J 3. Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional; 4. Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi. Jalan Veteran No.

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

Perpres No. 41 Tahun 2016 Tata Cara Penetapan dan Penanggulangan Krisis Energi dan Darurat Energi oleh Prof. Syamsir Abduh (AUPK)

-2- Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PRESIDEN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 194 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No ) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Pe

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 165 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN TUGAS DAN FUNGSI KABINET KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI

2 Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga Yang Dibangun Oleh Pemerintah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 165 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN TUGAS DAN FUNGSI KABINET KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN HARGA GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat ; 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); MEMUTUSKAN: Menetapka

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Gas Bumi. Pipa. Transmisi. Badan Usaha. Wilayah Jaringan. Kegiatan.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BATUBARA YANG DICAIRKAN SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PEMINDAHAN IBU KOTA KABUPATEN NIAS DARI WILAYAH

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: 1. Otoritas Nasional Senjata Kimia, yang selanjutnya di

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2002 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2001 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2005 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR 129 TAHUN 2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

melalui penugasan Badan Usaha Milik Negara;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGEL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENlERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

2017, No Distribusi Gas Bumi untuk Rumah Tangga yang Dibangun oleh Pemerintah, Badan Usaha wajib mengusulkan harga jual Gas Bumi untuk Rumah Ta

MENTERI KOORDINATBIDANG INDONESIA MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

2017, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 ten

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA AKSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar 1945;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak.

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No c. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 5 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tenta

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2008 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2006 TENTANG TIM KOORDINASI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian ESDM. Alokasi. Pemanfaatan. Gas Bumi.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENGHEMATAN ENERGI DAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING

2 Daya Mineral tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral termasuk Badan Pengatur Penyediaan d

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG TIM PENGENDALIAN INFLASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-03/M.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENGHEMATAN ENERGI DAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

SEKRETARIAT KABINET Jakarta, It Mei 2016 Nom or Sifat Lampi ran Hal B. q)z, /Maritim/05/2016 Sangat segera 1 (satu) eks. Penyampaian Salinan Peraturan Presiden Nomor41 Tahun 2016 Kepada Yth. 1. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman; 2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 3. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral; 4. Menteri Keuangan; 5. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasionai/Kepala Bappenas; 6. Menteri Perhubungan; 7. Menteri Perindustrian; 8. Menteri Pertanian; 9. Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi; 10. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. di Jakarta Bersama ini dengan hormat kami sampaikan salinan Peraturan Presiden Nomor 41 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penetapan dan Penanggulangan Krisis Energi dan Darurat Energi, yang ditetapkan oleh Presiden pada tanggal 4 Mei 201 6. Softcopy Peraturan Presiden tersebut dapat diakses pada http://sipuu.setkab.go.id/index.php. Tembusan Yth.: 1. Sekretaris Kabinet; 2. Wakil Sekretaris Kabinet; J 3. Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional; 4. Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi. Jalan Veteran No.18, Jakarta 10110

PRE SID EN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ ATAU DARURAT ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang a. bahwa dalam rangka menjamm ketahanan energ1 nasional dan untuk menetapkan langkah-langkah p en anggulangan krisis en ergi dan darurat energi yang dilaksanakan oleh Dewan Energi N a sional se bagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf c Undang Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, perlu mengatur mengenai tata cara pen eta pan krisis energi dan/ a tau darurat energi; b. bahwa untuk memberikan arah bagi Pemerintah Pusat dalam melaksanakan tindakan pen an ggulangan krisis en erg1 dan/ a tau darurat en erg1 yang diperlukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, perlu mengatur mengena1 penanggulangan krisis energi dan/ a tau d arurat energi; c. bahwa...

- 2 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara Penetapan dan Penanggulangan Krisis Energi danjatau Darurat Energi; Mengingat 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4776); Menetapkan MEMUTUSKAN: PERATURAN PRESIDEN TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: 1. Krisis Energi adalah kondisi kekurangan energi. 2. Darurat Energi adalah kondisi terganggunya pasokan energi akibat terputusnya sarana dan prasarana energi. 3. Bahan Bakar Minyak yang selanjutnya disingkat BBM adalah bahan bakar yang berasal danjatau diolah dari minyak bumi. 4. Tenaga...

- 3-4. Tenaga Listrik adalah suatu bentuk energi sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan, dan didistribusikan untuk segala macam keperluan, tetapi tidak meliputi listrik yang dipakai untuk komunikasi, elektronika, atau isyarat. 5. Liquified Petroleum Gas yang selanjutnya disingkat LPG adalah gas hidrokarbon yang dicairkan dengan tekanan untuk memudahkan penyimpanan, pengangkutan, dan penanganannya yang pada dasarnya terdiri atas propana, butana, atau campuran keduanya. 6. Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa gas yang diperoleh dari proses penambangan minyak dan gas bumi. 7. Badan Usaha adalah badan usaha yang memiliki izin usaha hilir minyak dan gas bumi atau izin usaha penyediaan tenaga listrik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 8. Sidang Anggota adalah sidang berkala Dewan Energi Nasional yang dipimpin oleh Ketua Harian Dewan Energi Nasional dan dihadiri oleh Anggota Dewan Energi Nasional. 9. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 10. Dewan Energi Nasional adalah suatu lembaga bersifat nasional, mandiri, dan tetap yang bertanggung jawab atas kebijakan energi nasional. 11. Badan...

-4-11. Badan Pengatur adalah badan pengatur sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang minyak dan gas bumi. 12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral. BAB II JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA Pasal2 (1) Penetapan dan penanggulangan Krisis Energi danjatau Darurat Energi dilakukan terhadap jenis energi yang digunakan untuk kepentingan publik sebagai pengguna akhir secara nasional. (2) Jenis energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. BBM, yang digunakan untuk segala macam keperluan; b. Tenaga Listrik, yang digunakan untuk segala macam keperluan; c. LPG, yang digunakan sebagai bahan bakar keperluan industri, komersial, dan rumah tangga; dan d. Gas Bumi, yang digunakan sebagai bahan bakar keperluan gas kota dan transportasi. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perubahan jenis energi dan penggunaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri. BAB III...

- 5 - BAB III KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI Bagian Kesatu Umum Pasal3 Krisis Energi dan/atau Darurat Energi ditetapkan berdasarkan: a. kondisi teknis operasional; dan b. kondisi nasional. Bagian Kedua Krisis Energi danjatau Darurat Energi Berdasarkan Kondisi Teknis Operasional Pasa14 ( 1) Krisis Energi berdasarkan kondisi teknis operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a ditetapkan dengan mempertimbangkan: a. cadangan operasional minimum BBM pada wilayah distribusi niaga; b. cadangan operasional minimum daya mampu Tenaga Listrik pada sistem setempat; c. cadangan operasional minimum LPG pada wilayah distribusi; dan d. kebutuhan minimum pelanggan Gas Bumi pada wilayah distribusi Gas Bumi setempat. (2) Krisis...

- 6- (2) Krisis Energi ditetapkan apabila pemenuhan cadangan operasional minimum atau kebutuhan minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperkirakan tidak terpenuhi dan tidak tertanggulangi oleh Badan Usaha. PasalS ( 1) Darurat Energi berdasarkan kondisi teknis operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a ditetapkan dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan dan lamanya waktu penanganan gangguan untuk memulihkan pasokan energi. (2) Darurat Energi ditetapkan apabila gangguan pada sarana dan prasarana energi tidak dapat dipulihkan oleh Badan U saha. Bagian Ketiga Krisis Energi danfatau Darurat Energi Berdasarkan Kondisi Nasional Pasa16 Krisis Energi danjatau Darurat Energi berdasarkan kondisi nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b ditetapkan jika mengakibatkan: a. terganggunya fungsi pemerintahan; b. terganggunya kehidupan sosial masyarakat; dan/ a tau c. terganggunya kegiatan perekonomian. Pasal 7...

- 7- Pasal 7 Ketentuan lebih lanjut mengenru Krisis Energi danjatau Darurat Energi berdasarkan kondisi teknis operasional dan kondisi nasional diatur dalam Peraturan Menteri. BABIV TATA CARA PENETAPAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI Pasal8 (1) Menteri, Dewan Energi Nasional, dan Badan Pengatur sesuai dengan kewenangannya, serta Badan Usaha melakukan identifikasi dan memantau kondisi penyediaan dan kebutuhan energi baik langsung ataupun tidak langsung untuk mengantisipasi Krisis Energi dan/ atau Darurat Energi. (2) Dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan umum, gubernur dapat memantau ketersediaan dan kebutuhan energi masyarakat untuk memberikan dukungan ketahanan energi nasional. (3) Identifikasi penyediaan dan kebutuhan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan usaha penyediaan BBM, Tenaga Listrik, LPG, dan Gas Bumi. Pasal9 (1) Gubernur dan/atau Badan Usaha dapat mengusulkan penetapan Krisis Energi danjatau Darurat Energi kepada Menteri. (2) Gubernur...

- 8 - (2) Gubernur mengoordinasikan usulan penetapan Krisis Energi dan/ a tau Darurat Energi yang diusulkan oleh bupati/ walikota. (3) Usulan gubemur danfatau Badan Usaha kepada Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilengkapi dengan laporan ketersediaan dan kebutuhan energi masyarakat setempat. Pasal10 (1) Dalam hal hasil identifikasi danfatau usulan dari gubernur danfatau Badan Usaha berpotensi memenuhi kondisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 dan/ a tau Pasal 6, Menteri selaku Ketua Harian Dewan Energi Nasional mengadakan Sidang Anggota. (2) Sidang Anggota diselenggarakan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil identifikasi danfatau usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Dalam hal Sidang Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memutuskan Krisis Energi dan/ a tau Darurat Energi berdasarkan kondisi teknis operasional, Menteri menetapkan Krisis Energi dan/ a tau Darurat Energi dengan Keputusan Menteri. (4) Dalam hal Sidang Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merekomendasikan Krisis Energi dan/ a tau Darurat Energi berdasarkan kondisi nasional, Menteri mengusulkan kepada Presiden untuk menetapkan Krisis Energi dan/ atau Darurat Energi dengan Keputusan Presiden. Pasal11...

- 9 - Pasal11 (1) Selain memutuskan Krisis Energi dan/atau Darurat Energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) dan merekomendasikan Krisis Energi dan/ atau Darurat Energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4), Sidang Anggota merekomendasikan langkah-langkah penanggulangan Krisis Energi dan/ atau Darurat Energi kepada Menteri dan Presiden. (2) Dalam hal Menteri menetapkan Krisis Energi dan/ a tau Darurat Energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3), Menteri selaku Ketua Harlan Dewan Energi Nasional menetapkan langkah-langkah penanggulangan Krisis Energi dan/ a tau Darurat Energi untuk kondisi teknis operasional berdasarkan rekomendasi Sidang Anggota. (3) Dalam hal Presiden menetapkan Krisis Energi dan/ a tau Darurat Energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4), Presiden selaku Ketua Dewan Energi Nasional menetapkan langkah-langkah penanggulangan Krisis Energi dan/ a tau Darurat Energi untuk kondisi nasional berdasarkan rekomendasi Sidang Anggota. BABV PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ ATAU DARURAT ENERGI Pasal12 (1) Langkah-langkah penanggulangan Krisis Energi dan/ a tau Darurat Energi berdasarkan kondisi teknis operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Menteri selaku Ketua Harian Dewan Energi Nasional. (2) Langkah...

- 10 - (2) Langkah-langkah penanggulangan Krisis Energi dan/ a tau Darurat Energi berdasarkan kondisi nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) ditetapkan lebih lanjut dengan Keputu san Presiden selaku Ketua Dewan Energi Nasional. Pasal 13 (1) Pemerintah Pusat wajib m elaksanakan tindakan penanggulangan berdasarkan lan gkah -langkah penanggulangan yang ditetapkan dalam Keputusan Ketu a Harian Dewan Energi N asional se bagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dan Keputusan Ketua Dewan Energi N asional se bagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2). (2) Tindakan penanggulan gan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. b. c. d. e. f. g. h. pelepasan cadangan penyangga en ergi; penambahan impor en ergi; kerja sam a internasional; pembatasan ekspor energi; penghematan en ergi; pembatasan konsumsi energi; percepatan proyek infrastruktur en ergi; pengalihan penggunaan Jenis energ1 dengan car a penggan tian bah an bakar dengan menggunakan bahan bakar lain (fuel switching}, diversifikasi, dan substitusi; 1. pembelian...

- 11 - i. pembelian kelebihan Tenaga Listrik (excess power); danfatau. j. tindakan lain, sesuai dengan rekomendasi Dewan Energi N asional. Pasal14 (1) Dalam pelaksanaan tindakan penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Menteri berwenang untuk: a. melakukan koordinasi dengan menteri terkait, kepala lembaga pemerintah nonkementerian, gubernur, bupatifwalikota, pimpinan lembaga penegak hukum, pimpinan Badan Usaha, dan pihak lain yang terkait; b. mendapatkan data dan informasi dari instansi, Badan Usaha, dan pihak lain yang terkait; c. menyusun rencana kerja penanggulangan Krisis Energi dan/ a tau Darurat Energi; d. memerintahkan Badan Usaha untuk melakukan langkah-langkah tertentu sesuai dengan bidang usahanya; e. mengawasi pelaksanaan tindakan penanggulangan; f. melakukan tindakan lain sesuai dengan petunjuk Presiden. (2) Setiap...

- 12- (2) Setiap instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya wajib memberikan kemudahan paling sedikit dalam hal perizinan, pengadaan barang dan jasa, dan pembebasan lahan untuk pelaksanaan tindakan penanggulangan Krisis Energi danjatau Darurat Energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13. PasallS (1) Gubemur dan bupatijwalikota sesuai dengan kewenangannya dapat melakukan tindakan koordinasi, pembatasanjpenghematan konsumsi energi, perbaikan sarana dan prasarana yang menjadi tanggung jawabnya, memberikan dukungan pemanfaatan fasilitas bersama, dan memantau penanggulangan Krisis Energi danjatau Darurat Energi. (2) Menteri, menteri terkait, kepala lembaga pemerintah nonkementerian, gubemur, dan bupatijwalikota sesuai dengan kewenangannya mengalokasikan anggaran untuk melaksanakan tindakan penanggulangan Krisis Energi danjatau Darurat Energi. Pasal16 ( 1) Dalam melaksanakan tindakan penanggulangan Krisis Energi dan/atau Darurat Energi, Badan Usaha, pihak lain yang terkait, dan masyarakat wajib turut serta menanggulangi Krisis Energi danjatau Darurat Energi. (2) Kewajiban...

- 13 - (2) Kewajiban Badan Usaha sebaga imana dimaksud pada ayat ( 1) berupa: a. menyediakan anggaran perusahaan yang diperlukan untuk membiayai penanggulangan Krisis Energi dan/ a tau Darurat Energi yang terjadi akibat kegiatan usahanya; dan b. memberikan dukungan pemanfaatan bersama fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki. (3) Kewajiban pihak lain yang terkait da n masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa dukungan penyelesaian terhadap tindakan penanggulangan Krisis Energi dan/ atau Darura t Energi sebagaimana dimaksud d a la m Pasal 14 dan Pasal 15. Pasal 17 Ketentuan lebih lanjut men gen a1 tata cara tindakan pen anggulangan Krisis Energi danjatau Darurat Energi diatur d alam Pera turan Menteri. BAB VI PENETAPAN BERAKHIRNYA KRISIS ENERGI DAN / ATAU DARURAT ENERGI Pasal 18 ( 1) Krisis Energi da n / atau Darurat Energi untuk kondisi teknis operasion a l berakhir dalam hal: a. cadangan operasional minimum atau kebutuhan minimum energi telah terpenuhi; dan/ a tau b. gangguan...

- 14- b. gangguan pada sarana dan prasarana energi telah dipulihkan. (2) Berakhirnya Krisis Energi dan/ a tau Darurat Energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Menteri setelah mendapat rekomendasi Dewan Energi Nasional. Pasal19 (1) Krisis Energi dan/atau Darurat Energi untuk kondisi nasional berakhir dalam hal fungsi pemerintahan, kehidupan sosial masyarakat, dan/ atau kegiatan perekonomian telah pulih. (2) Dalam hal Krisis Energi dan/ a tau Darurat Energi telah berakhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri melaporkan kepada Presiden setelah mendapat rekomendasi Dewan Energi Nasional. (3) Berakhirnya Krisis Energi dan/ atau Darurat Energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Presiden. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal20 Peraturan Presiden 1n1 mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar...

- 15- Agar setiap orang m en getahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Mei 2016 PRESIDEN, ttd. JOKO WIDODO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 10 Mei 2016 MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA, ttd. YASONNA H. LAOLY LEMBARAN NEGARA TAHUN 2016 NOMOR 90 Salinan sesuai dengan aslinya