Kunjungan Lapangan ke Masyarakat Riding, Sungai Rasau dan Jadi Mulya, OKI, Sumatra Selatan, Juli 2013 oleh Patrick Anderson

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN VERIFIKASI LAPANGAN ATAS LAPORAN Forest Peoples Programme (FPP) DI DESA RIDING, SUNGAI RASAU DAN JADIMULYA. Disusun oleh: Tim Verifikasi

ACEH: Proyek Uji Coba REDD+ Ulu Masen

Rangkuman dari isu isu yang dijabarkan dalam laporan studi tersebut dalam kaitannya dengan komitmen kebijakan FCP APP adalah:

LAPORAN HASIL MONITORING PELAKSANAAN FPIC- APP PADA MASYARAKAT SEKITAR PT. OKI MILL PULP DAN PAPER SUMATERA SELATAN LATAR BELAKANG

LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,

9/1/2014. Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan?

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

KALIMANTAN TENGAH: REDD+ dan Kemitraan Karbon Hutan Kalimantan (KFCP)

Pengabaian Kelestarian Hutan Alam dan Gambut, serta Faktor Pemicu Konflik Lahan yang Berkelanjutan 1

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

Pelajaran dari Konflik, Perundingan dan Kesepakatan antara Desa Senyerang dengan PT Wira Karya Sakti

NGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

Forest Stewardship Council

VI. AKSES MASYARAKAT NELAYAN TERHADAP SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG

EKSPANSI PERKEBUNAN KAYU YANG MENGHILANGKAN HUTAN ALAM DAN MENIMBULKAN KONFLIK SOSIAL (Studi Kasus Provinsi Sumatera Utara dan Riau) PRESS BRIEFING

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut

BAB I. bertujuan. untuk. mengidentifikasi. lokal asli di. penyebab. di Provinsi. Riau, dengan. konflik yang 93,764 45,849 27,450 3,907 29,280 14,000

KINERJA APP TERKAIT KOMITMEN TANGGUNGJAWAB SOSIAL

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN

Perkembangan terbaru nasional seputar REDD+ di Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

TERM OF REFERENCE KONGRES DAN LOKAKARYA JARINGAN MASYARAKAT GAMBUT RIAU PEKANBARU, MARET 2010

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DOKUMEN POTENSI DESA TELUK BINJAI

MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

BAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN. penjelasan mengenai keterlibatan INGO World Agroforestry Centre (ICRAF) di Indonesia

Perkembangan Insiden di Wirakarya Sakti (WKS) di Jambi, posting pada 23 Mei 2015:

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran Hutan Alam

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

24 Oktober 2015, desa Sei Ahass, Kapuas, Kalimantan Tengah: Anak sekolah dalam kabut asap. Rante/Greenpeace

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

SULAWESI TENGAH: Provinsi Uji Coba UN-REDD Indonesia

Pengecekan lapangan lokasi kebakaran foto dirilis di database online EoF

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU PADA KAWASAN BUDIDAYA NON KEHUTANAN

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

1. Apakah perlu atau ada keinginan untuk kerja sama dengan pihak lain, atau bisa mengembangkan usaha sendiri?

Kebakaran di Konsesi APP/Sinar Mas Memperparah Kabut Asap Regional dan Mengancam Cagar Biosfir PBB yang Baru

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

Latar Belakang. Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. pada lanskap lahan gambut. Di lahan gambut, ini berarti bahwa semua drainase

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PENANGANAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN SERTA PENGENDALIAN KEBAKARAN KEBUN DAN LAHAN Hari

Kebijakan Asosiasi. Tanggal Berlaku PfA berlaku secara efektif sejak menerima dukungan dari Stakeholder Advisory Committee (SAC)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN IV PANDUAN PENYIAPAN LAHAN DENGAN PEMBAKARAN UNTUK MASYARAKAT ADAT/TRADISIOANAL

Laporan Investigatif Eyes on the Forest. Investigasi 2010 Dipublikasikan Maret 2011

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 79 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 48 TAHUN 2001

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HASIL PENELITIAN PEMETAAN PARTISIPATIF

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TENTANG. yang. untuk. dalam. usaha

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h. Governance Brief

Indikator SFMP

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

OMBUDSMAN CONCLUSION REPORT WILMAR 2

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI

terpaksa antri atau harus berjalan jauh puluhan kilometer hanya untuk mendapatkan air bersih. Sebaliknya, ketika musim hujan tiba, air menjadi banyak

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

IMPLEMENTASI PP 57/2016

MASYARAKAT ADAT & PROYEK BANK DUNIA

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Komitmen APP dalam Roadmap menuju kepatuhan terhadap Kebijakan Asosiasi FSC (Policy for Association / PfA)

QANUN MUKIM PALOH NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha.

BAB II GAMBARAN UMUM KEPENGHULUAN UJUNG TANJUNG KECAMATAN TANAH PUTIH KABUPATEN ROKAN HILIR

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

Transkripsi:

Forest Peoples Programme 1c Fosseway Business Centre, Stratford Road, Moreton-in-Marsh GL56 9NQ, UK tel: +44 (0)1608 652893 fax: +44 (0)1608 652878 info@forestpeoples.org www.forestpeoples.org Kunjungan Lapangan ke Masyarakat Riding, Sungai Rasau dan Jadi Mulya, OKI, Sumatra Selatan, Juli 2013 oleh Patrick Anderson Peserta: Patrick Anderson dari Forest Peoples Progamme, Aidil Fitri dan Sigid Widagdo dari Wahana Bumi Hijau - WBH. Tujuan: Untuk bertemu dengan masyarakat yang terkena dampak perkebunan pulpwood dan rencana pembangunan pabrik oleh Sinar Mas dan perusahaan-perusahaan afiliasinya di Kabupaten OKI, Sumatra Selatan, untuk membahas dampak-dampak yang mereka alami dari perkebunan yang ada, untuk mencari tahu apakah mereka mengetahu Kebijakan Konservasi Hutan Asia Pulp and Paper (APP), dan untuk mempertimbangkan bantuan seperti apa yang mereka mungkin butuhkan untuk terlibat dengan APP dan perusahaan-perusahaan afiliasinya, yaitu BMH dan BAP. Rangkuman Temuan-Temuan Kunjungan Lapangan Masyarakat yang dikunjungi telah kehilangan akses ke tanah dan sumber daya alam dikarenakan perkebunan HTI oleh perusahaan afiliasi APP yang dibangun lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Hal ini telah menimbulkan hilangnya sebagian besar mata pencaharian setempat, yaitu penangkapan ikan, pengumpulan hasil hutan dan penanaman padi tradisional (Sonor). 1 Anggota masyarakat yang berusaha mengakses sumbersumber daya adat mereka telah diintimidasi, ditangkap dan dipidanakan. Masyarakat telah melakukan protes terhadap hilangnya mata pencaharian mereka ini, baik di lokasi maupun di ibukota kabupaten dan provinsi. Mereka telah menulis surat, mengirimkan petisi ke pemerintah dan berupaya terlibat dengan perusahaan HTI. Belum ada satu pun pengaduan masyarakat yang telah diselesaikan. Menurut beberapa anggota masyarakat yang kami temui, nyaris tidak ada niat baik dari perusahaan HTI terhadap masyarakat yang terkena dampak. Meskipun demikian, baru-baru ini PT BMH dan para pemimpin masyarakat Riding telah sepakat untuk mencoba menyelesaikan konflik mereka lewat mediasi. Sebuah kesepakatan antara pihak perusahaan dan pimpinan masyarakat Riding untuk tujuan ini telah ditandatangani pada bulan Juli 2013. 1 Sonor adalah metode penanaman padi tradisional di kawasan rawa dan gambut, di mana para petani menanam padi di musim kemarau saat permukaan air rendah. (http://www.beritanda.com/gaya-hidup/berita-gaya-hidup/budaya/2237-padi-sonor-padi-yang-tumbuh-dari-pembakaran-lahan.html) Samdhana / 2012 / REDD Prep Report - 1

Metodologi Informasi yang terdapat dalam laporan ini dikumpulkan lewat wawancara, pengamatan dan diskusi kelompok kecil (sekitar 12 orang) dengan masyarakat setempat di Desa Riding dan Dusun Sungai Rasau, Kecamatan Pangkalan Lampam, dan di Dusun Jadi Mulya di Kecamatan Air Sugihan. Tim peneliti mengunjungi Desa Riding dan Dusun Sungai Rasau karena masyarakat di sana memiliki sejarah panjang konflik dengan BMH, yang merupakanperusahaan perkebunan afiliasi APP. Kami mengunjungi Dusun Jadi Mulya karena dusun ini adalah yang terdekat dengan lokasi rencana pembangunan pabrik baru APP. Setelah kunjungan lapangan tersebut, kami diberitahu bahwa APP kini berencana untuk membangun parik dan pelabuhan di lokasi berbeda. Latar Belakang FPP dan WBH telah bertemu dengan APP dan para konsultannya di sejumlah kesempatan di tahun 2012 dan 2013 untuk membicarakan penyusunan dan penerapan Kebijakan Konservasi Hutan (FCP Forest Conservation Policy) APP. FPP dan WBH memutuskan bahwa amatlah berguna jika mengunjungi masyarakat yang terkena dampak operasi APP dan afiliasinya di Sumatra Selatan, dan memberitahu APP tentang niat kami sebelum kunjungan lapangan dilakukan. Temuan-temuan awal dari kunjungan lapangan kami ini telah disajikan kepada APP dan para konsultannya pada tanggal 1 Agustus di Jakarta. Kabupaten Ogan Komering Ilir, atau disingkat OKI, mencakup daerah seluas 1,9 juta hektar, di wilayah timur Provinsi Sumatra Selatan. Daerah ini merupakan daerah tepian sungai dan memiliki banyak sungai, danau, lahan basah dan rawa. Jumlah penduduk saat ini sudah mendekati 1 juta orang dan ibukota kabupaten ini bernama Kayu Agung. OKI memiliki 18 kecamatan dan sekitar 300 desa dan kota. Penduduk OKI saat ini terdiri dari masyarakat asli dari suku Melayu dan sejumlah besar pendatang dari Jawa dan tempat lainnya di Sumatra. Sistem pemerintahan tradisional didasarkan atas Marga atau klan. Tiap Marga terdiri dari lima sampai sepuluh sub-marga. Di tahun 1980-an, setelah pemberlakuan UU Tahun 1979 tentang Pemerintahan Daerah, sistem pemerintahan berbasis Marga ini digantikan oleh pemerintahan kabupaten dan pemerintahan desa. Sinar Mas dan afiliasinya memiliki perkebunan di seluruh kabupaten ini. Samdhana / 2012 / REDD Prep Report - 2

Peta daerah konsesi anak-anak perusahaan APP di Kabupaten OKI, Sumatra Selatan. Samdhana / 2012 / REDD Prep Report - 3

Pertemuan dengan perwakilan Desa Riding, Sumatra Selatan, 22 Juli Desa Riding adalah desa asli yang berkembang di tahun 1970-an dengan pembentukan enam dusun di sekitarnya, yaitu dusun Lebung Gajah/ Pangkal Jerambah, Sungai Setanjung, Lebak Simpanan, Penyabungan, Rengas Abang dan Sungai Rasau. Masyarakat Desa Riding pada awalnya terdiri dari masyarakat Melayu. Karena perkawinan antar suku dan kedatangan para pendatang, suku Melayu kini menjadi minoritas namun hubungan asli mereka dengan tanah dan budaya pengelolaan tanah masih dihormati oleh masyarakat luas. Sumber penghidupan utama di Desa Riding adalah mencari ikan di sungai dan di danau. Meskipun lembaga, aturan dan upacara-upacara adat semakin melemah, keputusan terkait masalah tanah, air dan pernikahan masih membutuhkan keterlibatan pemuka adat dan ketaatan pada praktik-praktik adat. Misalnya, jika seseorang hendak membuka kebun baru, proses pembukaan lahan dilakukan bersama-sama para tetangga dan daerah yang diizinkan dibuka ditentukan berdasarkan aturan-aturan adat. Masyarakat sebagai keseluruhan menyadari dan menghormati wilayah adat/ulayat masyarakat. Ketika anggota masyarakat Desa Riding membentuk enam dusun baru di tahun 1970-an, dusun-dusun baru ini menempati daerah dalam wilayah adat/ulayat masyarakat Riding. Dua puluh tahun yang lalu, seluruh keluarga menyambung hidup dari mata pencaharian yang mencakup penangkapan ikan. Dewasa ini, hanya sepuluh persen keluarga yang masih melakukan penangkapan ikan akibat perubahan pemanfaatan lahan, terutama akibat perusahaan perkebunan pulp dan kertas. Perusahaan perkebunan pulpwood, Sebangun Bumi Andalas SBA pertama kali tiba di daerah kami tahun 1996. Pertama kali kami ketahui tentang perusahaan ini adalah ketika mereka mulai membuka hutan dan mengeringkan rawa-rawa. Tak ada satu pun orang dari perusahaan yang datang ke desa kami menjelaskan apa yang tengah mereka lakukan. Sekitar tahun 2004, perusahaan pulpwood lainnya, PT.Bumi Mekar Hijau BMH mulai beroperasi di sini, dan mereka juga mulai membuka lahan dan melakukan penanaman tanpa memberitahu kami sebelumnya. Masyarakat kami khawatir mata pencaharian kami akan terkena dampak namun tidak ada kontribusi dari pihak perusahaan kepada kami. Jadi, masyarakat kami melakukan protes terhadap perusahaan dengan mengirimkan surat, bertemu dengan staf perusahaan di lapangan dan melakukan demonstrasi yang masif dari tahun 2005 sampai 2007. Akibat protes kami, sekitar 10.000 hektar lahan kami belum diubah menjadi perkebunan pulpwood. Meskipun demikian, daerah lain yang merupakan tanah adat kami telah diambil alih, dibuka, dikeringkan dan ditanami dengan pohon akasia. Belum ada pengakuan dari perusahaan bahwa yang mereka buka adalah tanah masyarakat dan juga tidak ada kompensasi apa pun yang mereka berikan. Tahun 2006, setelah serangkaian demonstrasi yang masif dan pertemuan yang difasilitasi oleh pemerintah setempat, antara masyarakat Riding dan pihak perusahaan, PT BMH menandatangani sebuah perjanjian. Surat perjanjian tersebut ditandatangani oleh perwakilan masyarakat, termasuk kepala desa dan pihak perusahaan, yang diwakili oleh Bapak Sambudsir, kepala Humas perusahaan. Dalam perjanjian ini dinyatakan bahwa pihak perusahaan sepakat untuk mengizinkan masyarakat memanfaatkan 10.000 hektar tanah untuk perkebunan karet masyarakat. Namun, masyarakat tidak pernah menerima surat perjanjian yang resmi karena surat perjanjian tersebut dibawa ke kantor perusahaan untuk ditandatangani oleh direktur dan tidak pernah dikembalikan kepada masyarakat. Pihak perusahaan telah menawarkan lapangan pekerjaan di perkebunan dan bantuan kepada kami untuk menanam akasia. Namun, saat kami melihat penawaran tersebut, kami hanya akan menerima Rp5.000 (US$0,50) per ton kayu yang dihasilkan, dengan pembayaran diberikan hanya setelah pohon akasia dipanen, setelah enam tahun. Samdhana / 2012 / REDD Prep Report - 4

Kami hanya tahu bahwa pihak perusahaan yang beroperasi di sini telah merubah kebijakan mereka karena WBH telah memberitahukannya kepada kami. Kami belum pernah menerima komunikasi resmi dari perusahaan. Tak satu pun staf perusahaan datang kepada kami untuk menjelaskan kebijakan konservasi hutan mereka yang baru. Dalam kesempatan-kesempatan sebelumnya ketika kami meminta pejabat perusahaan untuk datang menemui kami di desa, mereka menolak permintaan kami dan mengatakan bahwa mereka merasa tidak aman. Sebaliknya, kami yang diminta pergi ke Palembang, namun kami merasa tidak nyaman menerima uang dari perusahaan untuk membiayai perjalanan tersebut. (Dewasa ini, perjalanan dari Riding ke Palembang ditempuh dalam waktu 2,5 jam. Transportasi umum yang beroperasi secara tetap tidak ada.) Pertemuan dengan anggota masyarakat Dusun Sungai Rasau, 23 Juli Kami mendengar dari teman-teman dan para NGO tentang komitmen baru dari Sinar Mas dan perusahaan perkebunannya, namun kami belum menerima informasi langsung dari pihak perusahaan. Staf Humas perusahaan bahkan dalam tahun ini belum pernah datang ke sini. Kakek dan paman saya pindah ke sini tahun 1973 dari Desa Riding. Mereka adalah orang-orang pertama yang pindah ke sini dan membangun rumah. Mata pencaharian mereka adalah menangkap ikan dan mengumpulkan hasil hutan seperti Jelutung. Orang lainnya lalu mengikuti, dari Desa Riding dan dari tempat lainnya, termasuk nelayan dan petani dari berbagai daerah di Sumatra dan dari Jawa. Kini dusun kami meliputi 175 keluarga, di mana 25 di antaranya adalah keluarga Melayu yang memiliki sanak saudara di Riding. Di akhir tahun 1970-an, perusahaan penebangan datang ke sini membawa uang tunai, mencari kayu. Masyarakat kemudian jadi terlibat dalam penebangan dan transportasi kayunya: meranti, ramin, dan banyak jenis lainnya. Perusahaan penebangan tersebut adalah Sribunian Trading Company [yang tidak terafiliasi dengan Sinar Mas]. Setelah hutan di sekitar sini habis ditebangi, tumbuh pohon Gelam (dari jenis Melaleuca), dan merupakan jenis kayu utama yang dibalak dewasa ini, sebagai kayu gelondongan kecil. Umumnya digunakan untuk membuat pagar, rumah dan fondasi, karena kayu ini tidak cepat lapuk ketika dipancangkan ke dalam tanah. Masyarakat kami dulunya biasa melintasi Sungai Rasau namun sekitar tahun 1987 pemerintah menyatakan daerah tersebut sebagai hutan lindung dan suaka margasatwa, dan sekitar 70 keluarga digusur. Tahun 2006, perusahaan HTI, PT. Bumi Andalas Permai (PT BAP), mulai memancangkan tapal batas tanpa memberitahu kami. Kami mengadakan demonstrasi untuk memprotes tindakannya, karena tanah yang mereka ambil alih tersebut telah berpuluh-puluh tahun kami gunakan untuk menangkap ikan dan mengumpulkan hasil hutan. Kami juga mengadakan demonstrasi ketika perusahaan mulai membuka hutan tersebut. Kami mengadakan 2 demonstrasi di ibukota kabupaten, Kayu Agung, dan 2 demo lainnya di lokasi kerja, ketika hutan kami tengah dibuka. Kami juga pergi ke Palembang dan mengadakan dua demonstrasi di sana. Sebagian besar dari para demonstran berasal dari Desa Riding, karena Dusun Sungai Rasau jauh lebih terisolasi. Karena masalah biaya, hanya sedikit orang dari Sungai Rasau yang mampu mengikuti demonstrasi. Samdhana / 2012 / REDD Prep Report - 5

Tanah kami semakin menyempit dan menyempit, akibat operasi kebun HTI dan kelapa sawit, namun tidak ada kompensasi sampai saat ini dan tidak ada upaya dari perusahaan untuk menanggapi tuntutan-tuntutan kami. Sejak kedatangan HTI, kami telah dilarang menggunakan api untuk membuka lahan kami. Kami dulu biasa melakukannya sebelum menanam padi, lima atau bahkan sepuluh hektar tiap kalinya. Ketika perusahaan berkata kami tidak lagi diizinkan membakar rumput, mereka memberi kami herbisida untuk membuka lahan. Namun, sejak tahun pertama larangan membakar diberlakukan, mereka tidak pernah memberi kami cukup herbisida untuk membuka lahan, mereka hanya memberi sebagian dari yang kami butuhkan untuk membuang rumput sebelum menanam padi. Sejak PT BAP datang di tahun 2006, kami hanya diberi janji-janji saja, tidak lebih. Kami dilarang memasuki kawasan HTI. Jika kami mencoba masuk untuk menangkap ikan, seperti yang dulu biasa kami lakukan, kami ditangkap dan ditahan oleh petugas keamanan mereka. Beberapa tahun yang lalu, enam laki-laki dari Desa Riding dan Dusun Rangas Abang dipenjara selama enam bulan, karena menyalakan api di dekat konsesi HTI. Mereka sebelumnya menebang pohon dan memotong kayunya menjadi kayu gelondongan di dekat konsesi HTI, di daerah yang menjadi tanah adat kami namun yang sekarang menurut perusahaan adalah daerah konservasinya. Perusahaan menahan mereka dan menuduh mereka berupaya membakar hutan. Di dalam HTI, setiap 250 sampai 500 meter, tanahnya dikeringkan, dan kanal-kanal selebar 6 meter dibuat. Kanal-kanal ini ditutup selama musim kemarau namun dibuka saat musim hujan, dan membuat tanah-tanah kami terendam karenanya. Air yang datang dari HTI telah mempengaruhi aliran sungai dan danau-danau kami, karena kami tinggal di daerah hilir. Kualitas air kami terkena dampak buruk operasi SBA, yang mencakup ekskavasi, pengeringan lahan gambut, pembangunan jalan, pembukaan lahan dan penanaman. Air di sini kini terasa asam, dan jumlah ikan berkurang dengan drastis, saya perkirakan berkurang sebesar 80 persen, dibandingkan sebelum HTI beroperasi. Di sini kami berada 90 kilometer dari Pangkalan Lampam, ibukota kecamatan, di mana 65 km di antaranya merupakan jalan tanah. Bepergian ke ibukota untuk menemui kalangan pemerintah amat sulit, membutuhkan banyak waktu dan biaya. [ketika tim peneliti mengunjungi Dusun Sungai Rasau, kami tahu lewat sms bahwa lembaga konsultasi, Ekologika, akan mengadakan sebuah konsultasi publik di Pangkalan Lampa keesokan harinya. Tak satu pun masyarakat di Dusun Sungai Rasau diundang, namun, meskipun mereka diundang, dengan pemberitahuan yang terlambat itu, mereka tidak akan sempat mengikuti konsultasi tersebut karena dengan berangkat pagi-pagi pun, mereka baru bisa tiba di Pangkalan Lampang di sore hari, di akhir acara konsultasi. Biaya transportasi satu orang untuk mencapai ibukota kecamatan dari Sungai Rasau, dengan ojek motor, bis dan perahu, mencapai beberapa ratus ribu rupiah.]. Ada satu sekolah dasar di dusun kami dengan jumlah murid sebanyak 70 orang, dan dua orang guru. Sejak tahun 2012, para guru tersebut digaji oleh PT BAP. Departemen Sosial telah membangun rumah untuk kami di tahun 2007, namun tidak cukup untuk setiap keluarga dari 80 rumah yang telah dibangun, hanya 65 yang ditempati. Rumah-rumah tersebut kecil sekali, hanya berukuran 3 x 4 meter. Samdhana / 2012 / REDD Prep Report - 6

Tahun 2011, perusahaan kelapa sawit PT Persada Sawit Mas (PSM) datang ke sini. Perusahaan ini mengambil alih 6.000 hektar tanah kami. Karena kami tidak memiliki sertifikat tanah, mudah saja bagi perusahaan untuk mengabaikan kami. Kami dijanjikan 0,5 hektar kebun kelapa sawit per keluarga. Kami meminta 1 hektar per keluarga namun diberitahu bahwa tanahnya tidak cukup. Tahun 2009 ada pegawai Badan Pertanahan Nasional (BPN) datang dan menawarkan bantuan agar kami bisa mendapatkan sertifikat untuk tanah seluas 2 hektar per keluarga. Kami diminta membayar Rp150.000 per keluarga untuk memulai proses tersebut, karena uang tersebut akan digunakan untuk pengukuran tanah. Setelah menerima sertifikat, kami diminta membayar RP750.000 lagi. Hampir semua keluarga di dusun kami, yang berjumlah 170 keluarga, membayar sejumlah ini kepada pegawai BPN tersebut yang datang membawa janji-janji, saya masih ingat nama-nama dan jabatan mereka, namun kami tidak menerima tanda terima untuk pembayaran yang kami lakukan, hanya janji-janji semata. Kami diberitahu bahwa perlu keikutsertaan 1.000 keluarga dalam program ini agar BPN dapat melakukan pengukuran tanah dan menerbitkan sertifikat, jadi ratusan keluarga di Desa Riding juga ikut serta. Sejak saat itu, meskipun kami telah menghubungi BPN berkali-kali, tidak ada tindak lanjut dari program tersebut. Tahun 2011, kami dapati bahwa daerah yang dijanjikan untuk disertifikasi oleh BPN tersebut telah dimasukkan menjadi bagian dari konsesi perusahaan kelapa sawit Persada Sawit Mas. Konsesi tersebut mencakup tanah adat kami seluas 6.000 hektar, dari Baung sampai Biuku. Masyarakat telah meminta pengembalian sebagian tanah tersebut sebagai kebun plasma, seluas dua hektar per keluarga. Perusahaan kelapa sawit tersebut, Persada Sawit Mas, yang tidak terafiliasi dengan Sinar Mas, telah menawarkan 0,5 hektar per keluarga. Alasan untuk mencantumkan informasi ini dalam laporan ini adalah untuk menunjukkan bahwa masyarakat yang terkena dampak operasi APP juga telah kehilangan banyak tanah untuk perusahaan lain. Samdhana / 2012 / REDD Prep Report - 7

Peta yang menunjukkan konsesi perusahaan kelapa sawit Persada Sawit Mas (PSM), dan Dusun Sungai Rasau. Dusun tersebut adalah daerah kecil tanpa garis-garis di tengah peta, karena tanah-tanah ini bukan bagian dari konsesi perusahaan PSM. Konsesi HTI perusahaan BAP, yang merupakan afiliasi APP, berbatasan dengan wilayah timur konsesi perusahaan PSM. Konsesi HTI perusahaan BMH, yang merupakan afiliasi APP, berbatasan dengan wilayah selatan konsesi perusahaan PSM. Di antara konsesi kelapa sawit dan HTI tersebut, Dusun Sungai Rasau telah kehilangan seluruh tanahnya kecuali 200 hektar tanah adatnya yang terletak di OKI. Samdhana / 2012 / REDD Prep Report - 8

Pertemuan dengan petani di Jadi Mulya, 24 Juli 2013. Jadi Mulya adalah pemukiman terdekat dengan lokasi awal yang direncanakan untuk pabrik pulp APP. Salah seorang petani yang kami temui di sana mengatakan bahwa ia pindah ke daerah Jadi Mulya di tahun 1970-an, dan bahwa ia merupakan anggota masyarakat Melayu Riding. Masyarakat Riding menganggap Jadi Mulya sebagai bagian dari tanah adat/ulayat mereka. Sejak ia bermukim di sini, orang lain, baik dari Riding maupun dari luar Riding, telah bergabung dengannya. Dulu mata pencaharian di daerah ini juga termasuk menangkap ikan, namun kini seluruh masyarakat di Jadi Mulya menjadi petani. Mereka tidak sepakat untuk melepas tanah mereka ke Sinar Mas. Tidak pernah ada sosialiasi di dusun ini tentang Kebijakan Konservasi Hutan Sinar Mas yang baru, begitu juga tentang komitmen perusahaan, yang hanya mereka ketahui dari para NGO. Masyarakat pun tidak mendapatkan informasi tentang rencana APP dan afiliasinya untuk membangun sebuah pabrik pulp dan pelabuhan di daerah tersebut. Kami telah mendengar bahwa pabrik tersebut akan menyerap tenaga kerja lebih dari 5.000 orang. Sinar Mas belum pernah menanyakan tentang pendapat kami, atau berupaya mendapatkan izin kami untuk membangun pabrik tersebut. Satu-satunya keterlibatan masyarakat dusun dengan rencana pembangunan pabrik tersebut adalah ketika salah seorang dari mereka diundang untuk menghadiri sebuah konsultasi AMDAL di pertengahan tahun 2012. Para petani memiliki SKT (Surat Keterangan Tanah) dari kepala dusun yang mengakui tanah-tanah mereka ini, yang seluruhnya mencakup sekitar 600 hektar. Tanah ulayat dusun jauh lebih luas lagi. Samdhana / 2012 / REDD Prep Report - 9

Peta proposal awal untuk pabrik pulp dan kertas APP, di Dusun Jadi Mulya. Daerah berbayang dalam peta adalah tanah petani yang memiliki SKT dari kepala dusun. [barubaru ini APP memindahkan lokasi pembangunan pabriknya ke kecamatan lain]. Samdhana / 2012 / REDD Prep Report - 10

Rekomendasi APP harus segera bergerak untuk mensosialisasikan dan memulai pelaksanaan Kebijakan Konservasi Hutannya di OKI. Sosialisasi kebijakannya dan penjelasan akan istilah-istilah FCP, HCV, FPIC dan HCS harus diberikan di setiap dusun dan desa yang terkena dampak. Sosialisasi baru merupakan langkah pertama dalam pengakuan hak masyarakat atas FPIC. APP harus mengembangkan dan mengimplementasikan sebuah rencana detil untuk menghormati hak masyarakat yang terkena dampak atas FPIC, yang didasarkan atas konsultasi dengan masing-masing masyarakat yang terkena dampak di OKI, dan persetujuan mereka atas rencana APP. Pemetaan partisipatif akan diperlukan untuk menjelaskan luasan hak kepemilikan dan pemanfaatan lahan sebelumnya oleh masyarakat yang terkena dampak. Perundingan tentang ganti rugi harus didasarkan atas penerimaan APP bahwa masyarakat memiliki hak yang sah atas tanah tersebut dan hak untuk memberikan atau tidak memberikan persetujuan mereka. Dengan demikian, seluruh penyelesaian masalah harus dibuat lewat proses yang disepakati besama yang memungkinkan masyarakat untuk diwakili oleh lembaga yang mereka pilih sendiri. Perwakilan APP dan anak-anak perusahaannya harus ikut serta secara langsung dalam setiap perundingan, dan bukannya mengontrak pihak lain untuk mewakili mereka. Konsultasi dan perundingan dengan masyarakat haruslah, lebih baik, berlangsung di masing-masing masyarakat yang terkena dampak, dan bukannya di ibukota kabupaten atau ibukota provinsi. Ini akan memungkinkan lebih banyak anggota masyarakat terkait untuk ikut serta dan menyaksikan proses konsultasi dan perundingan, dan meningkatkan kemungkinan bahwa kesepakatan-kesepakatan yang akan diambil dipahami, dihormati dan dilaksanakan oleh masyarakat secara keseluruhan. APP harus mengembangkan sebuah mekanisme yang memungkinkan masyarakat yang terkena dampak untuk mendapatkan nasihat pakar tentang isu-isu hukum, ekonomi, lingkungan dan sosial, dalam persiapan untuk dan selama perundingan yang akan dilakukan. Samdhana / 2012 / REDD Prep Report - 11