta Timu 13510 Phone. +62 21 93724133; Fax. +62 21 7407758 E-mail. info@lksi.or.id; Website. www.lksi.or.id
I. PENDAHULUAN Sehubungan dengan adanya tragedi Gempa Bumi dan tsunami di Kepulauan Mentawai Sumatera Barat pada tanggal 25 Oktober 2010. Perhimpunan Advokasi Anak Indonesia (PERAN INDONESIA) dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Indonesia (LKSI) mengirimkan team relawan dari Relawan Dokter, Karyawan, Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Satyagama Jakarta, untuk melaksanakan misi kemanusiaan dan Advokasi Penanganan Korban Bencana dengan menamakan Tim Peduli Anda Untuk Solidaritas Bangsa (Tim PASB). Kegiatan ini bertujuan untuk dapat meringankan beban para korban akibat dari bencana gempa bumi tersebut dan melaksanakan advokasi penanganan korban. Kegiatan ini dilaksanakan sejak tanggal 13 25 November 2010 Sebelum mengirimkan Tim relawan ke Kepulauan Mentawai, dilakukan beberapa pencarian informasi dan assessment tentang kondisi dan situasi wilayah tersebut serta kebutuhan pengungsi, baik dengan memanfaatkan informasi internet, media cetak, media elektronik, dan beberapa lembaga yang sudah terlebih dahulu melaksanakan misi kemanusiaan. Setelah hasil assessment didapat dan dikembangkan, maka memutuskan untuk melaksanakan misi kemanusiaan dengan mengirimkan relawan yang dikirim melalui Padang dan melanjutkan perjalanan ke Kecamatan Sikakap Kabupaten Kepulauan Mentawai melalui jalur laut dengan menempuh 12 (dua belas) jam perjalanan untuk membantu proses Tanggap Darurat yang sedang dilaksanakan. Alasan utama pengiriman tim relawan kemanusiaan bencana ini dikarenakan Kepulauan Mentawai kurang mendapatkan perhatian dalam penanganan korban bencana daripada penanganan bencana diwilayah lain baik secara publikasi, informasi maupun penanganannya dan di beberapa wilayah masih belum atau terbatas dalam mendapatkan bantuan pasca bencana, baik itu bantuan logistik pangan orang dewasa dan anak, kesehatan medis, Sarana korban (tenda, alas tidur, selimut, dll), logistik non pangan, dan sebagainya. 1
Pada pelaksanaan kegiatan ini, Untuk membantu pelaksanaan tanggap kedaruratan pada Bencana Gempa dan Tsunami di Kepulauan Mentawai dengan melaksanakan kegiatan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan layanan kesehatan; 2. Pelaksanaan pendistribusian logistik; 3. Pelaksanaan Manajemen Kebencanaan; 4. Pelaksanaan trauma healing; 5. Advokasi penanganan korban. Relawan yang dikirim untuk melaksanakan misi kemanusiaan gempa sumatera hingga saat ini berjumlah 10 orang yang terdiri dari 1 (satu) orang dokter, 1 (satu) orang Pekerja Sosial, 1 (satu) orang penggiat sosial, dan 7 (tujuh) mahasiswa aktivis sosial. Pelaksanaan kegiatan difokuskan pada kamp pengungsian KM 44 yang berasal dari Dusun Bulasat Kecamatan Pagai Selatan, jumlah pengungsi di KM 44 ini berjumlah 53 Kepala Keluarga atau ± 250 jiwa. Alasan atau latar belakang memfokuskan kegiatan di KM 44 ini didasar atas informasi hasil dari rapat evaluasi gabungan antara pemerintah dan NGO/LSM bahwa pengungsian di KM 44 kurang mendapatkan perhatian terkait jauh dan sulitnya akses menuju ke tempat pengungsian tersebut sehingga koordinator tim memutuskan untuk melaksanakan kegiatan di pengungsian KM 44 meski dengan segala keterbatasan alat transportasi. II. LAPORAN KEGIATAN 1. Pendistribusian Logistik; Pendistribusian masih terbatas untuk dilaksanakan, yakni hanya melaksanakan pendistribusian susu, biskuit anak, bubur dan biskuit bayi, popok bayi, pembalut wanita, dan alat-alat media trauma healing yang distribusikan di kamp pengungsian KM 44. Keterbatasan pendistribusian logistik tersebut dikarenakan keterbatasan jumlah bantuan yang diterima. Namun keterbatasan tersebut bukan menjadi penghalang dalam melaksanakan kegiatan, disisi lain pendistribusian logistik tersebut sebagai stimulus bagi anak-anak korban bencana. 2
2. Layanan Kesehatan; Bantuan kesehatan yang dilaksanakan di Kamp Pengungsian KM 44 ini merupakan kegiatan yang pertama ada di Kamp pengungsian tersebut. Indikator ini bisa dicermati, ketika Tim Kesehatan membuka klinik darurat, begitu antuasias sambutan dari para pengungsi serta dari pengakuan beberapa pengungsi bahwa pasca gempa belum ada relawan kesehatan yang melaksanakan pengobatan di kamp 44. selama pelaksanaan bantuan kesehatan, menerima pasien sebanyak 59 orang mulai dari lanjut usia sampai anak-anak, karena keterbatasan ketersediaan obat-obatan, masih banyak pengungsi yang belum dapat ditangani oleh tim kesehatan PASB secara komperhensif dan hanya bersifat tindakan darurat pengobatan. Selain pelaksanaan kegiatan pengobatan, kegiatan layanan kesehatan juga memfokuskan pada kesehatan lingkungan dengan menjadi fasilitator/pendamping dalam pembuatan MCK darurat mengingat sejak terbangunnya kamp pengungsian hasil swadaya para warga korban ini belum ada MCK maupun sanitasi yang mendukung terpeliharanya kesehatan warga. 3. Pendampingan manajemen penanganan bencana; Kegiatan ini memfokuskan diri untuk memberikan pelatihan bagi pemuda yang bertujuan untuk mampu menolong dirinya dan masyarakat sekitar dalam menghadapi bencana dan pasca bencana seperti sekarang ini, memberikan penyuluhan atas manajemen pengaturan bantuan logistik yang diterima oleh pengungsi dan menyusun skala kebutuhan di pengungsian. Dari kegiatan ini, berdasar pengakuan pengungsi, mereka mendapatkan banyak manfaat yang didapat sehingga dapat meminimalisasi benturan atau konflik antara pengungsi itu sendiri. 4. Pendampingan rehabilitasi trauma korban Pelaksanaan kegiatan ini difokuskan pada anak-anak, karena mereka adalah salah satu komunitas yang rentan akan dampak dalam situasi darurat kebencanaan, seperti kehilangan hak pendidikan, memunculkan rasa trauma, jauh dari hak kesehatan maupun hak bermain. 3
Materi trauma healing yang dilaksanakan dalam kegiatan ini, antara lain: Mewarnai; Bernyanyi bersama; Permainan kelompok yang bertujuan untuk membangun solidaritas, motivasi diri, dan pendidikan kedaruratan; Mendongeng dan bercerita. 5. Advokasi Penanganan Korban Pelaksanaan advokasi selama menjalankan misi kemanusiaan tahap darurat pasca bencana gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai menemukan beberapa fakta dilapangan, antara lain: - Birokrasi koordinasi penanganan yang berbelit-belit, bahkan cenderung memunculkan dugaan Proyekisasi bantuan tahap tanggap darurat, ini didapatkan sendiri oleh tim PASB pada saat koordinasi dan konsultasi pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Tim PASB dengan memungut biaya sewa perahu/kapal beserta BBM dengan alasan bahwa pendistribusian logistik dan kegiatannya dilaksanakan sendiri tanpa ada penentuan tempat/lokasi pendistribusian yang ditunjuk oleh BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), sehingga koordinator TIM PASB memutuskan untuk tidak bersedia memberikan kompensasi apapun dan menarik diri dari segala koordinasi BPBD; - Pendistribusian logistik pada kamp pengungsian belum memperhatikan kebutuhan bagi anak dan perempuan, fakta dilapangan bahwa TIM PASB tidak/belum menemukan pendistribusian logistik bagi kebutuhan anak dan wanita khususnya kebutuhan nonpermakanan, pendistribusian logistik di pengungsian yang jauh dari rasa keadilan dan pemerataan; - Tidak adanya posko/klinik kesehatan darurat yang dapat diakses oleh pengungsi di kamp pengungsian, ini didasarkan dengan ditemukannya bayi penderita gizi buruk yang sudah masuk pada fase kritis sehingga diperlukan tindakan evakuasi cepat ke puskesmas kecamatan juga jauhnya akses layanan kesehatan bagi korban bencana, bahkan atas pengakuan warga pengungsian di lokasi KM 44 bahwa belum ada tim kesehatan yang masuk ke lokasi tersebut 4
sebelum Tim PSAB datang; tidak displin/mangkirnya dokter di puskesmas yang menangani korban dampak bencana; tidak adanya maupun jauhnya akses kebutuhan MCK bagi para pengungsi; tidak adanya sanitasi di lokasi pengungsian; - Tidak tersedianya akses pendidikan kedaruratan bagi anak-anak korban dampak bencana di lokasi pengungsian; - Tidak adanya pendampingan trauma healing bagi korban bencana, khususnya anak-anak yang mengakibatkan anak-anak kehilangan motivasi diri; - Tidak adanya kegiatan yang melibatkan peran serta pengungsi dalam pengelolaan pengungsian, sehingga para pengungsi tidak mampu untuk beraktivitas sebagai bagian membangkitkan potensi diri para pengungsi; - Menjadikan pengungsi sebagai obyek yang dipersalahkan ketika terjadi konflik di lokasi pengungsian, seperti kasus pencurian logistik di lokasi pengungsian maupun proses pendistribusian logistik; - Tidak adanya rencana kerja penanganan pengungsi yang terukur dan terencana, hal ini didasar atas tidak adanya perubahan kondisi dan situasi di lokasi pengungsiaan meski tahap tanggap darurat kedua berakhir. III. REKOMENDASI Dari hasil pelaksanaan kegiatan kemanusiaan yang dilaksanakan dan dari hasil faktafakta penanganan korban bencana yang sudah diuraikan pada bagian laporan kegiatan, ada beberapa hal yang harus menjadi bahan evaluasi oleh pemerintah dalam menyikapi penanganan dampak bencana bagi masyarakat korban, antara lain: 1. Perlunya kontrol, pengawasan, reformasi atas birokrasi koordinasi penanganan dampak bencana dengan mengeluarkan regulasi yang mengatur teknis tata cara koordinasi lintas sektor, sehingga dapat meminimalisir dugaan terjadinya Proyekisasi bantuan bencana khususnya pada tahap pemulihan maupun tahap reehabilitasi dan rekonstruksi atas dampak bencana di Kepulauan Mentawai; 2. Perlunya melakukan audit pelaksanaan manajemen penanganan kebencanaan pada tahap tanggap darurat pasca bencana gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai Sumatera Barat; 3. Perlunya konsepsi atau skema pendidikan anak di lokasi pengungsian maupun lokasi Hunian Sementara (Huntar) pasca bencana gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai. Dengan mengembangkan model-model pendidikan di daerah rawan bencana ke dalam kebijakan REMEDIAL SCHOOLING, dan memasukan kurikulum konseling psikososial dan bimbingan pemulihan jiwa anak (pasca trumatik) sebagai bagian dari proses tumbuh kembang anak baik secara psiko-motorik dan psiko-sosial anak pasca bencana; 5
4. Perlunya BNPB atau pemerintah pusat mengambil alih penanganan pada tahap pemulihan maupun tahap rehabilitasi dampak bencana, mengingat tidak adanya perkembangan atas kondisi maupun situasi penanganan korban meskipun tahap tanggap darurat dilaksanakan 2 (dua) kali; 5. Perlunya membuat pola pendataan, pemetaan, dan/atau assessment karakteristik korban bencana sesuai dengan klasifikasi usia, jenis kelamin, Jumlah Kepala Keluarga maupun kebutuhan pengungsi di tahap pemulihan agar pelaksanaan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi dapat dilaksanakan secara komprehensif. IV. PENUTUP Dalam laporan ini, Tim Peduli Anda Untuk Solidaritas Bangsa (PASB) mengucapkan terima kasih yang terhingga kepada: 1. Perhimpunan Advokasi Anak Indonesia; 2. Global Rescue Network Jakarta dan Padang; 3. Keluarga Besar Relawan Fakultas Teknik Universitas Indonesia; 4. Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Satyagama Jakarta; 5. Ikatan Mahasiswa Minang Universitas Indonesia; 6. Keluarga Besar Joni & Tanamas Law Firm 7. dr. Muharomi; 8. Keluarga Bapak Nasrul (Ateng) di Padang; 9. Sekretaris Desa Sikakap Kecamatan Sikakap kabupaten Kepulauan Mentawai; 10. dan pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan namun turut membantu pelaksanaan kegiatan ini. Demikianlah penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan MISI KEMANUSIAAN DAN ADVOKASI PENANGANAN KORBAN GEMPA DAN TSUNAMI KEPULAUAN MENTAWAI SUMATERA BARAT. 6
NAMA-NAMA RELAWAN TIM PEDULI ANDA UNTUK SOLIDARITAS BANGSA Kepulauan Mentawai Sumatera Barat NO NAMA STATUS/PROFESI/PEKERJAAN/ 1 Wilfun Afnan, S.Sos Pekerja Sosial 2 dr. Muharomi Dokter 3 Yasin Zidun Karyawan Swasta 4 Arif Fitra Rudiyansah Mahasiswa Universitas Satyagama Jakarta 5 Ade Sri Rahayu Mahasiswa Fak. Teknik Universitas Indonesia 6 Hendri Amirudin A Mahasiswa Fak. Teknik Universitas Indonesia 7 Agus Siswanta Mahasiswa Fak. Teknik Universitas Indonesia 8 Rahmat Hidayat Mahasiswa Fak. Teknik Universitas Indonesia 9 Maya Ayu Wulandari Mahasiswa Fak. Teknik Universitas Indonesia 10 Rani Nur Asriani Mahasiswa Fak. Teknik Universitas Indonesia 7
Laporan Besar Keuangan Penanganan Bencana Mentawai - Sumatera Barat 13-25 November 2010 NO TGL DESKRIPSI DEBET KREDIT SALDO Pemasukan 09-Nov-10Sumbangan IMAMI Rp 7,122,000 Sumbangan Relawan Teknik Rp 8,800,000 UI 11-Nov-10Sumbangan dari Ihya Ulumuddin 14-Nov-10Sumbangan Imapala Universitas Satyagama Jakarta 16-Nov-10Tambahan Sumbangan Relawan Teknik UI 25-Nov-10Sumbangan Joni & Tanamas Law Firm Rp 250,000 Rp 6,000,000 Rp 2,000,000 Rp 1,500,000 Sumbangan NN Rp 7,300,000 Total Penerimaan Dana Rp 32,972,000 Operasional Misi Kemanusiaan I Penanganan Korban 1 Belanja Obat-obatan Rp 8,000,000 II 2 Belanja Kebutuhan logistik pengungsi Rp 5,910,000 3 Transportasi keperluan dan Rp 350,000 pengangkutan logistik 4 Transportasi darat Relawan untuk Rp 200,000 pendampingan pengungsi 5 Transportasi laut relawan untuk pendampingan pengungsi Rp 1,830,000 Sub Total Rp 16,290,000 Pengeluaran Operasional Relawan 1 Pemberangkatan 10 relawan ke padang Rp 5,070,000 via pesawat 2 Boarding pass Rp 400,000 3 Biaya kelebihan bagasi pesawat Rp 462,000 4 Transportasi darat operasional angkut Rp 200,000 relawan 5 logistik dan permakanan relawan Rp 6,000,000 6 Pemulangan relawan via darat Padang - Jakarta Rp 4,550,000 Sub Total Rp 16,682,000 Total Pengeluaran Rp 32,972,000 Sisa Dana Rp - 8